BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN MANAJER BMT AL-HIDAYAH
CILILITAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN
A. Kepemimpinan Manajer BMT Al Hidayah
1. Biografi Singkat Manajer BMT Al-Hidayah
Manajer BMT Al-Hidayah Cililitan bernama Dadang Kosasih. Lahir di Jakarta, tanggal 26 Februari 1971. Hidup dari keluarga yang serba
kekurangan dari segi ekonomi. Namun, dari kesederhanaan itulah membuat beliau menjadi tegar dan selalu berpikir ingin terus maju dan
merubah nasib hidup menjadi lebih baik. Dadang Kosasih menyelesaikan sekolahnya di Madrasah Aliyah
Pondok Pesantren Darunnajah pada tahun 1990. Dan beliau melanjutkan pendidikannya di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Dakwah pada
tahun 1997. Selain menjalani kegiatan perkuliahan, beliau juga aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Dari sinilah bakat beliau dalam
menjadi seorang pemimpin sudah terlihat. Hal ini terbukti dengan diangkatnya dia sebagai bendahara di Resimen Mahasiswa MENWA,
dan juga sebagai sekertaris umum di Senat Mahasiswa. Seusai perkuliahan Dadang Kosasih tetap eksis di dunia organisasi.
Di antaranya adalah menjadi Ketua Remaja Masjid Al-Hidayah dan Ketua Organisasi Mitra Polri Jakarta hingga sekarang.
Selain itu Dadang Kosasih juga mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah. Dan juga mengajar di Sekolah Tinggi Administrasi STIA
Jakarta. Awal mulanya Dadang Kosasih bisa direkrut menjadi Manajer
BMT Al-Hidayah adalah ketika dia menjadi salah anggota remaja Masjid Agung Sunda Kelapa MASKA. Dari sinilah dia direkomendasikan oleh
ketua remaja MASKA yang ternyata kerabat dekat dari ketua BMT Al- Hidayah untuk menempati jabatan manajer BMT Al-Hidayah hingga
sekarang.
2. Gaya kepemimpinan
Pada dasarnya gaya kepemimpinan itu terdiri dari tiga jenis. Yaitu gaya kepemimpinan otokratis, gaya kepemimpinan demokratis, dan gaya
kepemimpinan laiszes faire.
45
Dan salah satu gaya kepemimpinan yang mendekati gaya kepemimpinan manajer yang diterapkan di BMT Al-
Hidayah adalah gaya kepemimpinan demokratis. Indikasi ini dapat dilihat dari pernyataan manajer BMT Al-Hidayah yang menyebutkan bahwa gaya
kepemimpinan yang dipakai oleh BMT Al-Hidayah ini adalah gaya kepemimpinan yang mengedepankan sifat kekeluargaan. Di mana BMT
Al-Hidayah ini lebih mementingkan faktor kebersamaan dan kekeluargaan yang erat di antara karyawan dan manajer. Sehingga atas dasar inilah,
BMT Al-Hidayah mempunyai motto, dari kita, oleh kita, dan untuk kita. Dan karena itulah, dengan diterapkannya gaya kepemimpinan seperti itu,
45
Tarwotjo, Harwanti, Suprapto, Materi Pokok Kepemimpinan I, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2001, cet. 4, h. 417
diharapkan bisa menghadirkan sebuah sistem kerja yang dinamis dan kondusif di antara karyawan dan manajer BMT Al-Hidayah.
46
Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan manajer yang diterapkan di BMT Al-Hidayah adalah gaya
kepemimpinan demokratis dimodifikasi dengan gaya otokratis. Hal ini dapat terindikasikan dari kesadaran manajer akan pentingnya sebuah
kebersamaan di antara dirinya dengan karyawan. Dan gaya kepemimpinan seperti ini lebih menitikberatkan pada suatu kebersamaan kelompok, dan
bukan secara individual. Di mana, dalam setiap pengambilan keputusan itu harus berdasarkan hasil musyawarah mufakat. Dengan begitu, di antara
manajer dan karyawan bisa saling mendukung dalam melaksanakan pekerjaan sehingga bisa mengembangkan BMT Al-Hidayah menjadi lebih
maju. Manajer BMT Al-Hidayah yang lebih mementingkan faktor
kebersamaan ini mempunyai beberapa ciri-ciri. Di mana ciri-ciri inilah yang akan menjadi tolak ukur manajer dalam upayanya untuk
meningkatkan kinerja karyawannya. Adapun beberapa ciri-ciri dari kepemimpinan BMT Al-Hidayah adalah sebagai berikut.
a. Ciri kepemimpinan Manajer BMT Al-Hidayah
1 Luwes dan fleksibel
Manajer BMT Al-Hidayah merupakan salah satu pemimpin yang luwes dan tidak kaku dalam memimpin BMT Al-Hidayah.
Menurutnya, seorang pemimpin yang luwes itu harus bisa menerima
46
Wawancara Pribadi, Dadang Kosasih Manajer BMT Al Hidayah, tanggal 4 November 2009.
pola pikir karyawannya, kalau pola pikirnya itu yang lebih baik daripada pola pikir sang manajer dalam menyelesaikan masalah di
BMT.
47
Salah satu contoh ketika seorang karyawan di bidang marketing
ingin memberikan suatu modal kepada seorang calon nasabah. Namun sang manajer menolak ide dari karyawan marketing
tersebut dengan alasan yang tidak sesuai dengan prosedur peminjaman. Akan tetapi sang manajer juga mencoba mencari jalan
keluar agar masalah itu bisa terselesaikan, yaitu dengan cara meninjau tempat yang akan digunakan oleh calon nasabah, dan
ternyata setelah dilihat usahanya itu sangat berpotensial. Atas dasar itulah, akhirnya manajer menerima ide dari karyawan marketing itu.
Selain itu, manajer BMT Al-Hidayah juga seorang yang fleksibel. Salah satu contoh ketika ada suatu kasus semisal kegiatan
transaksi yang dilakukan oleh BMT Al-Hidayah dengan calon nasabah, lalu BMT Al-Hidayah meminjamkan modal pada calon
tersebut dengan metode ijaroh, maka pemimpin tidak secara langsung memberikan keputusan, tetapi dilihat terlebih dahulu dari
segi keuntungan dan kerugian yang akan di dapat oleh BMT Al- Hidayah nantinya.
Dengan memiliki sifat keluwesan itu, manajer BMT Al- Hidayah dapat mengembangkan kreatifitas dari karyawannya.
Sehingga kinerja karyawan pun bisa meningkat.
47
Wawancara Pribadi, dengan Dadang.
2 Membebaskan Karyawan dalam menyelesaikan masalah pada
pekerjaannya Membebaskan
karyawan dalam
mengatasi masalah
pekerjaan, maksudnya adalah ketika terjadi suatu masalah yang mengakibatkan karyawan atau pemimpin BMT Al hidayah harus
bisa mengambil keputusan dalam mengatasi masalah yang di temui tersebut dalam pekerjaannya. Manajer BMT Al Hidayah tidak
langsung turun tangan dalam penyelesaian masalah tersebut. Melainkan manajer memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada
karyawannya itu untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut. Contoh kasus, ketika proses pengambilan dana yang telah disepakati dalam
ijab qabul mengalami kemacetan atau tidak lancar dalam
pengambilan uangnya, maka karyawan tidak serta merta melimpahkan semuanya pada atasan melainkan berusaha untuk
dipecahkan sendiri terlebih dahulu. Dengan begitu karyawan bisa belajar bertanggung jawab atas pekerjaan yang dibebankan atau
diberikan oleh sang manajer. 3
Menjaga perasaan dan menghormati pendapat bawahannya Salah satu sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
adalah selalu menjaga perasaan dan menghormati pendapat bawahannya. Dengan memiliki sikap seperti itu, manajer bisa
menjaga semangat bekerja yang dimiliki oleh karyawannya. Manajer BMT Al Hidayah selalu berusaha untuk tidak
menyakiti perasaan sekecil apapun kepada para karyawannya. Dan
hal ini diperkuat oleh para karyawannya yang merasa bahwa selama mereka bekerja, mereka tidak pernah merasa tersakiti perasaannya.
Justru mereka selalu didukung penuh dalam setiap melaksanakan pekerjaannya. Dan karena hal itulah yang membuat mereka menjadi
lebih bersemangat lagi untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Seorang pemimpin juga harus bisa menghormati pendapat
dari para karyawannya. Ketika dalam mengambil sebuah keputusan pada suatu masalah yang terjadi di perusahaan, maka keputusan
tidak mutlak berada di tangan pemimpin. Melainkan berada di tangan semuanya, baik itu pemimpin maupun karyawan.
3. Upaya manajer dalam meningkatkan kinerja karyawan
a. Memberikan Kesejahteraan Karyawan
Dengan memberikan gaji yang sesuai dengan tingkat kerjanya. Disertai dengan adanya pemberian bonus kepada karyawan yang bisa
meraih prestasi kerja yang memuaskan. Hal ini adalah bertujuan untuk memotivasi karyawannya agar kinerja mereka bisa meningkat. Dengan
memberikan kompensasi yang sesuai dengan loyalitas yang telah diberikan oleh karyawan.
Manajer BMT Al Hidayah merasa bahwa apa yang menjadi hak dan kewajibannya telah dilakukan sesuai dengan apa yang diharapkan
para karyawannya. Selain berupaya untuk meningkatkan kinerja karyawan, juga mampu untuk menghindari tindakan penyelewengan
berupa penggelapan uang yang dilakukan karyawan BMT Al Hidayah,
yang dikarenakan manajer tidak memberikan hak yang sesuai dengan harapan kepada karyawannya.
b. Mengadakan studi banding
Salah satu upaya manajer untuk mengembangkan suatu perusahaan, adalah dengan mengadakan studi banding. Dengan studi
banding, diharapkan bisa menambah pengalaman dan ilmu bagi pengetahuan karyawannya. Sehingga kinerja karyawan pun menjadi
meningkat dengan bertambahnya pengetahuannya. Oleh karena itu, Manajer BMT Al-Hidayah juga menerapkan
sistem studi banding. Dengan melakukan studi banding antar sesama BMT, bisa saling bertukar pengalaman dengan BMT-BMT tersebut.
Karena dari setiap BMT-BMT pasti mempunyai masalah-masalah yang berbeda. Selain itu studi banding ini juga sangat bermanfaat. Yaitu
bertujuan untuk mempererat hubungan tali silaturahmi antar karyawan sesama BMT.
Karyawanpun juga merasakan hal yang sama dengan manajer. Mereka beranggapan bahwa dengan adanya studi banding antar BMT
yang lainnya, itu bisa membuat mereka menambah suatu pengalaman kerja yang baru. Sehingga merekapun bisa mengatasi masalah yang
ditemui pada saat mereka sedang melaksanakan pekerjaannya. c.
Mengadakan kegiatan rekreasi Refreshing
atau rekreasi itu penting. Apalagi dalam suatu perusahaan, apabila tidak ada kegiatan rekreasi, maka terdapat akan
terjadi kejenuhan yang dialami oleh para karyawannya. Dan kinerja mereka pun akan menjadi kacau.
Oleh karena itu, manajer BMT Al-Hidayah dalam hal ini selalu memperhatikan karyawannya. Dia tidak ingin karyawannya mengalami
suatu kejenuhan karena kepenatan yang ditimbulkan dari pekerjaan yang mereka lakukan. Menurutnya, apabila kejenuhan selalu melanda
para karyawannya, maka kinerja mereka pun juga akan terganggu dan akhirnya perusahaan juga yang akan rugi. Agar hal ini tidak terjadi,
maka manajer pun mengadakan kegiatan rekreasi. Dengan harapan bisa menyegarkan kembali para karyawannya.
Karyawan BMT Al-Hidayah pun mengaku sangat puas dengan adanya kegiatan rekreasi ini. Walaupun tidak dilakukan pada setiap
saat, namun hal ini sudah cukup membuat mereka bisa mengusir kejenuhan yang melanda mereka karena kepenatan pekerjaan yang telah
mereka jalani. Buat mereka, kegiatan rekreasi ini sangat bermanfaat. Karena bisa membuat pikiran mereka menjadi segar kembali. Sehingga
merekapun bisa kembali bekerja lebih baik lagi. d.
Kekeluargaan Suatu perusahaan bisa diibaratkan sebagai sebuah keluarga. Di
mana, seorang manajer sebagai kepala keluarga, dan karyawan adalah sebagai anak-anaknya. Seperti layaknya sebuah keluarga, keharmonisan
akan terjalin jika hubungan antara ayah dan anak-anaknya, serta anak dengan anak bisa terjaga dengan baik. Begitu juga dengan perusahaan
atau organisasi, di mana antara pemimpin dengan bawahan dan antara
bawahan dengan bawahan bisa terjaga dengan baik. Sehingga menimbulkan suasana kerja yang sangat harmonis di antara mereka
semua. Hal itulah yang mendasari manajer BMT untuk menerapkan
sistem kekeluargaan. Dengan menganggap semua yang bekerja di BMT Al-Hidayah adalah sebagai keluarga. Maka suasana kerja pun menjadi
lebih kondusif dan nyaman. Dan karyawan pun beranggapan bahwa sistem kekeluargaan yang diterapkan dalam bekerja merupakan yang
terbaik buat mereka. Sehingga merekapun bisa bekerja lebih nyaman dan bersemangat.
e. Melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan
Dalam setiap pengambilan keputusan, BMT Al Hidayah selalu bermusyawarah untuk menghasilkan hasil yang mufakat. Sehimgga
kalaupun ada masalah atas hasil itupun yang bertanggung jawab adalah semuanya, baik manajer maupun karyawannya. Namun begitu, dalam
pengambilan keputusan dalam suatu pekerjaan yang berkaitan dengan manajer, terkadang karyawan tidak selalu diikutsertakan. Karyawan
hanya dilibatkan dengan urusan yang sesuai dengan kapasitasnya sebagai karyawan. Karena ada beberapa hal yang sangat prinsipil di
BMT Al-Hidayah di mana keputusan itu hanya bisa diambil oleh pimpinan. Apabila urusannya menyangkut dengan sesuatu yang besar,
keputusan berada di tangan manajer. Istilahnya, urusan proyek ke atas karyawan tidak ikut campur. Tapi urusan proyek ke bawah, karyawan
bisa menentukan. Salah satu contoh kasus, ketika dalam pembiayaan ke
instansi yang lebih besar lagi, itu cukup manajer saja yang memberikan keputusan. Tapi kalau memberikan keputusan kepada calon nasabah,
misalnya nasabah ini layak atau tidak untuk mendapatkan pinjaman, maka karyawan bisa menentukan keputusan kepada calon nasabah itu.
B. Peningkatan Kinerja Karyawan
1. Job Description yang jelas
Seorang manajer harus bisa mengarahkan karyawannya untuk melakukan suatu pekerjaannya. Begitu juga dengan manajer BMT Al-
Hidayah yang selalu memberikan pengarahan kepada karyawannya. Hal ini diperkuat dengan pernyataan para karyawannya, bahwa manajer
selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada mereka agar dalam melaksanakan suatu pekerjaan sesuai dengan apa yang telah
direncanakan dan ditetapkan. Karyawan yang semula tidak paham akan pekerjaan yang diberikan oleh manajer, menjadi mengerti setelah
diberikan penjelasan dari manajer pada pekerjaannya.
48
Salah satu contoh kasus ketika manajer memberikan suatu pengarahan tentang bagaimana
memberikan pelayanan kepada nasabah, manajer menjelaskan dengan sebaik-baiknya sehingga karyawan bisa mengaplikasikan tugasnya
dengan baik dan benar sesuai dengan apa yang telah dia dengarkan arahan dari manajer. Mereka melihat manajer telah memberikan
bimbingan dan arahan dengan baik dan benar kepada mereka. 2.
Solidaritas antar teman sepekerjaan
48
Wawancara Pribadi, Ery Ridha Karyawan BMT Al Hidayah, 4 November 2009