Karakterisasi Dan Pembuatan Batu Bata Dengan Bahan Dasar Tanah Liat Serta Penambahan Blotong Sebagai Bahan Pengisi

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

MINAT MENABUNG DI BANK SYARIAH

KOTA LHOKSEUMAWE

(Studi Kasus : Bank Syariah di Kota Lhokseumawe)

Skripsi Diajukan oleh : Zia Muhammad

0 6 0 5 0 1 0 6 5 Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Sarjana Ekonomi

Medan

2011


(2)

ABSTRACT

This study aims to determine the extent to which service factors, profit sharing, conviction, and the location customers encourage saving decisions on Islamic Banking in the town of Lhokseumawe and where the most dominant factor pushing customers saving decisions.

This was a descriptive case study approach supported by a survey method. Data used in this study are primary and secondary data. Primary data obtained from respondents that customers who save money in Islamic banking in the City Lhoseumawe with questionnaires answered by 50 respondents drawn randomly. The secondary data obtained from company documents, just as company history, annual reports and the number of Islamic banks in the city of Lhokseumawe.

Results from the research include the development of Islamic banking in the city of Lhokseumawe, which showed an upward trend in terms of assets, financing, savings, deposits and number of customers. Utuk decided to save money in Islamic banking in the city of Lhokseumawe, the respondent agrees in advance to obtain information and consult on the bank . Variable confidence and profit-sharing is the dominant factor in encouraging the saving decision in Islamic banking in the city of Lhokseumawe, followed by service and location variables.


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana faktor pelayanan, bagi hasil, keyakinan, dan lokasi mendorong keputusan menabung nasbah di Perbankan syariah di Kota Lhokseumawe serta faktor mana yang paling dominan mendorong keputusan menabung nasabah.

Penelitian ini bersifat deskriftif dengan pendekatan studi kasus yang didukung oleh metode survey. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer didapat dari responden yaitu nasabah yang menabung di perbankan syariah di Kota Lhoseumawe dengan kuesioner yang dijawab oleh 50 responden yang diambil secara random. Data sekunder didapat dari dokumen perusahaan, sperti sejarah perusahaa, laporan tahunan dan jumlah bank syariah yang ada di Kota Lhokseumawe.

Hasil dari penelitian diantaranya perkembangan perbankan syariah di Kota Lhokseumawe yang menunjukkan tren yang meningkat dari sisi asset, pembiayaan, tabungan, deposito dan jumlah nasabah. Utuk memutuskan menabung di perbankan syariah di Kota Lhokseumawe, responden setuju terlebih dahulu memperoleh informasi dan bekonsultasi pada piha bank. Variabel keyakinan dan bagi hasil merupakan faktor yang dominan dalam mendorong keputusan menabung di perbankan syariah di Kota Lhokseumawe diikuti oleh variabel pelayanan dan lokasi.

Kata kunci: Keputusan menabung, Pelayanan, Bagi Hasil, Keyakinan dan


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, atas rahmatNya yang dilimpahkan memberikan kekuatan, kesabaran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan umat manusia ke jalan yang lurus.

Skripsi ini diberi judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Menabung di Bank Syariah” (Studi Kasus Bank Syariah di Kota Lhokseumawe) yang disusun berdasarkan hasil riset yang penulis peroleh selama penulis melakukan penelitian di Bank Indonesia, guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syahrir Hakim Nasution, MSi,, selaku Sekertaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.


(5)

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah banyak memberikan dorongan, masukan dan saran yang berguna dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Paidi Hidayat, MSi, sebagai Dosen penguji I yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Walad Al-tsani, MSi, sebagai Dosen penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun guna terselesaikannya skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen yang dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis beserta staff administrasi pada Fakultas Ekonomi, khususnya untuk Departemen Ekonomi Pembangunan.

8. Kepada Orang Tua tercinta yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin kepada penulis dan tidak henti-hentinya mendorong serta memanjatkan do’a untuk keselamatan dan keberhasilan penulis.

9. Kepada Bapak pimpinan Bank Indonesia Kota Lhokseumawe beserta jajarannya yang telah membantu dalam proses penelitian penulis demi menyelesaikan skripsi ini.

10. Kepada sahabat-sahabat sejatiku Gawi, Bulex, Hamon, delvin, Doly, Liza, Ariep pal, Ibel, dan seluruh sahabat karib tercinta saya di Fakultas Ekonomi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, berkat doa dan motivasi kalian semua penulis bisa tabah dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekuranagan dalam penulisan skripsi ini, karena keterbatasan dan kekurangan ilmu yang penulis


(6)

miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca.

Akhirul kalam, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal ‘alamin.

Medan, 11 Februari 2011 Hormat Penulis,

(ZIA MUHAMMAD)


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ………... xi

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang ... . 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan penelitian ... 5

1.4 Manfaat penelitian ... 5

1.5 Batasan Penelitian ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS………. 7

2.1 Pengertian Bank ... 7

2.2 Bank Umum dan Jenis Kegiatan Usahanya ... 10


(8)

2.3.1 Fungsi dan Peran Bank Syariah ……….. 13

2.3.2 Tujuan Bank Syariah ……….. 13

2.4 Perbedan Bank Syariah dengan Bank Konvensional …….... 14

2.5 Faktor yang Mendorong Keputusan Membeli ……….. 15

2.6 Tahap-Tahap dalam Proses Keputusan Membeli ………… 17

2.7 Pelayanan ... 19

2.8 Bagi Hasil ... 21

2.8.1 Jenis-Jenis Mudharabah ……….. 22

2.8.2 Jenis-Jenis Musyarakah ………... 22

2.9 Bagi Hasil Sebagai Karakteristik Dasar Bank Syariah …….. 23

2.10 Pola Tabungan Islami ………... 24

2.11 Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga ………. 25

2.12 Pandangan Agama ….………...…. 26

2.13 Pandangan Keyakinan Tentang Bunga ……… 27

2.14 Lokasi ……….. 29

2.15 Studi Terdahulu ……… 30

2.16 Kerangka Pemikiran ………. 31


(9)

BAB III METODE PENELITIAN……… .... 32

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 32

3.2 Jenis Sumber Data ... 32

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.4 Metode Pemilihan sampel ... 34

3.5 Metode Analisa Yang Digunakan ... 34

3.6 Defenisi Operasional ... 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 36

4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 36

4.2 Sejarah Singkat Bank Indonesia Kota Lhokseumawe ... 39

4.2.1 Wilayah Kerja Kantor BI Lhokseumawe …………... 41

4.2.2 Struktur Organisasi KBI Lhokseumawe ………. 42

4.3 Perbankan Syariah Di Kota Lhoseumawe ... 42

4.4 Perkembangan Perbankan Syariah di Kota Lhokseumawe .. 46

4.5 Perkembangan Jumlah Tabungan di Perbankan Syariah di Kota Lhokseumawe ………... 49

4.6 Karakteristik Responden ... 50

4.6.1 Karakterisitik Responden Berdasarkan Usia ……….. 50

4.6.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.. 52


(10)

4.6.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan …… 55

4.6.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan … 56 4.6.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah ……… 58

4.7 Penyajian dan Analisis Deskriptif Data ………. 59

4.7.1 Keputusan menabung ……….. 59

4.7.2 Pelayanan ……… 61

4.7.3 Bagi Hasil ……… 63

4.7.4 Keyakinan ……… 65

4.7.5 Lokasi ……….. 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA


(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

MINAT MENABUNG DI BANK SYARIAH

KOTA LHOKSEUMAWE

(Studi Kasus : Bank Syariah di Kota Lhokseumawe)

Skripsi Diajukan oleh : Zia Muhammad

0 6 0 5 0 1 0 6 5 Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Sarjana Ekonomi

Medan

2011


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, atas rahmatNya yang dilimpahkan memberikan kekuatan, kesabaran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan umat manusia ke jalan yang lurus.

Skripsi ini diberi judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Menabung di Bank Syariah” (Studi Kasus Bank Syariah di Kota Lhokseumawe) yang disusun berdasarkan hasil riset yang penulis peroleh selama penulis melakukan penelitian di Bank Indonesia, guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan oleh berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syahrir Hakim Nasution, MSi,, selaku Sekertaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.


(13)

4. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah banyak memberikan dorongan, masukan dan saran yang berguna dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Paidi Hidayat, MSi, sebagai Dosen penguji I yang telah memberikan saran dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Walad Al-tsani, MSi, sebagai Dosen penguji II yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun guna terselesaikannya skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen yang dengan ikhlas memberikan ilmunya kepada penulis beserta staff administrasi pada Fakultas Ekonomi, khususnya untuk Departemen Ekonomi Pembangunan.

8. Kepada Orang Tuatercinta yang telah memberikan kekuatan lahir dan batin kepada penulis dan tidak henti-hentinya mendorong serta memanjatkan do’a untuk keselamatan dan keberhasilan penulis.

9. Kepada Bapak pimpinan Bank Indonesia Kota Lhokseumawe beserta jajarannya yang telah membantu dalam proses penelitian penulis demi menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada sahabat-sahabat sejatiku Gawi, Bulex, Hamon, delvin, Doly, Liza, Ariep pal, Ibel, dan seluruh sahabat karib tercinta saya di Fakultas Ekonomi yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, berkat doa dan motivasi kalian semua penulis bisa tabah dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekuranagan dalam penulisan skripsi ini, karena keterbatasan dan kekurangan ilmu yang penulis


(14)

miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca.

Akhirul kalam, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal ‘alamin.

Medan, 11 Februari 2011 Hormat Penulis,

(ZIA MUHAMMAD)


(15)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR SINGKATAN ………... xi

BAB I PENDAHULUAN……….1

1.1 Latar Belakang ... . 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan penelitian ... 5

1.4 Manfaat penelitian ... 5

1.5 Batasan Penelitian ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS………. 7

2.1 Pengertian Bank ... 7

2.2 Bank Umum dan Jenis Kegiatan Usahanya ... 10


(16)

2.3.1 Fungsi dan Peran Bank Syariah ……….. 13

2.3.2 Tujuan Bank Syariah ……….. 13

2.4 Perbedan Bank Syariah dengan Bank Konvensional …….... 14

2.5 Faktor yang Mendorong Keputusan Membeli……….. 15

2.6 Tahap-Tahap dalam Proses Keputusan Membeli ………… 17

2.7 Pelayanan ... 19

2.8 Bagi Hasil ... 21

2.8.1 Jenis-Jenis Mudharabah ……….. 22

2.8.2 Jenis-Jenis Musyarakah ………... 22

2.9 Bagi Hasil Sebagai Karakteristik Dasar Bank Syariah …….. 23

2.10 Pola Tabungan Islami ………... 24

2.11 Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga ………. 25

2.12 Pandangan Agama ….………...…. 26

2.13 Pandangan Keyakinan Tentang Bunga ……… 27

2.14 Lokasi ……….. 29

2.15 Studi Terdahulu ……… 30

2.16 Kerangka Pemikiran ………. 31


(17)

BAB III METODE PENELITIAN……… .... 32

3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 32

3.2 Jenis Sumber Data ... 32

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 33

3.4 Metode Pemilihan sampel ... 34

3.5 Metode Analisa Yang Digunakan ... 34

3.6 Defenisi Operasional ... 3

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……….. 36

4.1 Deskripsi Objek Penelitian... 36

4.2 Sejarah Singkat Bank Indonesia Kota Lhokseumawe ... 39

4.2.1 Wilayah Kerja Kantor BI Lhokseumawe …………... 41

4.2.2 Struktur Organisasi KBI Lhokseumawe ………. 42

4.3 Perbankan Syariah Di Kota Lhoseumawe ... 42

4.4 Perkembangan Perbankan Syariah di Kota Lhokseumawe .. 46

4.5 Perkembangan Jumlah Tabungan di Perbankan Syariah di Kota Lhokseumawe ………... 49

4.6 Karakteristik Responden ... 50

4.6.1 Karakterisitik Responden Berdasarkan Usia ……….. 50

4.6.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.. 52


(18)

4.6.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan …… 55

4.6.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan … 56 4.6.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Menjadi Nasabah ……… 58

4.7 Penyajian dan Analisis Deskriptif Data ………. 59

4.7.1 Keputusan menabung ……….. 59

4.7.2 Pelayanan ……… 61

4.7.3 Bagi Hasil ……… 63

4.7.4 Keyakinan ……… 65

4.7.5 Lokasi ……….. 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA


(19)

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

2.1. Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional…………...…… 14 2.2. Perbedaan Bunga Dengan Bagi Hasil………...……….. 26 3.1. Identifikasi dan Operasional Variabel…..……… 35 4.1. Jumlah Desa dan Penduduk per Kecamatan Tahun 2009……… 38 4.2. Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk Per kecamatan

dan Luas Daerah Tahun 2009……….. 39 4.3. Daftar Nama Pemimpin Bank Indonesia Lhokseumawe………. 41 4.4. Daftar Bank Syariah di Kota Lhoseumawe Priode Desember 2010... 43 4.5. Perkembangan Perbankan Syariah di Kota Lhokseumawe

tahun 2007-2010………... 47 4.6. Perkembangan Jumlah Tabungan di Perbankan Syariah di Kota

Lhokseumawe Tahun 2009 – 2010……….. 49 4.7. Karakteristik Reesponden Berdasarkan Usia……….. 51 4.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………. 52 4.9. Karakteristik Responden Baerdasarkan Tingkat Pendidikan………….. 53 4.10. Karakteristik Responden Baerdasarkan Tingkat Pekerjaan………….. 54 4.11. Karakteristik Responden Baerdasarkan Tingkat Pendapatan…………. 56 4.12. Karakteristik Responden Baerdasarkan Lama Menjadi Nasabah……... 58 4.13. Tanggapan Responden Terhadap Keputusan Menabung……… 60 4.14. Tanggapan Responden Terhadap varibel Pelayanan (sarana, alat dan

kelengkapan dalam bertransaksi)……… 61 4.15. Tanggapan Responden Terhadap varibel Pelayanan (bertransaksi)…… 62 4.16. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Bagi Hasil…………... 63 4.17. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Keyakinan (agama)………. 65 4.18. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Lokasi (Jarak)……….. 66


(20)

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal

2.1. Perbedaan Bank Syariah Dengan Bank Konvensional…………...…… 14 2.2. Perbedaan Bunga Dengan Bagi Hasil………...……….. 26 3.1. Identifikasi dan Operasional Variabel…..……… 35 4.1. Jumlah Desa dan Penduduk per Kecamatan Tahun 2009……… 38 4.2. Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk Per kecamatan

dan Luas Daerah Tahun 2009……….. 39 4.3. Daftar Nama Pemimpin Bank Indonesia Lhokseumawe………. 41 4.4. Daftar Bank Syariah di Kota Lhoseumawe Priode Desember 2010... 43 4.5. Perkembangan Perbankan Syariah di Kota Lhokseumawe

tahun 2007-2010………... 47 4.6. Perkembangan Jumlah Tabungan di Perbankan Syariah di Kota

Lhokseumawe Tahun 2009 – 2010……….. 49 4.7. Karakteristik Reesponden Berdasarkan Usia……….. 51 4.8. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………. 52 4.9. Karakteristik Responden Baerdasarkan Tingkat Pendidikan………….. 53 4.10. Karakteristik Responden Baerdasarkan Tingkat Pekerjaan………….. 54 4.11. Karakteristik Responden Baerdasarkan Tingkat Pendapatan…………. 56 4.12. Karakteristik Responden Baerdasarkan Lama Menjadi Nasabah……... 58 4.13. Tanggapan Responden Terhadap Keputusan Menabung……… 60 4.14. Tanggapan Responden Terhadap varibel Pelayanan (sarana, alat dan

kelengkapan dalam bertransaksi)……… 61 4.15. Tanggapan Responden Terhadap varibel Pelayanan (bertransaksi)…… 62 4.16. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Bagi Hasil…………... 63 4.17. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Keyakinan (agama)………. 65 4.18. Tanggapan Responden Terhadap Variabel Lokasi (Jarak)……….. 66


(21)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal

2.1. Proses pengambilan Keputusan Pembelian...……...…… 17

2.2. Kerangka Pemikiran Faktor yang Mempengaruhi Minat Menabung... 31

4.1. Struktur Organisasi KBI Lhokseumawe………..………… 42

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia…………..……….. 52

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………. 53

4.4. Karakteristik Responden Baerdasarkan Tingkat Pendidikan………….. 54

4.5. Karakteristik Responden Baerdasarkan Tingkat Pekerjaan...………….. 56

4.6. Karakteristik Responden Baerdasarkan Tingkat Pendapatan…………. 57


(22)

DAFTAR SINGKATAN

SB = Sangat Baik

B = Baik

CB = Cukup Baik

KB = Kurang Baik

TB = Tidak Baik

SM = Sangat Memuaskan

M = Memuaskan

CM = Cukup Memuaskan

KM = Kurang Memuaskan

TM = Tidak Memuaskan

SS = Sangat Setuju

S = Setuju

KS = Kurang Setuju

TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

KBI = Kantor Bank Indonesia

KC = Kantor Cabang

KP = Kantor Pusat

KCP = Kantor Cabang Pembantu

SD = Sekolah Dasar

SMP = Sekolah Menengah Pertama

SMA = Sekolah Menengah Atas

S1 = Sarjana


(23)

ABSTRACT

This study aims to determine the extent to which service factors, profit sharing, conviction, and the location customers encourage saving decisions on Islamic Banking in the town of Lhokseumawe and where the most dominant factor pushing customers saving decisions.

This was a descriptive case study approach supported by a survey method. Data used in this study are primary and secondary data. Primary data obtained from respondents that customers who save money in Islamic banking in the City Lhoseumawe with questionnaires answered by 50 respondents drawn randomly. The secondary data obtained from company documents, just as company history, annual reports and the number of Islamic banks in the city of Lhokseumawe.

Results from the research include the development of Islamic banking in the city of Lhokseumawe, which showed an upward trend in terms of assets, financing, savings, deposits and number of customers. Utuk decided to save money in Islamic banking in the city of Lhokseumawe, the respondent agrees in advance to obtain information and consult on the bank . Variable confidence and profit-sharing is the dominant factor in encouraging the saving decision in Islamic banking in the city of Lhokseumawe, followed by service and location variables.


(24)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana faktor pelayanan, bagi hasil, keyakinan, dan lokasi mendorong keputusan menabung nasbah di Perbankan syariah di Kota Lhokseumawe serta faktor mana yang paling dominan mendorong keputusan menabung nasabah.

Penelitian ini bersifat deskriftif dengan pendekatan studi kasus yang didukung oleh metode survey. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer didapat dari responden yaitu nasabah yang menabung di perbankan syariah di Kota Lhoseumawe dengan kuesioner yang dijawab oleh 50 responden yang diambil secara random. Data sekunder didapat dari dokumen perusahaan, sperti sejarah perusahaa, laporan tahunan dan jumlah bank syariah yang ada di Kota Lhokseumawe.

Hasil dari penelitian diantaranya perkembangan perbankan syariah di Kota Lhokseumawe yang menunjukkan tren yang meningkat dari sisi asset, pembiayaan, tabungan, deposito dan jumlah nasabah. Utuk memutuskan menabung di perbankan syariah di Kota Lhokseumawe, responden setuju terlebih dahulu memperoleh informasi dan bekonsultasi pada piha bank. Variabel keyakinan dan bagi hasil merupakan faktor yang dominan dalam mendorong keputusan menabung di perbankan syariah di Kota Lhokseumawe diikuti oleh variabel pelayanan dan lokasi.

Kata kunci: Keputusan menabung, Pelayanan, Bagi Hasil, Keyakinan dan Lokasi.


(25)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang telah melanda Tanah air kita selama hampir satu tahun yaitu tahun 1998 ditandai dengan terdepresiasinya nilai tukar rupiah dari Rp. 3000/US$ menjadi Rp. 10.538/US$. Selanjutnya krisis nilai tukar, krisis likuiditas, dan krisis kepercayaan itu juga membawa dampak pada kinerja pasar modal. Anjloknya nilai tukar mata uang lokal ini menyebabkan terjadinya ketimpangan bagi struktur ekonomi yang didominasi impor. Tingginya tingkat bunga menyebabkan ekonomi kekurangan likuiditas yang akibatnya kegiatan dunia usaha menjadi stagnan, sehingga berakibat meningkatnya jumlah pengangguran.

Gejolak yang terjadi ini merupakan konsekuensi logis dari lepasnya keterkaitan sektor moneter dengan sektor riil. Sektor moneter telah berkembang sedemikian cepatnya melampaui batas-batas Negara, sedangkan sektor riil selalu tertinggal di belakang karena production time requirement dari input menjadi output. Uang tidak hanya berfungsi sebagai alat tukar melainkan telah menjadi barang komoditas, sebagai akibat adanya motif spekulasi dari pemegang uang.

Hal ini berbeda dengan konsep yang mendasari sistem keuangan syariah yang menganggap uang sebagai alat tukar. Sebagai alat tukar, uang tidak tidak menghasilkan nilai tambah apapun kecuali apabila uang dikonversi menjadi barang atau jasa. Dengan demikian, setiap transaksi keuangan didasari atau dilatarbelakangi oleh transaksi sektor rill. Berdirinya pebankan dengan system bagi hasil didasarkan pada dua alasan utama yaitu (1) adanya pandangan bahwa bunga (interest) pada bank konvensional hukumnya haram karena termasuk dalam


(26)

katagori riba yang dilarang dalam agama, bukan saja dalam agama Islam tetapi oleh agama samawi lainnya, (2) dari aspek ekonomi, penyerahan resiko usaha terhadap salah satu pihak dinilai melanggar norma keadilan. Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan sebuah karakteristik dari suatu perbankan syariah dan dasar bagi operasional bank syariah secara keseluruhan. Secara syariah prinsip ini didasarkan pada kaidah al-mudharabah, dengan hal ini bank syariah akan bertindak sebagai mitra antara orang yang memiliki kelebihan dana dan orang yang kekurangan dana, dengan bank akan bertindak sebagai pengelola dana (mudharib), sementara penabung akan bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal). Antara keduanya diadakan akad mudharabah, yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak yang terkait. Dalam jangka panjang sistem perbankan konvensioanl akan menyebabkan penumpukan kekayaan pada segelintir orang yang memilikimodal besar (Sjahdeini, S. Remmy, 1999).

Faktor utama yang membedakan bank kovensioanl dengan bank syariah adalah suku bunga (interest) sebagai balas jasa atas penyertaan modal yang diterapkan pada bank konvensional, sementara pada bank syariah balas jasa atas penyertaan modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau kerugian yang diperoleh yang didasarkan pada “akad”. Prinsip utama dari “akad” ini adalah keadilan antara pemilik modal (shohibul maal) dan pengelola modal (mudharib). Prinsip ini berlaku baik bagi debitur maupun kreditur.

Kelahiran perbankan syariah di Indonesia didorong oleh keinginan masyarakat Indonesia (terutama masyarakat Islam) yang berpandangan bunga merupakan riba, sehingga dilarang oleh agama. Dari aspek hukum, yang mendasari perkembangan bank syariah di Indonesia adalah UU No. 7 Tahun


(27)

1992. Dalam undang-undang tersebut prinsip syariah masih samar, yang dinyatakan sebagai prinsip bagi hasil. Prinsip perbankan syariah secara tegas dinyatakan dalm UU No. 10 Tahun 1998, yang kemudian diperbaharui dengan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan UU No. 3 Tahun 2004. Dengan demikian, perkembangan lembaga keuangan yang menggunakan prinsip syariah dimulai pada tahun 1992, yang diawali dengan berdirinya Bank Muamalat (BMI) sebagai bank yang menggunakan prinsip syariah pertama di Indonesia. Bank syariah adalah salah satu alternatif bank yang dianggap aman oleh masyarakat untuk menyimpan dananya. Hal itu ditunjukkan dengan hasil survey Bank Indonesia. Hasil survey di daerah-daerah menggambarkan 1/3 dari 180 juta umat Islam tidak mau menabung di bank konvensional. Dengan perincian 60 juta orang tidak mempermasalahkan, 60 juta orang ragu-ragu, 60 juta orang tidak mau sama sekali. (media Indonesia, 29 Juli1999).

Kota Lhokseumawe merupakan bagian sebelah Utara dari propinsi Nangroe Aceh Darussalam (NAD) memiliki luas wilayah 253,87 Km2 dan memiliki 153.147 jiwa sangat strategis dan berpotensi untuk pengembangan bisnis perbankan khususnya perbankan syariah. Perkembanagn perbankan syariah di Kota Lhokseumawe baru muncul pada tahun 2007, keterlambatan perkembangan perbankan syariah di Kota Lhokseumawe disebabkan terjadinya konflik politik yang terjadi sehingga mengakibatkan kondisi aktivitas perekonomian khususnya perbankan secara umum tidak kondusif. Pasca konflik Perkembangan perbankan syariah terjadi di Kota Lhokseumwe dengan baik, dimana sejak tahun 2007 perbankan syariah mulai tumbuh di Kota Lhokseumawe perkembangan


(28)

perbankan syariah semakin semarak hingga sekarang tahun 2011 jumlah perbankan syariah di Kota Lhokseumawe sudah terdapat 6 (enam) bank syariah.

Basri (2003) dan Rahmansyah (2002) menyatakan menabung di bank syariah karena menjalankan syariah dan sunnatullah maka memperoleh bagi hasil lebih menguintungkan dibanding bank konvensional dan yang namanya bunga bank sudah jelas haram. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan masyarakat untuk menabung dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari prilaku konsumen yang mempengaruhi sikap dalam diri individual sampai kepada nilai-nilai yang diberikan pihak bank kepada nasabahnya, seperti faktor ekonomi yaitu keuntungan, efisiensi pelayanan, pendapatan konsumen, kredibilitas dan kesan yang mempengaruhi masyarakat untuk menyimpan dananya di bank syariah.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Menabung di Perbankan Syariah Kota Lhokseumawe.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dapat diambil sebagai dasar dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perkembangan perbankan syariah di Kota Lhokseumawe di tinjau dari jumlah nasabah, jumlah simpanan dan jumlah pinjaman?

2. Faktor-faktor apakah yang mendorong keputusan masyarakat menabung di Bank Syariah di Kota Lhokseumawe?


(29)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan perbankan Syariah di Kota Lhokseumawe.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang apa yang mendorong keputusan masyarakat menabung di perbankan Syariah di Kota Lhokseumawe.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan, memberikan informasi bagi perbankan Syariah di Kota Lhokseumawe di dalam pengambilan keputusan pemasaran untuk meningkatkan jumlah nasabah.

2. Bagi peneliti, untuk dapat mengaplikasikan antara teori yang diperoleh dalam perkuliahan dan membandingkannya dengan kondisi rill di dunia usaha sehingga melatih kemampuan menganilisis dengan sistematis.

3. Bagi pihak lain, dapat menjadi rujukan bagi peneliti lain yang menfokuskan studi penelitian pada bidang yang sama dengan penulis. 4. Bagi akademisi, sebagai informasi dan masukan untuk lembaga akademis

sehingga dapat dijadikan bahan referensi untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan.


(30)

1.5. Batasan Penelitian

Untuk menghindari meluasnya rumusan masalah, penelitian hanya dilakukan dengan membatasi faktor-faktor yang mendorong keputusan masyarakat untuk menabung di perbankan Syariah di Kota Lhokseumawe yaitu sebatas variabel:

1. Pelayanan

2. Bagi hasil

3. Keyakinan


(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Bank

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak (Kasmir, 2002; 23).

Sebagai lembaga keuangan, kegiatan bank sehari-harinya tidak akan terlepas dari bidang keuangan. Kegiatan pihak perbankan secara sederhana dapat dikatakan adalah menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat umum.

Adapun kegiatan-kegiatan perbankan yang ada di Indonesia dewasa ini adalah: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan

dan deposito.

2. Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit investasi, kredit modal kerja maupun kredit perdagangan.

3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya.

Dalam praktek perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis perbankan yang diatur dalam Undang Perbankan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 jenis-jenis perbankan dapat ditinjau dari berbagai segi yaitu:

1. Dilihat dari Segi Fungsinya a. Bank Umum


(32)

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum juga sering disebut bank komersil (commercial bank).

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Artinya di sini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum.

2. Dilihat dari Segi Kepemilikan

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan.

3. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah: a. Bank Milik Pemerintah

Bank milik pemerintah yaitu bank yang baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh: BRI, BNI, BTN dan BPD.


(33)

b. Bank Milik Swasta Nasional

Bank jenis ini merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh: Danamon, Bank Niaga, BCA, Muamalat dan sebagainya.

c. Bank Milik Koperasi

Kepemilikan saham-saham pada bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contoh : Bank Umum Koperasi Indonesia.

d. Bank Milik Asing

Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Contoh: ABN AMBRO Bank, City Bank, Hongkong Bank, Bangkok Bank dan sebagainya.

4. Dilihat dari Segi Status

Status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas layanannya. Status bank yang dimaksud adalah :

a. Bank Devisa

Bank devisa merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing. Contoh: transfer ke luar negeri, pembukaan dan pembayaran letter of credit serta transaksi lainnya.


(34)

b. Bank Non Devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.

5. Dilihat dari Segi Harga

Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik harga jual maupun harga beli terdiri dari :

a. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional. b. Bank yang berdasarkan prinsip syariah.

2.2. Bank Umum dan Jenis Kegiatan Usahanya

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Hal ini menunjukkan bahwa bank umum menjalankan usaha di bidang jasa yang bersifat umum meliputi seluruh jasa perbankan, sebagai lembaga keuangan, dalam menjalankan usahanya di bidang jasa yang bersifat umum meliputi seluruh jasa perbankan sebagai lembaga keuangan.

Bank umum menerapkan dua cara dalam menjalankan usahanya di bidang jasa perbankan, yaitu :

a. Bank Konvensional

Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia merupakan bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa Indonesia, dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh bangsa Belanda.


(35)

Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank konvensional menggunakan dua metode yaitu:

1. Menetapkan bunga sebagai harga, baik untuk produk simpanan seperti giro, tabungan maupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjamannya (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan istilah spread based. Apabila suku bunga simpanan lebih tinggi dari suku bunga pinjaman maka dikenal dengan nama negative spread (Kasmir, 2002; 38).

2. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan Barat menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based. b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah

Bank yang berdasarkan prinsip syariah yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah.

Pada dasarnya ketiga fungsi utama perbankan (menerima titipan dana, meminjamkan uang dan jasa pengiriman uang) adalah boleh dilakukan, kecuali bila dalam melaksanakan fungsi perbankan yang dilarang syariah. Dalam praktik perbankan konvensional yang dikenal saat ini, fungsi tersebut dilakukan berdasarkan sistem bunga. Bank konvensional memang tidak serta merta identik dengan riba, namun


(36)

kebanyakan praktik bank konvensional dapat digolongkan sebagai transaksi riba (Rodoni dan Hamid, 2007; 14).

2.3. Pengertian Bank Syariah

Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalulintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah (Heri Sudarsono, 2004). Mudrajad Kuncoro (2002) mendefinisikan bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam yaitu mengacu kepada ketentuan-ketentuan yang ada dalam Al-Quran dan Al-Hadits. Dengan mengacu kepada Al-Quran dan Al-Hadits, maka bank syariah diharapkan dapat menghindari kegiatan-kegiatan yang mengandung unsur-unsur riba dan bertentangan dengan syariat Islam. Syaikh Mahmud Syalthut mengatakan bahwa syariah adalah peraturan dan hukum yang telah digariskan oleh Allah SWT untuk dipatuhi oleh kaum muslimin. Syariah ini merupakan salah satu penghubung antara Allah dengan umat manusia, maka jelas bahwa bank syariah merupakan bank yang berdasarkan aturan-aturan yang ada pada Syariah Islam.

Prinsip utama yang diikuti oleh bank syariah adalah : 1. Larangan riba dalam berbagai bentuk transaksi

2. Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan perolehan 3. Memberikan zakat.

2.3.1. Fungsi dan Peran Bank Syariah

Dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Institution (AAOIFI) dijelaskan tentang fungsi dan peran bank syariah (Syafi’i : 2009), sebagai berikut :


(37)

1. Manager investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dan nasabah. 2. Investor bank syariah, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang

dimiliki maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan dan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana lazimnya.

4. Pelaksanaan kegiatan sosial sebagai ciri yang melekat pada identitas keuangan syariah, bank Islam juga memiliki kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan dan mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.

2.3.2. Tujuan Bank Syariah

Beberapa tujuan bank syariah diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi kesenjangan yang besar antara pemilik modal (shahibul maal) dengan pihak yang membutuhkan modal (mudharib).

2. Meningkatkan kualitas hidup umat dengan membuka peluang berusaha lebih besar terutama kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif menuju terciptanya kemandirian usaha.

3. Menanggulangi masala kemiskinan,berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap, seperti program pembinaan pengusaha produsen, pembianaan konsumen, pengembangan modal kerja dan pengembangan usaha bersama.


(38)

4. Menyelamatkan ketegantungan umat Islam terhadap non syariah (konvensional)

2.4.Perbedan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Tabel 2.1.

Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah

NO ITEM BANK KONVENSIONAL BANK SYARIAH

1. Bunga Berbasis bunga Berbasis revenue/profit loss

sharing

2. Resiko Anti risk Risk sharing

3. Operasional Beroperasi dengan Pendekatan sektor keuangan, tidak terkait langsung dengan sektor riil

Beroperasi dengan pendekatan sektor riil

4. Produk Produk tunggal (kredit) Multi produk (jual beli, bagi hasil, jasa)

5. Pendapatan Pendapatan yang diterima

deposan tidak terkait dengan pendapatan yang diperoleh bank dari kredit

Pendapatan yang diterima deposan terkait langsung dengan pendapatan yang diperoleh bank dari pembiayaan

6. Negative Spread

Mengenal negative Spread Tidak Mengenal negative spread

7. Dasar Hukum

Bank Indonesia dan pemerintah Al-quran, sunnah, fatwa ulama, Bank Indonesia dan pemerintah 8. Falsafah Berdasarkan atas bunga (riba) Tidak berdasarkan bunga (riba),

spekulasi (maisir) dan ketidak jelasan (gharar)

9. Operasional -Dana masyarakat (dana pihak ketiga/DPK) berupa titipan simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo

-Penyaluran dana pada sektor yang menguntungkan, aspek halal tidak menjadi pertimbangan agama

-Dana masyarakat (dana pihak ke tiga/DPK) berupa titipan

(wadiah dan investasi (mudharabah) yang baru akan mendapatkan hasil jika ‘diusahakan’terlebih dahulu

-Penyaluran dana (financing) Pada usaha yang halal dan

menguntungkan 10. Aspek

sosial

Tidak diketahui secara tegas Dinyatakan secara eksplisit dan tegas yang tertuang dalam visi dan misi


(39)

Sumber : Rodoni dan Hamid (2008).

2.5.Prilaku Konsumen, Faktor yang Mendorong Keputusan Membeli

Bervariasinya jumlah penawaran memberikan dorongan kepada konsumen untuk menentukan sikap dalam menentukan keputusan membeli yang sesuai dengan keinginannya. Pengalaman dan pengaruh dari orang lain akan sangat mempengaruhi masyarakat di dalam prilakunya. Adapun maksud dari prilaku konsumen adalah proses seorang pelanggan dalam membuat keputusan membeli, juga menggunakan dan membuang barang-barang dan jasa yang di beli, juga termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dan penggunaan produk dan jasa. (Lamb, Hair dan Mcdaniel, 2001).

Prilaku yang dimaksud sebagai prilaku konsumen akhir. Konsumen akhir ialah baik individu maupun rumah tangga yang berinteraksi dinamis antara afeksi dan kognisi, prilaku dan lingkungannya dimana manusia melakukan pertukaran dalam hidup mereka, dengan membeli produk atau jasa untuk konsumsi personal. (Kotler, 1999 dan Stiadi, 2003). Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan unsur-unsur prilaku konsumen adalah sebagai berikut :

1. Prilaku konsumen menyoroti prilaku individu.

2. Prilaku konsumen menyakut proses keputusan memakai dan menghabiskan produknya.

3. Mengetahui prilaku konsumen meliputi prilaku yang dapat diamati kapan, dengan siapa, oleh siapa dan bagaimana barang yang telah dibeli dikonsumsi, juga termasuk variable-variabel yang tidak dapat diamati

11. Organisasi Tidak memiliki dewan pengawas syariah (DPS)

Harus memiliki dewan pengawas syariah

12. Uang Uang adalah komoditi selain sebagai alat pembayaran

Uang bukanlah komoditi tetapi hanyalah alat pembayaran


(40)

seperti nilai-nilai yang diinginkan konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi dan bagaimana mereka mengevaluasi alternatif dan apa yang mereka rasakan tentang kepemilikan dan penggunaan produk yang bermacam-macam.

Konsumen yang termotivasi siap untuk bertindak dalam hal melakukan pembelian. Tindakan tersebut dipengaruhi oleh persepsinya mengenai situasi dan setiap individu menerima, mengatur dan menginterpretasiakan informasi dengan cara masing-masing. Melalui tindakan dan pembelajaran, orang mendapat keyakinan dan sikap yang kemudian mempengaruhi prilaku pembelian. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dipertahankan seseorang mengenai sesuatu. Sikap menggambarkan penilaian ognitif yang baik maupun tidak baik, perasaan-perasaan emosional dan kecendrungan berbuat yang bertahan selama waktu tertentu terhadap obyek dan gagasan. Setiap orang mempunyai sikap terhadap sesuatu seperti agama, kebutuhan dan sebagainya.

2.6.Tahap-Tahap dalam Proses Keputusan Membeli

Setiadi (2003) menyatakan bahwa “ada lima tahpan yang dilalui konsumen dalam proses pembelian suatu jasa atau produk yang diinginkannya yaitu mulai dari pengenalan produk, pencarian informasi, penilaian alternatif, keputusan pembelian, dan terkhir adalah prilaku setelah pembelian”. Jelasnya proses keputusan pembelian dapat dilihat dari gambar berikut ini :

Gambar 2.1 Proses pengambilan Keputusan Pembelian

Sumber : Setiadi (2003)

Penilaian alternatif Pengenalan

kebutuhan

Pencarian informasi

Prilaku setelah pembelian Keputusa


(41)

Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan proses pengambilan keputusan pembelian sebagai berikut :

1. Pengenalan produk yaitu proses dimulainya saat memilih barang atau jasa dengan menyadari adanya banyak pilihan dalam memperoleh kebutuhan yang diinginkan.

2. Pencarian informasi adalah melakukan pecarian informasi sebanyak mungkin yang dibutuhkan yang berhubungan dengan kebutuhan yang diharapkan atau diinginkan. Tingkatan pencarian ini dibagi menjadi dua tingkat. Tingkat pertama adanya perhatian yang meningkat dan yang kedua adalah pencarian informasi secara aktif yang dilakukan dengan mencari dari segala sumber.

3. Penilaian alternatif yaitu konsumen memproses informasi tentang pilihan mereka untuk membuat keputusan akhir. Konsumen akan mencari manfaat tertentu dan selanjutnya melihat kepada atribut dari produk atau jasa.

4. Keputusan membeli yaitu pada tahap ini konsumen menyusun merek-merek dalam himpunan pilihan serta membentuk niat pembelian dan akan menjatuhkan pilihan dengan apa yang ia sukai.

5. Prilaku setelah pembelian yaitu konsumen akan mengalami dua hal yaitu akan mengalami tingkat kepuasan dan atau ketidakpuasan sama sekali. Proses pengambilan keputusan konsumen tidak biasa terjadi dengan sendirinya, sebaliknya masalah kebudayaan, sosial, individu dan psikologi secara kuat mempengaruhi proses keputusan tersebut. Menurut Lamb, Hair dan Mcdaniel (2001) menyatakan bahwa prilaku konsumen dalam mengambil keputusan pembelian dipengaruhi oleh faktor budaya, sosial, individu, dan faktor psikologis.


(42)

a. Faktor Budaya

Budaya merupakan karakter yang penting dari suatu sosial yang membedakan dari kelompok kultur yang lainnya. Elemen yang perlu digarisbawahi atas setiap kultur nilai, adat, dan norma yang mempertajamprilaku atas kultur, sebaik benda-benda yang dimliki, atau produk-produk dari prilaku seperti mereka yang mewariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

b. Faktor Sosial

Kebanyakan konsumen lebih suka mencari pendapat (opini) orang lain untuk mengurangi usaha pencarian dan evaluasi atau ketidakpastian, terutama ketika resiko yang diperkirakan atas keputusan meningkat. Secara khusus, konsumen berinteraksi sosial dengan kelompok yang memberikan pengaruh, pemimpin opini, dan anggota keluarga untuk memperoleh informasi atas produk dan persetujuan keputusan.

c. Faktor Individu

Keputusan seseorang untuk membeli juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis : persepsi, motivasi, pembelajaran, dan kepercayaan serta sikap. Faktor-faktor tersebut adalah hal yang digunakan oleh konsumen dalam berinteraksi. Faktor-faktor tersebut juga merupakan alat bagi konsumen untuk mengenali perasaan mereka, mengumpulkan dan menganalisis informasi, merumuskan pikiran dan pendapat (opini) dan mengambil tindakan.


(43)

d. Faktor psikologis

Keputusan seseorang untuk membeli juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis : persepsi, motivasi, pembelajaran, dan kepercayaan serta sikap. Faktor-faktor tersebut adalah hal yang digunakan oleh konsumen dalam berinteraksi. Faktor-faktor tersebut juga merupakan alat bagi konsumen untuk mengenali perasaan mereka, mengumpulkan dan menganalisis informasi, merumuskan pikiran dan pendapat (opini) dan mengambil tindakan.

2.7.Pelayanan

Pelayanan atau disebut saja jasa yang sering dilihat sebagai suatu fenomena yang rumit. Jasa sering diartikan sebagai pelayanan personal (personal service) sampai jasa sebagai produk. Lupiyoadi (2001) menyatakan jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimamfaatkan konsumen.

Jasa diartikan sebagai tindakan, perbuatan atau kegiatan yang dapat ditawarkan setiap pihak kepada pihak lain. Jasa pada dasarnya bersiafat intangible (tiadak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan maupun meningkatkan kepemilikan sesuatu. (Tjipto, 1996, Kotler dan Susanto, 2001).

Menurut Kecgan dan Warren (2003) jasa atau pelayanan adalah suatu paradigma yang merupakan semangat dari perusahaan, sikap untuk menyokong dan memenangkan persaingan di masa depan. Teori ini menunjukkan setiap perusahaan apabila ingin unggul dalam persaingan harus dapat mengutamakan pelayanan. Perusahaan yang tidak memikirkan pelayanan akan kalah dalam persaingan.


(44)

Ada lima dimensi pelayanan yang sering digunakan untuk menilai kualitas pelayanan, menurut Parasuaraman, et al dalam Luriyoadi (1985):

1. Tangible (bukti fisik) yaitu kemampuan perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal meliputi fasilitas fisik, perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.

2. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secar akurat dan terpercaya.

3. Responsiveness ( ketanggapan) yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas.

4. Assurance (jaminan) yaitu pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan.

5. Emphaty (perhatian) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginannya.

2.8.Bagi Hasil

Konsumen dalam membeli produk juga didorong oleh faktor tingkat keuntungan atau mamfaat yang akan diperolehnya dalam menggunakan suatu produk atau jasa. Adapun tingkat keuntungan yang akan diperoleh konsumen pada jasa bank terutama bank syariah adalah bagi hasil. Menurut Al-Qardhawi bagi hasil adalah dimana kedua belah pihak akan berbagi keuntungan sesuai dengan akad (perjanjian) yang disepakati.


(45)

Selanjutnya Wiroso (2005) menyatakan “dalam bank syariah, imbalan yang diberikan kepada deposan (penghimpun dana) sangat tergantung pada pendapatan yang diperoleh atas pengelolaan atau penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah, khususnya pendapatan yang telah diikuti dengan aliran kas masuk (cash basis) sehingga dari bulan ke bulan berikutnya penghasilan tidak selalu sama.

Menurut Didin dan Hamidi (2003) bagi hasil dalam syariah tidak mengenal pemberlakuan keuntungan mutlak dimuka kepada investornya. Keuntungan bagi hasil yang diterima tidak tetap tetapi sesuai dengan keuntungan yang diperoeh bank. Sebaliknya, diperjanjikan pula apabila usaha mengalami kerugian maka investor maupun pengelola dana yang menjalankan proyek akan menanggung secara bersama-sama sesuai dengan share yang dimiliki.

Prinsip bagi hasil (profit sharing) berdasarkan kaidah al-mudharabah dan al-musyarakah. Al-mudharabah yaitu akad kerja sama usaha antara dua belah pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain menjadi anggota pengelola atas suatu jenis kerjasama dimana pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan dana. Al-musyarakah yaitu akad kerja sama anatara dua belah pihak memberikan konstribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. (Antonio, 2001 dan Wiroso, 2005).

2.8.1. Jenis-Jenis Mudharabah

Menurut Antonio (1999;137) mudharabah terbagi dalam dua jenis yaitu : 1. Mudharabah Muthlaqah


(46)

Transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antar shibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi spesifikasi jenis usaha waktu dan daerah bisnis.

2. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified. Mudharabah muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah mutalaqah. Pihak mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha.

2.8.2. Jenis-Jenis Musyarakah

Menurut Antonio (1999;137) Musyarakah terbagi dalam dua jenis yaitu : 1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi

lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih.

2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.

2.9. Bagi Hasil (Profit Sharing) Sebagai Karakteristik Dasar Bank Syariah Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam secara keseluruhan. Berdasarkan prinsip ini, bank Islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung bank akan berfungsi sebagai mudharib (pengelola), sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal (penyandang dana). Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. Sedangkan


(47)

dengan pengusaha/peminjam dana, banksyariah berfungsi sebagai shahibul maal sementara pengusaha sebagai mudharib dengan mengelola dana bank.

Pengertian lain menyatakan bahwa bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan nasabah, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip bagi hasil ini adalah mudharabah dan musyarakah, lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan (tabungan dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan.

Besarnya bagi hasil (Profit Sharing) ini ditentukan di awal perjanjian. Berbeda dengan bunga, prosentase bagi hasil ini belum tentu sama tiap bulannya. Sedangkan nominal yang diterima tentunya menyesuaikan dengan besarnya keuntungan yang didapat oleh peminjam itu sendiri. Konsekuensi dari konsep ini adalah adanya untung dan rugi. Jika hasil usaha peminjam menunjukkan keuntungan yang besar, maka bagi hasilnya pun akan besar dan sebaliknya jika keuntungan kecil atau bahkan merugi maka pihak peminjam harus ikut pula menanggung kerugian tersebut. Berdasarkan hasil penelitian (Center for Business and Islamic Economic Studies,1999 dalam Muhamad, 2002:125).

2.10. Pola Tabungan Islami

Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam, karena dengan menabung berarti seorang muslim mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa yang akan datang sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam Al-qur’an terdapat ayat-ayat yang secara tidak langsung


(48)

telah memerintahkan kaum muslimin untuk mempersiapkan hari esok secara lebih baik, seperti dalam Q.S An-Nisa ayat 9 dan Q.S Al-Baqarah ayat 266 yang menyatakan bahwa “ Allah memerintahkan manusia untuk mengantisipasi dan mempersiapkan masa depan untuk keturunan baik secara rohani / iman maupun secara ekonomi“. Menabung adalah salah satu langkah dari persiapan tersebut .

Alokasi anggaran konsumsi seorang muslim akan mempengaruhi keputusannya dalam menabung dan investasi. Seseorang biasanya akan menabung sebagian dari pendapatannya dengan beragam motif, antara lain: (1) untuk berjaga-jaga terhadap ketidakpastian masa depan, (2) untuk persiapan pembelian suatu barang konsumsi di masa depan, serta (3) untuk mengakumulasikan kekayaannya.

Demikian pula, seseorang akan mengalokasikan sebagian dari anggarannya untuk investasi, yaitu menanamkannya pada sektor produktif. Dengan investasi maka seseorang rela mengorbankan konsumsinya sekarang dengan harapan akan mendapat hasil (return) di masa datang. Dengan adanya return di masa datang berarti akan terjadi akumulasi kekayaan yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup.

Bukti lain bahwa Islam sangat mendorong kegiatan menabung dan investasi adalah bahwa dalam berbagai aturan Islam dalam mengelola harta membawa implikasi positif pada tabungan dan investasi ini, misalnya larangan terhadap penumpukan harta, pengenaan zakat pada harta yang menganggur melebihi batas waktu tertentu dan penghapusan bunga. Hal terakhir ini kemudian dijadikan alternatif sistem bagi hasil yang diperoleh melalui kerjasama investasi mudharabah dan musyarakah.


(49)

2.11. Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga

Terdapat banyak perbedan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional, Perbedaan yang sangat mendasar antar ke dua bank tersebut terletak pada pembagian tingkat bagi hasil yang diterapkan pada Bank Syariah dengan bunga yang diterapkan pada Bank Konvensional.

Tabel 2.2

Perbedaan Antara Bagi Hasil dan Bunga

Bagi Hasil Bunga

Penentuan besarnya rasio atau nishab bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi selalu untung.

Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh

Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.

Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah pihak.

Pembayaran bunga tetap seperti dijanjikan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang booming.

Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil.

Eksistensi bunga diragukan oleh semua agama termasuk Islam. Sumber: Sudarsono dalam Raditya:2007

2.12. Keyakinan (Pandangan Agama)

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dengan berbagai keyakinan yang beragam. Keyakinan yang berbeda ditunjukkan dengan kemajemukan dalam agama dan keyakinan yang dianut yang dinyatakan Nasikum dan Taneko (1999) bahwa “hasil final daripada semua pengaruh kebudayaan tersebu dijumpai dalam bentuk pluralistik agama dalam masyarakat Indonesia dan


(50)

bahwa keyakinan yang dianut masyarakat pada umumnya adalah Islam, Kristen (katolik dan protestan), Budha dan Hindu”.

Menurut Setiadi (2003) “keyakinan adalah deskriptif yang dianut seseorang tentang suatu hal”. Berarti keyakinan mempengaruhi konsumen terhadap sesuatu yang menjadi keinginannya. Dalam hal ini produk yang ditawarkan akan dapat mendorong konsumen jika produk yang ditawarkan tersebut sesuai dengan yang diinginkannya.

Menabung adalah tindakan yang dianjurkan dalam agama kepada umat manusia. Menabung berarti seseorang mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perencanaan masa depan sekaligus untuk menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan.

Al-Quran surat An-Nissa’ 9 dalam Antonio (2001) yang menyatakan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang meninggalkan dibelakang anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan kata yang benar.

Agama adalah suatu sistem kepercayaan yang disatukan oleh praktk yang berkaian dengan hal-hal suci, hal-hal yang dibolehkan dan dilarang, kepercayaan dan praktek yang mempersatukan komunitas moral yang disebut Mesjid, Gereja, Wihara, Pura dan sebagainya.(Fatah, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa agama sebagai suatu keyakinan memiliki makna yang luas, pada satu sisi agama sebagai suatu system kepercayaan dengan menetapkan aturan ritual ibadah yang dijalankan dan di sisi lain agama juga sebagai suatu sistem yang komprehensif


(51)

dan mencakup segala aspek kehidupan, termasuk masalah pembangunan ekonomi serta industri perbankan sebagai salah satu motor penggerak roda perekonomian.

2.13. Pandangan Keyakinan Tentang Bunga

Semenjak dahulu sistem bunga dalam suatu transaksi sudah menjadi polemik di kalangan filosif Yunani dan Romawi. Menuru Plato dan Aristoteles dalam Zulkifli (2003) “bunga merupakan alat eksploitasi kaum kaya terhadap kaum miskin. Bahkan sistem bunga menjadi penyebab perpecahan dalam masyarakat dan fungsi uang adala sebagai alat tukar bukan sebagai alat mengahsilkan tambahan melalui bunga.

Demikian pula di kalangan Yahudi melarang implementasi sistem bunga. Mereka mengecam keras sistem tersebut dalam transaksi apapun, seperti termua dalam kitab-kitab Yahudi. Kitab Eksodus (keluaran) pasal 22 ayat 25 dikatakan jika engkau meminjam uang kepada salah seorang umatku, orang yang miskin diantara kamu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia, janganlah engkau bebankan bunga terhadapnya.(Zulkifli, 2002).

Agama Kristen juga berpandangan bahwa menetapkan bunga adalah sebagai tindakan kriminal. Mereka menyatakan dalam kitabnya Lukas pasal 6 ayat 34-35 “Dan, jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu daripadanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdoasa, supaya mereka menerimakembali sama banyak. Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuat baik kepada mereka dan pimjamkanlah dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Tuhan Yang Maha tinggi, sebab Ia baik


(52)

terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang yang jahat”.(Mutasowifin, 2003 : 10).

Agama Islam berpandangan bahwa menetapkan bunga adalah riba yang berlipat ganda sebagaimana yang dibahas dalam Al-quran banyak membahas tetang riaba, firman Allah Swt. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan (QS : Ali-imron130), dalam surah lain yaitu surah Ar-rum ayat 39 Allah Swt. berfirman “Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya)”.(Antonio: 2001).

2.14. Lokasi

Teori lokasi adalah suatu penjelasan teoritis yang dikaitkan dengan tata ruang dari kegiatan ekonomi. Hal ini selalu dikaitkan pula dengan alokasi geografis dari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya akan berpengaruh dan berdampak lokasi berbagai aktivitas baik ekonomi maupun sosial. Lokasi dilihat dengan luas sebagai produk perbedaan biaya spatial dengan variasi dari tempat ke tempat pada penjualan potensial yang pada dasarnya diabaikan. Seorang ahli teori lokasi August Losch mengemukakan pendapatnya tentang keterkaitan lokasi dengan kegiatan ekonomi, dimana dia berusaha memperlihatkan bagaimana aktivitas ekonomi harus disusun dalam suatu ruangan agar mencapai suatu kesimbangan kondisi perekonomian antara industri,


(53)

produsen, dan konsumen yang ada. Untuk mencapai kesimbangan, ekonomi ruangan Losch memiliki syarat sebagai berikut:

1. Lokasi dari setaip orang haruslah mendapat keuntungan sedapat mungkin, terutama dalam kaitannya dengan profit untuk produsen dan juga perolehan bagi konsumen.

2. Lokasi produksi haruslah banyak sehingga keseluruhan ruangan akan ditemapati.

3. Dalam aktivitas yang terbuka bagi setiap orang sehingga tidak ada profit dari industri-industri yang baru.

4. Bidang pasokan, produksi, dan penjualan haruslah sekecil mungkin, karena hanya ada sejumlah industri yang akan dapat bertahan untuk mencapai nilai maksimumnya.

5. Pada berbagai batasan luas pasar konsumen akan dapat diberikan terhadap mana aka menghasilkan lokasi yang akan mendapat suplai.

Kondisi ini haruslah diisi jika order spatial dari ekonomi adalah untuk mendapatkan suatu pengertian dan permanensi yang lain. Losch menguraikan kondisi kesetimbangan dalam lima persmaan, dari mana akan membentuk ekonomi ruangan yang dapat dikerjakan (Sirojuzilam: 2006: 60).

2.15. Studi Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Direktorat perbankan syariah Bank Indonesia dengan Institut Pertanian Bogor (2004) dengan judul “Potensi, Preferensi dan Prilaku masyarakat terhadap Bank syariah di Sumatera Selatan”, menunjukkan bahwa persepsi dan prilaku terhadap perbankan syariah, faktor utama yang mendorong nasabah memanfaatkan bank syariah adalah kesesuaian dengan


(54)

syariah agama, faktor sekundernya adalah kredibilitas dan kemudahan aksesbilitas dan pertimbangan bagi hasil. Selanjutnya penelitian Afrizal (2004) dalam skripsinya dengan menggunakan metode deskriptif menyatakan bahwa kualitas pelayanan sangat berpengaruh terhadap keputusan masyarakat menabung di Bank Syariah.

Penelitian oleh Wheny Khristianto dan Ahmad Rifa’i (2004) yang berjudul “Pengaruh Beberapa Faktor Psikologi pada Pengambilan Keputusan Masyarakat Untuk Menjadi Anggota Bank Perkreditan Syariah (BPRS)” menunjukkan adanya hubungan yang bersifat positif dan signifikan antara motivasi dan keputusan masyarakat untuk menggunakan jasa BPRS. Hal lain juga mengindikasikan jika motivasi masyarakat untuk menggunakan jasa BPRS cukup tinggi, maka kecendrungan untuk mengambil keputusan menabung cukup tinggi.

2.17. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan batasan penelitian ada beberapa variabel yang mendorong keputusan masyarakat untuk menabung di bank syariah. Maka kerangka pemikiran dalam skripsi ini adalah :


(55)

Gambar 2.2.

Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Menabung

b

Keputusan

Menabung

Pelayanan

Bagi Hasil

Keyakinan

Lokasi

Bank Syariah


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengalanalisa faktor-faktor yang mempengaruhi minat menabung di bank syariah. Dalam penelitian ini masyarakat yang diteliti adalah yang menabung di bank syariah di Kota Lhokseumawe dan faktor-faktor yang mempengaruhi minat menabung yang diteliti meliputi faktor pelayanan, faktor bagi hasil, faktor keyakinan (agama), dan faktor lokasi (jarak) dengan menggunakan data primer.

3.2. Jenis dan Sumber Data

1. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik individu maupun kelompok, yaitu kuesioner yang diberikan kepada nasabah Bank syariah di Kota Lhokseumawe.

2. Data sekunder adalah data primer yang diolah lebih lanjut, yaitu dokumen perusahaan seperti sejarah perbankan syariah di Kota Lhokseumawe, laporan tahunan, jumlah nasabah dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian di Bank syariah di Kota Lhokseumawe.


(57)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut : 1. Data Primer

a. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden yaitu para nasabah bank syariah di Kota Lhokseumawe.

b. Wawancara atau mengadakan Tanya jawab dengan pimpinan dan pegawai Bank syariah di Kota Lhokseumawe. Adapun hal-hal yang ditanyakan penulis adalah sejarah berdirinya Bank syariah di Kota Lhokseumawe, perkembangan Bank syariah di Kota Lhokseumawe dan perkembangan jumlah tabungan dan jumlah nasabah yang menabung di Bank syariah di Kota Lhokseumawe.

c. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, dalam hal ini nasabah penabung di Bank syariah di Kota Lhokseumawe.

2. Data Sekunder yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik dokumentasi yaitu data yang berbentuk benda atau bahan tertulis dengan menggunakan pedoman dokumentasi atau check list, dan CD ROM. Adapun dokumentasi dalam penelitian ini berupa rincian perkembangan Bank syariah di Kota Lhokseumawe.

3. Library research yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara pengumpulan data-data melaui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, laporan penelitian, artikel dan data elektronik yang bersifat online (internet) yang berhubungan dengan topik yang diteliti.


(58)

3.4. Metode Pemilihan sampel

Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner. Sampel penelitian diambil sebanyak 50 orang dengan menggunakan sampel random sampling yang artinya cara penarikan sampel anggota dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada. Metode pengumpulan data untuk variabel di atas menggunakan self administered survey, yaitu responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang diberikan.

3.5. Metode Analisa Yang Digunakan Metode analisa yang digunakan adalah :

1. Deskriptif yaitu metode analisis degan mengumpulkan data secara sistematis, menganalisis dan menginterpretasikan data dengan melalui gambaran-gambaran sehingga mendapatkan kesimpulan.

2. Deduktif yaitu proses penarikan kesimpulan yang logis berdasarkan teori-teori yang telah diterima sebagai suatu kebenaran secara umum. Berdasarkan kesimpulan akan dirumuskan saran-saran kepada pimpinan perusahaan guna membantu pelaksanaan tugas-tugasnya demi tercipta tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

3.6. Defenisi Operasional

a. Pelayanan adalah kondisi fasiltas dan tindakan yang diterima nasabah di Bank syariah di Kota Lhokseumawe.

b. Bagi hasil adalah pembagian hasil usaha antara Bank syariah di Kota Lhokseumawe sebagai pengelola dana dengan nasabah sebagai pemilik dana berdasarkan kesepakatan.


(59)

c. Keyakinan adalah pengetahuan yang dimiliki dan diyakini nasabah untuk menggunakan jasa bank syariah.

d. Lokasi adalah jarak dari tempat tinggal / kegiatan responden ke bank tempat menabung.

e. Menabung adalah keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya pada bank syariah.

Table 3.1.

Identifikasi dan Operasional Variabel

Varibel Definisi operasional variable Indikator

Pelyanan Pelayanan adalah kondisi fasiltas dan tindakan yang diterima dan dirasakan nasabah

1. Fasilitas transaksi nasabah

2. Alat dan perlengkapan bank

3. Perhatian jaringan yang luas

4. Jaringan yang luas 5. Keamanan

6. Kenyamanan Bagi Hasil pembagian hasil usaha antara bank

sebagai pengelola dana dengan nasabah sebgai pemilik dana berdasarkan kesepakatan. 1. Menguntungkan 2. Adil 3. Memberikan kemudahan 4. Bermamfaat Keyakinan pengetahuan yang dimiliki dan

diyakini nasabah untuk menggunakan jasa bank syariah

1. Sesuai syariah 2. Tidak riba 3. Halal Lokasi jarak dari tempat tinggal / kegiatan

responden ke bank tempat menabung.

1. Kedekatan 2. Kemudahan 3. Sarana ATM Menabung keinginan masyarakat untuk

menyimpan dananya pada bank syariah.

1. Informasi

2. Membandingkan 3. Berkonsultasi 4. Bertanya Sumber: Diperoleh dari berbagai sumber (2010)


(60)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Objek Penelitian

Daerah penelitian adalah Kota Lhoseumawe. Asal kata Lhokseumawe adalah "Lhok' dan 'Seumawe". Lhok artinya dalam, teluk, palung laut, dan Seumawe artinya air yang berputar - putar atau pusat mata air pada laut sepanjang lepas pantai Banda Sakti dan Sekitarnya. Sebelum abad ke XX negeri ini telah diperintah oleh Uleebalang Kutablang. Tahun 1903 setelah perlawanan pejuang Aceh terhadap penjajah Belanda melemah, Aceh mulai dikuasai. Lhokseumawe menjadi daerah taklukan dan mulai saat itu status Lhokseumawe menjadi Bestuur Van Lhokseumawe dengan Zelf Bestuurder adalah Teuku Abdul Lhokseumawe tunduk dibawah Aspiran Controeleur dan di Lhokseumawe berkedudukan juga Wedana serta Asisten Residen atau Bupati.

Pada dasawarsa kedua abad ke XX itu, diantara seluruh daratan Aceh, salah satu pulau kecil dengan luas sekitar 11 Km2 yang dipisahkan Sungai Krueng Cunda diisi bangunan-bangunan Pemerintah Umum, Militer dan Perhubungan Kereta Api oleh Pemerintah Belanda. Pulau kecil dengan desa-desanya yakni Kampung Keude Aceh, Kampung Jawa, Kampung Kutablang, Kampung Mon Geudong, Kampung Teumpok Teungoh, Kampung Hagu, Kampung Uteuen Bayi, dan Kampung Ujong Blang yang keseluruhannya berpenduduk 5.500 jiwa secara jamak di sebut Lhokseumawe. Bangunan demi bangunan mengisi daratan ini sampai terwujud embrio kota yang memiliki pelabuhan, pasar, stasiun kereta api dan kantor-kantor lembaga pemerintahan. Sejak Proklamasi Kemerdekaan, Pemerintahan Negara Republik Indonesia belum terbentuk sistemik sampai kecamatan ini. Pada mulanya Lhokseumawe digabung dengan Bestuurder Van


(61)

Cunda. Penduduk di daratan ini makin ramai berdatangan dari daerah sekitarnya seperti Buloh Blang Ara, Matangkuli, Blang Jruen, Lhoksukon, Nisam, Cunda serta Pidie. Pada tahun 1956 dengan Undang-undang DRT Nomor 7 Tahun 1956, terbentuk daerah-daerah otonom kabupaten-kabupaten dalam lingkup daerah Propinsi Sumatera Utara, dimana salah satu kabupaten diantaranya adalah Aceh Utara dengan ibukotanya Lhokseumawe. Kemudian pada tahun 1964 dengan Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Aceh Nomor : 34/G.A/1964 tanggal 30 Nopember 1964, ditetapkan bahwa kemukiman Banda Sakti dalam kecamatan Muara Dua, dijadikan kecamatan tersendiri dengan nama kecamatan Banda Sakti.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, berpeluang meningkatkan status Lhokseumawe menjadi Kota Administratif, pada tanggal 14 Agustus 1986 dengan Peraturan Daerah Nomor 32 Tahun 1986 Pembentukan Kota Administratif Lhokseumawe ditandatangai oleh Presiden Soeharto, yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Soeparjo Roestam pada tanggal 31 Agustus 1987. Dengan adanya hal tersebut maka secara De Jure dan de Facto Lhokseumawe telah menjadi Kota Administratif dengan luas wilayah 253,87 Km2 yang meliputi 101 desa dan 6 kelurahan yang tersebar di lima kecamatan yaitu : Kecamatan Banda Sakti, Kecamatan Muara Dua, Kecamatan Dewantara, Kecamatan Muara Batu dan Kecamatan Blang Mangat. Sejak tahun 1988 gagasan peningkatan status Kotif Lhokseumawe menjadi kotamadya mulai diupayakan sehingga kemudian lahir UU Nomor : 2 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lhokseumawe tanggal 21 Juni 2001 yang ditanda tangani Presiden RI Abdurrahman Wahid, yang wilayahnya mencakup 4 (empat) kecamatan, yaitu :


(62)

• Kecamatan Blang Mangat : 56,12 km² • Kecamatan Muara Dua : 57,80 km² • Kecamatan Muara Satu : 55,90 km² • Kecamatan Banda Sakti : 11,24 km²

Table 4.1.

Jumlah Desa dan Penduduk per Kecamatan Tahun 2009 Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Penduduk

Banda Sakti 18 71.749

Blang Mangat 22 18.869

Muara Dua 17 37.132

Muara Satu 11 31.489

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe

Kota Lhokseumawe terletak pada posisi 04°54’–05°18’ LU dan 96° dan 20’–97°21’ BT, yang diapit oleh Selat Malaka dan menempati bagian tengah Kabupaten Aceh Utara dan berbatasan dengan:

Sebelah Utara : Selat Malaka

Sebelah timur : Kec. Syamtalira Bayu (Aceh Utara) Sebelah Selatan : Kec. Kuta Makmur (Aceh Utara) Sebelah Barat : Kec. Dewantara (Aceh Utara)


(63)

Tabel 4.2.

Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk Per kecamatan, dan Luas Daerah Tahun 2009

Sumber : BPS Kota Lhokseumawe

Tabel di atas menunjukakkan jumlah penduduk Kota Lhokseumawe yang mengalami kenaikan dari tahun ketahun. Terlihat dari tahun 2009 jumlah penduduk 159.239 jiwa. Kecamatan yang memiliki penduduk terbanyak adalah kecamatan Banda Sakti yaitu 71.749 jiwa dan disusul oleh kecamatan Muara Dua yaitu 37.132 jiwa.

4.2. Sejarah Singkat Bank Indonesia Kota Lhokseumawe

Kantor Bank Indonesia Kota Lhokseumawe berdiri sejak tahun 1976 beralamat di jalan Sukaramai Kota Lhokseumawe, dan sejak tahun1982 menempati gedung kantor baru berlokasi di jalan Merdeka No. 1 Kota Lhokseumawe. Gedung kantor baru tersebut diresmikan oleh Gubernur Bank Indonesia, Bapak Rachmat Saleh pada hari Sabtu tanggal 19 Juni 1982. Luas

Kecamatan Luas

Wilayah (Km2)

Jumlah penduduk

Kepadatan/ Km2

Banda Sakti 11,24 71.749 6.383 Blang Mangat 56,12 18.869 336

Muara Dua 57,80 37.132 642

Muara Satu 55,90 31.489 563

Jumlah 2009 159.239 879

2008 158.760 877

2007 33.995 874


(1)

untuk meningkatkan jumlah bagi hasil yang akan diterima nasabah. Hal ini akan menarik keinginan nasabah untuk menabung dan tentunya peningkatan keputusan menabung di Perbankan syariah di Kota Lhokseumawe.

4.7.4. Pandangan Tehadap Bunga dari Pandangan Agama

Variabel keyakinan adalah pengetahuan yang dimiliki dan diyakini nasabah untuk menggunakan jasa bank syariah. Berdasarkan hasil pengolahan, tanggapan responden atas pernyataan agama dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.17.

Tanggapan Responden Terhadap Variabel Keyakinan (agama)

No pernyataan Katagori Total

Responden

SS S KS TS STS

F % F % F % F % F % 1. Pertimbangan

agama

15 30 32 64 2 4 1 2 - - 50 2. Sesuai syariah 10 20 34 68 4 8 1 2 1 2 50 3. Halal 14 28 31 62 3 6 2 4 - - 50 4. Menentramkan 8 16 29 58 6 12 4 8 3 6 50

Sumber : Data Primer Setelah diolah (2011)

Dari tabel di atas diperoleh untuk keseluruhan pernyataan variabel agama diketahui nasabah menabung karena adanya pengetahuan agama yang mempengaruhi untuk menabung, ini terlihat 30% menjawab sangat setuju, 64% menjawab setuju untuk pernyataan menabung di perbankan syariah di Kota Lhokseumawe didorong karena pertimbangan agama, selanjutnya 68% menjawab setuju bahwa menabung di bank syariah dikarenakan bank syariah di Kota Lhokseumawe sesuai syariah, 62% responden menjawab menabung di bank syariah di Kota Lhokseumawe disebabkan bagi hasil yang halal, 58% responden menjawab setuju menabung di bank syariah di Kota Lhokseumawe memberi


(2)

ketenangan. Hanya sebagian kecil sebagian kecil responden memberi jawaban bahwa faktor keyakinan tidak mempengaruhi yaitu 4% menjawab kurang setuju dan 2% menjawab tidak setuju. Hal ini menunjukkan keputusan menabung nasabah juga dipengaruhi sentimen emosional seperti sesuai syariah, halal, tidak riba dan menentramkan. Dimana simpanan modal yang dikelola bank syariah dipergunakan untuk sesuatu yang halal dan memberikan manfaat.

4.7.5. Lokasi

Variabel lokasi adalah jarak yang ditempuh nasabah untuk mendapatkan bank syariah, kemudahan untuk mencapai bank syariah, dan ketersediaan sarana ATM bank syariah. Berdasarkan hasil pengolahan, tanggapan responden terhadap variabel lokasi sebagai faktor pendorong dalam pengambilan keputusan menabung dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.18.

Tanggapan Responden Terhadap Variabel Lokasi (Jarak)

No Pernyataan Katagori Total

Responden

SS S KS TS STS

F % F % F % F % F %

1. Kedekatan 13 26 31 62 3 6 2 4 1 2 50 2. Mudah dicapai 16 32 31 62 2 4 - - - - 50 3. Sarana ATM - - - - 6 12 10 20 34 68 50

Sumber : Data Primer Setelah diolah (2011)

Dari tabel 4.18. diperoleh untuk keseluruhan pernyataan responden tentang variabel lokasi diketahui sebagian nasabah menabung karena kedekatan lokasi bank syariah dengan tempat kegiatan responden dan kemudahan pencapaian bank syariah, terlihat dari jawaban 26% responden yang menyatakan sangat setuju dan 62% menyatakan setuju untuk pernyataan kedekatan lokasi, sedangkan untuk


(3)

pernyataan kemudahan pencapaian bank syariah 32% dari responden menjawab sangat setuju, dan 62% menjawab setuju. Karena biasanya mayoritas nasabah bank syariah menganggap lokasi dan aksesibilitas bank sangat penting dalam pemlihan bank. Kedekatan lokasi bank syariah dengan nasabah di sini dalam artian kantor, tempat berbisnis dan juga tempat tinggal. Sedangkan untuk kemudahan pencapaian bank syariah di sini dalam artian saran prasarana untuk tiba di bank syariah tersebut, seperti transportasi.

Tetapi tidak untuk kemudahan akses saran ATM pada bank syariah di Kota Lhokseumawe, karena 34 orang atau 68% dari keseluruhan responden menyatakan sangat tidak setuju, 10 orang atau 20% dari keseluruhan menyatakan tidak setuju, dan 6 orang atau 12% dari keseluruhan responden menyatakan kurang setuju bahwa kemudahan akses melalui ATM merupakan faktor pendorong dalam pengambilan keputusan masyarakat untuk menabung di perbankan syariah di Kota Lhokseumawe dari segi variabel lokasi. Ini berarti tidak ada responden yang setuju bahwa sarana ATM mempermudah melakukan transaksi, sebatas ini responden hanya lansung menggunakan kantor bank dalam melakukan transaksi.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian dan hasil analisis yang telah dilakukan dan dikemukakan pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa kesimpulan berikut:

1. Perkembangan perbankan syariah di Kota Lhokseumawe sangat baik dan menunjukkan tren yang meningkat dari tahun ke tahun. Baik dari segi jumlah perbankan yang ada yang terus bertambah, jumlah asset, jumlah pembiayaan, jumlah tabungan, dan jumlah deposito yang menunjukkan peningkatan di setiap tahunnya.

2. Dalam pengambilan keputusan untuk menabung di bank syariah di Kota Lhokseumawe masyarakat setuju untuk terlebih dahulu harus memperoleh informasi tentang bank syariah yang bersangkutan dan membandingkan dengan bank lain dan berkonsultasi dengan pihak bank tersebut.

3. Dari keempat variabel yang diteliti pengarungnya mengenai bagaimana pengaruhnya tehadap pengambilan keputusan menabung di perbankan syariah di Kota Lhokseumawe dapat dilihat bahwa faktor keyakinan (agama) dan bagi hasil merupakan faktor dominan sebagai faktor pendorong untuk pengambilan keputusan menabung, diikuti variabel pelayanan dan lokasi (jarak).


(5)

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Dalam mendorong pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah di Kota Lhokseumawe diharapkan perbankan syariah di Kota Lhokseumawe melengkapi sarana bank syariah dengan menambah jaringan yang sudah ada.

2. Mengingat faktor keyakinan dan bagi hasil merupakan faktor dominan dalam mendorong masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk menabung, maka untuk meningkatkan jumlah nasabah, pihak perbankan syariah di Kota Lhokseumawe harus lebih giat lagi memberikan informasi dan pengetahuan perbankan syariah dan mensosialisasikan bahwa bunga adalah riba dan bagi hasil adalah halal dengan gencar.

3. Untuk meningkatkan jumlah nasabah penabung dilihat dari sisi faktor pelayanan dan lokasi sebagai pendorong masyarakat dalam pengambilan keputusan untuk menabung, pihak perbankan syariah di Kota Lhokseumawe harus lebih meningkatkan pelayanan, meningkatkan sumberdaya manusia sehingga mampu memberikan pelayanan yang baik. Dalam hal lokasi pihak perbankan harus memilih tempat (lokasi) yang strategis dan memperbanyak lagi pembukaan cabang atau unit bank syariah dalam mempermudah transaksi yang hendak dilakukan masyarakat.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, 2004. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Nasabah PT. Bank Syariah Mandiri cab. Medan, Program Studi Ilmu manajemen. Antonio syafii’, Muhammad. 2000. Bank syariah dari Teorike Praktik, Gema

Insani Press.

Antonio syafii’, Muhammad. 1999. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Tazkia Institut.

Arif, Sritua, 1993. Metode Penelitian Ekonomi, Jakarta: Universitas Indonesia. Badan Pusat Statistik Kota Lhokseumawe, 2011. Kota Lhokseumawe Dalam

Angka.

Bank Indonesia Kota Lhoksemawe. 2011. Data Perkembangan Perbankan Syariah.

Bank Indonesia. 2004. Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia.

Ghafur, Muhammad. 2003. Pengaruh Tingkat Bagi Hasil, Suku Bunga dan Pendapatan terhadap Simpanan Mudharabah : Studi Kasus Bank Muamalat indonesia, Jurnal Ekonomi Muamalah, Universitas Gajah mada, Oktober 2003, Vol 1, No 1.

Fatah, Rohadi Abdul, 2004. Sosiologi Agama, Cetakan Pertama, Jakarta: Kencana Emas.

Hamidi, M. Lutfi, 2003. Jejak-jejak Ekonomi Syariah, Cetakan Pertama, Jakarta: Senayan Abadi.

Kasmir. 2003. Manajemen perbankan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kuncoro, Mudardjat, 2003. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi, Jakarta: Erlangga.

Lamb, hair dan Mc Daniel, 2001. Pemasaran, Penerjemahan David Oktarevia, Buku 1, Jakarta: Salemba Empat.

Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuanganlain, Yogyakarta, Ekonisia.

Muhammad. 2002. Bank Syariah : Analisis Kekuatan, Peluang, Kelemahan dan Ancaman, Yogyakarta : Ekonisia.

Rodoni dkk. 2008.Lembagadan Keuangan Syariah, Jakarta: Zikrul Hakim.

Setiadi, Nugroho, 2003. Prilaku Konsumen, Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran, Jakarta: Kencana.