METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Oktober 2009 di Kota Medan. Analisa data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan
Terpadu Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah Citra satelit landsat TM 7 Kota Medan pathrow 12957 dan 12958 tahun 2001 dan tahun 2006, peta
administrasi kota Medan, peta Rupa Bumi Indonesia. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah, Personal Computer PC
dengan perangkat lunaknya, perangkat SIG Software Arc View 3,3 dan Erdas Imagine 8,5, Global Positioning System GPS, kamera digital, Termometer.
Metode Penelitian
1. Pengumpulan Data
a. Data-data sekunder diperoleh dari berbagai instansi dan studi literatur,
terdiri dari : 1.
Citra Landsat TM 7 Kota Medan pathrow 12957 dan 12958 tahun 2001 dan tahun 2006.
2. Peta administrasi kota Medan.
3. Peta Rupa Bumi Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
b. Pengumpulan data primer diperoleh dari :
1. Pengambilan titik koordinat di kota Medan. Data ini diperlukan untuk
mengetahui titik koordinat lokasi pengukuran suhu udara. 2.
Pengukuran suhu dilakukan di setiap sampel lokasi. Lokasi yang mewakili areal bervegetasi seperti hutan kota, padang rumput dan
mangrove serta areal non vegetasi seperti jalan raya, danau, gedung, dan lapangan udara.
2. Analisis Citra
Citra Landsat TM dianalisis dengan tujuan untuk memperoleh peta perubahan penggunaan lahan dari kawasan yang diteliti. Menurut Lillesand dan
Kiefer 1990, analisis citra dapat dilakukan dalam enam tahap yang digambarkan dalam diagram alir seperti gambar 1, yang mencakup :
1. Mosaik Image
Mosaik image adalah penggabungan dua citra yakni citra landsat 12957 dan citra landsat 12958 sehingga gambaran pada kedua citra tersebut
bertampalan.
2. Subset Image
Subset image adalah memotong cropping citra untuk menentukan daerah kawasan yang diteliti dari kedua citra tersebut.
3. Koreksi Citra
Koreksi citra merupakan prosedur operasi agar diperoleh data yang sesuai dengan aslinya. Sebab citra hasil rekaman sensor penginderaan jauh
mengalami berbagai distorsi yang disebabkan oleh gerakan sensor, faktor
Universitas Sumatera Utara
media antara, dan faktor objeknya sendiri, sehingga perlu dibetulkan atau dipulihkan kembali.
Koreksi citra terdiri dari : a.
Koreksi Geometris Koreksi geometris dilakukan sesuai dengan atau penyebab
kesalahannya, yaitu kesalahan sistematik dan kesalahan random dengan sifat distorsi geometrik pada citra. Tujuan koreksi geometrik
antara lain :
-
Melakukan rektifikasi pembetulan citra agar koordinat citra sesuai dengan koordinat geografi
-
Mencocokkan registrasi posisis citra dengan citra lainnya ataua mentransformasikan sistem koordinat citra multispektral atau
multitemporal
-
Registrasi citra ke peta atau transformasi sistem koordinat citra ke peta, yang menghasilkan citra dengan sistem proyeksi tertentu.
b. Koreksi Radiometrik
Koreksi radiometrik merupakan perbaikan akibat cacat atau kesalahan radiometrik, yaitu kesalahan pada sistem optik, kesalahan karena gangguan
energi radiasi elektromagnetik pada atmosfer dan kesalahan karena pengaruh sudut elevasi matahari.
4. Klasifikasi Citra Image classification
Klasifikasi citra bertujuan untuk pengelompokan atau segmentasi terhadap kenampakan-kenampakan yang homogen dengan menggunakan teknik
kuantitaif. Klasifikasi citra yang digunakan yakni klasifikasi terbimbing supervised classification. Klasifikasi terbimbing adalah proses klasifikasi dengan
Universitas Sumatera Utara
pemilihan kategori informasi yang diinginkan dan memilih training area untuk tiap kategori penutup lahan yang mewakili sebagai kunci interpretasi.
5. Uji Ketelitian
Uji ketelitian dilakukan dengan menggunakan metode maksimum likelihood. Uji ketelitian bertujuan untuk menguji kebenaran dari hasil interpretasi yang
diperoleh dengan cara pengecekan di lapangan serta pengukuran beberapa titik sampel area yang dipilih dari setiap bentuk penutuppenggunaan lahan yang
homogen. Besarnya tingkat akurasi akan diperoleh dari hasil uji ketelitian. Makin tinggi nilai akurasi maka makin baik klasifikasi yang dibuat dan makin mendekati
kondisi sebenarnya di lapangan. Adapun diagram alir analisis perubahan lahan dapat disajikan pada Gambar 1. Besarnya tingkat akurasi dapat dihitung dari
matriks analisis akurasi dengan formulasi sebagai berikut: Producer’s accuracy
= 100
x Xkt
Xkk
User’s accuracy = 100
x Xtk
Xkk
Kappa accuracy =
100 .
. .
2
x Xtk
Xkt N
Xtk Xkt
Xkk N
∑ ∑
∑
− −
Overall accuracy =
100 x
N Xkk
∑
Keterangan : N
= Jumlah semua piksel yang digunakan untuk pengamatan r
= Jumlah barislajur pada matriks kesalahan jumlah kelas X
kk
= Jumlah piksel pada kelas bersangkutan diagonal matriks
Universitas Sumatera Utara
X
kt
= ΣX
ij
jumlah semua kolom pada baris ke i X
tk
= ΣX
ij
jumlah semua kolom pada lajur ke j
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Diagram Alir Analisis Perubahan Lahan
3. Penentuan Lokasi Pengukuran Suhu