lipid membrane mudah terkena serangan radikal bebas berasal dari oksigen. Interaksi radikal lemak menghasilkan peroksida, yang tidak stabil dan reaktif, dan
terjadi reaksi rantai autokatalitik; 2 fragmentasi DNA. Reaksi radikal bebas dengan timin pada DNA mitokondria dan nuclear menimbulkan rusaknya untai
tunggal. Kerusakan DNA tersebut telah memberikan implikasi pada pembunuhan sel dan perubahan sel menjadi ganas; 3 ikatan silang protein. Radikal bebas
mencetuskan ikatan silang protein yang diperantarai sulfhidril, menyebabkan peningkatan kecepatan degradasi atau hilangnya aktivitas enzimatik. Reaksi
radikal bebas juga bisa secara langsung menyebabkan fragmentasi polipeptida
Kumar,2005
. Walaupun radikal bebas dapat dibentuk di dalam tubuh, sel-sel tubuh dapat
menghasilkan sejumlah enzim antioksidan seperti superoksida dismutase, glutation peroksidase dan katalase, yang membantu menetralisir radikal bebas dan
mencegah kerusakan seluler
Williams,2005
. Untuk dapat berfungsi dengan baik, harus berisi nutrisi-nutrisi yang penting seperti copper, zink, selenium. Selain itu
antioksidan ini juga terdapat di dalam vitamin E , C dan beta karoten Vander,2001.
4. Rokok
Rokok mempunyai efek yang kurang baik terhadap hampir setiap bagian dari tubuh, termasuk otak, lambung, mulut dan organ reproduksi. Sebatang rokok
berisi ratusan zat kimia perusak, termasuk aseton pembersih pengkilat kuku, ammonia pencuci lantai, dan toluene pelarut industry Insel,2004
Merokok dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan berbagai penyakit seperti penyakit kardiovaskular, paru-paru dan juga pada organ
metabolism seperti hati Insel,2004; Hahn,2003 Salah satu penyakit kardiovaskular akibat merokok yaitu penyakit jantung
koroner PJK. PJK biasanya merupakan akibat dari atherosklerosis yaitu suatu keadaan dimana terbentuknya deposit lemak yang disebut plak pada dinding dalam
arteri yang menyebabkan arteri tersebut menyempit dan kaku Lange,2006.
Merokok dan paparan rokok dari lingkungan secara permanen mempercepat akumulasi plak pada arteri koronaria 50 untuk perokok, 25 untuk mantan
perokok, dan 20 untuk orang yang sering terpapar asap rokok. Jika plak tersebut benar-benar memblok aliran darah ke bagian jantung dapat terjadi serangan
jantung Insel,2004. Paru-paru perokok terus menerus terpapar oleh zat kimia berbahaya dan
iritan sehingga mereka harus bekerja lebih keras agar berfungsi dengan adekuat. Stress pada paru-paru akibat rokok dapat merusak fungsi paru dan menyebabkan
penyakit paru obstruktif kronik PPOK Lange,2006. Merokok dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh tak
terkecuali hati. Efek dari asap rokok dapat menyebabkan kerusakan pada sel hepatosit hati sehingga dapat menyebabkan gangguan pada kerja hati atau hepar
Supriyanto,2003
5. HEPAR
Hati merupakan kelenjar terberat dalam tubuh, beratnya 1,5 kg atau lebih, konsistensi lunak dan terletak di bawah diafragma dalam rongga abdomen atas.
Dalam keadaan segar warnanya merah tua atau merah coklat, disebabkan oleh adanya darah yang banyak. Sebagian besar darah berasal dari arteria hepatica yang
merupakan cabang arteri seliaka. Selain itu hati juga menerima pendarahn dari saluran cerna melalui vena porta. Hati menerima semua bahan yang diserap dari
usus. Di samping itu darah portal juga membawa berbagai bahan toksik kedalam hati yang kemudian didetoksifikasi dan selanjutnya diekskresikani. Empedu dari
hati mengalir keluar melalui saluran ke dalam duodenum, sebagian merupakan sekresi karena mengandung garam empedu yang penting untuk pencernaan, dan
sebagian merupakan ekskresi karena mengandung bahan tak berguna dan berbahaya yang dikeluarkan ke dalam feses Leeson,1990; Macsween,1994.
Vena porta dan arteri hepatica masuk ke dalam dan saluran empedu keluar dari hati didaerah yang disebut porta hepatis, suatu celah yang melintang pada
permukaan bawah hati. Hati diliputi oleh simpai jaringan ikat fibrosa dan dari sini
membentuk septa jaringan ikat tipis yang masuk ke dalam hati di daerah porta hepatis dan membagi hati dalam lobus dan lobulus Leeson,1990; Macsween,1994;
Harlan,2000
A. Lobulus dan asinus hati Unsur utama struktur hati adalah sel-sel hati atau hepaosit. Sel-sel ini
berkelompok dalam susunan yang saling berhubungan sedemikian rupa, sehingga membentuk suatu unit struktural yang terlihat jelas dengan mikroskop cahaya. Unit
struktural ini dinamakan lobulus hati. Lobulus hati berbentuk bangunan prisma polygonal dengan ukuran sekitar 0,7 µm x 2 µm. Lobulus-lobulus berhubungan
erat satu dengan lainnya pada hampir seluruh permukaannya, sehingga sulit untuk menentukan batas antara lobulus yang satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, pada
beberapa daerah biasanya di sudut sudut lobulus, lobulus-lobulus dipisahkan oleh jaringan penyambung dan pembuluh darah. Daerah ini dinamakan segitiga portal
juga dinamakan saluran portal, celah portal atau trigonum portal. Lobulus hati mempunyai makna fungsional yaitu merupakan suatu unit structural dengan
pendarahan yang mengalirkan darah ke vena lobular vena sentralis Leeson,1990; Macsween,1994.
Ada patokan lain untuk menentukan satuan unit fungsional dalam hati, yaitu lobulus portal mempunyai kanal portal sebagai pusatnya, dan terdiri dari jaringan
yang menyalurkan empedu ke dalam duktus biliaris didaerah portal tersebut. Unit ini pada potongan melintang berbentik segitiga, mengandung bagian-bagian dari
tiga lobulus hati yang berdekatan dan vena sentralis terletak didaerah perifer pada masing-masing sudutnya Leeson,1990; Harlan,2000.
Dalam keadaan patologis, kerusakan hati biasanya berhubungan dengan pendarannya dan suatu susunan unit yang lebih kecil yang sekarang dikenal atas
dasar itu disebut asinus hati.
B. Sel-sel hati hepatosit Sel-sel hati hepatosit tersusun dalam rangkaian lempeng-lempeng atau
lembaran-lembaran bercabangdan beranastomosis membentuk labirin atau mirip karet busa, dengan diantaranya terdapat ruangan sinusoid. Lempeng ini secara
radial bermula dari tepi lobulus hati menuju ke vena sentralis sebagai pusatnya Leeson,1990.
Sel hati berbentuk polygonal dengan enam atau lebih sisi, berukuran sekitar 20-35 µm, dengan membrane sel yang jelas. Permukaannya sel disampingnya atau
terpisah sebagian dari sel di sampingnya membentuk kanalikuli biliaris. Inti bulat atau lonjong dengan permukaan teratur dan besarnya bervariasi dari satu sel
dengan lainnya. Kadang-kadang ada sel dengan dua inti. Masing-masing inti bentuknya vesicular dengan granula kromatin tanpak jelas dan tersebar, dengan
satu atau lebih anak inti Leeson,1990; Macsween,1994. Sitoplasma sel hati mengalami perubahan sesuai dengan aktivitas
fungsionalnya terutama sebagai tempat penyimpanan glikogen dan lemak. Kedua senyawa tersebut biasanya hilang sewaktu dibuat sediaan rutin, dan sebagai
gantinya tampak ruangan-ruangan berbentuk jala yang tak teratur dan vakuol- vakuol bulat. Sitoplasma tampak berwarna basofil, dengan mitokondria kecil
berwarna dan berjumlah banyak. Aparat Golgi biasanya tampak terletak dekat inti atau ditepi sel dan dekat kanalikuli biliaris. Retikulum endoplasma yang granular
maupun yang agranular licin tampak jelas dalam sitoplasma, dengan bagian yang tidak terputus-terputus menghubungkan keduanya. Ribosom menempel pada
membrannya, sedangkan polisom ada yang bebas dan adapula yang berhubungan dengan membrane tersebut. Peroksisom terdapat pada daerah dekat kanalikuli
biliaris, berbentuk bulat dengan garis tengah 0,2-0,8 µm, dan dibatasi oleh membran. Lisosom juga terdapat, bentuknya berbeda-beda dan dapat mengandung
lipofuksin Leeson,1990; Macsween,1994; Harlan,2000. Membran plasma sel hatiyang tebalnya kurang lebih 7,5 nm memperlihatkan
cirri-ciri khas pada daerah tertentu. Berhadapan dengan permukaan sinusoid darah, sel hati terpisah dari dinding pembuluh darah oleh suatu celah sempit yaitu ruang
perisinusoid. Di tempat ini membran plasma sel hati memperlihatkan banyak mikrovili panjang, banyak vakuola dan gelombang pada sitoplasma dibawahnya
Leeson,1990. Kanalikuli biliaris tampak dengan pewarnaan H.E hematoksilin-eosin
sebagai rongga kecil di antara sel hati yang bersebelahan. Dengan pewarnaan khusus, misalnya reaksi gomori untuk fosfatase alkali atau dengan impregnasi
perak, kanalikuli biliaris tampak berbentuk jala-jala tiga dimensi di antara sel-sel hati. Dinding kanalikuli terdiri atas sel-sel parenkim yang berdampingan. Peralihan
kanalikuli dan duktus biliaris tidak mudah diperlihatkan. Peralihan tersebut melalui bangunan peralihan yang disebut duktulus atau kanal Hering. Lumen duktulus ini
akhirnya bersatu dengan duktus biliaris di daerah portal Leeson,1990; Macsween,1994.
Gambar 1.1 Diagram sel hati dan organel-organelnya Junquiera,2005; Carneiro,2005
II.2 Kerangka Konseptual