Jaringan lemak putih white adipose tissue mulai diterima sebagai organ endokrin yang, bersama-sama dengan limfosit pada jaringan
adiposa tersebut, mampu mensekresikan bermacam-macam sitokin pro- inflamasi dan immunomodulator. Sehingga, massa jaringan lemak putih
yang berlebih pada orang obes mampu menciptakan disfungsi endokrin yang ditunjukkan dengan ditemukannya peningkatan marker inflamasi
serum, seperti CRP C-reactive protein, IL-6, dan TNF, pada orang- orang obes. Adapun, jaringan adiposa menciptakan sitokinnya sendiri
yang dikenal dengan sebutan adipositokin atau adipokin di mana salah satu jenis yang paling banyak dikenal adalah leptin
– selain juga resistin, adiponektin, dan visfatin. Adiponektin yang dikeluarkan
tersebut kemudian mampu memberikan efek inflamasi sistemik derajat rendah low-grade systemic inflammation yang mampu memberi efek,
salah satu yang paling sering pada sistem muskuloskeletal adalah osteoartritis.
[39]
4. 3. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai kekurangan dan keterbatasan yang bisa mempengaruhi hasil penelitian. Pengambilan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara mengakses data sekunder, yakni melihat rekam medis pasien di mana data anamnesi, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang yang kurang lengkap dan kurang ditulis dengan jelas. Selain itu, pengambilan data rekam medis oleh IRMIK memakan waktu yang lama,
sehingga, peneliti sulit untuk mendapatkan data lebih banyak lagi mengingat
waktu yang terbatas.
45
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Proporsi kasus osteoartritis dari keseluruhan kasus di poliklinik ortopedi
RSUP Fatmawati Jakarta pada tahun 2012-2103 adalah sebesar 2,67. 2.
Gambaran kejadian osteoartritis genu di poliklinik ortopedi, poliklinik penyakit dalam, dan poliklinik rehab medis di RSUP Fatmawati Jakarta
berdasarkan jenis kelamin terbanyak yaitu pada perempuan, yakni sebesar 75,7.
3. Gambaran kejadian osteoartritis genu di poliklinik ortopedi, poliklinik
penyakit dalam, dan poliklinik rehab medis di RSUP Fatmawati Jakarta berdasarkan usia terbanyak yaitu pada kelompok usia ≥ 61 tahun, yakni
sebesar 51,4. 4.
Gambaran kejadian osteoartritis genu di poliklinik ortopedi, poliklinik penyakit dalam, dan poliklinik rehab medis di RSUP Fatmawati Jakarta
berdasarkan tingkat pendidikan terbanyak yaitu pada kelompok tingkat pendidikan tamat SMA, yakni sebesar 37,8.
5. Gambaran kejadian osteoartritis genu di poliklinik ortopedi, poliklinik
penyakit dalam, dan poliklinik rehab medis di RSUP Fatmawati Jakarta berdasarkan IMT terbanyak yaitu pada kelompok IMT obes 1 23-25 kg
m
2
, yakni sebesar 40,5.
5.2. Saran
1. Pada penelitian kali ini, peneliti hanya melihat gambaran kejadian
osteoartritis genu berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan indeks massa tubuh pada pasien poli ortopedi, penyakit dalam,
dan rehab medik RSUP Fatmawati Jakarta, sedangkan faktor-faktor risiko lain yang mungkin dapat berhubungan dengan kejadian
osteoartritis genu tidak dilakukan. Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang lebih komprehensif pada populasi masyarakat di
Indonesia dengan cakupan lebih luas. 2.
Perlunya dilakukan penelitian lanjutan dengan metodologi statistik lebih mendetil, baik secara bivariat maupun multivariat, untuk lebih
mengetahui bagaiman keterkaitan antara faktor-faktor risiko tersebut dengan osteoartritis genu pada populasi masyarakat Indonesia.
3. Diharapkan dengan hasil penelitian lanjutan tersebut dapat dibuat
perumusan dalam menyusun program pencegahan ketidakmampuan ataudisabilitas
– yang disebabkan oleh osteoartritis genu – yang lebih sesuai dengan profil masyarakat Indonesia dan lebih kuat dalam
menekan isidensi kejadian osteoartritis genu di Indonesia.
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Fransen M, Bridgett L, March L, Hoy D, Penserga E, Brooks P. The
epidemiology of osteoarthritis in Asia. International Journal of Rheumatic Diseases 2011; 14: 113-121
2. Nevitt MC. Obesity outcomes in disease management: Clinical outcomes for
osteoarthritis. Obesity Research 2002; 10 Suppl 1: 33S-37S 3.
Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S, editors. Buku
ajar ilmu penyakit dalam 2006; 1: 1205-1211 4.
Handayani RD. Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya osteoartritis pada lansia di instalasi rehabilitasi medik RSU Haji Surabaya tahun 2008. ADLN
Digital Collections; 2009 5.
Kim IJ, Kim HA, Seo Y, Jung YO, Song YW, Jeong JY, et al. Prevalence of knee pain and its influence on quality of life and physical function in the
Korean elderly population: A community based cross-sectional study. J Korean Med Sci 2011; 26: 1140-1146
6. Nguyen UDT, Zhang Y, Zhu Y, Niu J, Zhang B, Felson DT. Original research
increasing prevalence of knee pain and symptomatic knee osteoarthritis: Survey and cohort data. 2011; 725-732
7. Solomon L. Osteoarthritis. In: Jamieson G, Naish F, editors. Apley’s system
of orthopaedics and fractures. 9
th
ed. London: Hodder Arnold; 2010: p. 85-102 8.
Dickson DJ, Frcp M, Frcp G, Mrcgp L, Doherty M, Lanyon P, editors. Collected reports on the rheumatic diseases. 2005;4.
9. Australian Institute of Health and Welfare. Arthritis and musculoskeletal
conditions in Australia 2005 with a focus on osteoarthritis. Aust Inst Heal Welf. 2005;1:160.
10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil data kesehatan Indonesia
tahun 2011. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2012 11.
Tortora GJ, Derrickson B. Joints. In: Roesch B, editor. Principles of anatomy and physiology 2009; 12: 264-336
12. Dorland’s illustrated medical dictionary. 32
nd
Ed. Philadephia: Saunders; 2012. Cartilage