Perdagangan Senjata Api Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Kepemilikan dan Penjualan Senjata Api Serta Amunisi Ilegal Oleh Masyarakat Sipil (Studi Putusan Nomor 3550/Pid.B/2006/PN.Mdn)

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mendorong kepemilikan senjata api yaitu : 1. Faktor pengamanan diri, jika sewaktu-waktu berhadapan dengan hal yang mengancam jiwanya. 2. Faktor pemuasan diri, karena merasa dirinya sanggup megoleksi barang eksklusif dimana tidak semua orang bisa mendapatkannya. 3. Faktor sistem dan prosedur izin kepemilikan senjata api yang begitu rumit, sehingga orang lebih tertarik mengunakan senjata api Ilegal. 4. Faktor perdagangan senjata api ilegal, dimana kebetulan saja belum terungkap, tidak terungkap, atau memang sudah diungkap, dengan harga jual yang lebih murah, dan proses mudah. 5. Faktor untuk melakukan tindak kriminal, dimana melakukan kejahatan perampokan, pembunuhan, teror.

C. Perdagangan Senjata Api

Ketika mendengar atau menyaksikan konflik–konflik bersenjata yang tak jarang melibatkan orang-orang sipil, sering menjadi pertanyaan, darimana sebenarnya mereka memperolah senjata yang digunakan itu. Apakah memang senjata diperdagangkan secara bebas legal atau ilegal. Pedagangan senjata illegal didefinisikan oleh Komisi Pelucutan Senjata PBB sebagai perdagangan yang melanggar hukum nasional ataupun hukum internasional illegal. Definisi ini memunculkan kemungkinan dua jenis pasar senjata ilegal, yakni “Grey Market dan black market”. Gray Market merujuk pada Universitas Sumatera Utara situasi dimana perdagangan terjadi dengan sepengetahuan pemerintahan nasional, walaupun mengkin melanggar aturan internasional. Sementara Black Market adalah merujuk pada perdagangan yang terjadi yang sepenuhnya diluar kontrol pemerintahan nasional. 48 Kejahatan gun trafficking ini pada dasarnya terjadi karena tersedianya peluang untuk melakukannya. Oleh karena itu, peluang yang tersedia tidak bisa Perdagangan senjata ilegal, tak urung sering dikaitkan dengan tindakan terorisme ataupun tindakan separatisme yang memicu timbulnya banyak korban di berbagai belahan dunia. Bagaimana tidak, tindakan perdagangan senjata yang melintasi batas negara dan melibatkan oknum-oknum tertentu, ditambah lagi dengan ketidakjelasan status senjata tersebut, jelas merupakan masalah besar yang patut mendapat perhatian penuh. Menurut Undang-undang Darurat No 12 tahun 1951 Pasal 1 1 : ”Barangsiapa, yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara setinggi- tingginya dua puluh tahun.” 48 www.balipost.co.id tanggal akses 23 April 2010 Universitas Sumatera Utara dibiarkan terbuka begitu saja harus ada usaha penanggulangannya. Adapun usaha- usaha yang ditawarkan antara lain: 49 1. Ketegasan hukum dimana menerapkan sanksi nyata pada si pelaku tanpa pandang siapa yang melakukan. 2. Dibentuknya badan khusus penanganan perdagangan senjata api gelap 3. Memperketat wilayah Perbatasan Republik Indonesia yang diduga sebagai masuknya senjata Ilegal di Indonesia. Dalam Pasal 1 1 Perpu No 20 Tahun 1960 disebutkan Ketentuan perijinan mengenai senjata api, obat peledak, mesiu dan lain sebagainya untuk kepentingan Angkatan Perang hendaknya diatur dalam lingkungan Angkatan Perang sendiri. Adapun yang diperuntukkan bagi pribadi anggota Angkatan Perang tetap termasuk bidang kewenangan perijinan seperti untuk umum di luar Angkatan Perang, ialah di bawah MenteriKepala Kepolisian Negara. Bahwa Senjata untuk masyarakat sipil dapat diimpor apabila memiliki izin dalam hal ini Pejabat yang berwenang untuk memberi izin pemasukan senjata api non standar TNIPOLRI adalah Kepala Kepolisian Republik Indonesia qq. Kepala Direktorat Intelijen Pengamanan 50 49 .Untuk bisa memasukkan senjata api ini, importir harus, memiliki izin dari Kepala Kepolisia Republik Indonesia, memiliki Angka Pengenal Impor dari Departemen Perindustrian dan Perdagangan Tempat pemasukan senjata api dan amunisi dapat dilakukan melalui pelabuhan laut maupun udara. Untuk pelabuhan laut dapat melaluiMedan Belawan, Jakarta Tanjung Priok, Surabaya Tanjung Perak, MakassarSoekarno-Hatta. Untuk http:ajiepgozali.wordpress.com tanggal akses 23 April 2010 50 .Buku petunjuj pelaksanaan pengawaan dan pengendalian senjata api non organik TNIPolri ,Loc.Cit halaman 6. Universitas Sumatera Utara pelabuhan udara dapat melalui Bandara Polonia, BandaraSoekarno-Hatta, Bandara Juanda dan Bandara Hasanuddin.Prosedur yang harus ditempuh adalah, importir mengajukan permohonan kepada Kepala Kepolisian Republik Indonesia dengan mencantumkan : 1. identitas, 2. jumlah dan jenis senjata api, 3. negara penjual, 4. jangka waktu pemasukkan, 5. pelabuhan pemasukkan, 6. dan lain-lain izin yang dikeluarkan berlaku selama enam bulan, dan apabila realisasi impor tidak dipenuhi dalam jangka waktu tersebut izin harus diperpanjang. 51 1. Usaha pengadaan, penyediaan perbaikan dan pendistribusian senjata gas air mata, senjata peluru karet dan senjata peluru pallets, berdasarkan surat izin Kapolri No. Pol : SI764III2002 tanggal 8 Maret 2002. Para importir bergerak dalam bidang usaha Senjata Api antara lain : 2. Penunjukan Badan Usaha sebagai pengusaha Gun Shop di Indonesia berdasarkan surat Keputusan kapolri No. Pol : SKEP403V2002 tanggal 31 Mei 2002. 3. Impor pistol gas dan amunisi, berdasarkan surat izin Kapolri No : Pol : SI052VI1999 tanggal 18 Juni 1999. 51 www.Infide.bejoin statement.tanggal akses 25 April 2010 Universitas Sumatera Utara 4. Impor pistol karet dan amunisi, berdasarkan surat izin Kapolri No : Pol : SI41VI2001 tanggal 15 Januari 2001. 5. Impor pistol pallets dan amunisi, berdasarkan surat izin Kapolri No : Pol : SI41VI2001 tanggal 15 Januari 2001. 6. Penghubung dalam rangka membantu kelancaran pengadaan senjata api dan amunisi non organik TNIPOLRI, berdasarkan surat rekomendasi Kapolri No. Pol : B169IV2002 Baintelkam tanggal 10 April 2002. 7. Penunjukan badan usaha penghubung badan peledak untuk komersilnon militer, seperti perusahaan minyak, pertambangan, berdasarkan surat keputusan Kapolri No. Pol : Skep182II2001 tanggal 27 Februari 2001 tentang badan usaha penghubung pengguna akhir bahan peledak. 8. Pengurusan izin akan kepemilikan senjata bela diri untuk perorangan maupun instansi, serta membantu mengurus perpanjangan surat izin kepemilikan senjata api sesuai dengan peraturan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA

KEPEMILIKAN SENJATA API ILEGAL

A. Penyalahgunaan Senjata Api