diharapkan bisa menghadirkan sebuah sistem kerja yang dinamis dan kondusif di antara karyawan dan manajer BMT Al-Hidayah.
46
Dari pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan manajer yang diterapkan di BMT Al-Hidayah adalah gaya
kepemimpinan demokratis dimodifikasi dengan gaya otokratis. Hal ini dapat terindikasikan dari kesadaran manajer akan pentingnya sebuah
kebersamaan di antara dirinya dengan karyawan. Dan gaya kepemimpinan seperti ini lebih menitikberatkan pada suatu kebersamaan kelompok, dan
bukan secara individual. Di mana, dalam setiap pengambilan keputusan itu harus berdasarkan hasil musyawarah mufakat. Dengan begitu, di antara
manajer dan karyawan bisa saling mendukung dalam melaksanakan pekerjaan sehingga bisa mengembangkan BMT Al-Hidayah menjadi lebih
maju. Manajer BMT Al-Hidayah yang lebih mementingkan faktor
kebersamaan ini mempunyai beberapa ciri-ciri. Di mana ciri-ciri inilah yang akan menjadi tolak ukur manajer dalam upayanya untuk
meningkatkan kinerja karyawannya. Adapun beberapa ciri-ciri dari kepemimpinan BMT Al-Hidayah adalah sebagai berikut.
a. Ciri kepemimpinan Manajer BMT Al-Hidayah
1 Luwes dan fleksibel
Manajer BMT Al-Hidayah merupakan salah satu pemimpin yang luwes dan tidak kaku dalam memimpin BMT Al-Hidayah.
Menurutnya, seorang pemimpin yang luwes itu harus bisa menerima
46
Wawancara Pribadi, Dadang Kosasih Manajer BMT Al Hidayah, tanggal 4 November 2009.
pola pikir karyawannya, kalau pola pikirnya itu yang lebih baik daripada pola pikir sang manajer dalam menyelesaikan masalah di
BMT.
47
Salah satu contoh ketika seorang karyawan di bidang marketing
ingin memberikan suatu modal kepada seorang calon nasabah. Namun sang manajer menolak ide dari karyawan marketing
tersebut dengan alasan yang tidak sesuai dengan prosedur peminjaman. Akan tetapi sang manajer juga mencoba mencari jalan
keluar agar masalah itu bisa terselesaikan, yaitu dengan cara meninjau tempat yang akan digunakan oleh calon nasabah, dan
ternyata setelah dilihat usahanya itu sangat berpotensial. Atas dasar itulah, akhirnya manajer menerima ide dari karyawan marketing itu.
Selain itu, manajer BMT Al-Hidayah juga seorang yang fleksibel. Salah satu contoh ketika ada suatu kasus semisal kegiatan
transaksi yang dilakukan oleh BMT Al-Hidayah dengan calon nasabah, lalu BMT Al-Hidayah meminjamkan modal pada calon
tersebut dengan metode ijaroh, maka pemimpin tidak secara langsung memberikan keputusan, tetapi dilihat terlebih dahulu dari
segi keuntungan dan kerugian yang akan di dapat oleh BMT Al- Hidayah nantinya.
Dengan memiliki sifat keluwesan itu, manajer BMT Al- Hidayah dapat mengembangkan kreatifitas dari karyawannya.
Sehingga kinerja karyawan pun bisa meningkat.
47
Wawancara Pribadi, dengan Dadang.
2 Membebaskan Karyawan dalam menyelesaikan masalah pada
pekerjaannya Membebaskan
karyawan dalam
mengatasi masalah
pekerjaan, maksudnya adalah ketika terjadi suatu masalah yang mengakibatkan karyawan atau pemimpin BMT Al hidayah harus
bisa mengambil keputusan dalam mengatasi masalah yang di temui tersebut dalam pekerjaannya. Manajer BMT Al Hidayah tidak
langsung turun tangan dalam penyelesaian masalah tersebut. Melainkan manajer memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada
karyawannya itu untuk bisa menyelesaikan masalah tersebut. Contoh kasus, ketika proses pengambilan dana yang telah disepakati dalam
ijab qabul mengalami kemacetan atau tidak lancar dalam
pengambilan uangnya, maka karyawan tidak serta merta melimpahkan semuanya pada atasan melainkan berusaha untuk
dipecahkan sendiri terlebih dahulu. Dengan begitu karyawan bisa belajar bertanggung jawab atas pekerjaan yang dibebankan atau
diberikan oleh sang manajer. 3
Menjaga perasaan dan menghormati pendapat bawahannya Salah satu sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
adalah selalu menjaga perasaan dan menghormati pendapat bawahannya. Dengan memiliki sikap seperti itu, manajer bisa
menjaga semangat bekerja yang dimiliki oleh karyawannya. Manajer BMT Al Hidayah selalu berusaha untuk tidak
menyakiti perasaan sekecil apapun kepada para karyawannya. Dan
hal ini diperkuat oleh para karyawannya yang merasa bahwa selama mereka bekerja, mereka tidak pernah merasa tersakiti perasaannya.
Justru mereka selalu didukung penuh dalam setiap melaksanakan pekerjaannya. Dan karena hal itulah yang membuat mereka menjadi
lebih bersemangat lagi untuk bekerja dengan sebaik-baiknya. Seorang pemimpin juga harus bisa menghormati pendapat
dari para karyawannya. Ketika dalam mengambil sebuah keputusan pada suatu masalah yang terjadi di perusahaan, maka keputusan
tidak mutlak berada di tangan pemimpin. Melainkan berada di tangan semuanya, baik itu pemimpin maupun karyawan.
3. Upaya manajer dalam meningkatkan kinerja karyawan