Pengaruh Country Of Origin Terhadap Perceived Value dengan Consumer Ethnocentrism sebagai Variabel Moderator (Studi pada Konsumen Televisi Merek Samsung di Kota Medan)

(1)

PENGARUH COUNTRY OF ORIGIN TERHADAP PERCEIVED VALUE DENGAN CONSUMER ETHNOCENTRISM SEBAGAI VARIABEL

MODERATOR

(STUDI PADA KONSUMEN TELEVISI MEREK SAMSUNG DI KOTA MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Administrasi Bisnis Pada Program Studi Ilmu Administrasi Niaga/Bisnis

OLEH :

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

MHD. SUHENDRA SEPRIADI 110907024


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NIAGA/BISNIS

LEMBAR PERSETUJUAN

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi telah disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh :

Nama : MHD. SUHENDRA SEPRIADI

NIM : 110907024

Program Studi : Administrasi Niaga/Bisnis

Judul : Pengaruh Country Of Origin Terhadap Perceived Value dengan Consumer Ethnocentrism sebagai Variabel Moderator (Studi pada Konsumen Televisi Merek Samsung di Kota Medan)

Medan, Juni 2015

Dosen Pembimbing Ketua Program Studi

Onan M. Siregar, S.Sos, M.Si Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA NIP : 197401162014041001 NIP : 195908161986111001

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Badaruddin, M.Si NIP : 196805251992031002


(3)

ABSTRAK

Pengaruh Country of Origin terhadap Perceived Value dengan Consumer Ethnocentrism sebagai Variabel Moderator (Studi pada Konsumen Televisi Merek Samsung di Kota Medan)

Nama : Mhd. Suhendra Sepriadi

NIM : 110907024

Departemen : Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Onan M. Siregar, S.Sos, M.Si

Country of Origin mengilustrasikan bagaimana konsumen

mempersepsikan produk yang berasal dari suatu negara. Konsumen di masa persaingan bisnis yang semakin global dihadapkan pada tawaran produk perusahaan dari beragam negara. Menjelang semakin dekatnya pelaksanaan kerjasama AEC (ASEAN Economic Community), kondisi tersebut akan semakin tak terbantahkan. Perlu hendaknya suatu bahasan konkrit mengenai keadaan konsumen Indonesia pada umumnya, dan konsumen Kota Medan pada khususnya.

Penelitian ini bertujuan mengukur seberapa besar pengaruh persepsi negara asal (Country of Origin) terhadap nilai yang dirasakan konsumen (Perceived Value) dalam penggunaan suatu produk. Consumer Ethnocentrism atau etnosentrisme yang biasanya melekat dalam diri konsumen juga harus diteliti kehadiran dan perannya diantara pengaruh tersebut.

Studi ini dilakukan dengan fokus pada konsumen televisi merek Samsung yang berdomisili di Kota Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuisioner kepada 111 responden yang berperan sebagai decider atau user produk tersebut. Teknik samplingnya adalah purposive sampling dengan kriteria khusus.

Hasil penelitian menunjukkan Country of Origin berpengaruh signifikan terhadap Perceived Value. Besar pengaruh yang didapat adalah 18,1%, sedangkan sisanya sebesar 81,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian. Disisi lain, hasil penelitian dengan uji residual menunjukkan bahwa Consumer Ethnocentrism bukanlah variabel moderator yang mampu memoderasi pengaruh variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini. Kata kunci : Masyarakat Ekonomi ASEAN, Negara Asal, Kesan Nilai, Etnosentrisme Konsumen


(4)

ABSTRACT

The Influence of Country of Origin towards Perceived Value with Consumer Ethnocentrism as Moderating Variable

(Study on Samsung Television Brand Consumers in Medan City) Name : Mhd. Suhendra Sepriadi

NIM : 110907024

Department : Business Administration Faculty : Social and Politics Science Advisor : Onan M. Siregar, S.Sos, M.Si

Country of Origin illustrates how the consumers perceive a product from another states. Consumers on this global business competitiveness is offered by company products from various country. Then by upcoming cooperation of AEC (ASEAN Economic Community), this condition will have no contradiction. It suggests a real discussion about the situation of Indonesian consumers generally, and Medan consumers specifically.

This research is intended to determine the influence of Country of Origin towards Perceived Value in a using product. Consumer Ethnocentrism which usually integrated in consumer self have to be researched also on its existence and its role among that influence.

This study was conducted by focusing on Samsung television brand consumer whose lived in Medan City. Data was collected by giving questionnaire to 111 respondent who has role as decider or user in that product. The sampling technique is purposive sampling with the special criteria.

The research result shows that Country of Origin has significant influence towards Perceived Value. The amount of influence is equal to 18,1%, while the remaining 81,9% is influenced by other factors which not examined in this study. In the other hand, the research result by using residual test shows that Consumer Ethnocentrism is not a moderator variable that has no capability to moderate the influence of dependence variable towards independence variable in this research.

Keyword : ASEAN Economic Community, Country of Origin, Perceived Value,


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Country of Origin terhadap Perceived Value dengan Consumer Ethnocentrism sebagai Variabel Moderator (Studi pada Konsumen Televisi Merek Samsung di Kota Medan)”.

Selesainya skripsi ini juga tidak telepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik 2. Prof. Dr. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Jurusan Administrasi

Bisnis

3. Bapak Muhammad Arifin Nasution, S.Sos, M.SP selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Bisnis FISIP USU

4. Ibu Siswati Saragih, S.Sos, M.SP sebagai dosen dan administrator di Jurusan Administrasi Bisnis FISIP USU

5. Bapak Onan Marakali Siregar, S.Sos, M.SP selaku dosen pembimbing 6. Bang Farid selaku staf administrasi Administrasi Bisnis FISIP USU

7. Seluruh dosen Administrasi Bisnis FISIP USU yang telah mengajarkan berbagai arti penting suatu ilmu dan pendidikan

8. Orangtua tercinta yang tidak akan berhenti mendidik peneliti sampai usia berapapun


(6)

9. Keluarga besar yang tinggal di Kota Medan yang telah memberi sumbangan moril maupun materil

10.Seluruh teman-teman Departemen Administrasi Bisnis stambuk 2011 yang telah berbagi suka duka selama proses perkuliahan

11.Sahabat satu ruangan tidur sejak 3 tahun di SMA dan 3 tahun di perkuliahan, Nuzul Helmi.

12.Para responden yang sungguh luarbiasa memberikan respon positif selama penelitian.

13.Seluruh pihak yang tidak mampu peneliti sebutkan secara eksplisit di tulisan ini yang telah membantu penulis dengan berbagai macam cara, baik melalui media sosial maupun non-media sosial

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penulisan skripsi ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan.

Medan, 7 Juni 2015


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ……… 10

BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Perceived Value ... 11

2.2 Country Of Origin ... 15

2.3 Consumer Ethnocentrism ... 17


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian ... 22

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

3.3 Populasi dan Sampel ... 23

3.4 Hipotesis ... 25

3.5 Definisi Konsep ... 25

3.6 Definisi Operasional ... 26

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.7.1 Sumber Data ... 29

3.7.2 Skala Instrumen Pengumpul Data ... 30

3.8 Teknik Analisis Data ... 30

3.8.1 Uji Instrumen ... 30

3.8.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 32

3.8.3 Uji Asumsi Klasik... 33

3.8.4 Metode Analisis Regresi ... 33

3.8.5 Uji Statistik F ... 35

3.8.6 Koefisien Determinasi ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 37

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Samsung Electronics ... 37

4.1.2 Gambaran Umum Kota Medan ... 43

4.2 Penyajian Data ... 47

4.2.1 Deskriptif Responden ... 47

4.2.2 Gambaran Jawaban Responden atas Variabel Penelitian ... 54

4.3 Uji Instrumen Penelitian ... 62

4.3.1 Uji Validitas ... 63

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 66

4.4 Teknik Analisis Data ... 67

4.4.1 Uji Asumsi Klasik ... 67

4.4.2 Analisis Regresi Linear ... 70

4.4.3 Uji Statistik F ... 71


(9)

4.4.5 Regresi Uji Residual ... 74 4.5 Pembahasan ... 76 BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 79 5.2 Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ... an HiJU


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Varian Produk Televisi Samsung ... 5

Tabel 1.2 Top Brand Index 2015 ... 7

Tabel 2.1 CETSCALE ... 18

Tabel 3.1 CETSCALE Indonesia ... 28

Tabel 3.2 Penentuan Skor Item ... 30

Tabel 4.1 Varian Produk Televisi Samsung ... 42

Tabel 4.2 Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2009 ... 45

Tabel 4.3 Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

Tabel 4.4 Identitas Responden Berdasarkan Usia ... 48

Tabel 4.5 Identitas Responden Berdasarkan Kecamatan Domisili ... 49

Tabel 4.6 Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 51

Tabel 4.7 Identitas Responden Berdasarkan Peran Dalam Pembelian... 52

Tabel 4.8 Identitas Responden Berdasarkan Lama Memiliki Televisi ... 53

Tabel 4.9 Tanggapan Responden Mengenai Country Of Origin ... 55

Tabel 4.10 Tanggapan Responden Mengenai Perceived Value ... 57

Tabel 4.11 Pengklasifikasian CET Responden ... 59

Tabel 4.12 Responden Dengan CET Tinggi ... 59


(11)

Tabel 4.14 Hasil Uji Validitas Country Of Origin ... 63

Tabel 4.15 Hasil Uji Validitas Perceived Value ... 64

Tabel 4.16 Hasil Uji Validitas Consumer Ethnocentrism ... 65

Tabel 4.17 Hasil Uji Reliabilitas ... 67

Tabel 4.20 Hasil Regresi Linear ... 70

Tabel 4.21 Hasil Uji Statistik F ... 72

Tabel 4.22 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 73


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Determinan Nilai yang Dipersepsikan Pelanggan... 12

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian ... 21

Gambar 4.18 Hasil Uji Normalitas ... 68


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Berita Acara dan Kelengkapan Seminar ... L-1 Lampiran 2 Kuisioner Penelitian ... L-2 Lampiran 3 Tabel Jadwal Kegiatan Penelitian ... L-3 Lampiran 4 Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... L-4 Lampiran 5 Tabulasi Jawaban Responden Variabel X dan Variabel Y ... L-5 Lampiran 6 Tabulasi Jawaban Responden Variabel Z ... L-6 Lampiran 7 Hasil Uji SPSS ... L-7 Lampiran 8 Tabel R Untuk Df = 101 – 150 ... L-8


(14)

ABSTRAK

Pengaruh Country of Origin terhadap Perceived Value dengan Consumer Ethnocentrism sebagai Variabel Moderator (Studi pada Konsumen Televisi Merek Samsung di Kota Medan)

Nama : Mhd. Suhendra Sepriadi

NIM : 110907024

Departemen : Administrasi Niaga/Bisnis Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Onan M. Siregar, S.Sos, M.Si

Country of Origin mengilustrasikan bagaimana konsumen

mempersepsikan produk yang berasal dari suatu negara. Konsumen di masa persaingan bisnis yang semakin global dihadapkan pada tawaran produk perusahaan dari beragam negara. Menjelang semakin dekatnya pelaksanaan kerjasama AEC (ASEAN Economic Community), kondisi tersebut akan semakin tak terbantahkan. Perlu hendaknya suatu bahasan konkrit mengenai keadaan konsumen Indonesia pada umumnya, dan konsumen Kota Medan pada khususnya.

Penelitian ini bertujuan mengukur seberapa besar pengaruh persepsi negara asal (Country of Origin) terhadap nilai yang dirasakan konsumen (Perceived Value) dalam penggunaan suatu produk. Consumer Ethnocentrism atau etnosentrisme yang biasanya melekat dalam diri konsumen juga harus diteliti kehadiran dan perannya diantara pengaruh tersebut.

Studi ini dilakukan dengan fokus pada konsumen televisi merek Samsung yang berdomisili di Kota Medan. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar kuisioner kepada 111 responden yang berperan sebagai decider atau user produk tersebut. Teknik samplingnya adalah purposive sampling dengan kriteria khusus.

Hasil penelitian menunjukkan Country of Origin berpengaruh signifikan terhadap Perceived Value. Besar pengaruh yang didapat adalah 18,1%, sedangkan sisanya sebesar 81,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam penelitian. Disisi lain, hasil penelitian dengan uji residual menunjukkan bahwa Consumer Ethnocentrism bukanlah variabel moderator yang mampu memoderasi pengaruh variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini. Kata kunci : Masyarakat Ekonomi ASEAN, Negara Asal, Kesan Nilai, Etnosentrisme Konsumen


(15)

ABSTRACT

The Influence of Country of Origin towards Perceived Value with Consumer Ethnocentrism as Moderating Variable

(Study on Samsung Television Brand Consumers in Medan City) Name : Mhd. Suhendra Sepriadi

NIM : 110907024

Department : Business Administration Faculty : Social and Politics Science Advisor : Onan M. Siregar, S.Sos, M.Si

Country of Origin illustrates how the consumers perceive a product from another states. Consumers on this global business competitiveness is offered by company products from various country. Then by upcoming cooperation of AEC (ASEAN Economic Community), this condition will have no contradiction. It suggests a real discussion about the situation of Indonesian consumers generally, and Medan consumers specifically.

This research is intended to determine the influence of Country of Origin towards Perceived Value in a using product. Consumer Ethnocentrism which usually integrated in consumer self have to be researched also on its existence and its role among that influence.

This study was conducted by focusing on Samsung television brand consumer whose lived in Medan City. Data was collected by giving questionnaire to 111 respondent who has role as decider or user in that product. The sampling technique is purposive sampling with the special criteria.

The research result shows that Country of Origin has significant influence towards Perceived Value. The amount of influence is equal to 18,1%, while the remaining 81,9% is influenced by other factors which not examined in this study. In the other hand, the research result by using residual test shows that Consumer Ethnocentrism is not a moderator variable that has no capability to moderate the influence of dependence variable towards independence variable in this research.

Keyword : ASEAN Economic Community, Country of Origin, Perceived Value,


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring proses globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan yang terus berlangsung, kegiatan bisnis sudah tidak mengenal batas geografis suatu negara lagi. Perusahaan memiliki kesempatan luas untuk menjual produknya ke berbagai negara di seluruh dunia. Aktivitas ini berimplikasi pada intensitas persaingan dan luasnya ruang lingkup kompetisi yang dihadapi para pelaku bisnis domestik dan dengan para pelaku bisnis internasional.

Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar keempat dunia masih menjadi pasar sasaran yang sangat menggiurkan. Perilaku konsumtif masyarakatnya menjadi daya tarik krusial bagi perusahaan global untuk memasarkan produknya ke Indonesia. Segala bentuk penawaran produk masuk menyusul dipermudahnya sistem perdagangan yang juga didukung oleh percepatan perkembangan ICT (Information, Communication, and Technology). Termasuk pula bentuk kemudahan dan kebebasan yang akan segera berlaku di Asia Tenggara yaitu pelaksanaan kerjasama AEC (ASEAN Economic Community). Masuknya berbagai produk dan merek dari negara asal yang berbeda-beda ini praktis memperkaya referensi pembelian konsumen. Namun tidak jarang pula terjadi persepsi yang beragam di benak konsumen akan suatu merek atau produk dari negara tertentu.


(17)

Country of Origin (COO) mengilustrasikan bagaimana konsumen mempersepsikan produk yang berasal dari suatu negara. Melihat variasi produk yang ditawarkan dengan asal-usul negara yang berbeda, Country of Origin masih menjadi identitas yang perlu dijelaskan perannya dalam proses evaluasi konsumen terhadap suatu produk. Minat dalam upaya penjelasan ini terus dikembangkan untuk melihat bagaimana pengaruh lainnya dari COO terhadap perilaku konsumen beserta konsekuensi-konsekuensinya.

Area menjanjikan lainnya yang akan menjadi pemeriksaan lebih jauh dari efek COO adalah dengan merujuk kepada nama-nama merek agar menyelidiki kemungkinannya dalam memperhalus atau memperkuat fenomena tersebut. Pada akhirnya, itu akan berguna dalam memahami issue dari pertimbangan pengaruh COO apakah lebih pada faktor psikologis, politik dan teknologi, seperti risiko yang dirasakan dan tingkat perkembangan Country Of Origin tersebut (Chryssochoidis, Krystallis, dan Perreas, 2007).

Perceived Value menjadi variabel yang penting untuk diperhatikan suatu perusahaan. Kesan nilai yang dirasakan konsumen dapat mempengaruhi citra atas produk secara keseluruhan, yang juga berimplikasi pada minat belinya. Ketika nilai suatu produk dipersepsikan keliru, maka tidak jarang konsumen beralih ke produk lain yang bermain di sektor yang sama. Tentu perlu upaya konkrit yang harus dilakukan perusahaan global agar kesan nilai produk mereka tidak buruk dalam benak konsumen di pasar negara sasaran.


(18)

Kehadiran Consumer Ethnocentrism atau etnosentrisme konsumen sebagai variabel moderator perlu diteliti lebih dalam, terutama di Indonesia yang memiliki keberagaman nilai dan budaya di setiap daerah-daerahnya. Tak bisa dipungkiri, negara yang tergolong berkembang ini masih tetap bergantung kepada negara yang lebih maju dalam pengadaan produk yang relatif berteknologi tinggi. Menarik untuk dilihat bagaimana peran etnosentrisme konsumen Indonesia dalam proses evaluasi mereka pada kondisi tersebut.

Listiana (2012) dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “Pengaruh Country

Of Origin terhadap Perceived Quality dengan Moderasi Etnosentris Konsumen”

menemukan bahwa COO berpengaruh signifikan terhadap kesan kualitas yang dirasakan pada kedua kelompok responden dengan tingkat etnosentris tinggi dan rendah untuk produk laptop dan notebook. Pengaruh COO terhadap kesan kualitas lebih besar pada kelompok responden etnosentris rendah (56,6%) daripada kelompok responden etnosentris tinggi (30,5%).

Namun, Country-Of-Origin ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada terbentuknya niat beli konsumen pada produk susu impor dalam jurnal Krisjanti (2007) yang berjudul “Evaluasi Pengaruh Country-Of-Origin, Merek, dan Harga pada Pembelian Produk Susu Import”. Dari analisis ANOVA diketahui bahwa ada perbedaan penilaian variabel COO berdasarkan kelompok usia responden. Kelompok usia diatas 40 tahun mempunyai rata-rata yang paling besar. Dengan alat yang sama ditemukan bahwa ada perbedaan penilaian variabel COO berdasarkan tingkat pengeluaran keluarga. Kelompok responden dengan tingkat pengeluaran diatas Rp. 4.000.000,- mempunyai rata-rata yang paling


(19)

besar. Terlihat juga bahwa semakin tinggi tingkat pengeluaran keluarga, maka semakin tinggi pula penilaian responden mengenai variabel Country-Of-Origin.

Korea Selatan adalah salah satu negara termiskin di dunia pada tahun 1950. Bahkan, sama miskinnya dengan negara-negara termiskin di Afrika dan Asia. Ekonomi mereka hanya bersandar pada pertanian, belum lagi sempat hancur karena pendudukan Jepang dan Perang Korea. Dalam empat dekade, Korea Selatan berubah cepat dari negara termiskin, menjadi salah satu negara paling kaya dan tercanggih di dunia dengan nilai ekonomi trilyunan dollar. Tahun 1963, GDP perkapitanya hanya $100, lalu tahun 1995 sudah melesat ke $10.000 dan tahun 2007 mencapai $25.000. Korea Selatan juga tercatat sebagai bangsa dengan kecepatan pertumbuhan ekonomi tercepat sepanjang sejarah. Produk-produk elektronik buatan Korea pun telah bermain luas di pasar dunia. Dari ponsel canggih, televisi plasma, LED dan UHD, perangkat LCD, sampai semikonduktor. Dan salah satu merek produk asal Korea Selatan yang dikenal luas oleh masyarakat dunia diantaranya adalah Samsung.

Samsung Electronics adalah perusahaan pembuat perangkat elektronika terbesar di dunia, dan berkantor pusat di Electronics tumbuh menjadi pemimpin teknologi informasi global, yang mengelola lebih dari 200 anak perusahaan di seluruh dunia. Penawaran dari perusahaan ini meliputi peralatan rumah tangga seperti TV, monitor, printer, kulkas, dan mesin cuci serta produk telekomunikasi seluler utama seperti smartphone dan PC tablet. Sekarang, perusahaan ini adalah


(20)

perusahaan terbesar asal Korea Selatan dan merupakan ikon dari yang juga merupakan konglomerasi terbesar di Korea Selatan.

Salah satu jenis produk yang dipasarkan Samsung Electronics ke pasar dunia adalah pesawat televisi. Berikut adalah varian tipe televisi yang dimiliki Samsung pada tahun 2015 :

Tabel 1.1 Varian Produk Televisi Samsung

No Kategori Tipe

1 UHD (Ultra High Definition)

Curved UHD TV Seri 9 78" UA78HU9000W

UHD TV Seri F 65" UA65F9000AM UHD TV Seri F 55" UA55F9000AM

Curved UHD TV Seri HU7200 65"

Curved UHD TV Seri HU7200 55"

2 LED (Light Emitting Diode)

LED TV Seri 4 24" UA24H4150AR LED TV Seri 4 32" UA32H4100AR LED TV Seri 5 48" UA48H5500AW | Full HD 1080p

LED TV Seri 5 40" UA40H5500AW | Full HD 1080p

LED TV Seri 6 75"

UA75H6400AW | Full HD 3D LED TV Seri 6 32"

UA32H6400AW | Full HD 3D LED TV Seri 6 40"

UA40H6400AW | Full HD 3D LED TV Seri 4 32"

UA32H4000AR

3 Plasma

Plasma TV Seri 4 43" PA43H4000AW Plasma TV Seri 4 51" PA51H4500AW Plasma TV Seri 5 60" PS60F5000AM


(21)

Plasma TV Seri 4 51" PS51F4900AM Plasma TV Seri 4 51" PS51F4500AM Plasma TV Seri 4 51" PS51F4500AM Plasma TV Seri 4 43" PS43F4500AM Plasma TV Seri 4 43" PS43F4000AM

Sumber :

Saat ini terdapat banyak merek dari berbagai produk asing dan nasional yang bersaing di pasar Indonesia. Frontier Consulting Group selaku penyelenggara TOP Brand Award, melakukan pengukuran terhadap merek-merek produk tersebut. Mereka menggunakan indikator pengukur kekuatan merek yang disebut dengan TOP Brand Index (TBI). Formula TBI dibangun dari tiga variabel, yaitu :

a. Mind Share, menunjukkan kekuatan merek di benak konsumen tentang

penilaiannya atas suatu produk

b. Market Share, menunjukkan kekuatan merek di pasar, yang sekaligus

menunjukkan perilaku pembelian aktual dari konsumen

c. Commitment Share, menunjukkan kekuatan merek yang mampu

mendorong konsumen untuk membeli produk tersebut dimasa yang akan datang.

Dalam pengukuran TBI suatu merek produk, ketiga variabel tersebut dikalkulasikan dan dihitung persentasenya. Semakin tinggi nilai persentase, semakin kuat merek tersebut di benak konsumen. Setelah dilakukan riset terhadap tak kurang dari total 2000 merek yang ada di Indonesia, berikut adalah hasil TBI produk kategori tertentu pada permulaan (fase satu) tahun 2015 :


(22)

Tabel 1.2 Top Brand Index 2015

KATEGORI JENIS MEREK T B I

Otomotif

Mobil MPV

Toyota Avanza 39.9% Daihatsu Xenia 13.6%

Toyota Kijang

Innova 12.1%

Sepeda Motor Matic

Yamaha Mio 36.6%

Honda Beat 28.9%

Honda Vario 15.6% Sepeda Motor Sport

Yamaha V-IXION 21.5% Kawasaki Ninja 15.6%

Honda CBR 10.9%

Elektronika

Air Conditioner

LG 28.5%

Sharp 17.4%

Panasonic 13.7%

Kulkas

Sharp 26.9%

LG 19.5%

Toshiba 12.1%

Pesawat Televisi

LG 27.1%

Samsung 21.8%

Sharp 16.8%

Makanan dan Minuman

Teh Dalam Kemasan Teh Botol Sosro 47.8%

Frestea 15.2%

Kopi Bubuk Instan Indocafe 30.4%

Nescafe 18.4%

Wafer

Tango 51.5%

Beng-beng 13.3%

Nissin 11.0%

Mie Instan Indomie 75.9%

Mi Sedaap 15.9%

Perawatan Pribadi

Sabun Mandi

Lifebuoy 29.5%

Lux 22.0%

Biore 16.1%

Hand & Body Lotion

Citra 34.5%

Marina 15.9%

Vaseline 15.0%

Shampoo

Clear 22.1%

Pantene 21.4%

Sunsilk 18.2%

Lipstik

Wardah 14.9%

Revlon 12.8%

Pixy 11.0%

Sumber


(23)

Untuk kategori alat elektronik jenis pesawat televisi, Samsung (Korea) hanya mampu berada di posisi kedua dengan TBI sebesar 21.8%. Nilai ini mengungguli TBI merek Sharp (Jepang) 16.8%, namun masih kalah jauh dari merek LG (Korea) yang memiliki TBI sebesar 27.1%. Kondisi ini menunjukkan bahwa persaingan merek produk televisi dalam persepsi konsumen Indonesia cukup ketat serta masih di dominasi merek asing. Bahkan dalam daftar Top Brand pada tabel tersebut (kategori elektronik), tidak terdapat satupun merek produk buatan dalam negeri (Indonesia).

Sebelum memutuskan pembelian, konsumen tentu memiliki keyakinan tersendiri akan suatu merek produk yang ditawarkan kepadanya, dan menarik untuk dilihat apakah Country Of Origin, Perceived Value, dan Consumer Ethnocentrism mengambil peranan yang signifikan di dalamnya. Alasan peneliti hanya memfokuskan pada produk televisi Samsung (Korea Selatan) adalah kelekatan citra Samsung sendiri dengan negara asalnya, dengan didukung oleh varietas tipe produk televisi yang dimiliki perusahaan Samsung Electronics tersebut. Dan alasan peneliti mengambil negara Korea Selatan sebagai kajian adalah mulai tumbuhnya kepopuleran nama negara tersebut di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat pada usia ekonomi produktif.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Country Of Origin Terhadap Perceived Value dengan Consumer Ethnocentrism sebagai Variabel Moderator (Studi pada Konsumen Televisi Merek Samsung di Kota Medan)”.


(24)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Country of Origin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Perceived Value pada konsumen produk televisi Samsung di Kota Medan ?

2. Apakah Consumer Ethnocentrism merupakan variabel moderator yang memperkuat atau memperlemah hubungan Country of Origin dengan Perceived Value pada produk televisi Samsung di Kota Medan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Country of Origin terhadap Perceived Value pada konsumen produk televisi Samsung di Kota Medan.

2. Untuk menyimpulkan apakah Consumer Ethnocentrism merupakan variabel moderator yang memperkuat atau memperlemah hubungan Country of Origin dengan Perceived Value pada produk televisi Samsung di Kota Medan.


(25)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis dan pembaca mengenai teori serta peran Country of Origin, Perceived Value, dan Consumer Ethnocentrism, yang dalam hal ini pada konsumen televisi merek Samsung di Kota Medan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi maupun pertimbangan bagi pemerintah dan pebisnis / perusahaan domestik maupun global dalam menyusun strategi pemasaran yang sesuai di Kota Medan.

3. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi serta menjadi referensi dan bahan perbandingan bagi peneliti berikutnya dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan topik dan masalah diatas.


(26)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Perceived Value

Sanchez et al (2004) Perceived Value (persepsi nilai) adalah sebuah konstruk subyektif pada beberapa perasaan yang beragam diantara pelanggan (Wikstom dan Normann, 1994; Parasuraman, 1997), diantara budaya (Assael, 1995), dan pada waktu yang berbeda-beda (Ravald dan Gronroos, 1996).

Zheitaml (1988) dalam jurnalnya yang berjudul “Consumer perceptions of price, quality, and value: a means-end model and synthesis of evidence” memahami model nilai (model of value) melibatkan banyak makna yang bersifat implisit pada ekspresi konsumen terhadap nilai itu sendiri. Namun setidaknya ada empat definisi umum atas nilai yang dipersepsikan konsumen, yaitu nilai adalah sesuatu dengan harga yang murah (value is low price), nilai adalah segala sesuatu yang saya inginkan dari produk, nilai adalah kualitas yang saya dapatkan dari harga yang saya bayarkan, nilai adalah sesuatu yang saya peroleh dari apa yang saya berikan.

Kotler et al (2005:7) mengatakan customer atau pelanggan membentuk ekspektasi tentang nilai dari tawaran pemasaran yang beragam berdasarkan pengalaman pembelian pada masa lampau, pendapat rekannya, serta informasi dan janji dari pemasar dan pesaing.


(27)

Kotler dan Keller (2009:136) berpendapat bahwa nilai yang dipersepsikan pelanggan adalah selisih antara penilaian pelanggan prospektif atas semua manfaat dan biaya dari suatu penawaran terhadap alternatifnya. Jadi, konsumen mempersepsikan nilai suatu produk berdasarkan apa yang didapatkan dan apa yang mereka berikan. Pemasar dapat meningkatkan nilai penawaran pelanggan melalui beberapa kombinasi peningkatan manfaat ekonomi, fungsional, emosional, dan atau mengurangi satu jenis biaya atau lebih.

Gambar 2.1 Determinan nilai yang dipersepsikan pelanggan

Sumber: Kotler dan Keller (2009:136) Nilai yang dipersepsikan Pelanggan Total Manfaat Pelanggan Total Biaya Pelanggan Manfaat Produk Biaya Moneter Manfaat Jasa Biaya Waktu Biaya Energi Manfaat Personel Manfaat Citra Biaya Psikologis


(28)

Kotler dan Keller (2009:137) menyatakan bahwa nilai yang dipersepsikan pelanggan (Customer Perceived Value) merupakan kerangka kerja berguna yang diterapkan dalam banyak situasi dan menghasilkan pandangan yang kaya. Implikasinya :

1. Penjual harus menilai total manfaat pelanggan dan total biaya pelanggan yang berhubungan dengan tawaran tiap pesaing untuk mengetahui bagaimana peringkat tawaran penjual dalam pikiran pembeli

2. Penjual yang berada pada keadaan nilai yang dipersepsikan pelanggan yang tidak menguntungkan mempunyai dua alternatif, yaitu meningkatkan total manfaat pelanggan atau mengurangi total biaya pelanggan.

Fernández dan Bonillo (2007) menyimpulkan bahwa karakteristik utama yang menonjol dari Perceived Value diungkapkan oleh penelitian saat ini adalah :

a. Konsep Perceived Value melibatkan interaksi diantara subyek (konsumen atau pelanggan) dan sebuah obyek/produk (Holbrook, 1994, 1999; Payne dan Holt, 2001);

b. Nilai tersebut bersifat relatif berdasarkan sifat dari perbandingan, pribadi, dan keadaan alamiahnya (Holbrook, 1994, 1999);

c. Nilai bersifat preferensial (Holbrook, 1994, 1999; Zeithaml, 1988), perceptual (Day and Crask, 2000), dan afektif-kognitif (Babin et al., 1994; Park, 2004)

Dalam Tjiptono (2004:141) Sweeney dan Soutar (2001) berusaha mengembangkan 19 item ukuran Customer Perceived Value. Skala yang


(29)

dinamakan PERVAL (Perceived Value) tersebut dimaksudkan untuk menilai persepsi pelanggan terhadap nilai suatu produk konsumen tahan lama pada level merek. Skala ini dikembangkan berdasarkan konteks situasi pembelian ritel untuk menentukan nilai-nilai konsumsi yang mengarah pada sikap dan perilaku pembelian. Menurut Sweeney dan Soutar, dimensi nilai terdiri dari empat aspek utama berikut:

1. Emotional Value, yaitu utilitas yang berasal dari perasaan atau afektif / emosi positif yang ditimbulkan dari mengkonsumsi produk.

2. Social Value, yaitu utilitas yang didapatkan dari kemampuan produk untuk

meningkatkan konsep diri-sosial konsumen.

3. Functional Value, yaitu kegunaan yang berasal dari kualitas produk atau

product performance.

4. Price/Value of Money, yakni utilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap kualitas dan kinerja yang diharapkan atas produk.

Cateora dan Graham (2007:45) menekankan bahwa sebuah produk lebih dari sekedar barang fisik, namun produk merupakan sekumpulan kepuasan atau kegunaan/utilitas yang diterima pembeli. Kepuasaan atau kegunaan itu meliputi bagaimana produk berfungsi ketika digunakan, keyakinan dan kebanggan yang ditawarkan, dan kegunaan simbolis lainnya yang diterima akibat kepemilikan atau penggunaan produk tersebut.


(30)

Langkah-langkah yang bisa dilakukan perusahaan dalam menganalisis nilai pelanggan demi menghasilkan kepuasan diatas menurut Kotler dan Keller (2009:137) yaitu :

1. Mengidentifikasi atribut dan manfaat utama yang dinilai pelanggan 2. Menilai arti penting kuantitatif dari atribut dan manfaat yang berbeda 3. Menilai kinerja perusahaan dan pesaing berdasarkan nilai pelanggan yang

berbeda dan membandingkannya dengan peringkat arti pentingnya

4. Mempelajari bagaimana pelanggan dalam segmen tertentu menentukan peringkat kinerja perusahaan terhadap pesaing utama berdasarkan suatu atribut atau manfaat

5. Mengamati nilai pelanggan sepanjang waktu 2.2 Country Of Origin

Konsep Country Of Origin atau COO pertama kali dikemukakan oleh Nagashima pada tahun 1960, sedangkan penelitian tentang COO effect pertama kali dilakukan oleh Schooler pada tahun 1965 (Listiana, 2012). Menurut Tjiptono dan Chandra (2012:444) yang dimaksud dengan Country Of Origin effect adalah segala pengaruh dari negara asal terhadap persepsi positif maupun negatif konsumen atas produk dan merek tertentu.

Cateora dan Graham (2007:71) mendefinisikan Country Of Origin sebagai pengaruh yang dimiliki negara yang memproduksi, merangkai, atau mendesain terhadap persepsi positif maupun negatif konsumen atas produk. Konsumen biasanya memiliki persepsi umum atas produk yang dinilai baik yang berasal dari suatu negara, misalnya : parfum dari Perancis, jam dari Swiss, kulit dari Italia,


(31)

mobil dari Jerman, sutra dari China, perangkat elektronik dari Jepang, rum dari Jamaika, dan seterusnya.

Efek Country Of Origin, juga dikenal sebagai konsep “made in”, telah digambarkan secara luas sebagai pengaruh positif atau negatif dimana sebuah negara yang menghasilkan produk sudah mempengaruhi proses keputusan konsumen atau perilaku sesudahnya (Elliott dan Cameron, 1994). Namun, tak satu pun negara yang memonopoli reputasi positif untuk sebuah produk spesifik dan juga tidak ada reputasi yang secara universal inferior. Persepsi masing-masing individu di setiap negara berbeda-beda terhadap seberapa penting dampak COO bagi keputusan pembelian yang mereka lakukan. Implikasinya, reputasi suatu negara bisa berbeda-beda di setiap negara dan bisa berubah seiring perubahan waktu (Tjiptono dan Chandra, 2012:444).

Dengan demikian, label “made in” masih menjadi atribut yang memegang peranan penting dalam kegiatan pemasaran internasional. Perusahaan juga dituntut melakukan pemasaran yang efektif dengan memperhatikan penilaian konsumen atas citra negara asal produk, serta mempertimbangkan perbedaan sikap mereka dalam proses evaluasi produk secara keseluruhan.

Bluemelhuber et al (2007) menemukan bahwa Country Of Origin mempengaruhi sikap konsumen terhadap aliansi merek lintas negara secara berbeda di berbagai kondisi keakraban merek (brand familiarity). Mereka menyimpulkan bahwa COO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap aliansi merek lintas negara, pengaruh COO lebih kuat daripada mereknya ketika konsumen tidak familiar dengan sebuah merek, dan ketika konsumen familiar


(32)

dengan suatu merek maka pengaruh merek lebih kuat dibandingkan Country Of Origin.

Laroche et al. (2005) menggarisbawahi keyakinan konsumen atas suatu negara diukur berdasarkan model tiga faktor yang terdiri dari keyakinan atas negara (country beliefs), pengaruh masyarakatnya (people affect), dan keinginan berinteraksi dengan negara tersebut (desired interaction).

Verlegh dan Steenkamp (2009) juga mengemukakan bahwa secara kognitif, COO bisa dipandang sebagai suatu isyarat ekstrinsik untuk kualitas produk asing. Konsumen menyimpulkan penilaian kualitas produk dari citra negara, dimana terdapat keyakinan tentang produk suatu negara, dan juga tentang karakteristik yang lebih umum, seperti perekonomian, kekuatan pekerja dan budaya.

2.3 Consumer Ethnocentrism

Istilah etnosentris diperkenalkan pertama kali oleh Sumner pada tahun 1906. Konsep ini kemudian dikembangkan oleh Shimp dan Sharma (1987) di dalam artikelnya yang berjudul “Consumer Ethnocentrism: Construction and Validation of the CETSCALE”. Mereka mengembangkan seperangkat instrumen yang dinamakan CETSCALE untuk mengukur kecenderungan etnosentrik konsumen atas produk buatan dalam negeri versus produk buatan luar negeri. Instrumen tersebut lebih menekankan kepada kecenderungan atau tendensi konsumen dibandingkan attitude atau sikapnya (Tjiptono, Chandra, dan Anastasia, 2004:203).


(33)

Butir pernyataan dalam CETSCALE tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 CETSCALE

No. Item

1 American people should always buy American-made products instead of imports.

2 Only those products that are unavailable in the USA should be imported

3 Buy American-made products, keep America working

4 American products, first, last, and foremost

5 Purchasing foreign-made products is un-American

6 It is not right to purchase foreign products, because it puts Americans out of jobs

7 A real American should always buy American-made products

8 We should purchase products manufactured in America instead of letting other countries get rich off us

9 It is always best to purchase American products

10 There should be very little trading or purchasing of goods from other countries unless out of necessity

11 Americans should not buy foreign products, because this hurts American business and causes unemployment

12 Curbs should be put on all imports

13 It may cost me in the long-run but I prefer to support American products

14 Foreigners should not be allowed to put their products on our markets

15 Foreign products should be taxed heavily to reduce their entry into the USA

16 We should buy from Foreign countries only those products that we cannot obtain within our own country

17 American consumers who purchase products made in other countries are

responsible for putting their fellow Americans out of work

Sumber: Shimp dan Sharma (1987)

Kotler et al (2005:163) memaparkan bahwa memahami perilaku konsumen cukup sulit bagi pemasaran perusahaan dalam melewati batas suatu negara. Dalam pelaksanaannya pada banyak negara, bagaimanapun juga, memahami dan melayani kebutuhan konsumen bisa saja menakutkan (daunting).


(34)

Meskipun konsumen dari berbagai negara memiliki kesamaan, namun nilai-nilai, sikap, dan perilaku mereka sering kali sangat berbeda-beda. Pemasar internasional harus memahami perbedaan-perbedaan itu dan menyesuaikan produk dan program pemasaran mereka.

Dalam konteks pemasaran, istilah Consumer Ethnocentrism atau CET mengacu pada keyakinan yang dianut konsumen negara / budaya tertentu tentang kesesuaian dan moralitas dari aktivitas membeli produk asing. Bagi konsumen etnosentrik, membeli produk impor dianggap sebagai tindakan yang keliru/salah karena bisa mengganggu perekonomian domestik, menyebabkan pengangguran, dan sama sekali tidak patriotik. Sebaliknya, konsumen non-etnosentrik akan mengevaluasi produk asing berdasarkan kemampuan objektifnya tanpa memandang negara asalnya (Tjiptono, Chandra, dan Anastasia, 2004:203).

Secara fungsional, etnosentrisme konsumen (Consumer Ethnocentrism) menunjukkan diri seseorang tentang sebuah rasa identitas, rasa kepemilikan, dan yang paling utamanya adalah sebuah pemahaman dari perilaku membeli apa yang diterima dan yang tidak diterima dalam suatu kelompok (Shimp dan Sharma, 1987).

Shah dan Ibrahim (2012) mengatakan bahwa definisi terkini dari etnosentrisme telah dikembangkan sebagai suatu bentuk ekonomis, dimana para peneliti mencoba menghubungkan etnosentrisme dengan keyakinan konsumen (consumer beliefs) tentang kelayakan dan moralitas dari tindakan pembelian suatu produk buatan asing.


(35)

Kotler et al (2005:164) menyatakan tenaga pemasar harus memutuskan pada tingkat mana mereka akan mengadaptasikan produk dan program pemasarannya untuk mencocokkan kebudayaan khusus dan kebutuhan konsumen di berbagai pasar. Di satu sisi, mereka ingin menstandarkan penawaran agar menyederhanakan kegiatan dan mengambil keuntungan biaya ekonomis. Dan di sisi lainnya, menyesuaikan upaya pemasaran yang lebih bagus dalam memuaskan kebutuhan konsumen lokal di masing-masing negara.

2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan ilmiah mengenai preposisi antarkonsep / antar konstruk atau pertautan / hubungan antarvariabel penelitian (Juliandi dan Irfan, 2013:114). Kerangka konseptual bertujuan untuk mengemukakan objek penelitian secara umum dalam bentuk kerangka variabel yang akan diteliti. Dengan demikian dalam kerangka penelitian ini dikemukakan variabel yang akan diteliti yaitu Country Of Origin sebagai variabel bebas, Perceived Value sebagai variabel terikat, dan Consumer Ethnocentrism sebagai variabel moderator.


(36)

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan diatas, maka kerangka konseptual penelitian ini secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Penelitian

BAB III

Country Of Origin

Indikatornya:

1. Country Beliefs

2. People Affect 3. Desired Interaction

Perceived Value Indikatornya:

1. Emotional Value

2. Social Value

3. Functional Value

4. Value of Money

Consumer Ethnocentrism Indikatornya:


(37)

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan asosiatif. Rusiadi et al (2014:12) penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan pendekatan ini, maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala.

Alasan penulis memilih pendekatan asosiatif karena sesuai dengan kerangka penelitian, yaitu untuk membantu peneliti dalam menemukan suatu simpulan apakah Country Of Origin berpengaruh signifikan terhadap Perceived Value dengan pemeriksaan keberadaan Consumer Ethnocentrism sebagai variabel moderator.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah Kota Medan dengan waktu selama empat bulan, yaitu dari Februari hingga Juni 2015. Peneliti memilih Kota Medan, Sumatera Utara sebagai tempat penelitian disebabkan keterbatasan waktu dan biaya yang peneliti miliki. Alasan objektif memilih lokasi tersebut karena Medan adalah kota terbesar ketiga di Indonesia, dimana penduduknya sudah terbiasa berhubungan dengan produk asing. Selain itu, keberagaman etnis penduduk yang ada di Kota Medan sangat menarik untuk dilihat sejauh mana persepsi mereka terhadap


(38)

produk asing tersebut, dengan moderasi berdasarkan etnosentrisnya masing-masing.

3.3 Populasi dan Sampel

Menurut Istijanto (2009) Populasi merupakan jumlah keseluruhan yang mencakup semua angota yang diteliti, dan sampel adalah bagian yang ditarik dari populasi tersebut. Juliandi dan Irfan (2013:50) mendefinisikan populasi sebagai totalitas dari seluruh unsur yang ada dalam sebuah wilayah penelitian, sedangkan sampel adalah wakil-wakil dari populasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua konsumen televisi merek Samsung yang berdomisili di Kota Medan yang tidak diketahui jumlah pastinya. Karena keterbatasan biaya dan waktu, maka penelitian ini akan memakai teknik non-probability sampling dengan metode judgemental sampling. Istijanto (2009:124) mengatakan bahwa dalam metode ini, periset menggunakan pertimbangan tertentu terhadap elemen populasi yang dipilih sebagai sampel. Anggota populasi yang dipilih ditentukan langsung oleh periset. Artinya, tidak ada peluang bagi anggota populasi lain untuk menjadi sampel bila diluar pertimbangan periset. Oleh karena itu, peneliti menetapkan kriteria sebagai berikut :

a. Responden berperan sebagai decider (pengambil keputusan) atau user (pengguna) televisi merek Samsung segala tipe atau varian.

b. Responden mengetahui bahwa Korea Selatan adalah negara asal produk televisi Samsung.


(39)

c. Responden telah menggunakan produk tersebut minimal selama enam bulan terakhir.

Adapun penetapan ukuran sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Rao Purba, yaitu :

n =

n =

n = 96,04 Keterangan :

n = jumlah sampel

z = tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam penentuan sampel, untuk tingkat 95%, maka nilai z = 1,96

moe = “margin of error” atau kesalahan maksimum yang masih boleh ditoleransi, biasanya 10%

Dari perhitungan diatas, maka dapat diketahui bahwa jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 96 responden. Namun untuk lebih memudahkan penelitian, penulis menetapkan responden sebanyak 111 orang.


(40)

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara dari pernyataan yang ada pada perumusan masalah penelitian (Juliandi dan Irfan, 2013:45). Berdasarkan masalah yang diteliti, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut :

1. H0 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Country of Origin

terhadap Perceived Value pada konsumen produk televisi Samsung di Kota Medan.

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Country of Origin terhadap Perceived Value pada konsumen produk televisi Samsung di Kota Medan.

2. H0 : Consumer Ethnocentrism bukan merupakan variabel moderator yang

memperkuat atau memperlemah hubungan Country of Origin dengan Perceived Value pada produk televisi Samsung di Kota Medan.

Ha : Consumer Ethnocentrism merupakan variabel moderator yang memperkuat atau memperlemah hubungan Country of Origin dengan Perceived Value pada produk televisi Samsung di Kota Medan.

3.5 Definisi Konsep

Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan suatu pengertian (Rusiadi et al, 2014:65). Dalam penelitian ini, penulis memberikan batasan pada masing-masing konsep yang digunakan. Adapun batasan konsep tersebut adalah:

1. Perceived Value (persepsi nilai) adalah seperangkat asumsi atau sistem

keyakinan yang mempengaruhi sikap dan penilaian konsumen atas citra suatu produk secara keseluruhan.


(41)

2. Country Of Origin adalah segala pengaruh dari negara asal terhadap persepsi positif maupun negatif konsumen atas produk dan merek tertentu.

3. Consumer Ethnocentrism adalah sebuah rasa identitas, kepemilikan, prinsip, dan pemahaman yang dianut konsumen pada suatu negara/wilayah tentang moralitas dari aktivitas pembelian suatu produk asing.

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran akan definisi variabel dan indikator pada penelitian (Rusiadi et al, 2014:88). Jadi, definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator untuk menguji suatu variabel. Adapun definisi operasional penelitian ini adalah :

3.6.1 Variabel bebas (X) yaitu Country Of Origin diukur dengan indikator berdasarkan pendapat Laroche et al (2005) diantaranya sebagai berikut:

a. Country Beliefs adalah keyakinan konsumen atas negara asal produk yang dilihat dari kemampuan pabrikasinya (manufacturing), tingkat pendidikan dan penguasaan teknologi di negara asal produk, kemampuan negara asal dalam mendesain produk-produk modern, dan reputasi negara asal produk.

b. People Affect adalah pengaruh dari masyarakat, dalam hal ini tenaga kerja dari negara asal, yang dilihat dari kompetensi, kreatifitas, dan etos kerjanya.


(42)

c. Desired Interaction adalah pendapat konsumen tentang keinginannya dalam melihat Indonesia berinteraksi dengan negara asal produk, yang diukur dari keinginan bekerjasama, rasa kesamaan kultur, dan nilai-nilai. 3.6.2 Variabel terikat (Y) yaitu Perceived Value merujuk kepada pendapat Sweeney dan Soutar, dimana indikatornya adalah sebagai berikut:

a. Emotional Value, yaitu utilitas yang berasal dari perasaan atau afektif / emosi positif yang ditimbulkan setelah menggunakan produk televisi merek Samsung.

b. Social Value, yaitu utilitas yang didapatkan dari kemampuan produk televisi merek Samsung untuk meningkatkan konsep diri-sosial konsumen. c. Functional Value, yaitu kegunaan yang berasal dari kualitas produk atau product performance pada produk televisi merek Samsung.

d. Price/Value of Money, yakni utilitas yang diperoleh dari persepsi

konsumen terhadap kualitas dan kinerja yang diharapkan atas produk televisi merek Samsung.

3.6.3 Variabel moderator (Z) yaitu Consumer Ethnocentrism mengadopsi indikator yang dibuat Shimp dan Sharma (1987) melalui CETSCALE sebagai berikut :

Tabel 3.1 CETSCALE Indonesia

No. Item

1 Rakyat Indonesia sebaiknya selalu membeli produk buatan dalam negeri daripada produk impor


(43)

2 Hanya produk yang tidak tersedia di Indonesia yang seharusnya boleh diimpor 3 Membeli produk buatan Indonesia membuat masyarakat kita dapat bekerja 4 Produk Indonesia adalah yang paling utama

5 Membeli produk buatan luar negeri bukanlah warga Indonesia sejati

6 Tidak tepat membeli produk asing, karena membuat warga Indonesia tidak mendapatkan pekerjaan

7 Seorang warga Indonesia sejati sebaiknya selalu membeli produk buatan Indonesia 8 Kita sebaiknya membeli produk yang dibuat di Indonesia dibandingkan

membiarkan negara lain memperkaya diri mereka dari kita 9 Akan selalu sangat baik untuk membeli produk Indonesia

10 Berusaha sedapat mungkin tidak membeli produk luar negeri kecuali jika dibutuhkan

11 Membeli produk luar negeri berarti menghancurkan bisnis dalam negeri Indonesia yang akan menimbulkan pengangguran

12 Pembatasan pada semua produk impor harus dilakukan

13 Mungkin akan mengeluarkan biaya, tetapi saya lebih mendukung produk buatan Indonesia

14 Orang asing tidak boleh memasarkan produknya di negeri kita

15 Produk asing sebaiknya dibebankan pajak yang tinggi untuk mengurangi akses mereka ke Indonesia

16 Produk buatan luar negeri boleh dibeli hanya jika di Indonesia produk tersebut tidak tersedia

17 Konsumen Indonesia yang membeli produk buatan negara lain bertanggung jawab terhadap orang Indonesia yang tidak bekerja

Sumber: Dikembangkan Peneliti dari Shimp dan Sharma (1987)

3.7 Teknik Pengumpulan Data 3.7.1 Sumber Data


(44)

Penelitian ini menggunakan sumber data primer yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian, yaitu berupa data-data mengenai persepsi responden pada setiap instrumen dari variabel yang digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan pengaruh Country Of Origin terhadap Perceived Value produk televisi Samsung dengan etnosentris konsumen sebagai variabel moderator.

Teknik pengumpulan data primer yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Metode kuisioner, yaitu pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan yang bersifat tertutup kepada responden.

b. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dengan responden untuk memastikan kecocokan responden dengan kriteria dan persyaratan yang diperlukan dalam penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi. Dalam hal ini, data diperoleh dari:

a. Studi dokumentasi, yaitu melalui penelusuran publikasi pemasaran produk elektronik khususnya pesawat televisi di Indonesia pada media cetak, elektronik, maupun internet.

b. Studi kepustakaan; yaitu dengan melakukan penelaahan literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti penulis.

3.7.2 Skala Instrumen Pengumpul Data

Skala yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah skala Likert. Skala ini meminta responden menunjukkan tingkat persetujuan atau


(45)

ketidaksetujuannya terhadap serangkaian pernyataan tentang suatu obyek (Istijanto, 2009:90). Dalam penentuan skor, peneliti melakukan penyederhanaan yang ditampilkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2 Penentuan Skor Item No. Alternatif Jawaban Skor

1. Sangat Setuju 5

2. Setuju 4

3. Ragu 3

4. Tidak setuju 2

5. Sangat Tidak Setuju 1 Sumber: Sugiyono, 2012:133

3.8Teknik Analisis Data 3.8.1 Uji Instrumen

Instrumen angket yang telah dirancang perlu diuji validitas dan reliabilitasnya agar data yang akan dianalisis memiliki derajat ketepatan dan keyakinan yang tinggi (Juliandi dan Irfan, 2013).

1. Uji Validitas

Menurut Juliandi dan Irfan (2013) Uji validitas berarti menguji sejauhmana ketepatan atau kebenaran suatu instrumen sebagai alat ukur variabel


(46)

penelitian. Jika instrumen valid/benar maka hasil pengukuran pun kemungkinan akan benar.

Adapun kriteria penilaian uji validitas adalah :

1. Jika rhitung > rtabel , maka instrumen penilitian dinyatakan valid.

2. Jika rhitung < rtabel , maka instrumen penilitian dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Tujuan pengujian reliabilitas adalah untuk melihat apakah instrumen penelitian merupakan instrumen yang handal dan dapat dipercaya (Juliandi dan Irfan, 2013:83).

Adapun kriteria penentuan reliabilitas adalah :

1. Jika r Cronbach’s Alpha > dari r standar (0,6) maka instrumen penilitian dinyatakan reliabel

2. Jika r Cronbach’s Alpha < dari r standar (0,6) maka instrumen penilitian dinyatakan tidak reliabel.

3.8.2 Analisis Statistik Deskriptif

Istijanto (2009:96) Burns dan Bush mengelompokkan alat analisis statistik menjadi lima atas dasar tujuannya, yaitu analisis deskriptif, analisis inferial,


(47)

analisis perbandingan, analisis asosiatif, dan analisis prediktif. Melihat kebutuhan penelitian, peneliti hanya menggunakan analisis statistik deskriptif yang bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas (Istijanto, 2009:96).

Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai jawaban responden mengenai variabel-variabel penelitian yang digunakan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik Analisis Indeks, untuk menggambarkan persepsi responden atas item-item pertanyaan yang diajukan. Teknik skoring yang dilakukan dalam penelitian ini adalah minimum 1 dan maksimum 5, maka perhitungan indeks jawaban responden dilakukan dengan rumus sebagai berikut : Nilai Indeks = ((%F1x1)+(%F2x2)+(%F3x3)+(%F4x4)+(%F5x5))/5

Dimana :

F1 = Frekuensi responden yang menjawab 1

F2 = Frekuensi responden yang menjawab 2, dan seterusnya

3.8.3 Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala


(48)

heteroskedastisitas, gejala multikolinieritas, dan gejala autokorelasi (Rusiadi et al, 2014:148). Dari lima jenis asumsi klasik yang populer digunakan, peneliti memilih uji normalitas dan uji heteroskedastisitas.

Ghozali dalam Rusiadi et al (2014) menjelaskan uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jadi, uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi dengan normal atau tidak, dimana model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

3.8.4 Metode Analisis Regresi

Juliandi dan Irfan (2013:164) memaparkan bahwa analisis regresi bertujuan untuk memprediksi perubahan nilai variabel terikat akibat pengaruh dari nilai variabel bebas. Melihat kerangka konseptual dalam penelitian ini, analisis regresi yang digunakan adalah :

1. Regresi Liniear Sederhana

Metode ini berguna untuk menentukan besarnya pengaruh variabel independen (Country Of Origin) terhadap variabel dependen (Perceived Value).

Model persamaan regresinya adalah : Y = a + bX + e

Keterangan :

Y = Perceived Value X = Country Of Origin


(49)

a = konstanta

b = koefisien regresi Country Of Origin e = error

2. Regresi Uji Residual

Rusiadi et al (2014:231) Analisis residual ingin menguji pengaruh deviasi (penyimpangan) dari suatu model. Fokusnya adalah ketidakcocokan (lack of fit) yang dihasilkan dari deviasi hubungan linier antar variabel independen. Lack of fit ditunjukkan oleh nilai residual di dalam regresi. Dalam hal ini jika terjadi kecocokan antara variabel independen dengan variabel moderating (nilai residual kecil atau nol) yaitu variabel independen tinggi dan variabel moderating juga tinggi, maka variabel dependen juga tinggi. Sebaliknya jika terjadi ketidakcocokan antara variabel independen dengan variabel moderating maka variabel dependen akan rendah.

Model persamaan regresi uji residual adalah : (1) Z = a + bX + e

(2) | e | = a = bY

Keterangan :

Z = Consumer Ethnocentrism X = Country Of Origin


(50)

Y = Perceived Value a = konstanta

b = koefisien regresi Country Of Origin 3.8.5Uji Statistik F

Uji Statistik F digunakan untuk menganalisis apakah hipotesis diterima atau ditolak yang dapat dilihat pada nilai F, yaitu pada nilai probabilitasnya.

Kriteria penerimaan/penolakkan hipotesis dengan uji statistik F adalah sebagai berikut:

1. Tolak H0 jika nilai probabilitas (P Value) yang dihitung < probabilitas

yang ditetapkan sebesar 0,05 (Sig.< α0.05)

2. Terima H0 jika nilai probabilitas (P Value) yang dihitung > probabilitas

yang ditetapkan sebesar 0,05 (Sig.> α0.05).

3.8.6 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Suharyadi dan Purwanto (2004:465) Koefisien determinasi adalah kemampuan variabel X (variabel independen) mempengaruhi variabel Y (variabel


(51)

dependen). Semakin besar koefisien determinasi menunjukkan semakin baik kemampuan X menerangkan Y.

Adapun teknik statistik yang dapat digunakan adalah :

R2 =

Keterangan :

R = Koefisien determinasi X = Country Of Origin Y = Perceived Value

BAB IV


(52)

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Samsung Electronics 4.1.1.1 Sejarah Samsung Electronics

Sejarah Samsung bermula pada tahun 1938 dimana Lee Byung-Chull (1910-1987) berasal dari keluarga pemilik tanah yang luas di daerah Uiryeong datang ke kota Daegu dan mendirikan Samsung Sanghoe, sebuah perusahaan perdagangan kecil dengan empat puluh karyawan yang berlokasi di Su-dong (sekarang Ingyo-dong). Perusahaan yang di bangun Lee mengalami kemajuan dan dia memindahkan kantor pusatnya ke Seoul pada tahun 1947. Ketika pecah Perang Korea, Lee terpaksa meninggalkan Seoul dan memulai penyulingan gula di Busan dengan nama Cheil Jedang. Setelah perang, pada tahun 1954 Lee mendirikan Cheil Mojik dan membangun pabrik di Chimsan-dong, Daegu sebagai pabrik wol. Lee berusaha mendirikan Samsung sebagai pemimpin industri dalam berbagai bidang, seperti asuransi, sekuritas, dan ritel.

Pada tahun 1969, Samsung resmi didirikan di Suwon, Korea Selatan. Samsung Group mulai berkembang menjadi industri elektronik dan membentuk divisi elektronik, seperti Samsung Electronics Co Devices, Samsung Electro-Mechanics Co, Samsung Corning Co, dan Samsung Semiconductor & Telecommunications Co. Produk pertama Samsung saat itu adalah satu set televisi hitam-putih.

Pada tahun 1980, Perusahaan Samsung membeli Hanguk Jeonja Tongsin di Gumi, dan mulai membangun perangkat telekomunikasi. Produk awalnya adalah Switchboards. Fasilitas ini telah berkembang menjadi sistem manufaktur


(53)

telepon dan faks dan menjadi pusat manufaktur ponsel Samsung. Mereka telah menghasilkan lebih dari 800 juta ponsel. Perusahaan mereka dikelompokkan bersama di bawah Samsung Electronics Co, Ltd pada 1980-an.

Samsung mulai bangkit sebagai perusahaan internasional pada 1990-an. Cabang konstruksi Samsung mendapatkan kontrak untuk membangun satu dari dua Petronas Towers di Malaysia, Taipei 101 di Taiwan, dan Khalifa Burj di Uni Emirat Arab. Pada tahun 1993, Lee Kun-hee menjual sepuluh anak perusahaan Samsung Group untuk merampingkan perusahaan, dan operasi lainnya dikonsentrasikan pada tiga industri, yaitu elektronik, teknik, dan bahan kimia.

Saat ini Samsung Electronics adalah perusahaan pembuat perangkat elektronika terbesar di dunia dan merupakan ikon dari merupakan konglomerasi terbesar di Korea Selatan. Perusahaan ini berkantor pusat di tumbuh menjadi pemimpin teknologi informasi global, yang mengelola lebih dari 200 anak perusahaan di seluruh dunia.

4.1.1.2 Visi dan Misi Samsung Electronics 1. Visi

Visi Samsung Electronics adalah "Mengilhami Dunia, Menciptakan Masa Depan". Visi ini merupakan inti dari komitmen untuk memimpin inovasi dalam


(54)

teknologi, produk, dan solusi yang mengilhami masyarakat dunia untuk bergabung dengan aspirasi Samsung dalam menciptakan dunia yang lebih baik, yang penuh dengan pengalaman digital yang lebih kaya.

2. Misi

Misi Samsung Electronics adalah “Untuk mengilhami dunia dengan teknologi, produk, dan desain inovatif yang melengkapi kehidupan manusia dan berperan terhadap masa depan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan secara sosial”.

4.1.1.3 Produk-Produk Televisi Samsung Electronics 1. UHD TV

UHD TV adalah singkatan dari Ultra High Definition Television, yang berarti televisi dengan resolusi ultra tinggi. UHDTV merupakan generasi terbaru dari pendahulunya, yaitu HDTV (High Definition Television). Teknologi ini mengacu pada ketajaman gambar yang dihasilkan oleh sebuah perangkat televisi. Semakin tinggi resolusi sebuah pesawat televisi, semakin rapat/besar jumlah piksel yang membangun sebuah layar televisi, semakin tajam pula gambar yang dihasilkan pesawat televisi tersebut. Pada tahun 2012 istilah UHD ditetapkan oleh CEA (Consumer Electronics Association) sebagai istilah resmi untuk layar TV yang memiliki aspek rasio minimal 16 : 9 dan memiliki minimal satu input digital yang mampu membawa dan menampilkan video asli dengan resolusi minimal 3840 x 2160 piksel.


(55)

Pada dasarnya LED TV merupakan televisi layar datar yang dikembangkan dari LCD TV dimana jenis ini menggunakan LED Backlight sebagai pengganti cahaya fluorescent yang digunakan pada jenis LCD TV sebelumnya. Ada dua macam bentuk LED TV yang beredar di pasaran, yaitu RGB LED dengan LED yang diletakkan di belakang panel layar, atau EDGE-LED dimana EDGE-LED diletakkan di sekeliling layar.

Kelebihan LED TV diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Tingkat kontras yang jauh lebih tinggi dibandingkan LCD TV, setara atau bahkan lebih tinggi daripada Plasma TV

b. Memungkinkan produsen untuk memproduksi televisi layar datar dengan ukuran super tipis, dengan ketebalan sekitar 2,5 cm

c. Lebih ramah lingkungan

d. Konsumsi listrik yang lebih rendah sekitar 20-30% dibandingkan LCD TV konvensional

e. Produk LED TV menawarkan fitur pemrosesan gambar digital, fitur Digital TV Tuner, dan berbagai fitur terbaru lainnya.

Kelemahan LED TV salah satunya adalah harga yang sedikit lebih mahal, untuk ukuran dan fitur yang sama, harga LED TV yang termurah sekitar 20% lebih mahal dibanding LCD TV konvensional.

3. Plasma TV

Plasma Display Panel (PDP) atau di Indonesia banyak dikenal sebagai Plasma TV merupakan salah satu jenis teknologi TV layar datar yang memungkinkan produsen untuk memproduksi TV layar datar ukuran besar secara


(56)

massal dengan harga yang ekonomis. Istilah PDP sendiri berasal dari penggunaan sel plasma, yang merupakan lampu fluorescent, sebagai dasar pencahayaan layar televisi tersebut.

Sebuah Plasma TV memanfaatkan jutaan sel plasma yang diletakkan diantara dua panel layar kaca. Setiap sel yang berisi kombinasi antara gas noble dan sejumlah kecil mercury yang akan diuapkan dan diberi aliran listrik sehingga berpendar dan membentuk plasma. Warna dihasilkan dari fosfor yang terdapat di dalam sel tersebut, dimana di dalam setiap sel akan berisi fosfor 3 jenis warna utama, yaitu Red, Green, dan Blue, atau biasa dikenal dengan RGB.

Kelebihan Plasma TV diantaranya adalah sebagai berikut : a. Menghasilkan warna hitam yang lebih baik dari LCD TV b. rasio kontras yang tinggi (1:2.000.000)

c. Sudut pandang lebih lebih lebar

d. Refresh Rate dan Response Time yang cepat, meminimalisir tampilan

gambar kabur

Kelemahan Plasma TV diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Gambar diam yang ditampilkan dalam waktu yang lama akan menimbulkan burn-in dan gambar berbayang


(57)

b. Kualitas gambar akan terus menurun seiring dengan lamanya penggunaan, meskipun dalam jangka waktu yang relatif lama

c. Lebih berat dari LCD

d. Menggunakan daya listrik yang lebih besar dibandingkan dengan LCD TV e. Ukuran umumnya tidak tersedia di bawah 42 inci.

Samsung Electronics sebagai perusahaan elektronika terkemuka dunia juga tengah memasarkan ketiga jenis televisi tersebut. Berikut adalah varian produk televisi yang dipasarkan Samsung pada tahun 2015 :

Tabel 4.1

Varian Produk Televisi Samsung Electronics

No Kategori Tipe

1 UHD (Ultra High Definition)

Curved UHD TV Seri 9 78" UA78HU9000W

UHD TV Seri F 65" UA65F9000AM UHD TV Seri F 55" UA55F9000AM Curved UHD TV Seri HU7200 65"

Curved UHD TV Seri HU7200 55"

2 LED (Light Emitting Diode)

LED TV Seri 4 24" UA24H4150AR LED TV Seri 4 32" UA32H4100AR LED TV Seri 5 48"

UA48H5500AW | Full HD 1080p

LED TV Seri 5 40"

UA40H5500AW | Full HD 1080p

LED TV Seri 6 75"

UA75H6400AW | Full HD 3D

LED TV Seri 6 32"


(58)

3D

LED TV Seri 6 40"

UA40H6400AW | Full HD 3D

LED TV Seri 4 32" UA32H4000AR

3 Plasma

Plasma TV Seri 4 43" PA43H4000AW Plasma TV Seri 4 51" PA51H4500AW Plasma TV Seri 5 60" PS60F5000AM Plasma TV Seri 4 51" PS51F4900AM Plasma TV Seri 4 51" PS51F4500AM Plasma TV Seri 4 51" PS51F4500AM Plasma TV Seri 4 43" PS43F4500AM Plasma TV Seri 4 43" PS43F4000AM

Sumber : 4.1.2 Gambaran Umum Kota Medan

4.1.2.1 Sejarah Kota Medan

Dahulu Kota Medan dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa dengan luas sekitar 4000 Ha. Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus, lokasi tepatnya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu mengkaitkan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan, lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang populer.

Menurut Volker, pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan di muara-muara sungai diselingi dengan pemukiman-pemukiman penduduk


(59)

yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.

Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink pada tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens pada tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah tersebut juga ditemukan jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) penduduk digerakkan untuk membakar batu bata yang berkualitas tinggi, dan salah satu pabrik batu bata pada saat itu adalah Deli Klei.

4.1.2.2 Penduduk Kota Medan

Jumlah penduduk Kota Medan menurut data BPS terakhir (2009) adalah 2.121.053 jiwa, yang terdiri dari penduduk dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 1.049.457 jiwa, dan dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 1.071.596 jiwa. Untuk mengetahui distribusi penduduk Kota Medan menurut kecamatan dan jenis kelamin, maka dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.2

Penduduk Kota Medan

Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2009 No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah


(60)

1 Medan Tuntungan 34.153 35.919 70.073 2 Medan Johor 57.495 58.725 116.220 3 Medan Amplas 57.127 58.029 115.156 4 Medan Denai 69.746 70.194 139.939 5 Medan Area 53.866 55.386 109.253 6 Medan Kota 41.298 42.994 84.292 7 Medan Maimun 28.212 29.646 57.859 8 Medan Polonia 26.389 27.038 53.427 9 Medan Baru 20.822 23.394 44.216 10 Medan Selayang 42.434 43.244 85.678 11 Medan Sunggal 54.452 56.216 110.667 12 Medan Helvetia 71.713 73.662 145.376 13 Medan Petisah 32.795 35.325 68.120 14 Medan Barat 38.513 40.585 79.098 15 Medan Timur 56.201 57.673 113.874 16 Medan Perjuangan 51.752 53.950 105.702 17 Medan Tembung 70.628 71.158 141.786 18 Medan Deli 75.246 74.830 150.076 19 Medan Labuhan 53.522 53.399 106.922 20 Medan Marelan 64.183 62.436 126.619 21 Medan Belawan 48.908 47.791 96.700

Kota Medan 1. 049.457 1.071.596 2.121.053

Sumber:,2015

4.1.2.3 Pembangunan Bisnis Kota Medan dan Kemitraan

Dalam pembangunan Kota Medan paling tidak ada lima pelaku yang paling menonjol, yaitu pemerintah, swasta (dunia usaha), masyarakat, profesional,


(61)

dan intelektual. Demikian juga dalam kegiatan ekonomi, selain dikenal sektor publik yang diperankan oleh pemerintah, juga tidak kalah pentingnya sektor swasta dan masyarakat. Bahkan dilihat dari kontribusi masing-masing sektor, sektor Swasta memberikan sumbangan jauh lebih besar, bahkan mencapai 80% dari total investasi yang ada. Dengan demikian sektor pemerintah hanya memberikan sumbangan sebesar 20%. Oleh karena itu salah satu kebijakan penting yang ditempuh Pemerintah Kota Medan adalah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi sektor Swasta dan Masyarakat untuk tidak saja terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang berorientasi laba, tetapi juga kegiatan pembangunan kota secara keseluruhan.

Untuk mendorong partisipasi luas swasta dan masyarakat dalam pembangunan kota maka salah satu cara yang ditempuh adalah membangun kemitraan antara Pemko, swasta dan masyarakat dengan dukungan sektor profesional dan intelektual.

Berbagai kemitraan dan kerjasama tersebut terus dibangun dan dikembangkan dengan dasar saling memperkuat, saling membutuhkan dan saling menguntungkan satu sama lain. Pemko Medan berkomitmen untuk memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi sektor swasta dan masyarakat untuk terlibat dalam proyek pembangunan kota (sektor publik), dengan berbagai bentuk perjanjian yang mungkin dilaksanakan seperti sistem kontrak sewa dan lain-lain. 4.2 Penyajian Data


(62)

Analisis deskriptif merupakan analisis yang paling mendasar untuk menggambarkan keadaan data secara umum. Kuisioner disebarkan kepada 111 responden berupa 38 butir pernyataan yang berhubungan dengan variabel bebas, variabel terikat, dan variabel moderator.

1. Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden berdasarkan jenis kelamin dideskripsikan untuk membedakan sifat dan kemampuan antara laki-laki dan perempuan, misalnya perempuan dianggap lebih ekspresif, lebih emosional, kurang logis, kurang terorientasi dan lebih partisipatif daripada laki-laki. Sebaliknya laki-laki dianggap kurang hangat dan kurang peka antar pribadi, kurang ekspresif, lebih otokrasi, dan sebagainya. Untuk mengetahui distribusi jenis kelamin responden maka dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.3

Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-laki 48 43,2

2 Perempuan 63 56,8

Total 111 100

Sumber: Data Primer yang diolah, 2015

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 111 responden yang diperoleh selama penelitian, responden dengan jenis kelamin laki-laki berjumlah 48 orang dengan persentase 43,2%, sedangkan responden dengan jenis kelamin perempuan berjumlah 63 orang dengan persentase 56,8%. Dapat disimpulkan bahwa


(63)

responden dalam penelitian ini didominasi oleh konsumen TV merek Samsung dengan jenis kelamin perempuan.

2. Identitas Responden Berdasarkan Usia

Analisis ini bertujuan untuk mengukur distribusi usia responden. Hal ini penting untuk dianalisis karena usia berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan seseorang, cara pandang, dan tanggung jawab dalam bertindak. Untuk mengetahui distribusi usia responden dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

Identitas Responden Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Persentase

1 18 – 25 tahun 66 59,5

2 26 – 35 tahun 15 13,5

3 36 – 45 tahun 15 13,5

4 46 – 55 tahun 14 12,6

5 56 – 65 tahun 1 0,9

6 > 66 tahun 0 0

Total 111 100

Sumber: Data Primer yang diolah, 2015

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 111 responden diperoleh jumlah responden tertinggi berada di rentang usia 18-25 tahun, yaitu sebanyak 66 orang dengan persentase sebesar 59,5% sedangkan untuk jumlah responden terendah berada di rentang usia diatas 66 tahun dengan jumlah 0 atau tidak didapatkan selama penelitian.


(64)

Dapat disimpulkan bahwa rentang usia responden dominan pada usia 18-25 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa responden pada usia tersebut adalah responden pada rentang usia muda yang identik dengan sifat yang senang dan aktif mengikuti perkembangan teknologi, dalam hal ini terkait produk televisi. 3. Identitas Responden Berdasarkan Kecamatan Domisili

Untuk mengetahui distribusi kecamatan domisili responden maka dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5

Identitas Responden Berdasarkan Kecamatan Domisili

No Kecamatan Frekuensi Persentase

1 Medan Tuntungan 6 5,4

2 Medan Johor 7 6,3

3 Medan Amplas 2 1,8

4 Medan Denai 3 2,7

5 Medan Area 8 7,2

6 Medan Kota 4 3,6

7 Medan Maimun 4 3,6

8 Medan Polonia 4 3,6

9 Medan Baru 10 9,0

10 Medan Selayang 9 8,1

11 Medan Sunggal 10 9,0

12 Medan Helvetia 5 4,5

13 Medan Petisah 2 1,8

14 Medan Barat 7 6,3

15 Medan Timur 5 4,5

16 Medan Perjuangan 5 4,5

17 Medan Tembung 5 4,5

18 Medan Deli 3 2,7


(65)

20 Medan Marelan 6 5,4

21 Medan Belawan 2 1,8

Total 111 100

Sumber: Data Primer yang diolah, 2015

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa seluruh kecamatan yang ada di Kota Medan memiliki wakil yang dijadikan responden. Adapun kecamatan dengan jumlah responden terbanyak yaitu Kecamatan Medan Sunggal dan Medan Baru, masing-masing memiliki 10 orang responden dan persentase sebesar 9%. Sedangkan kecamatan dengan jumlah responden paling sedikit yaitu Medan Amplas, Medan Petisah, dan Medan Belawan, dimana masing-masing memiliki responden sebanyak 2 orang dan persentase masing-masing sebesar 1,8%.

4. Identitas Responden Berdasarkan Pekerjaan

Untuk mengetahui distribusi pekerjaan responden maka dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6


(66)

No Pekerjaan Frekuensi Persentase

1 Pegawai Negeri Sipil 7 6,3

2 Wiraswasta 31 27,9

3 TNI/POLRI 3 2,7

4 Pegawai

Swasta/BUMN 14 12,6

5 Pelajar/Mahasiswa 47 42,3

6 Lainnya 9 8,1

Total 111 100

Sumber: Data Primer yang diolah, 2015

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 111 responden diperoleh jumlah responden tertinggi berada pada kategori pekerjaan Pelajar/Mahasiswa, yaitu sebanyak 47 orang dengan persentase sebesar 42,3% sedangkan untuk jumlah responden terendah berada pada reponden dengan pekerjaan sebagai TNI/POLRI yaitu sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 2,7%. Dapat disimpulkan bahwa responden dalam penelitian ini didominasi oleh kategori pekerjaan Pelajar/Mahasiswa, namun kategori pekerjaan Wiraswasta layak dimonitor perkembangannya karena menyumbang jumlah responden yang cukup banyak, yaitu 31 orang (27,9%).

5. Identitas Responden Berdasarkan Peran Dalam Pembelian

Untuk mengetahui distribusi peran dalam pembelian pada responden maka dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut :

Tabel 4.7


(1)

15 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 6 1

16 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4 5 5 3 5 5 3 7 0

17 3 4 5 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 6 3

18 5 5 5 3 4 4 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 4 7 4

19 5 3 1 5 5 5 4 4 5 5 5 5 3 4 4 4 4 7 1

20 2 4 4 4 2 1 2 4 5 2 2 5 4 2 4 4 2 5 3

21 4 5 4 5 2 2 4 2 4 5 2 2 2 2 5 4 2 5 6

22 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 3 5 9

23 3 3 4 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3 4 5 3 5 5 9

24 5 4 4 4 2 4 4 5 5 5 4 5 5 2 2 4 2 6 6

25 5 3 4 5 2 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 2 4 7 4

26 2 3 4 2 2 2 2 3 3 4 3 4 5 2 2 4 4 5 1

27 4 4 5 4 2 4 3 4 4 2 3 3 3 2 4 3 2 5 6

28 3 3 4 3 2 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 5 3 5 8

29 3 5 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 2 2 4 2 5 7 30 4 4 4 2 2 2 2 4 2 4 2 4 2 2 4 4 2


(2)

0

31 5 5 5 5 2 2 2 3 3 3 2 5 4 1 5 4 4 6 0

32 2 2 3 2 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3 4 3 4 5 4

33 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 3 4 3 5 4 3 6 9

34 2 2 4 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 4 2 1 3 2

35 2 2 5 5 3 3 4 4 4 3 2 4 4 3 4 4 4 6 0

36 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 6 1

37 4 4 4 2 2 2 4 4 4 4 2 4 4 2 4 4 2 5 6

38 4 5 4 4 5 4 4 4 4 3 5 4 3 4 4 3 4 6 8

39 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 4 2

40 2 2 3 3 2 3 3 2 4 4 2 2 3 3 2 2 2 4 4

41 3 4 4 4 2 3 3 2 3 4 2 4 3 2 4 5 2 5 4

42 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 5 3 6 2

43 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 6 1

44 3 4 5 4 4 5 4 5 5 4 5 4 4 4 3 4 4 7 1

45 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 4 2 2 1 2 2 2 4 1

46 3 2 2 3 2 2 4 3 2 4 4 3 3 4 3 4 2 5 0


(3)

48 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 6 4

49 5 4 5 5 3 3 3 4 4 5 3 2 5 2 4 5 3 6 5

50 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 3 7 8

51 5 2 5 3 2 2 2 4 4 4 2 4 4 2 4 3 1 5 3

52 3 4 4 4 2 2 2 3 4 4 2 2 4 1 1 2 2 4 6

53 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 5 4 4 2 2 4 3 5 9

54 3 4 4 4 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 4 4 2 4 5

55 4 4 5 5 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 6 5

56 5 4 5 4 3 3 3 3 3 5 3 4 5 3 5 4 3 6 5

57 5 5 5 5 2 1 1 5 5 5 3 3 5 2 5 5 3 6 5

58 3 3 4 3 1 1 1 1 2 3 1 3 4 2 3 3 3 4 1

59 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 5 5 5 8 1

60 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 7 3

61 3 3 4 4 2 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 2 5 3

62 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 2 3 2 3 5 9 63 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5


(4)

5

64 3 2 4 4 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 5 2

65 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 6 0

66 5 5 5 5 4 3 4 5 4 4 3 4 5 4 3 4 4 7 1

67 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 3 6 4

68 4 4 4 5 3 3 3 5 5 4 3 5 5 2 4 5 3 6 7

69 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 7 2

70 5 2 5 4 4 4 2 5 5 5 5 5 5 2 5 4 4 7 1

71 5 5 5 5 2 3 4 5 4 5 5 5 2 5 5 2 4 7 1

72 5 2 4 4 2 4 2 2 4 5 3 5 4 3 5 4 5 6 3

73 4 3 4 2 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 3 2 5 8

74 4 5 5 5 3 4 4 4 4 3 4 4 3 2 4 4 2 6 4

75 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 8 5

76 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 7 7

77 5 5 5 5 3 2 3 3 4 4 3 2 4 2 3 3 2 5 8

78 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 3 7 0

79 3 2 4 5 2 3 4 5 4 4 1 5 5 1 5 5 3 6 1


(5)

81 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 6 0

82 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 6 4

83 2 5 3 5 2 2 2 5 4 2 2 2 4 2 3 3 2 5 0

84 4 5 5 3 1 1 1 5 2 4 2 4 4 1 5 3 1 5 1

85 4 4 4 3 3 3 4 4 3 5 3 5 4 2 4 4 3 6 2

86 5 5 5 5 2 2 5 5 5 4 2 2 5 1 5 5 5 6 8

87 1 5 4 1 1 2 1 1 1 2 2 4 1 1 1 4 1 3 3

88 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 4 2 2 2 2 4 0

89 2 4 2 4 2 2 2 2 4 2 2 2 5 2 2 2 2 4 3

90 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 2 5 8

91 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 6 4

92 4 4 3 5 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 5 4 4 5 9

93 4 3 3 5 3 3 5 4 4 3 2 3 4 3 3 4 3 5 9

94 3 5 5 4 3 2 3 5 4 5 3 5 2 5 5 5 3 6 7

95 3 4 3 3 2 2 3 4 3 3 2 4 2 2 3 4 1 4 8 96 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 4 2 2 4 2 2 3


(6)

0

97 3 2 4 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 5

98 3 2 5 3 2 2 2 3 4 3 1 4 4 2 4 4 1 4 9

99 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 4 1

100 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 6 1

101 3 2 5 3 2 2 2 3 4 3 1 4 4 2 4 4 1 4 9

102 3 2 4 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 5

103 5 4 5 5 2 2 5 4 5 5 2 4 5 2 4 4 1 6 4

104 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 6 1

105 5 5 5 5 2 2 5 5 5 4 2 2 5 1 5 5 5 6 8

106 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 6 1

107 3 2 5 3 2 2 2 3 4 3 1 4 4 2 4 4 1 4 9

108 5 5 5 5 2 2 5 5 5 4 2 2 5 1 5 5 5 6 8

109 5 4 5 3 2 3 3 4 3 2 2 4 2 2 2 2 1 4 9

110 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 5 0

111 3 4 3 3 2 2 3 4 3 3 2 4 3 2 4 4 1 5 0


Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH RELIGIOSITY, CONSUMER ETHNOCENTRISM DAN COUNTRY OF ORIGIN TERHADAP PURCHASE INTENTION Analisis Pengaruh Religiosity,Consumer Ethnocentrism Dan Country Of Originterhadap Purchase Intention (Studi Empiris Dalam Membeli iPhone Oleh Mahasi

0 2 14

ANALISIS PENGARUH RELIGIOSITY, CONSUMER ETHNOCENTRISM DAN COUNTRY OF ORIGIN TERHADAP PURCHASE INTENTION Analisis Pengaruh Religiosity,Consumer Ethnocentrism Dan Country Of Originterhadap Purchase Intention (Studi Empiris Dalam Membeli iPhone Oleh Mahasi

0 4 17

71676 ID pengaruh country of origin terhadap perc

0 0 27

Pengaruh Country Of Origin Terhadap Minat Beli Smartphone Oppo Dengan Perceived Quality Sebagai Variabel Intervening (Studi Pada Pengunjung Plaza Millennium)

0 0 15

The Influence of Country of origin on Co

1 1 7

PERAN DIMENSI-DIMENSI COUNTRY OF ORIGIN (COO), CONSUMER ETHNOCENTRISM, DAN KETERLIBATAN PRODUK PADA NIAT BELI KONSUMEN TERHADAP MEREK GLOBAL

0 1 16

Pengaruh Country Of Origin Terhadap Perceived Value dengan Consumer Ethnocentrism sebagai Variabel Moderator (Studi pada Konsumen Televisi Merek Samsung di Kota Medan)

0 0 33

BAB II KERANGKA TEORI - Pengaruh Country Of Origin Terhadap Perceived Value dengan Consumer Ethnocentrism sebagai Variabel Moderator (Studi pada Konsumen Televisi Merek Samsung di Kota Medan)

0 1 11

BAB I PENDAHULUAN - Pengaruh Country Of Origin Terhadap Perceived Value dengan Consumer Ethnocentrism sebagai Variabel Moderator (Studi pada Konsumen Televisi Merek Samsung di Kota Medan)

0 0 10

Pengaruh Country Of Origin Terhadap Perceived Value dengan Consumer Ethnocentrism sebagai Variabel Moderator (Studi pada Konsumen Televisi Merek Samsung di Kota Medan)

0 0 13