Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan manusia lain untuk melangsungkan kehidupannya. Di dalam berinteraksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya tidak dapat terlepas dari kegiatan komunikasi. Komunikasi merupakan prasyarat kehidupan manusia. Ketika melakukan komunikasi dengan orang lain tidak selalu berjalan efektif. Terkadang ada pesan yang tidak tersampaikan secara baik dan benar. Hal ini bisa terjadi karena masalah yang dihadapi manusia dalam berkomunikasi yang dikenal dengan istilah hambatan komunikasi communication apprehension. Orang yang mengalami hambatan komunikasi communication apprehension akan merasa sulit dan merasa cemas ketika harus berkomunikasi Kecemasan berkomunikasi sebenarnya merupakan hal yang wajar bagi seseorang. Bahkan Orang yang sudah terbiasa berbicarapun terkadang masih mengalami kecemasan. Hal ini juga yang biasanya dialami oleh mahasiswa. Dalam melaksanakan kegiatan kuliah mahasiswa sering melakukan komunikasi. Mulai dari mempresentasikan makalah di depan kelas, konsultasi skripsi, dan saat melakukan bedah jurnal. Jika mahasiswa memiliki kecemasan yang berlebihan ketika akan mempresentasikan tulisan ilmiahnya bisa saja materi yang sudah dikuasainya tidak bisa disampaikan dengan baik Santoso, 2008. Rubin dalam Nimocks, 2001 menjelaskan bahwa mahasiswa dengan kecemasan berkomunikasi yang tinggi memperlihatkan lebih senang untuk keluar dari kelas public speaking dibandingkan mahasiswa dengan kecemasan berkomunikasi yang rendah. Miller 2009 menyebutkan bahwa dalam suatu penelitian ditemukan bahwa mahasiswa dengan kecemasan berkomunikasi yang rendah mempunyai kemungkinan untuk dapat sukses. Sedangkan mahasiswa dengan kecemasan berkomunikasi yang tinggi memiliki nilai di bawah rata-rata, kemungkinan besar untuk keluar dari sekolah. Penelitian lain menerangkan bahwa orang yang cemas dalam berkomunikasi, cenderung dianggap tidak menarik oleh orang lain dan sangat jarang menduduki jabatan pemimpin. Pada pekerjaan, orang yang mengalami kecemasan berkomunikasi cenderung tidak puas, disekolah cenderung malas karena itu cenderung gagal secara akademis Rahmat, 2005 Miller 2002 juga menjelaskan bahawa mahasiswa yang memiliki kecemasan berkomunikasi yang tinggi rata-rata memiliki self-esteem dan self-credibility yang rendah. Begitu juga dalam memilih pekerjaan, orang yang memiliki kecemasan berkomunikasi yang tinggi akan memilih pekerjaan yang dirasa hanya membutuhkan komunikasi yang sedikit dan kurang dipercaya oleh orang lain. Masalah kecemasan komunikasi antar pribadi di Indonesia telah diteliti oleh Mariani. la menemukan bahwa 8 dari 189 subjek penelitian yang terdiri dari mahasiswa Fakultas Psikologi dan Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta mengalami kecemasan komunikasi Wulandari, 2004. Orang yang mengalami kecemasan berkomunikasi akan menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin berkomunikasi dan hanya akan berbicara apabila terdesak saja. Bila terpaksa melakukan komunikasi, pembicaraannya tidak relevan, sebab berbicara yang relevan tentu akan mengundang reaksi orang lain dan akan terus dituntut berbicara lagi Rakhmat, 2005. Beberapa penelitian yang terkait dengan kecemasan berkomunikasi adalah penelitian yang dilakukan oleh Faisal 2005. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara konsep diri dengan kecemasan berkomunikasi. Artinya, semakin positif kualitas konsep diri mahasiswa, maka semakin rendah tingkat kecemasan dalam berkomunikasi. Sebaliknya semakin negatif kualitas konsep diri mahasiswa, maka semakin tinggi tingkat kecemasan dalam berkomunikasi. Penelitian lain yang berkaitan dengan kecemasan berkomunikasi, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Triana dalam Dewi,dkk. 2006. Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa semakin positif citra raga individu maka semakin rendah kecemasannya dalam berbicara di depan umum. Sebaliknya semakin negatif cita raga individu maka semakin tinggi kecemasannya dalam berbicara di depan umum. Penelitian mengenai kecemasan berkomunikasi juga dilakukan oleh Opt Loffredo 2000. Dalam penelitiannya menyebutkan bahwa partisipan yang memiliki sifat introvert secara signifikan memiliki tingkat kecemasan yang tinggi secara umum daripada partisipan yang memiliki sifat extrovert, seperti pada pertemuan, pertukaran kelompok dan hal-hal yang berkaitan dengan konteks umum. Sa’diyah dkk 2009 juga memaparkan hasil penelitiannya yang berkaitan dengan kecemasan komunikasi. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada penyandang cacat tunarungu. Artinya, semakin tinggi kepercayaan diri para penyandang cacat tunarungu maka kecemasan komunikasi interpersonal semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah kepercayaan diri para penyandang cacat tunarungu maka kecemasan komunikasi interpersonal semakin tinggi. Dalam penelitian ini berpikir positif memiliki dua tingkatan yaitu tinggi dan rendah. Orang yang memiliki tingkatan berpikir positif yang rendah sama halnya dengan orang yang berpikir negatif. Suatu penelitian yang dilakukan oleh dewi dkk 2006 menyebutkan bahwa ada hubungan antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum. Dimana semakin tinggi pola pikir negatif seseorang maka semakin tinggi juga kecemasan berbicara di depan umum. Sebaliknya semakin rendah pola pikir negatif seseorang maka semakin rendah kecemasan berbicara di depan umum. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Puteri 2007, yang menyebutkan bahwa ada hubungan negatif signifikan antara pola pikir positif dengan kecemasan berbicara di muka umum pada mahasiswa. Dimana semakin positif pola pikirnya maka akan semakin rendah kecemasan berbicara dimuka umum. Sebaliknya semakin rendah pola pikir positifnya maka akan semakin tinggi kecemasan berbicara di muka umumnya. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini lebih pada tingkatan berpikir positif tinggi dan rendah karena didukung dengan teori yang dikemukaan oleh Albrecht 1980 yang menjelaskan bahwa individu yang memiliki tingkatan berpikir positif yang tinggi akan fokus pada harapan yang diinginkannya, meskipun lingkungan di sekitarnya tidak mendukung. Sebaliknya individu yang memiliki tingkatan berpikir positif yang rendah, sedikit banyaknya akan menghambat harapan yang dimiliki jika lingkungan disekitarnya tidak mendukung. Pada umumnya kecemasan berkomunikasi bukan disebabkan oleh ketidakmampuan individu, tetapi sering disebabkan oleh tingkatan berpikir positif yang rendah atau pikiran-pikiran yang negatif dan tidak rasional. Williams 2004 menjelaskan bahwa kecemasan biasanya juga dipengaruhi oleh cara berpikir yang keliru. Terlalu menilai diri begitu tajam sehingga sekilas tidak berani mencoba sesuatu yang tidak kita kuasai dengan sangat sempurna. Selain itu mengingat secara terus-menerus sesuatu yang menakutkan sehingga diri merasa terteror sampai rasa takut itu menjadi jauh lebih besar dari diri sendiri dan akhirnya diri berhenti sambil meyakini bahwa semuanya adalah malapetaka. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh fakultas kedokteran di San Fransisco menyebutkan bahwa ada hubungan antara akal dan tubuh dalam hal merebaknya berbagai penyakit, baik penyakit jiwa seperti cemas, gelisah, frustasi atau penyakit fisik seperti penyakit jantung dan tekanan darah meningkat. Hasil penelitian menegaskan bahwa lebih dari 95 penyebab munculnya penyakit bersumber dari akal. Akal berpikir, lalu mengirimkan pesan ke tubuh. Selanjutnya tubuh merespon. Respon itulah yang memengaruhi seluruh anggota tubuh Elfiky, 2009. Burns dalam Wulandari, 2004 mengungkapkan bahwa perasaan individu sering dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan individu mengenai dirinya sendiri. Pikiran individu tersebut belum tentu merupakan suatu pemikiran yang objektif mengenai keadaan yang dialami sebenarnya. Goldfried dan Davison 1976 juga menyatakan bahwa reaksi emosional tidak menyenangkan yang dialami individu dapat digunakan sebagai tanda bahwa apa yang dipikirkan mengenai dirinya sendiri mungkin tidak rasional. Begitu juga dengan Blackburn Davidson 1994 menjelaskan bahwa kecemasan disebabkan karena gangguan dari berpikir. Blackburn Davidson menghubungkan faktor emosi dan pikiran dengan gangguan kecemasan. Sama halnya penelitian yang dilakukan oleh Olfson dkk dalam Hutagalung, 2009. Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa kecemasan yang dialami seseorang dalam melakukan interaksi sosial lebih kepada adanya pikiran-pikiran negatif yang ada pada diri individu, dimana individu tersebut merasa bahwa orang lain tidak dapat menerima dirinya diakibatkan perbedaan-perbedaan yang dimilikinya seperti status sosial, status ekonomi dan juga tingkat pendidikan. Dari penelitian tersebut dan juga banyak penelitian lain menyepakati bahwa dari segala kecemasan yang dialami oleh seseorang dalam menghadapi suatu keadaan sangat berpengaruh dengan cara berpikir yang dimilikinya, dimana diyakini juga pikiran negatif hanya akan membawa pada keburukan dan pikiran positif akan membawa diri pada kebaikan, penyebabnya adalah karena pikiran dapat berpengaruh pada suasana hati. Dalam mengurangi atau mengatasi seseorang yang mempunyai kecemasan berkomunikasi dapat dilakukan dengan mengubah cara berpikir yang negatif dan tidak rasional tersebut menjadi cara berpikir yang positif. Peale 1959 menjelaskan bahwa untuk membentuk pikiran yang positif dapat menggunakan pernyataan-pernyataan yang positif. Jika individu secara terus menerus menggunakan kata-kata negatif maka akan berpengaruh pada kesehatan tubuh dan kekuatan stimulus yang negatif akan memberikan efek yang buruk. Kata-kata yang digunakan akan merefleksi secara kuat ke pikiran dan pikiran akan memberi efek secara negatif atau positif terhadap organ. Individu yang berpikir positif akan mengarahkan pikiran-pikirannya ke hal- hal yang positif, akan berbicara tentang kesuksesan daripada kegagalan, cinta kasih daripada kebencian, kebahagiaan daripada kesedihan, keyakinan daripada ketakutan, kepuasan daripada kekecewaan sehingga individu akan bersikap positif dalam menghadapi permasalahan Albrecht, 1980. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara berpikir positif dengan kecemasan berkomunikasi. Namun demikian variabel berpikir positif belum dibahas secara mendalam dalam penelitian tersebut. Sampel dan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya. Dengan bertitik tolak pada pemaparan di atas, maka penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih mendalam mengenai ”HUBUNGAN ANTARA TINGKATAN BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UIN JAKARTA”

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Hubungan antara tipe kecemasan dengan prestasi belajar statistik mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta

9 27 78

Hubungan sensation seeking dengan prestasi akademik mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Jakarta

1 8 105

HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN HARGA DIRI PADA MAHASISWA SKRIPSI FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan Antara Berpikir Positif Dengan Harga Diri Pada Mahasiswa Skripsi Di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN HARGA DIRI PADA MAHASISWA SKRIPSI FAKULTAS PSIKOLOGI Hubungan Antara Berpikir Positif Dengan Harga Diri Pada Mahasiswa Skripsi Di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 2 18

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA DI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS Hubungan Antara Tingkat Kecemasan Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 2 12

HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM Hubungan Antara Berpikir Positif Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM Hubungan Antara Berpikir Positif Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum.

3 13 13

HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASANMENGHADAPI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN MENJELANG MENOPAUSE.

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA MAHASISWA

0 0 8