24
Tabel 3.1 SAMPEL PENELITIAN
No. Kode
Nama Perusahaan Dividend
Payout Ratio
2011 Dividend
Payout Ratio
2012 Dividend
Payout Ratio
2013
1. ALMI
Alumindo Light Metal Industry Tbk
28.11 44.16
23.58 2.
AMFG Asahimas Flat Glass Tbk
10.3 10.02
10.26 3.
ASII Astra International Tbk
45.07 45.03
45.04 4.
CPIN Charoen Pokphand Indonesia
Tbk 29.24
28.1 29.8
5. GGRM Gudang Garam Tbk
39.31 38.35
35.56 6.
INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
49.93 49.81
49.8 7.
INTP Indocement Tunggal Prakasa
Tbk 29.99
34.8 66.13
8. KLBF
Kalbe Farma Tbk 65.09
66.77 44.97
9. SMGR Semen Gresik Tbk
50 45
45 10. UNVR Unilever Indonesia Tbk
100.06 99.96
99.93 Sumber : idx.com diolah peneliti selama periode penelitian
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder. Dimana data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
dari media ataupun pihak lain. Adapun informasi laporan keuangan perusahaan manufaktur diperoleh melalui website masing-masing perusahaan yang memenuhi
kriteria purposive sampling dan telah diaudit untuk periode 2011 sampai 2013 dan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Selain data
sekunder, peneliti juga menggunakan jurnal internasional sebagai acuan, materi yang terdapat dari buku, dan situs resmi yang terkait dengan judul penelitian guna
mempermudah proses penyusunan karya ilmiah.
25
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi dengan menelusuri data sekunder secara pustaka dan manual. Data
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan pencarian dan pembelajaran dokumen-dokumen ataupun data-data yang berkaitan dengan
keperluan peneliti. Data-data tersebut juga diperoleh dari berbagai literature seperti referensi dari buku, jurnal, artikel, internet, dan sebagainya.
Laporan keuangan perusahaan asuransi kerugian diperoleh melalui website masing-masing perusahaan, dan daftar perusahaan manufaktur Indonesia untuk
periode 2011-2013 diperoleh melalui Bursa Efek Indonesia.
3.5 Metode Analisis
3.5.1 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik yang dianggap penting sebelum melakukan analisis regresi adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji
autokorelasi Sudarmanto, 2013, sebagai berikut :
3.5.1.1 Uji Normalitas
Terdapat 2 hal yang berkaitan dengan normalitas antara lain adalah kurva normal dan pengujian normalitas itu sendiri. Adapun 2 hal pokok yang berkaitan
dengan kurva normal pada umumnya berupa skewness dan kurtosis. Sudarmanto 2013 menyatakan bahwa
Skewness, yaitu mengukur penyimpangan dari kurva normal yang simetrik. Penyimpangan atau kemencengan atas kurva normal yang
simetrik ini ada dua yaitu kemencengan positif dan kemencengan negative. Pada skewness atau kemencengan positif maka distribusi
skor yang tinggi sangat sedikit sedangkan skor rata-rata dan rendah sangat banyak sehingga menghasilkan kurva yang landai ke kanan.
26
Asumsi yang terdapat dalam uji normalitas dimaksudkan agar tidak terjadinya pernyimpangan dari sebaran skor secara signifikan atas distribusi
normal yang simetrik atau tidak menceng secara signifikan. Adapun pemahaman mengenai kurtosis terdapat dalam Sudarmanto 2013 yang menyatakan bahwa
Kurtosis, yaitu mengukur tentang kecuraman atau kedataran kurva simetrik atas distribusi skor. Bentuk kurva kurtosis ini pada
dasarnya simetrik berbeda dengan skewness atau kemencengan. Kurva kurtosis ini ada tiga macam tipe ketajaman, yaitu 1
Leptokurtic yaitu kurva simetrik yang memiliki bentuk sangat tajam sehingga distribusi skor lebih banyak menyebar di tengah,
2 Mesokurtic, yaitu kurva simetrik yang memiliki bentuk distribusi normal standar kurva normal, dan 3 Platykurtic, yaitu
kurva simetrik yang memiliki bentuk datar.
Pengujian normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi yang normal atau
tidak Ghozali, 2006. Dalam penelitian Kusuma 2013 terdapat dua pedoman pengambilan keputusan untuk menentukan apakah distribusi data termasuk
normal atau tidak, yaitu: a.
Apabila nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas menunjukkan angka 0,05. Distribusi adalah tidak normal.
b. Apabila nilai Sig atau signifikansi atau nilai probabilitas menunjukkan
angka 0,05. Distribusi adalah normal dalam Ghozali, 2006.
3.5.1.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan korelasi antara variabel bebas independen ataukah tidak terhadap model regresi.
Jika model regresi terjadi korelasi di antara variabel-variabel independen, maka
27
variabel-variabel tersebut tidak orthogonal. Dan dapat dikatakan bahwa model regresi tersebut tidak baik. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang
nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol Ghozali, 2006. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model
regresi adalah sebagai berikut : a.
nilai �
2
yang dihasilkan adalah tinggi. Hal ini diperoleh dari suatu estimasi model regresi empiris. Walaupun secara
individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.
b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen yang
tinggi diatas 0.90 yang merupakan indikasi adanya multikolinearitas.
c. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari 1 nilai tolerance dan
2 variance inflation factor VIF. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang
menjelaskan variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah menunjukkan nilai VIF yang tinggi karena VIF =
1Tolerance. Nilai cutoff yang dipakai untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance 0.10 atau
sama dengan nilai VIF 10.
3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Dengan melakukan uji heteroskedastisitas, dapat diketahui apakah terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
28
dalam model regresi. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, hal tersebut dinamakan Homoskedastisitas dan jika mengalami
perbedaan disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Heteroskedasitas dapat dilihat melalui grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Apabila terdapat titik-titik menyebar secara
acak pada pola grafik yang ditunjukkan tanpa pola yang jelas serta tersebar di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka kesimpulannya adalah tidak
terjadi heteroskedastisitas. Selain grafik scatterplots, uji heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan Uji Glejser. Jika probabilitas signifikan 0.05, maka
model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas atau homoskedastisitas Ghozali, 2006.
3.5.1.4 Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
sebelumnya dalam suatu model regresi linier. Adapun uji autokorelasi tingkat satu dengan konstanta intercept didalamnya adalah menggunakan uji Durbin-
Watson dimana tidak ada variabel lag di antara variabel bebas Kusuma, 2013. Hipotesis yang akan diuji adalah :
H0 : tidak ada autokorelasi r = 0 HA : ada autokorelasi r
≠ 0 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengambilan keputusan mengenai ada
tidaknya autokorelasi antara lain:
29
a. Jika nilai Durbin-Watson terletak diantara batas atas du dan 4-du, maka koefisien autokorelasi adalah = 0, artinya tidak ada autokorelasi.
b. Jika nilai Durbin-Watson lebih rendah dari pada batas bawah dl maka koefisien autokorelasi adalah 0, artinya ada autokorelasi positif.
c. Jika nilai Durbin-Watson lebih besar dari 4-dl maka koefisien autokorelasi adalah 0, artinya terjadi autokorelasi negatif.
d. Jika nilai Durbin-Watson terletak antara du dan dl atau Durbin-Watson
terletak antara 4-du dan 4-dl, maka tidak dapat ditarik kesimpulan. 3.5.2 Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis teknik analisis regresi berganda untuk menguji pengaruh Return On Equity, Current
Ratio, dan Debt to Equity Ratio. Persamaan regresi dalam penelitian ini adalah :
DPR = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Dimana : DPR = Dividend Payout Ratio atau Pembayaran Dividen
α = Kostanta β1- β3 = Koefisien regresi
X1 = Return On Equity X2 = Current Ratio
X3 = Debt to Equity Ratio e = kesalahan residual error
30
3.5.3 Uji Hipotesis 3.5.3.1 Uji Koefisien Determinasi
Dalam penelitian Kusuma 2013 menyatakan bahwa koefisien determinasi
�
2
mengukur sejauh mana model yang dibentuk mampu menjelaskan variasi variabel independen. Koefisien determinasi dapat dicari
dengan rumus Gujarati, 1999:101 : �
2
= ESS = 1 Besaran nilai
�
2
yaitu 0-1 0 ≤
�
2
≤ 1 koefisien determinasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel dependen dipengaruhi oleh variabel
independen. Jika diketahui
�
2
memiliki nilai 1 berarti semakin besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
3.5.3.2 Uji Signifikansi Simultan Uji F
Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi semua variabel independen memiliki pengaruh secara bersama-sama simultan
terhadap variabel dependen. Jika nilai probabilitas signifikansi 0.05, maka variabel independen secara bersama-sama simultan mempengaruhi variabel
dependen Ghozali, 2006.
3.5.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual Uji T
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa besar satu variabel independen secara individual berpengaruh dalam menjelaskan variasi variabel
dependen. Apabila nilai profitabilitas signifikansi 0.05, maka suatu variabel independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen
Ghozali, 2006.
31
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Bursa Efek Indonesia, atau yang biasa disebut dengan Indonesia Stock Exchange disingkat dengan IDX merupakan satu-satunya perusahaan jenis bursa
saham terbesar di Indonesia. Bursa Efek Indonesia didirikan tahun 1912 di Jakarta pertama kali sebagai Bursa Efek Jakarta. Pada tahun 1940, didirikan Bursa Efek
Surabaya dan berlokasi di Surabaya. Pada tahun 2007, Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya digabungkan dan membentuk Bursa Efek Indonesia.
4.1.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Indonesia pertama kali didirikan di Batavia oleh pemimpin Hindia Belanda dengan nama Bursa Efek Batavia pada tanggal 14 Desember
1912. Pada tahun 1914-1918, Bursa Efek Batavia ditutup selama perang dunia I, kemudian Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersamaan dengan pembukaan
bursa efek di Semarang dan Surabaya tahun 1925-1942. Berlanjut dengan adanya perang dunia ke II, Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup pada tahun
1939. Begitu juga selama perang dunia II berlangsung, tahun 1942-1952 Bursa Efek di Jakarta kembali ditutup. Kemudian menteri kehakiman dan menteri
keuangan mengaktifkan kembali Bursa Efek di Jakarta tahun 1952, instrument yang diperdagangkan adalah obligasi pemerintah RI 1950. Pada tahun 1956,
Program Nasionalisasi perusahaan belanda menjadikan Bursa Efek semakin tidak aktif.
32
Tahun 1956-1977 perdagangan di Bursa Efek mulai vakum, dan diresmikan kembali oleh presiden Soeharto dibawah BAPEPAM tanggan 10
Agustus 1977. Perdagangan di Bursa Efek kembali lesu diakibatkan masyarakat cenderung memilih instrument perbankan selama tahun 1977-1987. Pada
Desember 1987 pakdes 87 masuknya investor asing di Indonesia. Sejak saat itu, BEJ terbuka untuk asing.
Tanggal 2 Juni 1988 diluncurkan Bursa Paralel Indonesia BPI dan dikelola oleh perdagangan uang dan efek PPUE. Kemudian pakdes 88 Paket
Desember 88 memberikan kemudahan BEJ untuk go public. Pada 16 Juni 1989, BES mulai beroperasi, dan 13 Juni 1992 dilakukannya swastanisasi BEJ, dan
Bapepam berubah nama menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal 22 Mei 1995 adanya system otomatisasi perdagangan di BEJ
dengan system komputer JATS Jakarta Automated Trading System. Pada 10 November 1995 pemerintah mengeluarkan UU no. 8 th 1995 tentang pasar modal
dan diberlakukan hingga januari 1996. Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya tahun 1995, dan system perdagangan tanpa warkat scriples
trading mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia tahun 2000. BEJ juga mengaplikasikan perdagangan jarak jauh tahun 2002 Remote Trading. Pada
tahun 2007 BES bergabung dengan BEJ dan berubah nama menjadi BEI Bursa Efek Indonesia.
4.1.2 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia
Adapun visi dan misi serta nilai utama dan nilai kompetensi Bursa Efek Indonesia adalah sebagai berikut :
33
Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Visi :
Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi
biaya serta penerapan good governance. Misi :
• Team Work kerja sama tim Core Values :
• Integrity intergritas • Professionalism
• Service Excellence pelayanan terbaik
• Building Trust memperkuat kepercayaan Core Competencies :
• Integrity • Strive for Excellence menjadi yang terbaik
• Customer Focus fokus pada nasabah
4.2 Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif terdiri dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata mean, median, variance, dan standar deviasi dari data yang
menjadi objek penelitian. statistic deskriptif bertujuan untuk menjelaskan dan mendeskriptifkan hasil penelitian dengan penjabaran komponen-komponen
statistic deskriptif sebagai berikut :
34
1. Nilai rata-rata mean adalah jumlah keseluruhan angka pada data dan
dibagi dengan jumlah data yang tersedia, 2.
Nilai tengah median adalah nilai yang diurutkan dari nilai terkecil ke nilai terbesar dengan mengambil nilai tengah dari masing-masing data,
3. Range adalah selisih nilai maksimum dengan nilai minimum yang terdapat
dalam suatu kumpulan data, 4.
Standard deviation adalah nilai simpangan baku. Data yang digunakan adalah data yang mengelompok di sekitar nilai rata-rata jika nilainya
semakin kecil. 5.
Variance adalah jumlah selisih antara data dengan rata-rata data dan dibagi dengan jumlah data dikurangi 1n-1 atau nilai kuadrat dari standard
deviation.
Tabel 4.1 Data Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std.
Deviation Variance RETURN ON
EQUITY 30 123.44
2.37 125.81 29.9937 31.62503 1.0003
CURRENT RATIO
30 631.71 66.83
698.54 2.65192 167.30705 2.7994 DEBT TO
EQUITY RATIO
30 3.04
.15 3.19
.8733 .80104
.642 DIVIDEND
PAYOUT RATIO
30 90.04 10.02
100.06 45.3057 23.58086 556.057 Valid N
listwise 30
Sumber: Data sekunder yang diolah dengan SPSS, 2015
35
Berdasarkan data statistic deskriptif yang telah disajikan pada Tabel 4.1 Menunjukkan bahwa terdapat penjelasan yang dapat dijabarkan, antara lain adalah
sebagai berikut : 1.
Jumlah sampel pada penelitian diatas adalah 30 perusahaan. 2.
Variabel independen Return On Equity memiliki nilai range sebesar 123,44; nilai minimum sebesar 2,37; nilai maksimum sebesar 125.81; nilai
mean 29,99; nilai standard deviation sebesar 31,62; dan nilai variance sebesar 1,003. Dapat disimpulkan bahwa data yang terdapat pada
penelitian bersifat heterogen karena ditemukannya perbedaan antara nilai minimum dan nilai maksimum dengan jumlah data 30 perusahaan.
3. Variabel independen Current Ratio memiliki nilai range sebesar 631,71;
nilai minimum sebesar 66,83; nilai maksimum sebesar 698,54; nilai mean 2,65; nilai standard deviation sebesar 163,30; dan nilai variance sebesar
2,79. Dapat disimpulkan bahwa data yang terdapat pada penelitian bersifat heterogen karena ditemukannya perbedaan antara nilai minimum dan nilai
maksimum dengan jumlah data 30 perusahaan. 4.
Variabel independen Debt to Equity Ratio memiliki range sebesar 3,04; nilai minimum sebesar 0,15; nilai maksimum sebesar 3,19; nilai mean
0,87; nilai standard deviation sebesar 0,80; dan nilai variance sebesar 0,64. Dapat disimpulkan bahwa data yang terdapat pada penelitian bersifat
heterogen karena ditemukannya perbedaan antara nilai minimum dan nilai maksimum dengan jumlah data 30 perusahaan.
36
5. Variabel dependen Dividend Payout Ratio memiliki range sebesar 90,04;
nilai minimum sebesar 10,02; nilai maksimum sebesar 100,06; nilai mean 45,30; nilai standard deviation sebesar 23,58; dan nilai variance sebesar
556,05. Dapat disimpulkan bahwa data yang terdapat pada penelitian bersifat heterogen karena ditemukannya perbedaan antara nilai minimum
dan nilai maksimum dengan jumlah data 30 perusahaan.
4.3 Pengujian Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas