b. Evaluasi Ustadz
Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur kompetensi ustadz dan keberhasilan dalam membina santri sesuai dengan kriteria sebagai
ustadz sebagai mana tersebut di atas. c.
Evaluasi santri Evaluasi ini dilakukan untuk menguji kemampuan santri dalam
mengikuti pelajaran. Dilakukan ketika santri akan naik level, mengikuti lomba, atau mengikuti suatu kegiatan tertentu.
49
Jadi dengan adanya system evaluasi diatas pengelola dapat memperhitungkan perkembangan TPQ dan memberikan penilaian
terhadap para santri dalam proses pembelajaran.
E. Faktor-faktor yang Mendukung dan Menghambat Pegelolaan TPQ
Pendidikan iman dan taqwa serta akhlak mulia, merupakan jenis pendidikan keagamaan. Dilihat dari jalur pendidikannya, pendidikan
keagamaan terselenggara melalui pendidikan formal jalur sekolah dan pendidikan non formal jalur luar sekolah atau pendidikan pada masyarakat
yang disebut dengan pendidikan luar sekolah, termasuk pendidikan keluarga yang meliputi pendidikan usia dini, dewasa, dan usia lanjut yang
membutuhkan metode pengajaran dan pendidikan serta materi pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan masyarakat.
50
49
Ibid.
50
Departemen Agma Republik Indonesia,
Pendidikan Luar Sekolah,
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Jakarta, 2003, hlm. 1
Lembaga pendidikan formal dikenal dalam bentuk sekolah, dan perguruan tinggi di bawah pengawasan Departemen Pendidikan Nasional dan
departemen Agama. Sedangkan jalur pendidikan non formal untuk pendidikan agama Islam sangat beragam. Di antaranya pesantren, TPQ, remaja masjid,
dan majelis ta‟lim yang memiliki kurikulum tersendiri dalam memberikan pendidikan agama kepada masyarakat.
TPQ Taman Pendidikan Al Quran sebagai lembaga pendidikan informal antara lain untuk mendidik santri agar dapat membaca dan menulis
Al Quran di kalangan anak-anak merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal yang ada di Indonesia. Lembaga pendidikan ini dalam
pengelolaannya banyak faktor-faktor yang mandukung dan menghambat. Faktor pendukung di antaranya adalah :
1. Adanya titik temu antara berbagai kelompok umat Islam yang memandang
bahwa membaca Al Quran hukumnya wajib fa rdu „ain.
51
2. Negara Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim mempermudah
TPQ diterima di lingkungan masyarakat dan telah tersebar luas di tanah air.
3. Berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam di Indonesia secara
baik melalui jalur formal maupun non formal. 4.
Keaktifan generasi muda di Indonesia dalam berorganisasi dan mendukung kemajuan TPQ.
51
Mansur,
Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam
, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005
,
hlm. 145
5. Diresmikannya Yayasan Team Tadarus AMM menjadi Balai Penelitian
dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis Al Quran LPTQ Nasioal di Yogyakarta.
52
Adapun faktor yang biasanya menghambat dalam proses pengelolaan TPQ secara umum adalah:
1. Rendahnya kualitas sumber daya manusia di TPQ. Misalnya kemampuan
para ustadz yang rendah kualitasnya, akan tetapi tidak diimbangi dengan kemauan dan niat ikhlas untuk meningkatkan pengetahuan agama Islam.
2. Kurang adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan agama Islam.
Terbukti dengan banyaknya lembaga pendidikan formal yang materi pelajaran agama Islamnya terlalu sedikit dan lebih banyak materi-materi
pelajaran umum. 3.
Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan agama Islam. Hal ini menyebabkan masyarakat enggan mengikut sertakan putra-
putrinya ke dalam lembaga TPQ dan kurangnya dukungan terhadap lembaga pendidikan ini.
4. Meningkatnya angka kebodohan dalam pengetahuan agama Islam
terutama pada generasi muda. 5.
Pengaruh penjajahan Barat yang menyebabkan melemahnya ketahanan dan pertahanan mental umat Islam.
6. Serangan budaya asing yang bersifat negatif.
52
Budianto, dkk,
Op. Cit
, hlm. 1
Selain faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengelolaan TPQ di Indonesia banyak tantangan yang harus dihadapi. Di antaranya gejala
kemerosotan moral yang semakin mengkhawatirkan. Penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Semua gejala ini
telah manutup sikap tolong menolong, kasih sayang, kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Banyak terjadi perbuatan-perbuatan maksiat, adu domba, fitnah,
menjilat, dan mengambil hak orang lain sesuka hati. Kemerosotan moral ini telah banyak menimpa para generasi muda yang diharapkan dapat melanjutkan
dakwah Islamiyah. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tugas TPQ dalam
mendidik anak-anak sebagai generasi muda umat Islam di Indonesia bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Akan tetapi kewajiban menyampaikan risalah
Islam dan merubah kemungkaran bukan hanya menjadi tangung jawab TPQ saja. Melainkan semua umat Islam tanpa kecuali.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN