Pelayanan Bagi Hasil Profit Sharing Sebagai Karakteristik Dasar Bank Syariah

d. Faktor psikologis Keputusan seseorang untuk membeli juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis : persepsi, motivasi, pembelajaran, dan kepercayaan serta sikap. Faktor-faktor tersebut adalah hal yang digunakan oleh konsumen dalam berinteraksi. Faktor-faktor tersebut juga merupakan alat bagi konsumen untuk mengenali perasaan mereka, mengumpulkan dan menganalisis informasi, merumuskan pikiran dan pendapat opini dan mengambil tindakan.

2.7. Pelayanan

Pelayanan atau disebut saja jasa yang sering dilihat sebagai suatu fenomena yang rumit. Jasa sering diartikan sebagai pelayanan personal personal service sampai jasa sebagai produk. Lupiyoadi 2001 menyatakan jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimamfaatkan konsumen. Jasa diartikan sebagai tindakan, perbuatan atau kegiatan yang dapat ditawarkan setiap pihak kepada pihak lain. Jasa pada dasarnya bersiafat intangible tiadak berwujud fisik dan tidak menghasilkan maupun meningkatkan kepemilikan sesuatu. Tjipto, 1996, Kotler dan Susanto, 2001. Menurut Kecgan dan Warren 2003 jasa atau pelayanan adalah suatu paradigma yang merupakan semangat dari perusahaan, sikap untuk menyokong dan memenangkan persaingan di masa depan. Teori ini menunjukkan setiap perusahaan apabila ingin unggul dalam persaingan harus dapat mengutamakan pelayanan. Perusahaan yang tidak memikirkan pelayanan akan kalah dalam persaingan. Ada lima dimensi pelayanan yang sering digunakan untuk menilai kualitas pelayanan, menurut Parasuaraman, et al dalam Luriyoadi 1985: 1. Tangible bukti fisik yaitu kemampuan perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal meliputi fasilitas fisik, perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan teknologi, serta penampilan pegawainya. 2. Reliability keandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secar akurat dan terpercaya. 3. Responsiveness ketanggapan yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. 4. Assurance jaminan yaitu pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. 5. Emphaty perhatian yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginannya.

2.8. Bagi Hasil

Konsumen dalam membeli produk juga didorong oleh faktor tingkat keuntungan atau mamfaat yang akan diperolehnya dalam menggunakan suatu produk atau jasa. Adapun tingkat keuntungan yang akan diperoleh konsumen pada jasa bank terutama bank syariah adalah bagi hasil. Menurut Al-Qardhawi bagi hasil adalah dimana kedua belah pihak akan berbagi keuntungan sesuai dengan akad perjanjian yang disepakati. Selanjutnya Wiroso 2005 menyatakan “dalam bank syariah, imbalan yang diberikan kepada deposan penghimpun dana sangat tergantung pada pendapatan yang diperoleh atas pengelolaan atau penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah, khususnya pendapatan yang telah diikuti dengan aliran kas masuk cash basis sehingga dari bulan ke bulan berikutnya penghasilan tidak selalu sama. Menurut Didin dan Hamidi 2003 bagi hasil dalam syariah tidak mengenal pemberlakuan keuntungan mutlak dimuka kepada investornya. Keuntungan bagi hasil yang diterima tidak tetap tetapi sesuai dengan keuntungan yang diperoeh bank. Sebaliknya, diperjanjikan pula apabila usaha mengalami kerugian maka investor maupun pengelola dana yang menjalankan proyek akan menanggung secara bersama-sama sesuai dengan share yang dimiliki. Prinsip bagi hasil profit sharing berdasarkan kaidah al-mudharabah dan al-musyarakah. Al-mudharabah yaitu akad kerja sama usaha antara dua belah pihak dimana pihak pertama shahibul maal menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lain menjadi anggota pengelola atas suatu jenis kerjasama dimana pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua mudharib bertanggung jawab atas pengelolaan dana. Al-musyarakah yaitu akad kerja sama anatara dua belah pihak memberikan konstribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Antonio, 2001 dan Wiroso, 2005.

2.8.1. Jenis-Jenis Mudharabah

Menurut Antonio 1999;137 mudharabah terbagi dalam dua jenis yaitu : 1. Mudharabah Muthlaqah Transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antar shibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi spesifikasi jenis usaha waktu dan daerah bisnis. 2. Mudharabah Muqayyadah Mudharabah muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabahspecified. Mudharabah muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah mutalaqah. Pihak mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau tempat usaha.

2.8.2. Jenis-Jenis Musyarakah

Menurut Antonio 1999;137 Musyarakah terbagi dalam dua jenis yaitu : 1. Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. 2. Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah.

2.9. Bagi Hasil Profit Sharing Sebagai Karakteristik Dasar Bank Syariah

Prinsip bagi hasil profit sharing merupakan karakteristik umum dan landasan dasar bagi operasional bank Islam secara keseluruhan. Berdasarkan prinsip ini, bank Islam akan berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana. Dengan penabung bank akan berfungsi sebagai mudharib pengelola, sedangkan penabung bertindak sebagai shahibul maal penyandang dana. Antara keduanya diadakan akad mudharabah yang menyatakan pembagian keuntungan masing-masing pihak. Sedangkan dengan pengusahapeminjam dana, banksyariah berfungsi sebagai shahibul maal sementara pengusaha sebagai mudharib dengan mengelola dana bank. Pengertian lain menyatakan bahwa bagi hasil adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan nasabah, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip bagi hasil ini adalah mudharabah dan musyarakah, lebih jauh prinsip mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan tabungan dan deposito maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak untuk pembiayaan. Besarnya bagi hasil Profit Sharing ini ditentukan di awal perjanjian. Berbeda dengan bunga, prosentase bagi hasil ini belum tentu sama tiap bulannya. Sedangkan nominal yang diterima tentunya menyesuaikan dengan besarnya keuntungan yang didapat oleh peminjam itu sendiri. Konsekuensi dari konsep ini adalah adanya untung dan rugi. Jika hasil usaha peminjam menunjukkan keuntungan yang besar, maka bagi hasilnya pun akan besar dan sebaliknya jika keuntungan kecil atau bahkan merugi maka pihak peminjam harus ikut pula menanggung kerugian tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Center for Business and Islamic Economic Studies ,1999 dalam Muhamad, 2002:125.

2.10. Pola Tabungan Islami