Kerangka Berpikir Pengaruh kematangan emosi dan usia saat menikah terhadap kepuasan penukahan pada dewasa awal

Ada 4 hal penting dalam hal ini, yaitu: 1 penerimaan diri adalah kemampuan untuk mengakui diri kita seutuhnya dalam kekurangan atau ketidaksempurnaan kita, 2 penerimaan emosi yang matang, orang menerima emosinya sebagai bagian yang wajar, 3 toleransi terhadap frustasi adalah kapasitas untuk tetap berfungsi meskipun dalam keadaan stres sejauhmana keyakinan kita dalam pengungkapan diri kita itu diperhatikan, 4 percaya diri, orang yang sadar akan emosinya sendiri tidak merasa takut diperhatikan memiliki kontrol dalam pengungkapan diri mereka 4. Persepsi yang realistik Dalam hal ini, kematangan diartikan sebagai tetap berhubungan dengan realita tanpa mengubah lingkungan untuk melihat tujuan dan kebutuhan individu. 5. Keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki Seseorang yang memiliki beberapa keterampilan dasar, sebenarnya tidak memungkinkan untuk memelihara kenyamanan yang penting untuk berkembangnya kematangan orang yang memiliki kemampuan atau orang yang terampil di dirinya oleh kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan melalui berbagai jenis kegiatan 6. Pengetahuan atau pemahaman diri Menurut Allport, pengetahuan akan diri mencakup tiga kapasitas: mengetahui apa yang dapat dilakukan, tidak dapat dilakukan dan yang harus dilakukan.

2.4 Kerangka Berpikir

35 Pernikahan adalah dasar pertama bagi pertahanan suatu rumah tangga dalam masyarakat. Pasangan suami istri yang bersangkutan tentu menginginkan pernikahan yang langgeng seumur hidup dan memperoleh kepuasan dalam pernikahan mereka. Kepuasan dalam pernikahan tidak akan muncul dengan sendirinya, tetapi harus diusahakan dan diciptakan oleh kedua individu tersebut. Di dalam suatu pernikahan setiap pasangan suami istri akan berusaha untuk mencapai kepuasan pernikahan, diantara berbagai macam faktor yang mempengaruhi kepuasan pernikahan diantaranya adalah kematangan emosi dan usia pada saat memasuki pernikahan. Kematangan emosi merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk menjaga kelangsungan pernikahan. Jika terjadi konflik dalam kehidupan rumah tangga akan sulit untuk diselesaikan, jika salah satu pasangan atau kedua pasangan tidak memiliki kematangan emosi yang baik dalam menyelesaikan masalah tersebut. Bahkan banyak pasangan yang memutuskan untuk pisah ranjang atau bahkan memilih untuk bercerai. Salah satu ciri dari individu yang matang emosinya menurut KatkovskyGarlow 1976 adalah mampu berkembang kearah kemandirian, dimana individu mampu memutuskan apa yang dikehendaki dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya tanpa bergantung pada orang lain. Mampu menerima kenyataan, seorang yang matang emosinya mampu menerima kenyataan dalam hidupnya baik yang positif maupun yang negatif. Mampu beradaptasi, dimana seorang yang telah matang emosinya mampu menempatkan dirinya pada situasi apapun. Memiliki kapasitas untuk seimbang, seseorang yang matang emosinya maka akan mampu menyeimbangkan 36 pemenuhan kebutuhan dirinya sendiri dan pasangannya. Mampu berempati dan merespon dengan tepat, dengan memilik kemampuan ini individu dapat merasakan apa yang dirasakan oleh pasangan dan kemudian dapat merasakan kepekaan terhadap emosi pasangan. Serta mampu menguasai amarah, seorang yang matang emosinya maka akan mampu menempatkan dirinya pada saat menyalurkan rasa marahnya serta ia akan mampu untuk dapat mengendalikan perasaan amarahnya. Oleh karena itu, mereka yang memiliki kematangan emosi ketika memasuki pernikahan cenderung lebih mampu mengelola perbedaan yang ada diantara mereka jika terjadi konflik dalam rumah tangganya. Jadi dengan demikian dapat diasumsikan bahwa orang yang matang secara emosional memiliki kepuasan dalam pernikahannya dibandingkan dengan orang yang tidak matang secara emosional. Faktor lain dalam kepuasan pernikahan adalah usia yang matang. Usia yang matang memasuki pernikahan merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap kepuasan pernikahan. Karena dengan usia yang matang, seorang individu dapat berpikir positif dan memiliki kedewasaan berpikir dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi. Selain itu, dengan matangnya usia seseorang maka mereka akan mampu mengambil keputusan atau pertimbangan- pertimbangan yang sehat dan berdasar dalam memutuskan suatu masalah, dapat menimbang baik dan buruk dengan ilmu yang memadai, serta dapat bersikap mandiri. Bila kematangan emosi dan usia telah matang, dan didukung dengan cara berpikir yang baik sehingga akan dengan mudah menyelesaikan masalah-masalah 37 yang terjadi dalam kehidupannya maka akan menciptakan kepuasan dalam pernikahannya. Gambar 2.1 Kerangka Berpiki r Usia Saat Menikah Kepuasan Pernikahan Kematangan Emosi 1. Berkembang kearah kemandirian 2. Mampu menerima kenyataan 3. Mampu beradaptasi 4. Mampu merespon dengan tepat 5. Kapasitas untuk seimbang 6. Mampu berempati 7. Mampu menguasi amarah Dewasa awal yang menikah 38 39

2.5 Hipotesis