Komponen-Komponen Kepuasan Pernikahan Pernikahan

d. Jalinan kasih mesra yang lama dengan kedamaian. Hal ini bisa menandakan bahwa masing-masing pihak saling mengenal satu sama lain dengan baik, dan selalu siap mengambil keputusan yang rasional serta bertanggung jawab tentang seluruh masalah yang dihadapi. e. Pernikahan yang tidak terlalu muda. Orang yang sudah dewasa biasanya tidak akan terlalu gegabah dalam mengambil keputusan yang atas satu permasalahan, dan pernikahan yang tidak terlalu muda biasanya diiringi keadaan sosial ekonomi yang sudah lebih baik. Papalia Olds dalam Adhim, 2002 mengemukakan usia terbaik untuk menikah bagi perempuan adalah 20 tahun, sedangkan bagi laki-laki usia 25 tahun diharapkan sudah menikah. Ini adalah usia terbaik untuk menikah, baik untuk memulai kehidupan rumah tangga maupun untuk mengasuh anak pertama the first time parenting Dalam penelitian ini, faktor yang akan dilihat untuk memprediksi kepuasan pernikahan pasangan adalah pernikahan yang tidak terlalu muda, yang berkaitan dengan usia yang matang serta pola atau gaya pengungkapan emosi oleh pasangan yang cenderung berbeda.

2.1.6 Komponen-Komponen Kepuasan Pernikahan

Fizpatrick dalam Bird Melville, 1994 menjelaskan bahwa penelitian kepuasan pernikahan secara umum memberikan pertanyaan mengenai : a. Jumlah konflik pasangan. b. Tingkat kecocokan pasangan mengenai pentingnya sebuah keyakinan tertentu, pandangan-pandangan, dan nilai-nilai. c. Berapa sering pasangan melakukan sesuatu bersama-sama. 23 d. Seberapa bahagia pasangan menilai pernikahan mereka. e. Apakah mereka berfikir pernikahan mereka akan bertahan. Menurut Sternberg dalam Dariyo, 2003 adanya kepuasan pernikahan adalah adanya rasa cinta dalam individu tersebut. Sternberg menjelaskan dalam teori segitiga cinta triangular theory of love, unsur cinta terdiri dari tiga jenis, yaitu : a. Intimacy elemen emosional: keakraban,keinginan untuk mendekat, memahami kehangatan, menghargai, kepercayaan. Intimacy mengandung pengertian sebagai elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang yang dicintainya. b. Passion elemen fisiologis:dorongan nafsu biologis atau seksual. Passion merupakan elemen fisologis yang menyebabkan seseorang merasa ingin dekat secara fisik, menikmatimerasakan sentuhanfisik, ataupun melakukan hubungan seksual dengan pasangan hidupnya. c. Commitment elemen kognitif: tekad untuk mempertahankan keutuhan hubungan cinta dengan orang lain yang dicintainya. Komitmen adalah elemen kognitif yang mendorong individu tetap mempertahankan keutuhan hubungan cinta dengan pasangan hidup yang dicintainya. Sedangkan Spainer 1976 mendefinisikan kepuasan pernikahan dengan empat komponen, diantaranya : a. Dyadic Consensus kesepakatan Kesepakatan berhubungan dengan persepsi pasangan mengenai berapa banyak persetujuan yang mereka bagi pada 15 masalah penting mengenai pernikahan diantaranya keuangan keluarga, rekreasi, agama, teman, karier, 24 tugas rumah tangga, menghabiskan waktu bersama filosofi kehidupan dan membesarkan anak. b. Dyadic Cohesion perpaduan atau kekompakkan Merujuk pada bagaimana pasangan bekerja sama dalam setiap pekerjaan atau mempunyai waktu yang tepat untuk bersama. c. Affectional Expression ekspresi kasih sayang Berhubungan dengan apakah pasangan itu pernah tidak setuju tentang sex atau ekspresi kasih sayang lainnya. d. Dyadic Satisfaction kepuasan Meliputi perkiraan seberapa sering pasangan memiliki ketidakpuasan yang serius dalam sebuah ikatan pernikahan serta bagaimana komitmen masing- masing pasangan dalam mempertahankan pernikahan. Peneliti menggunakan komponen-komponen kepuasan menurut teori Spainer 1976 untuk mengukur kepuasan pernikahan pada dewasa awal, karena komponen-komponen ini yang sesuai dengan tujuan penelitian dari kepuasan pernikahan, yaitu Dyadic Consensus kesepakatan, Dyadic Cohesion perpaduan atau kekompakkan, Dyadic, Affectional Expression ekspresi kasih sayang, Dyadic Satisfaction kepuasan 2.2 Kematangan Emosi 2.2.1 Pengertian Kematangan Emosi