Teori Gerakan Sosial Baru

solidaritas dan identitas kolektif serta memelihara politik perlawanan. Properti dasar itu menjadikan ciri-ciri dari gerakan sosial yang terjadi pada gerakan yang dilakukan organisasi Laskar Hijau.

2.4 Teori Gerakan Sosial Baru

Gerakan Sosial Baru GSB muncul pada 1960-an dan 1970-an di Amerika dan Eropa sebagai gerakan yang beorientasi pada nilai-nilai yang bersifat universal. GSB tidak membahas wacana mengenai “anti kapitalisme”, “revolusi kelas”, dan “perjuangan kelas” seperti yang dibahas oleh Gerakan Sosial Klasik GSK Singh, 2010:122. Tabel 2.1 Ciri-ciri GSB No TipeCiri GSK GSB 1 Ideologi Retribusi Ekonomi Isu Identitas Politik 2 Struktur Institusional Non-Institusional 3 Taktik Mobilisasi untuk Revolusi Mobilisasi untuk Pengaruh Politik 4 Partisipan Antar Kelas Lintas Kelas 5 Ruang Lingkup Lokal dan Nasional Transnasional Sumber: Dari Jurnal Isfandiarly 2013:4 Gerakan sosial klasik lebih dicirikan secara kuat oleh tujuan ekonomi-material sebagimana tercermin dari gerakan kaum buruh. Sementara Gerakan sosial baru lebih berpusat pada tujuan-tujuan non-material. GSB biasanya menekankan pada perubahan-perubahan dalam gaya hidup dan kebudayaan daripada mendorong perubahan-perubahan spesifik dalam kebijakan publik atau perubahan ekonomi, sebagaimana tercermin dari gerakan lingkungan. Gerakan sosial baru tidak melibatkan dirinya pada wacana ideologis yang meneriakkan ”anti kapitalisme”, “revolusi kelas”, dan “perjuangan kelas” serta memiliki tampilan yang plural. GBS tidak lagi tertarik dengan isu-isu seperti kenaikan upah buruh dalam industri, perjuangan terhadap ketimpanagan ekonomi, dan eksploitasi kelas yang diakibatkan oleh bekerjasamanya sistem kapitalisme. GSB membangkitkan isu pertahanan diri komunitas dan masyarakat untuk melawan ekspansi aparat Negara dan pasar yang makin meningkat. Aksi nyatanya terwujud dalam lahirnya agen-agen yang memperjuangkan pengawasan dan kontrol sosial, kaum urban marginal, aktivis lingkungan dan juga para feminis. Struktur, GSB memilih bentuk yang tidak institusional serta mengganti kepemimpinan secara rutin, hal ini berarti gerakan ini mengorganisir diri dengan gaya yang tidak kaku non-hirarki. Struktur keorganisasian mereka secara horizontal terbentuk secara alami. Karena organisasi ini tidak terbentuk secara hirarki yang rigid, maka konsep kepemimpinannya tidak ada. Jika ada anggota yang menonjol mereka menyebutnya sebagai koordinator dan bukan sebagai ketua. Taktik, GSB lebih memilih saluran diluar poitik normal, menerapkan taktik yang mengganggu disruptive, dan mobilisasi opini publik untuk mendapatkan daya tawar politik. Merujuk Cohen dalam Singh, 2010 GSB umumnya merespon dan membidik isu-isu yang bersumber dari civil society daripada perekonomian dan Negara. Sedangkan partisipan, GSB menepis semua asumsi Marxian bahwa semua perjuangan dan pengelompokan didasarkan atas konsep kelas. Padahal Partisispan GSB berasal dari basis sosial yang luas, tidak terbagi-bagi melintasi kategori-kategori sosial ihwal gender, pendidikan, okupasi atau kelas Singh, 2010: 132. Karena itu aktor-aktor GSB juga berbeda dari GSK yang biasanya melibatkan kaum marginal dan teralienasi. Berdasarkan para tokoh ada tiga kategori keanggotaan gerakan ini, 1. Kelompok kelas menengah baru, 2 elemen-elemen kelas menengah lama seperti petani, pedagang, dan seniman, 3. Kelompok-kelompok pinggiran yang terdiri dari orang-orang yang tidak masuk dala pusaran pasar tenaga kerja, seperti pelajar dan mahasiswa, ibu rumah tangga, serta para pensiunan Crossley, 2002: 10. Ada impresi bahwa partisipan GSB kebanyakan berasal dari kelas menengah baru Singh, 2010: 132. Aktor-aktor GSB seperti feminis, ekolog, aktivis perdamaian, dan pengusung otonomi, memiliki pemahaman diri bahwa identitas, tujuan, dan cara-cara berasosiasi mereka secara historis adalah baru Singh, 2010, hal 133. Ruang lingkup, GSB bersifat lokal, nasional, dan transnasional hingga internasional. Sedangkan GSK bersifat lokal dan nasional saja. Wilayah aksi, strategi, dan cara mobilisasi GSB adalah global dengan memperhatikan masalah sosial dan isu-isu yang bergulir menyebrangi batas-batas bangsa dan masyarakat Singh, 2010: 131. Gerakan Laskar Hijau merupakan bentuk gerakan sosial baru karena berbeda dengan gerakan sosial klasik. Gerakan sosial baru lebih memfokuskan kepada keterkaitan mengenai ide-ide atau nilai yang sengaja diusung. Sedangkan gerakan sosial klasik lebih terkait pada fokus gerakan yang mementingkan material seperti kaum buruh. Nilai kepedulian menjadi salah satu alasan Laskar Hijau melakukan gerakannya. Sehingga Laskar Hijau mempunyai cirri-ciri gerakan sosial baru seperti aktor yang terlibat, taktik pengorganisasian yang digunakan, struktur yang dianut, dan juga ruang lingkup dari gerakannya. Struktur Laskar Hijau non institusional artinya tidak ada konsep kepemimpinan hanya saja siapa yang menonjol di organisasi ini maka dialah yang bisa disebut koordinator, partisipan dan ruang lingkup yang tidak hanya dari basis sosial yang sama atau dari daerah lokal saja melainkan lintas kelas yang berasal dari daerah-daerah nasional, taranslokal dan internasional.

2.5 Gerakan Lingkungan Hidup