2.2. Gejala Klinis
Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar nyeri tumpul di daerah epigastrium di sekitar umbilicus atau periumbilikus. Keluhan ini
biasanya disertai dengan rasa mual, bahkan terkadang muntah, dan pada umumnya nafsu makan menurun. Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah,
ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Namun terkadang, tidak dirasakan adanya nyeri di
daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi. Apendisitis kadang juga disertai dengan demam derajat rendah sekitar 37,5 – 38,5 derajat celcius
Gambaran klinis yang sering dikeluhkan oleh penderita, antara lain
6
Nyeri ini merupakan gejala klasik appendisitis. Mula-mula nyeri dirasakan samar- samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium atau sekitar
umbilicus. Setelah beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di abdomen kanan bawah
titik Mc Burney. Nyeri akan bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupa
nyeri somatik setempat. Bila terjadi perangsangan peritonium biasanya penderita akan mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau batuk.
1. Nyeri abdominal
2. Mual-muntah biasanya pada fase awal.
3. Nafsu makan menurun.
4. Obstipasi dan diare pada anak-anak.
5. Demam, terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi biasanya tubuh
belum panas. Suhu biasanya berkisar 37,5º-38,5º C
Gejala apendisitis akut pada anak-anak tidak spesifik. Gejala awalnya sering hanya rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa nyerinya. Karena gejala yang
tidak spesifik ini sering diagnosis apendisitis diketahui setelah terjadi perforasi
. Aiken et all , 2007
Universitas Sumatera Utara
2.3. Pemeriksaan Penunjang
2.3.1. Pemeriksaan Darah Penanda Inflamasi
1. Neutrofil
Disebut juga leukosit polimorfonuklear PMN karena gumpalan-gumpalan inti yang berikat secara fleksibel dapat mengambil sekian banyak poly bentuk morf , merupakan
jenis granulosit sel darah putih dan yang paling banyak dalam leukosit 45 -75 . Neutrofil berperan di dalam garis depan pertahanan seluler terhadap invasi kuman –kuman.
Fungsi utama neutrofil adalah sebagai fagositosis dan pembersihan debris , partikel dan bakteri serta pemusnahan organisme mikroba , dan hal ini mungkin disebabkan
spesialisasi membrannya untuk proses ini. Peran bermanfaat neutrofil yang telah terbukti adalah mencegah invasi oleh mikroorganisme patogen , serta melokalisasi dan mematikan
patogen tersebut apabila telah terjadi invasi .
Ronald A, 2004
Neutrofil ditemukan dalam aliran darah , selama fase akut peradangan , terutama sebagai akibat infeksi bakteri , paparan lingkungan dan beberapa jenis kanker , neutrofil
adalah salah satu yang pertama merespon sel-sel inflamasi untuk bermigrasi ke arah sumber peradangan. Bermigrasi melalui pembuluh darah , kemudian melalui jaringan interstitial ,
ditargetkan oleh sinyal kimia seperti interleukin -8 , interferon gamma , dalam proses yang disebut kemotaksis.
Neutrofil berpindah dari plasma menuju daerah radang melalui diapedesis sel karena adanya sinyal-sinyal kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Perpindahan tersebut
dikenal dengan kemotaksis atau perpindahan yang dirangsang oleh zat kimia. Kepekaan neutrofil terhadap rangsangan kimia tersebut menyebabkan neutrofil yang paling dahulu
sampai di daerah inflamasi. Adapun urutan yang dialami oleh sel neutrofil adalah neutrofil bergerak ke tepi pembuluh
darah → melekat pada dinding pembuluh darah → keluar dari pembuluh darah→ neutrofil
menelan bakteri dan debris jaringan fagositosis.
Dalal I , 2005
2. C – Reaktif Protein
C -Reaktif Protein merupakan protein darah yang terikat dengan C-polisakarida, pentamer 120 kDa. Kadarnya dapat meningkat 100 . 200 kali atau lebih tinggi pada inflamasi
sistemik yang menyebabkan kerusakan endotel. CRP merupakan penanda inflamasi yang
paling stabil. Suatu pemeriksaan C –reaktif protein adalah pemeriksaan darah yang
Universitas Sumatera Utara
mengukur jumlah protein C –reaktif di dalam tubuh. CRP yang meningkat sebagai respon terhadap peradangan alat ukur beratnya peradangan dalam tubuh.
Ronald A, 2004
C-reactive protein CRP adalah protein yang mengikat fraksi C polisakarida dari dinding sel pneumokokus. Protein ini adalah protein fase akut klasik yang dapat disintesis di
hati.Protein ini dibentuk akibat proses infeksi,peradangan, luka bakar dan keganasan.Respon fase akut diikuti dengan peningkatan aktifitas koagulasi,fibrinolitik, leukositosis, efek
sistemik dan perubahan kadar beberapa jenisprotein plasma seperti CRP atau hsCRP. Kadar CRP biasanya meningkat 6 – 8 jam setelah demam dan mencapai puncak 24 –48 jam.
Pada orang normal kadar CRP 5 mgL dan dapat meningkat 30x dari nilai normal pada
respon fase akut.
Lorentz, 2000
C – Reaktif Protein
dipakai untuk : • memberikan informasi seberapa akut dan seriusnya suatu penyakit.
• deteksi proses peradangan sistemik di dalam tubuh. • membedakan antara infeksi aktifdan inaktif.
• mengikuti hasil pengobatan infeksibakterial setelah pemberian antibiotika. • mendeteksi infeksi dalam kandungankarena robeknya amnion.
• untuk mengetahui adanya infeksi pasca operasi. • membedakan antara infeksi dan reaksi penolakan pada transplantasisumsum tulang.
• mempunyai korelasi yang baik dengan laju endap darah LED. Sebagaimana disebutkan diatas, dikenal 2 macam protein fase akut reaktif yaitu
1. C-reactive protein CRP 2. high sensitive C-reactive protein hsCRP.
hsCRP dipakai untuk deteksi dini infeksi pada anak dan menilai resiko penyakit
jantung koroner. Hasil beberapa penelitian menyimpulkan bahwa hsCRP dipakai untuk
memprediksi resiko penyakit jantung koroner pada orang yang tampak sehat dan dapat
dipakai sebagai indikator prognosis. Oleh karena itu peningkatan kadar hsCRP tidak spesifik
dan tidak dapat dinilai tanpa ada pendapat klinis keluhan.
Bangert SK, 2004
Universitas Sumatera Utara
Gambar 7. Induction and synthesis of CRP in hepatocytes
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Rancangan penelitian ini merupakan penelitian studi analitik Cross Sectional Studi 3.2.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sub Bagian Bedah Anak RSUP H.Adam Malik dan RSUD Dr Pirngadi Medan.
Waktu : Desember 2012 – April 2013 3.3.Objek Penelitian Sampel
Sampel penelitian adalah anak-anak yang telah di diagnosa radang apendiks akut di Divisi Bedah Anak Rumah Sakit H. Adam Malik dan RSUD Dr Pirngadi Medan.
3.4.Besar sampel Jumlah sampel diambil berdasarkan jumlah pasien yang masuk ke divisi Bedah Anak
RSUP H. Adam Malik dan RSUD Dr Pirngadi Medan. 3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.5.1. Kriteria Inklusi - pasien anak , usia 1 hari sd 15 tahun
- penderita dengan diagnosis radang apendiks akut 3.5.2. Kriteria Eksklusi
- pasien anak dengan diagnosis radang apendiks kronis - penderita anak dengan radang apendiks akut , disertai penyakit infeksi lain
3.6. Persetujuan Setelah Penjelasan Semua subjek penelitian akan diminta persetujuan dari pasien dan keluarga pasien
setelah diberi penjelasan mengenai kondisi pasien dan tindakan yang akan dilakukan
3.7. Etika penelitian
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan manusia sebagai subjek penelitian , yang selama pelaksanaannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan
kode etik penelitian biomedik. Izin didapat dari komisi etika penelitian Fakultas
Kedokteran USU
3.8. Cara Kerja 3.8.1. Alokasi subjek
Pemilihan subjek ditetapkan melalui total sampling dan kriteria inklusi pada penelitian ini.
3.8.2. Tahap Persiapan - Melakukan anamneses dan alloanamnese pada anak penderita radang akut appendix
- Melakukan Pemeriksaan fisik diagnostik - Melakukan pengambilan sample dengan menilai kriteria inklusi dan eksklusi
3.8.3. Tahap Pelaksanaan - Melakukan pemeriksaan darah lengkap, neutrofil dan CRP
3.8.4. Tahap Akhir Penelitian 1. Melakukan pengumpulan data
2. Melakukan pengolahan dan analisis data hasil penelitian 3. Melakukan penyusunan dan penggandaan laporan
3.9. Identifikasi Variabel Variabel Bebas
: Radang Apendiks akut , Histopatologi PA
Variabel Tergantung : Neutrofil , CRP
Universitas Sumatera Utara
3.10. Kerangka kerja
3.11. Kerangka Teori
Kriteria inklusi
Nilai Neutrofil, CRP Kriteria eksklusi
Appendectomy
Histopatologi
Klinis Sangkaan Apendisitis akut
Penderita apendisitis akut
Universitas Sumatera Utara
- Neutrofil ↑
- Mc burney sign + - CRP
↑ - Blumberg sign - Rovsing sign
- demam subfebril - local rigidity difossa iliaka kanan
3.12. Rencana Pengolahan dan Analisis Data Data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis dengan korelasi Pearson serta
disajikan dengan menggunakan program komputer. Interval kepercayaan 95 dan p 0,05 dinyatakan secara statistik bermakna.
BAB IV
Gejala klinis Laboratorium
Diagnosis Apendisitis akut
Universitas Sumatera Utara
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2012 sampai dengan April 2013. Dalam kurun waktu tersebut didapatkan kasus sebanyak 26 sampel penelitian pasien anak dengan
radang apendiks akut . Dari sampel tersebut dilakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap dan CRP test pre operasi dan pemeriksaan histopatologi jaringan paska operasi di
RS. H. Adam Malik dan RS . Pirngadi Medan.
4.1. Karakteristik Sampel
Dari 26 penderita radang apendiks akut pada anak didapatkan 15 orang berjenis kelamin laki-laki dan 11 orang berjenis kelamin perempuan. Data demografi subjek yang mengikuti
penelitian ini ditampilkan dalam tabel 4.1.1 dan diagram 4.1.1
Tabel 4.1.1 Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Jumlah
Proporsi
Laki-laki 15
15 26 Perempuan
11 11 26
Total 26
Universitas Sumatera Utara
Diagram 4.1.1 Persentase jenis kelamin penderita radang apendiks akut pada anak
Peneliti kemudian mengelompokkan subjek penelitian berdasarkan usia. Distribusi subjek penilitian ditampilkan pada tabel 4.1.2 dan diagram 4.1.2
Tabel 4.1.2 Distribusi pasien berdasarkan kelompok usia
Usia tahun Jumlah
Proporsi 0 – 5
2 2 26
6 – 10 15
15 26 11 – 15
9 9 26
Total 26
58 42
Laki-laki Perempuan
Universitas Sumatera Utara
Diagram 4.1.2 Distribusi pasien berdasarkan Usia
Dari tabel 4.1.2 dan diagram 2 diketahui bahwa kelompok usia terbanyak yang menderita radang apendiks akut adalah pada kelompok usia anak 6 - 10 tahun , sebanyak 15
kasus 58 , kedua terbanyak pada kelompok usia 11 – 15 ,sebanyak 9 kasus 34 dan 2 kasus 8 pada kelompok usia 0 – 5 tahun , dengan rentang usia 0 – 15 tahun. Rata-rata
usia pasien yang menderita radang apendiks akut adalah 9,7 +
4.2. Histopatologi Apendisitis