Perbedaan antar Asuransi Syariah dan Konvensional Analisis Laporan Keuangan Berukuran Sama Cammon Size Statement

bersifat teknis, lebih-lebih dengan adanya perkembangan pesat dalam bidang teknologi. Usaha-usaha untuk memberikan bantuan teknis baimk kepada individu maupun perusahaan-perusahaan itu agar perusahaan-perusahaan tersebut dapat melakukan operasinya dengan baik. 9. Asuransi mendorong usaha pencegahan kerugian Dewasa ini perusahaan-perusahaan asuransi banyak melakukan usaha yang sifatnya mendorong perusahaan tertanggung untuk melindungi diri dari bahaya yang dapat menimbulkan kerugian. Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam berbagai bidang usaha menyadari perlindungan kerjasama dengan perusahaan asuransi dapat menghilangkan atau memperkecil kemungkinan yang dapat menimbulkan kerugian.

2.1.4 Perbedaan antar Asuransi Syariah dan Konvensional

Perusahaan asuransi secara umum ada dua, yaitu asuransi syariah dan asuransi konvensional. Namun, terdapat perbedaan diantara asuransi syariah dan asuransi konvensional. Perbedaan tersebut antara lain: Tabel 2.1 Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional No Keterangan Asuransi Syariah Asuransi Konvensional 1 Pengawas Dewan Syariah DPS Adan ya DPS yang berfungsi untuk mengawasi pri nsi p operasional yang di gunakan. Tidak ada 2 Akad Saling tolong menolong. Jual beli atau tukar menukar 3 Investasi Dana Investasi dana berdasarkan syariah Berdasarkan prinsip bunga dengan sistem bagi hasil mudharabah 4 Kepemilikan Dana Dana yang terkumpil dari peserta merupakan milik peserta. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelola. Dana yang terkumpul dari peserta menjadi milik perusahaan sehingga perusahaan bebas untuk menginvestasikannya. 5 Pembayaran Klaim Dari rekening tabarru’ dana kebajikan seluruh peserta yang sejak awal sudah diikhlaskan oleh peserta untuk keperluan tolong menolong bila terjadi musibah. Dari rekening dana perusahaan. 6 Keuntungan Profit Dibagi antara perusahaan dengan peserta sesuai dengan prinsip bagi hasil. Seluruhnya menjadi milik perusahaan. Sumber: Janwari, 2005 : 104 2.1.5 Laporan Keuangan 2.1.5.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada perusahaan merupakan output atau hasil akhir dari kegiatan akuntansi yang mencerminkan kondisi keuangan suatu perusahaan dan hasil operasi perusahaan. Informasi tentang kondisi keuangan dan hasil operasi sangat berguna untuk mengambil keputusan. Menurut Munawir 2004 : 2 mengemukakan pengertian laporan keuangan sebagai berikut, “Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari perusahaan tersebut.” Selanjutnya menurut Harahap 2002 : 7 mengemukakan bahwa, “Laporan keuangan adalah merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya.” Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 revisi 2013 “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Dari beberapa penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa laporan keuangan merupakan informasi kondisi keuangan pada periode tertentu yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan yang digunakan untuk melihat kinerja suatu perusahaan untuk mengambil keputusan.

2.1.5.2 Tujuan Laporan Keuangan

Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian informasi perusahaan, laporan keuangan pada Fahmi 2011 : 5 disebutkan bahwa, “Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi kepada pihak yang membutuhkan tentang kondisi suatu perusahaan dari sudut angka-angka dalam satuan moneter”. Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 revisi 2013 “Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Dari defenisi di atas tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasai kepada pemakai laporan keuangan dan digunakan untuk mengambil keputusan perusahaan.

2.1.5.3 Pihak-pihak yang memerlukan Laporan Keuangan

Pembuatan dan penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak, baik bagi pihak internal maupun bagi pihak eksternal perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Adapun pihak-pihak yang berkepentingan tersebut, yaitu Dermawan dan Djahotman, 2013 : 9 : 1. Pemilik atau pemegang saham Stock holder Mereka sangat berkepentingan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan saat ini, sekaligus melihat kinerja manajemen atas target yang telah di tetapkan sebelumnya. Artinya berkaitan erat dengan sukses tidaknya perusahaan dalam menghasilkan labakeuntungan untuk meningkatkan kemakmuran pemilikpemegang saham. 2. Manajemen Management Secara garis besarnya sebagai cermin kinerja mereka dalam suatu periode tertentu. Dengan kata lain jika mencapai atau memperoleh target yang ditetapkan, berarti ada penghargaan dan jika sebaliknya ada teguran bahkan peumutusan hubungan kerja. 3. Kreditor Creditor Apakah dana yang dipinjamkan perusahaannya serta konsekuensinya bunga dapat dibayar dan pokok pinjaman yang harus dikembalikan. 4. Pemerintah Government Apakah perusahaan jujur melaporkan laporan keuangan sesungguhnya, sudah barang tentu berkaitan dengan kewajiban pajak yang dibayar kepada pemerintahNegara secara adil dan jujur. 2.1.6 Kinerja Perusahaan 2.1.6.1 Pengertian Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi suatu perusahaan dilihat dari laporan keuangan dengan menggunakan analisis keuangan, sehingga dapat kita mengetahui baik buruknya kinerja perusahaan. Hal ini sangat penting agar sumber daya yang digunakan secara optimal. Menurut Munawir 2007 : 30 yang dimaksud dengan kinerja keuangan perusahaan adalah pengukuran prestasi yang dicapai oleh perusahaan yang mencerminkan kondisi kesehatan dari suatu perusahaan pada kurun waktu tertentu. Pengukuran prestasi pada umumnya didasarkan atas laba yang dihasilkan dibandingkan dengan investasi yang ditanam dalam perusahaan. Tujuan dari pengukuran kinerja keuangan perusahaan, yaitu untuk mengevaluasi perubahan atas dasar sumber daya yang dimiliki perusahaan apakah menunjukan kenaikan, statis atau penurunan kemudian dengan informasi mengenai perubahan-perubahan tersebut.

2.1.6.2 Pengukuran Kinerja Perusahaan

Pengukuran kinerja keuangan merupakan analisis data serta pengendalian bagi perusahaan. Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Bagi investor informasi mengenai kinerja perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah mereka akan tetap menahankan investasi mereka diperusahaan tersebut atau mencari alternative lain. Selain itu pengukuran juga dilakukan untuk memperlihatkan kepada penanam modal maupun pelanggan atau masyarakat secara umum bahwa perusahaan memiliki kredibilitas yang baik Munawir, 1995 : 85. Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai “performing measurement“ pengukuran kinerja adalah kualifikasi dan efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi. Dengan demikian pengertian kinerja adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu Hanafi, 2003 : 69.

2.1.7 Economic Value Added EVA

2.1.7.1 Pengertian Economic Value Added EVA

Ecomic Value Added EVA dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah Nilai Tambah Ekonomis. Economic Value Added EVA merupakan salah satu pengukur kinerja perusahaan yang mencoba mengukur nilai tambah yang dicapai perusahaan yang dapat dihitung dengan cara laba usaha setelah pajak sebelum beban bunga net operating after tax dikurangi biaya modal Rousanna, 1997. Economic Value Added EVA atau disebut juga dengan nilai tambah ekonomis NITAMI diartikan sebagai suatu konsep yang dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam pengukuran laba operasi perusahaan harus dengan adil mempertimbangkan harapan–harapan setiap penyedia dana kreditur dan pemegang saham. Derajat keadilannya dinyatakan dengan ukuran tertimbang dan struktur modal yang ada Widayanto, 1993 : 51. Berdasarkan pendapat–pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian Economic Value Added EVA adalah keuntungan operasional setelah pajak, dikurangi biaya modal yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan dengan memperhatikan secara adil harapan-harapan para pemegang saham dan kreditur. Economic Value Added EVA merupakan perangkat finansial untuk mengukur keuntungan nyata perusahaan. Hal ini membuat perhitungan Economic Value Added EVA lain dengan perhitungan analisis rasio keuangan lainnya. Perbedaan tersebut dikarenakan pada perhitungan dengan menggunakan pendekatan Economic Value Added EVA dilibatkannya biaya modal operasi setelah laba bersih, dimana hal tersebut tidak dilakukan dalam perhitungan konvensional. Setiap perusahaan tentunya menginginkan nilai Economic Value Added EVA akan naik terus menerus, karena Economic Value Added EVA adalah tolok ukur fundamental dari tingkat pengembalian modal return of capital. Ada beberapa cara untuk meningkatkan nilai Economic Value Added EVA perusahaan yaitu Widayanto, 1993 : 32-33: a. Meningkatkan keuntungan profit tanpa menambah modal b. Mengurangi pemakaian modal c. Melakukan investasi pada proyek–proyek dengan tingkat pengembalian tinggi. Analisis Economic Value Added EVA ini mencoba melihat dari segi ekonomis dalam pengukuran kinerja perusahaan dengan adil atas dasar konsep kepuasan stake holder seluruh anggota perusahaan, bentuknya adalah dengan mempertimbangkan harapan–harapan karyawan, pelanggan, dan pemberi modal investorpemegang saham. Derajat keadilannya adalah ditunjukkan oleh biaya modal rata – rata tertimbang dan berpedoman terhadap nilai pasar.

2.1.7.2 Manfaat Economic Value Added EVA

Manfaat dari penerapan EVA antara lain Utama, 1997 : 12: a. Dapat digunakan sebagai penilai kinerja perusahaan yang berfokus pada penciptaan nilai value creation. b. Dapat meningkatkan kesadaran manajer bahwa tugas mereka adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan serta nilai pemegang saham. c. Dapat membuat para manajer berfikir dan juga bertindak seperti halnya pemegang saham yaitu memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat dimaksimumkan. d. EVA membuat para manajer agar memfokuskan perhatian pada kegiatan yang menciptakan nilai dan memungkinkan mereka untuk mengevaluasi kinerja berdasarkan kriteria maksimum nilai perusahaan. e. EVA sebagai motivator perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya. f. EVA dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi proyek atau kegiatan yang memberikan pengembalian yang lebih tinggi dari pada biaya modal.

2.1.7.3 Keunggulan dan Kelemahan Economic Value Added EVA

Economic Value Added EVA sebagai alternatif pengukuran kinerja perusahaan yang relatif baru, memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan Utama, 1997 : 10. Keunggulan yang dimiliki metode Economic Value Added EVA antara lain : a. Konsep Economic Value Added EVA merupakan alat ukur yang dapat berdiri sendiri tidak memerlukan adanya suatu perbandingan dengan perusahaan sejenis dalam satu industri, dan tidak perlu pula membuat suatu analisis kecenderungan dengan tahun – tahun sebelumnya. b. Konsep Economic Value Added EVA adalah pengukur kinerja perusahaan yang melihat segi ekonomis dalam pengukurannya, yaitu dengan memperhatikan harapan–harapan pada pemilik modal kreditur dan pemegang saham secara adil. Dimana derajat keadilannya dinyatakan dalam ukuran tertimbang dari struktur modal yang ada dan berpedoman pada nilai pasar, bukan nilai buku. c. Konsep Economic Value Added EVA dapat dipakai sebagai tolok ukur dalam pemberian bonus bagi karyawan. Disamping itu Economic Value Added EVA juga merupakan tolok ukur yang tepat untuk memenuhi konsep kepuasan stake holder yakni bentuk perhatian perusahaan kepada karyawan, pelanggan dan pemberi modal kreditur dan investor. d. Walaupun konsep Economic Value Added EVA berorientasi pada kinerja operasional akan tetapi sangat berpengaruh untuk dipertimbangkan dalam penentuan arah strategis perkembangan portofolio perusahaan. Disamping keunggulan – keunggulan yang dimiliki oleh Economic Value Added EVA terdapat pula beberapa kelemahan EVA Mirza, 1997 : 68 : a. EVA hanya mengukur hasil akhir result, konsep ini tidak mengukur aktivitas- aktivitas penentu seperti loyalitas dan tingkat retensi konsumen. b. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau membeli saham-saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang justru lebih dominan. c. Konsep ini tergantung pada transparansi perhitungan EVA secara akurat, dalam kenyataanya seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internalnya.

2.1.7.4 Cara Menentukan Economic Value Added EVA

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan EVA menurut Rousana, 1997 : 19 : a. Menghitung biaya modal utang Cost of Debt b. Menghitung biaya modal saham Cost of Equity c. Menghitung struktur permodalan dari neraca. Struktur modal biasanya terdiri dari utang dan ekuitas, sehingga dicari: Komposisi utang = rasio utang terhadap jumlah modal Komposisi utang = rasio modal saham terhadap jumlah modal d. Menghitung biaya modal rata-rata tertimbang Weighted Average Cost of Capital e. Menghitung EVA EVA = laba operasi bersih sesudah pajak NOPAT – biaya modal.

2.1.8.5 Tolok Ukur Penilaian Kinerja Keuangan dalam EVA

Dalam EVA, penilaian kinerja keuangan diukur dengan ketentuan: a. Jika EVA 0, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan baik, karena perusahaan bisa menambah nilai bisnis. b. Jika EVA = 0, maka secara ekonomis “impas” karena semua laba digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditur maupun pemegang saham. c. Jika EVA 0, maka kinerja keuangan perusahaan tersebut dikatakan tidak sehat, karena perusahaan tidak bisa memberikan nilai tambah. 2.1.8 Analisis Rasio Keuangan 2.1.8.1 Pengertian Analisis Rasio Analisis rasio Analysis Ratio merupakan salah satu analisis paling populer dan bnayak digunakan karena sangat sederhana yang menggunakan operasi aritmatika, namun interprestasinya snagat kompleks Dermawan dan Djahotman, 2013 : 36. Analisis rasio sangat bermakna untuk investigasi lebih lanjut karena angka rasio yang diperoleh dari pos yang sangat terkait dan hubungannya secara ekonomis. Sebagai contoh terdapat hubungan antara harga jual produk terhadap biaya produk tersebut. Sebaliknya tidak ada hubungan yang jelas antara biaya angkut dengan efek atau surat berharga.

2.1.8.2 Keterbatasan Analisis Rasio

Keterbatasan analisis rasio menurut Dermawan dan Djahotman, 2013:36 antara lain: 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat digunakan untuk kepentingan pemakai. 2. Jika ada dua atau lebih perusahaan yang dibandingkan tetapi teknik dan standar akuntansi yang dipakai berbeda, amak dipastikan tidak tepat analisis rasionya. 3. Jika data yang tersedia tidak sinkron ataupun tidak tersedia, maka sulit untuk menghitung rasio.

2.1.8.3 Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Pada dasarnya analisis rasio keuangan dikelompokkan ke dalam empat macam kategori, yaitu Dermawan dan Djahotman, 2013 : 36 : a. Rasio Likuiditas Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan membatar kewajiban jangka pendek utang lancar pada saat jatuh tempo menggunakan aktiva lancar. Rasio likuidasi meliputi: current ratio, cash ratio, dan quick raio. b. Rasio Struktur Modal dan Solvabilitas Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka panjang apabila perusahaan dilikuidasi. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio Struktur Modal dan Solvabilitas meliputi: total debt to total asset ratio, total debt to total equity ratio, long term debt to equity ratio, long term debt to equity ratio, dan lain-lain. c. Rasio Aktivitas Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan memanfaatkan aktiva yang dimilikidalam mem[peroleh penghasilan melalui penjualan. Beberapa rasio yang digunakan adalah account receivable turn over, inventory turn over ratio,working capital turn over, dan total assets turn over. d. Rasio Rentabilitas Profitabilitas Rasio ini merupakan pengukuran kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan profitabilitas pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu pada periode tertentu. Beberapa rasio yang sering digunakan adalah gross profit margin, net profit margin, return on equity ROE. e. Rasio Ukuran Pasar Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam mempertahankan bahkan meningkatkan harga pasar sahamnya di pasar modal. Beberapa rasio yang sering digunakan adalah earning per share, price earning ratio, devident yield ratio, dan devident payout ratio.

2.1.9 Analisis Laporan Keuangan Berukuran Sama Cammon Size Statement

Analisis laporan keuangan berukuran sama comman size financial statement analaysis bertujuan untuk melihat struktur daftar neraca dan daftar laba rugi untuk pos tertentu terhadap sub total dan atau total pos yang dinyatakan dalam persentase saja. Untuk neraca sub total atau total diberikan nilai 100 persen, untuk rugi laba, penjualan bersih diberikan nilai 100 persen. Analisis comman size disebut juga analisis vertikal karena evaluasi pos tertentut terhadap sub total atau total pos tersebut dilakukan dari atas ke bawah untuk laporan neraca, sedangkan untuk laporan laba rugi dilakukan dari bawah ke atas Dermawan dan Djahotman, 2013 : 36 Analisis laporan keuangan comman size berguna dalam memahami pembentukan internal laporan keuangan. Sebagai contoh, dalam analisis neraca, analisis comman size menekankan pada dua factor: 1. Sumber Pendanaan- termasuk distribusi kewajiban lancer, kewajiban tidak lancar, dan ekuitas. 2. Komposisi Aset- termasuk untuk jumlah masing-masing asset lancer dan asset tidak lancer Subramanyam dan wild, 2014 : 38.

2.1.10 Analisis Tren Angka Indeks Trend Index Analysis

Dokumen yang terkait

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Syariah dan Konvensional Dengan Menggunakan Metode Risk Based Capital dan Trand Analysis Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

8 38 72

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL YANG Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012.

0 2 14

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN KONVENSIONAL YANG TERDAFTAR Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012.

0 3 19

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Asuransi Syariah dan Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Asuransi Syariah dan Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Asuransi Syariah dan Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 6

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Asuransi Syariah dan Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 32

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Asuransi Syariah dan Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 3 2

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Asuransi Syariah dan Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 9

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi Syariah dan Konvensional Dengan Menggunakan Metode Risk Based Capital dan Trand Analysis Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 11