terutama dalam membina sikap dan keterampilan mereka. Untuk membina sikap murid di sekolah, dari sekian banyak guru bidang studi, guru bidang
studi agamalah yang sangat menentukan, sebab pendidikan agama sangat menentukan dalam hal pembinaan sikap siswa karena bidang studi agama
banyak membahas tentang pembinaan sikap, yaitu mengenai aqidah dan akhlakul karimah.
Tugas guru tidak terbatas pada memberikan informasi kepada murid namun tugas guru lebih komprehensif dari itu. Selain mengajar dan
membekali murid dengan pengetahuan, guru juga harus menyiapkan mereka agar mandiri dan memberdayakan bakat murid di berbagai bidang,
mendisiplinkan moral mereka, membimbing hasrat dan menanamkan kebajikan dalam jiwa mereka. Guru harus menunjukkan semangat
persaudaraan kepada murid serta membimbing mereka pada jalan kebenaran agar mereka tidak melakukan perbuatan yang menyimpang dari ajaran agama.
Faktor guru sangat mendukung dalam mendidik prilaku siswa. Hal ini disebabkan karena guru merupakan suri tauladan bagi siswanya. Jika seorang
guru agama bertingkah laku dengan baik, maka siswanya akan mencontoh prilaku tersebut. Akan tetapi sebaliknya, jika guru agama tidak memberikan
contoh yang baik, maka siswanya juga akan meniru kelakuan tersebut. Dalam hal ini Zuhairini mengutip pendapat dari prof. Athiyah Al-abrossyi yang
menyatakan bahwa : “Hubungan antara murid dengan guru seperti halnya bayangan dengan
tongkatnya. Bayangan tidak akan terlihat lurus apabila tongkat itu berdiri bengkok yang artinya bagaimana murid akan menjadi baik,
apabila gurunya berkelakuan tidak baik. Dalam pepatah bahasa Indonesia dikatakan bahwa guru kencing berdiri, murid kencing berlari
yang artinya murid akan mencontoh apa yang telah dilakukan oleh gurunya”.
5
5
H. Zuhairini, dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama, Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1981, h. 35
Pengaruh negatif dari sekitar bisa jadi akan memperburuk pemahaman siswa tentang akhlak, yang lingkungan semula sudah diajarkan dan dapat di
pahami oleh siswa bisa saja rusak atau berubah akibat pergaulan buruk yang diterimanya. Walaupun orang tuanyalah yang berperan dalam pembinaan
akhlak anak-anak mereka. Akan tetapi keberadaan guru dan peran guru cenderung dapat memberikan motifasi dalam menananmkan pemahaman
akhlak pada diri anak, sehingga pemahaman tersebut bukan hanya pemahaman saja, tetapi dapat juga di amalkan. Oleh karena itu, peranan seorang guru,
khususnya guru agama Islam diupayakan untuk dapat membentuk siswa agar memiliki kepribadian muslim serta berakhlak mulia.
Melihat latar belakang masalah di atas, maka penulis di sini berpendapat bahwa seorang guru bukan hanya seorang pengajar saja tetapi
seorang guru sebagai pendidik yang dapat mengarahkan siswa-siswinya. Oleh karena itu peranan guru sangat diperlukan dalam membentuk kepribadian
muslim yang berakhlak mulia. Hal ini mendorong penulis untuk melihat lebih dalam apakah guru agama berperan dalam pembinaan akhlak siswa dengan
suatu penelitian yang berjudul “PERANAN GURU PAI SEBAGAI PENDIDIK DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA DI SMA NEGERI 8
KABUPATEN TANGERANG”
B.
Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka timbul permasalahan antara lain :
a. Buruknya akhlak siswa di sekolah seperti merokok di kelas b. Tidak masuk sekolah pada jam pelajaran
c. Minimnya kesadaran siswa tentang pentingnya akhlak d. Kurangnya pengetahuan siswa mengenai pentingnya akhlak
e. Kurangnya pengawasan dan perhatian dari guru
f. Problema peranan guru Agama Islam dalam membina akhlak siswa g. Problema peranan orang tua dalam membina akhlak anak di rumah
h. Problema peranan masyarakat dalam membina akhlak anak didik di lingkungan masyarakat
2.
Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan mengenai peranan guru sebagai pendidik, maka penulis hanya akan membatasi permasalahan pada peranan
guru agama Islam sebagai pendidik dan pembina akhlak siswa.
3.
Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, untuk memudahkan pelaksanaan penelitian maka masalah yang akan diteliti secara operasional dapat
dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana peranan guru Agama Islam sebagai pendidik dalam membina akhlak siswa SMA Negeri 8 Kabupaten
Tangerang?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui peran guru agama Islam sebagai pendidik dalam
membina akhlak siswa b. Manfaatnya bagi instansi sekolah bisa dijadikan motivasi untuk
memperbaiki mutu maupun tekhnis, baik dari segi sarana, maupun prasarana sekolah, sehingga kualitas kelulusannya bisa berwawasan iptek
dan imtaq.
D.
Teknik Penulisan Skripsi
Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini mengacu pada pedoman skripsi
yang di
susun oleh
FITK UIN
Jakarta tahun
2011
BAB II KAJIAN TEORI
A. Guru Sebagai Pendidik 1. Pengertian Guru Sebagai Pendidik
Guru, suatu profesi yang luar biasa mulia, profesi yang sangat berperan dalam peningkatan sumber daya manusia dan kemajuan suatu
bangsa. Orang-orang yang sukses di bidangnya masing-masing tidak mungkin bisa meraih keberhasilan jika tanpa ada guru yang mengajar dan
mendidiknya. Melalui gurulah seorang anak mulai diperkenalkan pada huruf dan angka dari tidak bisa membaca jadi bisa membaca dari tidak tahu
berhitung jadi bisa menjadi berhitung. Guru seorang yang mampu menginspirasi dan memotivasi muridnya, sehingga mampu berbuat sesuatu
yang baik dengan kemampuannya sendiri. Di sinilah pentingnya Guru sebagai sumber keteladanan dan kemampuan dalam menumbuhkan motivasi. Dengan
demikian peran seorang guru begitu penting dalam mendukung kemajuan suatu bangsa.
Guru sebagai pendidik merupakan gerbang awal dalam membentuk kepribadian siswa. Hal ini mengandung arti bahwa guru memberikan
pengaruh yang cukup bermakna bagi terwujudnya manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah subhanahu wa Ta’ala serta berakhlak mulia. Guru
merupakan orang yang di tangannya terletak masa depan bangsa.
8
Kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang berarti orang yang mengajar. Sedangkan dalam bahasa Arab guru diartikan sebagai al-alim atau
al-mu’alim, yang artinya orang yang mengetahui. Selain itu ada pula ulama yang menggunakan istilah al-mudarris yaitu orang-orang yang mengajar atau
orang-orang yang memberikan pelajaran.
1
Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan
masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid,
suraumusalla, di rumah dan sebagainya.
2
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan
rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial
dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
3
Menurut Langeveld seperti yang dikutip oleh Alisuf Sabri, pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan atau kedewasaan
seorang anak. Jadi sebenarnya seseorang disebut pendidik itu karena adanya peranan dan tanggung jawabnya dalam mendidik seorang anak.
4
Pendidik adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik.
5
Yang dimaksud pendidik di sini adalah guru yang mengajar sekaligus mendidik di sekolah.
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru sebagai pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik dan juga memberi bimbingan baik
1
Abudin Nata, Perspektif Islam tentang Pola Hubungan Guru dengan Murid, Study Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, Cet ke-1, h. 41
2
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, h. 31
3
Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV Pustaka Setia, 1998, Cet.ke-2, h.65
4
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan , Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999, Cet.ke-1, h.8
5
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam, Bandung: PT Rosdakarya, 1994, Cet. ke-2, h.74
jasmani maupun rohani guna mencapai kedewasaan. Disamping itu juga guru berkewajiban dalam pembentukan akhlak agar sejalan antara IPTEK dan
IMTAQ. Guru sebagai pendidik berkewajiban atas semua perkembangan anak,
baik dalam pemikirannya maupun dalam perbuatannya. Meskipun demikian bukan berarti guru adalah orang satu-satunya yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan kedewasaan anak, tetap saja pendidik pertama dan utama adalah orang tua di rumah karena anak lebih banyak menghabiskan
waktunya dirumah. Dari uraian yang telah ada, jelas bahwa pekerjaan guru itu memang
terasa berat, akan tetapi luhur dan mulia. Tugas guru tidak hanya mengajar, melainkan juga mendidik. Maka, untuk melakukan tugas sebagai guru tidak
sembarang orang dapat menjalankannya. Dalam praktek sehari-hari orang sering mencampur adukkan antara pengertian ”mengajar” dengan “mendidik”.
Kata tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat, walaupun keduanya sebenarnya mempunyai pengertian yang berbeda.
Dalam mengajar yang dipentingkan adalah segi ilmiahnya, karena mengajar mempunyai arti memberikan pengetahuan kepada anak, agar mereka
dapat mengetahui pristiwa-pristiwa, hukum-hukum ataupun proses dari pada sesuatu ilmu pengetahuan itu sendiri. Sedangkan dalam mendidik yang lebih
dipentingkan adalah segi pembentukan kepribadian anak itu sendiri, karena mendidik mempunyai arti menanamkan tabiat yang baik agar anak-anak
mempunyai sifat yang baik dan berkepribadian luhur.
6
Dengan demikian jelas bahwa mengajar dengan mendidik mempunyai hubungan yang sangat erat.
Selain itu pengajaran menurut Ahmad Tafsir ialah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif dan psikomotorik
semata-mata, yaitu supaya anak lebih banyak pengetahuannya, lebih cakap berpikir kritis, sistematis, dan objektif, serta terampil dalam mengerjakan
6
H. Zuhairini, dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama,…, h. 25