Gambar 20. Diagram Pemasaran Hasil Panen
6. Hama
Dari hasil pengamatan, hama yang menyerang tanaman bawang merah yaitu Spodoptera exigua 19,8, Agrotpis ipsilon 12,2, Thrips sp.7,4,
Liriomyza spp.0,8.
Gambar 21. Diagram Hama yang Mengganggu Tanaman Bawang Merah Dari 4 jenis hama yang menyerang tanaman bawang merah di Kec.
Simanindo, Spodoptera exigua merupakan hama yang paling menurunkan produksi. Hal ini sesuai dengan literatur Nurjanani dkk, 2004 yang menyatakan
bahwa hama yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah hama ulat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
daun yang memiliki nama latin Spodoptera exigua. Hama ini ditemukan hampir diseluruh sentra produksi bawang merah. kerusakan yang ditimbulkan bervariasi
dari 3,80 sampai 100 tergantung pengelolaan budidaya rendah iklim kering. Larva juga menyerang tanaman muda sehingga mampu menurunkan
produksi dan menyebabkan serangan 100 karena menyerang pada fase vegetatif dari tanaman. Dalam Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura 2008
menyatakan bahwa ulat bawang menyerang tanaman sejak fase pertumbuhan awal 1 – 10 hst sampai dengan fase pematangan umbi 51 – 65 hst. Ulat muda
instar 1 segera melubangi bagian ujung daun, lalu masuk kedalam daun bawang. Ulat memakan permukaan daun bagian dalam, dan tinggal bagian epidermis luar
sehingga mampu membuat daun terkulai. Metode yang digunakan petani di Kec. Simanindo untuk pengendalian
hama dipertanaman bawang merah adalah menyemprot insektisida yang mengandung zat kimia 100. Penyemprotan dilakukan dengan sistem jadwal,
dimana petani akan menyemprot insektisida sebelum hama muncul dipertanaman mereka. Hal ini lebih memudahkan petani untuk tetap merasa aman akan
pertanaman mereke, karena mereka merasa tiap hama yang muncul walaupun belum mencapai ambang ekonomi harus segera dilakukan pengendalian secara
kimia. Lebih mudah dan tidak memakan banyak waktu bagi petani.
Gambar 22. Diagram Metode Pengendalian yang Digunakan Petani
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Di Kec. Simanindo, petani lebih memilih kerja produk pestisida yang dapat mengendalikan hama secara langsung kontak 100 dengan hanya
memakan waktu 1 hari saja. Hal ini sesuai dengan literatur yang dikemukakan oleh Nur dan Ismiyati 2007 yang menyatakan bahwa Bawang merah termasuk
komoditas bernilai ekonomis tinggi, sehingga diusahakan dengan cara intensif dan keberadaaan hama dan penyakit merupakan faktor pembatas usaha tani bawang
merah. Perihal tersebut diatas dan sifat-sifat unggul pestisida sintesis dalam pemberantasan hama dan penyakit mendorong petani untuk menggunakan
pestisida pada setiap tindakan pengendalian hama dan penyakit karena petani pada umumnya beranggapan bahwa keberhasilan usaha tani mereka ditentukan oleh
keberhasilan upaya pengendalian hama dan penyakit yang menurut pengalaman mereka adalah dengan pemberian pestisida. Dampak negatif penggunaan pestisida
sintesis sudah dirasakan baik yang berupa timbulnya jenis hama maupun penyakit.
Gambar 23. Diagram Cara Kerja Produk Insektisida Petani bawang merah di Kec. Simanindo melakukan penyemprotan
dipertanaman mereka pada pagi hari 77 dan pada sore hari 23. Alat penyemprot yang digunakan adalah Knapsack Spayer. Penyemprotan juga
dilakukan lebih banyak pada pagi hari karena pada waktu sore hari sering terjadi hujan mendadak yang membuat petani merasa tidak akan berguna jika tetap
menyemprot.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 24. Diagram Waktu Penyemprotan
Interval banyak penyemprotan yang dilakukan petani pada satu musim tanam pada tanaman bawang merah 6 – 9 kali penyemprotan 46, 3 – 5 kali
penyemprotan 29, 10 – 12 kali penyemprotan 24, dan 0 – 2 kali penyemprotan 1. Insektisida yang digunakan oleh petani hanya Curacron 500
EC pada setiap musim tanam bawang merah. Alasan petani menggunakan hanya insektisida ini karena Curacron 500 EC tidak mudah tercuci oleh air hujan
sehingga sangat cocok untuk keadaan cuaca Kec. Simanindo yang sering sekali hujan. Hal ini sesuai dengan literatur Anonimous 2012 yang menyatakan bahwa
insektisida racun lambung dan kontak yang berspektrum luasdan dapat mengendalikan berbagai jenis hama serangga mulai dari kutu daun sampaiulat
pada tanaman bawang merah, cabai,jeruk, kacang hijau, kapas, kentang, kubis,semangka, tebu, tembakau, dan tomat. Mudahterserap oleh jaringan
tanaman dengan demikianmampu mengendalikan hama yang tersembunyi di balik daun. Efek translaminar ini membuat insektisida dengan bahan aktif profenofos
500gl sangat efektif dalam mengendalikan hama secara tuntas selain itu tidak mudah tercuci oleh air hujan rainfast.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 25. Diagram Interval Penyemprotan Pada Satu Musim Tanam
Dosis insektisida pada saat pencampuran sama dengan label 50, dosisnya, dosisnya kira – kira tidak tentu 49, dan tidak ada takaran 1.
Petani hanya berpatokan sesuai dengan saran dari penjual pestisida. Takarannya kira – kira 1 tutup botol dari pestisida dicampur dengan 10 liter air yang memang
sesuai dengan knapsack sprayer yang mereka gunakan.
Gambar 26. Diagram Dosis Pencampuran Tingkat keampuhan dari insektisida yang digunakan petani bawang merah
61 – 80 73, 81 – 100 26, dan 0 – 20 1. Mereka sangat percaya dengan insektisida yang berbahan aktif profenofos karena memang ampuh
mengendalikan hama dari ordo lepidoptera atau yang mereka sebut sebagai ulat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
bawang. Insektisida dengan bahan aktif tersebut juga bersifat kontak dan tahan terhadap cucian hujan.
Gambar 27. Diagram Tingkat Keampuhan Insektisida Pengetahuan petani tentang insektisida berasal dari beberapa sumber,
diantaranya: a.
Keterangan dari Pengecer distributor insektisida
Gambar 28. Diagram Keterangan Dari Pengecer Distributor insektisida
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
b. Koran
Gambar 29. Diagram Sumber Informasi Dari Koran
c. Majalah
Gambar 30. Diagram Sumber Informasi Dari Majalah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
d. Hasil Percobaan demonstrasi demplot
Gambar 31. Diagram Sumber Informasi Dari Hasil Percobaan demonstrasi demplot
e. Petani Lain Didekat Pertanian Saya
Gambar 32. Diagram Sumber Informasi Dari Petani Lain Didekat Pertanian Saya
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
f. Petugas Penyuluh Lapangan PPL
Gambar 33. Diagram Sumber Informasi Dari Petugas Penyuluh Lapangan PPL
g. Iklan di Televisi
Gambar 34. Diagram Sumber Informasi Dari Iklan di Televisi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
h. Iklan di Radio
Gambar 35. Diagram Sumber Informasi Dari Iklan di Radio
Label Pada Produk Pestisida
Gambar 36. Diagram Sumber Informasi Dari Label Pada Produk Pestisida
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Petugas Lapangan Produsen Insektisida
Gambar 37. Diagram Sumber Informasi Dari Petugas Lapangan Produsen Insektisida
Kelompok Tani
Gambar 38. Sumber Informasi Dari Kelompok Tani
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Barang – Barang Promosi Kaos, Tas, Korek, dll
Gambar 39. Sumber Informasi Dari Barang – Barang Promosi Kaos, Tas, Korek, dll
7. PHT PENGENDALIAN HAMA TERPADU