Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Zona Hambat
4.2 Pembahasan
Pemberian ekstrak bawang dayak Eleutherine palmifolia memiliki efek antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang ditandai dengan
terbentuknya zona hambat. Adanya zona hambat yang dihasilkan dari pemberian ekstrak bawang dayak dapat dihubungkan dengan senyawa-senyawa yang terkandung
didalamnya. Bawang dayak mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, glikosid, antrakinon glikosida dan steroid.
8
Tannin, saponin, triterpenoid yang termasuk dalam golongan steroid bebas, dan flavonoid dilaporkan
memiliki efek antibakteri.
8,20,21
Alkaloid, antrakuinon, tannin, dan flavonoid memiliki khasiat sebagai antibakteri pada Staphylococcus aureus.
8,20,21,24
Mekanisme flavonoid sebagai antibakteri yaitu dengan membentuk kompleks protein ekstraselular sehingga dapat merusak membran sel bakteri, menghambat
0. 5.
10. 15.
20. 25.
30. 35.
40.
Kontrol - 10
20 40
Amoksisilin
Z o
n a
H am
b at
m m
Konsentrasi Bawang Dayak mgml
Amoksisilin
sintesis DNA dan RNA, dan mengganggu metabolisme sel bakteri.
25
Mekanisme triterpenoid yaitu dengan mengganggu proses terbentuknya dinding sel bakteri.
20
Mekanisme tannin yaitu dengan menghambat enzim reverse transkriptase dan DNA topoisomerase, serta mengganggu pembentukan dinding sel bakteri seperti halnya
triterpenoid. Sedangkan mekanisme saponin sebagai antimikroba yaitu mengganggu kestabilan membran sitoplasma dengan meningkatkan permeabilitasnya sehingga
terjadi kebocoran sel bakteri.
25
Penelitian sebelumnya sudah dilakukan oleh Mierza 2011, yang membuktikan bahwa ekstrak bawang dayak Eleutherine palmifolia dengan
menggunakan pelarut etanol 80 mempunyai efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus. Pada penelitian tersebut menggunakan metode difusi agar
dan menggunakan medium MHA. Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali. Variasi konsentrasi yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu 5mgml, 10mgml, dan
20mgml. Didapatkan hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang dayak maka semakin besar rata-rata zona hambat yang dihasilkan. konsentrasi hambat
minimum KHM 10 mgml pada penelitian tersebut menunjukkan zona hambat sebesar 12,50 mm. Sedangkan pada konsentrasi 20 mgml menunjukkan zona hambat
sebesar 14 mm. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, terdapat perbedaan dengan hasil penelitian ini yaitu rata-rata zona hambat yang
dihasilkan dari konsentrasi 10 mgml pada penelitian ini hanya sebesar 8,83 mm, dari konsentrasi 20 mgml didapatkan rata-rata zona hambat 9,67 mm, dan dari
konsentrasi 40 mgml didapatkan rata-rata zona hambat 11,83 mm. Ketidaksesuaian dari hasil yang didapatkan pada penelitian ini mungkin dipengaruhi oleh tidak
diketahuinya umur bawang dayak saat dipanen, tidak diketahuinya kadar senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak, perbedaan dari medium yang digunakan, dan
perbedaan konsentrasi pelarut pada penelitian. Kalidass 2012, meneliti efek ekstrak bawang dayak Eleutherine palmifolia
dengan menggunakan pelarut etanol terhadap bakteri MRSA Methicillin-resistant Staphylococcus aureus dengan variasi konsentrasi 50 mgml, 75 mgml, dan
100mgml dan didapatkan hasil bahwa zona hambat yang dihasilkan dari konsentrasi 50mgml sebesar 14 mm, dari konsentrasi 75mgml sebesar 17 mm, dan dari
konsentrasi 100mgml didapatkan zona hambat sebesar 33 mm. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak bawang dayak efektif dalam menghambat
bakteri Staphylococcus aureus dan semakin tinggi konsentrasi maka zona hambat yang dihasilkan akan semakin besar.
Penelitian yang lain juga telah dilakukan oleh Ifesan 2009, yang meneliti efek ekstrak bawang dayak dengan jenis lain yaitu Eleutherine americana terhadap
bakteri Staphylococcus aureus yang diisolasi dari makanan. Ekstraksi bawang dayak dilakukan secara maserasi dengan menggunakan etanol 95. Ekstrak yang digunakan
pada penelitian tersebut sebesar 250 mgml yang dilarutkan dalam pelarut DMSO Dimethylsulfoxide kemudian diambil tiap 10 ml untuk dilarutkan lagi dalam
berbagai macam pelarut, yaitu: etanol, heksana, aceton, dan campuran etanol heksana. Cakram disk yang sudah diisi dengan ekstrak bawang dayak kemudian ditanam pada
biakan bakteri Staphylococcus aureus dan diinkubasi pada suhu 35
o
C selama 24 jam. Pada hasil penelitian didapatkan rata-rata zona hambat dengan pelarut etanol sebesar
15,36 mm, rata-rata zona hambat dengan pelarut heksana sebesar 14,51 mm, rata-rata zona hambat dengan pelarut aceton sebesar 15,75 mm dan rata-rata zona hambat
dengan pelarut campuran etanol heksana sebesar 14,59 mm.
22
Dari hasil penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa rata-rata zona hambat yang dihasilkan dari ekstrak
bawang dayak dengan pelarut aceton lebih besar dibanding dengan pelarut yang lain. Namun pada penelitian tersebut juga dikatakan bahwa ekstrak dengan menggunakan
pelarut etanol adalah yang akan digunakan pada penelitian-penelitian selanjutnya karena tujuan dari penelitian akan diaplikasikan sebagai obat. Adanya perbedaan dari
jenis pelarut yang digunakan saat ekstraksi, penambahan pelarut DMSO, perbedaan suhu saat inkubasi, dan perbedaan jumlah konsentrasi yang digunakan dalam
penelitian tersebut menjadi sebab ketidaksesuaian hasil penelitian ini. Pada penelitian ini didapatkan hasil yang paling signifikan dalam
menghambat bakteri Staphylococcus aureus adalah konsentrasi ekstrak bawang dayak
40 mgml. Namun zona hambat yang dihasilkan tetap tidak melebihi zona hambat yang dihasilkan oleh kontrol positif berupa amoksisilin yang merupakan antibiotik
golongan beta laktam. Hal ini dikarenakan mekanisme kerja antibiotik amoksisilin yang sudah teruji pasti yaitu menghambat pembentukan dinding bakteri dengan
menghambat sintesis petidoglikan sehingga pada penelitian ini memperlihatkan hasil zona hambatan bakteri yang paling besar.
Berdasarkan klasifikasi Greenwood 1995, konsentrasi ekstrak bawang dayak 40mgml dengan pelarut etanol 96 dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus meskipun termasuk dalam klasifikasi daya hambat lemah.