2. Suhu
Radiasi sinar matahari merupakan sumber panas yang mengendalikan suhu di permukaan tanah. Di dalam hutan, pada waktu pohon-pohon menggugurkan
daun celah yang terbentuk akan memungkinkan masuknya sinar matahari. Di bawah kondisi ini rata-rata suhu udara lebih tinggi dibanding sebelumnya. Saat
tajuk tertutup daun secara penuh kembali, suhu di dalam hutan akan menurun sehingga lebih rendah daripada di luar hutan. Hal ini dapat dilihat pada table 1.
Tabel 1. Rata-rata suhu maksimum, minimum dan suhu rata-rata
o
C di bawah kondisi terbuka dan di bawah tajuk tanaman pinus putih.
Secara umum, suhu menurun dengan meningkatnya jarak dari equator latitude, Juga menurun dengan meningkatnya altitude. Variasi suhu berkisar
0.8
o
Cderajad latitude, atau 0.7
o
C100 km dari equator. Suhu juga bervariasi berdasarkan ketinggian tempat. Penurunan suhu udara berkisar 1.5 - 2
o
C di pegunungan setiap naik 300 meter dari permukaan laut.
Fungsi proses-proses dalam tubuh tanaman secara umum dapat bertahan pada kisaran 0 – 50
o
C agar sel tetap hidup, protein, aktivitas biologi dapat stabil dan reaksi enzimatis berjalan aktif. Di hutan proses fotosintesis masih dapat
berlangsung hingga suhu udara 0
o
C, ini karena pada suhu tersebut jaringan- jaringan tanaman masih memperoleh panas dari sinar matahari oleh radiasi
permukaan bumi sehingga fotosintesis masih bisa berlangsung hingga 70. Begitu suhu meningkat, aktivitas tanaman akan meningkat hingga ke batas
optimum, namun kemudian menurun hingga mencapai suhu kematian panas heat killing temperature. Proses-proses tanaman yang dipengaruhi oleh suhu adalah:
1. Aktivitas enzim yang mengkatalisasi reaksi biokimia khususnya
fotosintesis dan respirasi 2.
Kelarutan CO
2
dan O
2
dalam sel tanaman 3.
Transpirasi 4.
Kemampuan akar mengabsorbsi air dan mineral dari tanah, dan 5.
Permeabilitas membran
Fotosintesis adalah proses yang bergantung cahaya, berarti kecepatan fotosintetis yakni kecepatan menambat CO
2
dan energi matahari sangat tergantung pada intensitas sinar matahari. Dengan pertimbangan kecepatan fotosintesis netto
pada tumbuhan meningkat dengan peningkatan intensitas cahaya, maka suatu saat akan dapat terjadi peningkatan fotosintesis yang tidak diikuti oleh peningkatan
penambatan CO
2
netto. Kondisi ini terjadi kerana kecepatan hilangnya CO
2
dalam proses respirasi lebih besar dibanding dengan kecepatan penambatan CO
2
dalam proses fotosintesis. Bila intensitas cahaya terus meningkat, maka pada suatu saat
akan dapat tercapai keseimbangan antara hilangnya CO
2
pada respirasi dan CO
2
yang ditambat pada proses fotosintesis. Suhu yang menyebabkan kondisi ini
disebut titik kompensasi suhu. Peningkatan kembali intensitas cahaya akan
menurunkan kecepatan fotosintesis hingga tercapai titik di mana peningkatan intensitas cahaya tidak menghasilkan peningkatan penambatan CO
2
yang disebut
dengan titik saturasi suhu. Setiap jenis tumbuhan menunjukkan titik saturasi dan
titik kompensasi yang berbeda, tergantung toleransi tumbuhan tersebut terhadap variasi intensitas cahaya yang diterimanya.
Peningkatan suhu di atas suhu optimum menurunkan laju fotosintesis. Pada suhu 30
o
C banyak enzim yang rusak dan pada suhu yang lebih tinggi lagi enzim- enzim menjadi tidak berfungsi sehingga pertumbuhan menurun, namun respirasi
meningkat terus hingga suhu berkisar 50
o
C. Jika suhu ditingkatkan lagi akan terjadi kerusakan sel, kondisi ini terjadi pada suhu 55
o
C. Kematian jaringan tanaman, pada tanaman yang sedang aktif tumbuh dan
jaringan sukulen dapat terjadi akibat pembekuan yang cepat dan terbentuknya kristal es dalam protoplasma. Pada saat suhu menurun, air yang sangat vital akan
ditarik dari protoplasma yang menyebabkan denaturasi dan akhirnya menyebabkan kematian. Pada tanaman tropis kematian dapat terjadi pada suhu
berkisar 0 – 20
o
C.
3. Curah hujan