C. Peran GFAP pada cedera kepala
1. Prognostik Cedera Kepala
Pada kebanyakan penelitian yang ada, tingkat keparahan cedera dinilai dengan GCS, Injury Severity Score ISS, skor Marshall, efek massa dari lesi, tekanan
intrakranial TIK, tekanan perfusi otak cerebral perfussion pressure, CPP, dan mean arterial pressure
MAP. Hasil akhir dinyatakan dalam GOS dan survival. Nilai cut off
GFAP ditentukan berdasarkan penelitian sebelumnya atau menggunakan kurva ROC.
Pelinka et al. 2004, menunjukkan kadar GFAP berhubungan dengan tingkat keparahan cedera kepala dan hasil akhirpasien. Dalam penelitian yang melibatkan 101
penderita cedera kepala rata-rata GCS 6 penulis menemukan bahwa kadar GFAP akan meningkat pada keadaan klinis berupa : volume massa 25 cc p0,005; TIK
25 mmHg, CPP 60 mmHg, MAP 60 mmHg p0,0005. Kadar GFAP serum juga meningkat dengan signifikan pada penderita yang tidak bertahan hidup p0,005.
Pada penderita trauma multipel tanpa cedera kepala, kadar GFAP serum tetap normal. Nylen et al. 2006, menunjukkan hubungan antara peningkatan kadar GFAP
dengan hasil akhirpasien yang jelek pada 59 penderita cedera kepala. Kadar GFAP meningkat pada 98 penderita cedera kepala dengan nilai sampai sepuluh kali lebih
besar dibandingkan dengan normal. Kadar GFAP memuncak dalam satu hari sesudah cedera kepala dan kemudian kembali ke normal dalam satu sampai dua minggu.
Penderita dengan hasil akhir yang lebih buruk mengalami peningkatan GFAP yang signifikan dibandingkan dengan penderita dengan hasil akhiryang lebih baik. Terdapat
lima pasien dengan peningkatan kadar GFAP sampai seratus kali lebih besar yang seluruhnya meninggal.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Penelitian GFAP Penelitian
Desain penelitian
Subjek penelitian
Kelompok kontrol
Nilai deteksi
minimal Nilai
normal Nilai cut off
GFAP Sumber nilai cut
off
Studi GFAP sebagai marker diagnosis
Honda et al., 2010
Retrospektif: studi
longitudinal 18 pasien
dengan cedera kepala
16 pasien tanpa
cedera kepala
0,1 -
- -
Studi GFAP sebagai marker prognosis
Lumpkins et al.,
2008 Prospektif:
Studi observasional
39 pasien cedera berat
yang terdiagnosa
cedera kepala secara
radiologis 12 pasien
cedera berat tanpa
cedera kepala
- -
0,001 Kurva ROC
menggunakan CT scan sebagai
gold standard diagnosis cedera
kepala
Vos et al., 2010
Prospektif, observasional
79 penderita cedera kepala
57 CKB, 22 CKS
- -
0,04 1,5
Berdasarkan penelitian
sebelumnya
Wiesmann et al.,
2010 Prospektif,
longitudinal 60 penderita
cedera kepala 14 orang
dengan cedera multipel
- 0,01
0,006 ± 0,01
- Kadar orang
sehat didapat dari 70 orang
sehat
Nylen et al., 2006
Prospektif, longitudinal
59 penderita CKB
- 0,0625
0,15 6,96 untuk
hasil akhir yang buruk,
15,04 untuk mortalitas
Berdasarkan rentang pada
GFAP penderita yang meninggal
dan penderita dengan hasil
akhir yang jelek
Pelinka et al., 2004
Prospektif, longitudinal
101 penderita cedera kepala
dengan atau tanpa cedera
multipel 13
penderita trauma
multipel tanpa
cedera kepala
0,03 0,3
0,3 Data pabrik
Vos et al., 2004
Prospektif, longitudinal
85 penderita CKB
- -
0,49 1,5
Lumpkins et al. 2008, melaporkan bahwa GFAP merupakan suatu prediktor mortalitas yang kuat pada kasus trauma kepala. Dalam penelitiannya, mereka
melakukan pengukuran kadar GFAP pada 39 orang penderita cedera kepala GCS 6 ±
Universitas Sumatera Utara
3 dan dua belas orang penderita trauma tanpa cedera kepala saat masuk ke IGD dan dua hari setelah kecelakaan. Peningkatan kadar GFAP pada hari kedua merupakan
prediktor mortalitas yang signifikan, dengan odds ratio 1,45. Dengan menggunakan nilai cut off
sebesar 0,001 μgL, spesifisitas mencapai 100 dan sensitifitas sebesar 50-60 .
Pelinka et al. 2004, membandingkan GFAP dan S100B serum sebagai prediktor mortalitas pada 92 orang penderita cedera kepala berat. Kadar kedua
biomarker ini meningkat pada penderita yang tidak bertahan hidup, namun terdapat perbedaan pola peningkatan. Kadar GFAP serum penderita dengan GOS 4-5 lebih
rendah dibandingkan dengan penderita GOS 2-3 p0,05, sementara kadar S100B kedua kelompok tersebut sama. Kedua biomarker tersebut ditemukan lebih rendah
pada pasien dengan GOS 4-5 dibandingkan dengan pasien GOS 1 p0,0005. Perbedaan pola peningkatan kedua biomarker tersebut juga terlihat sehubungan
dengan klasifikasi CT scan menurut Marshall. Kadar GFAP penderita dengan diffuse injury grade II
lebih rendah dibandingkan diffusse injury grade IV p0,0005, sementara kadar S100B penderita dengan diffuse injury grade III lebih rendah
dibandingkan penderita diffuse injury grade IV p0,005. Korelasi antara GFAP dan S100B ditemukan lebih kuat saat 37-108 jam setelah trauma kepala r=0,75
dibandingkan 12-36 jam setelah trauma r=0,58 dan 12 jam r=0,42. Muncul hipotesis bahwa peningkatan GFAP dan S100B menggambarkan kejadian patologis
yang berbeda. Vos et al. 2004, mengukur kadar GFAP, S100B, dan NSE pada 85 orang
penderita cedera kepala berat dalam 36 jam pertama. Kadar ketiga biomarker tersebut meningkat pada penderita cedera kepala dibandingkan kontrol orang normal.
Peningkatan ketiga kadar biomarker tersebut juga ditemukan pada penderita cedera
Universitas Sumatera Utara
kepala dengan hasil akhir buruk GOS 1-3 dibandingkan penderita dengan hasil akhir yang baik GOS 4-5 saat enam bulan setelah trauma. Dengan menggunakan nilai cut
off sebesar 1,5 μgL, sensitifitas dan spesifisitas GFAP untuk memprediksi mortalitas
mencapai 85 dan 52 dengan possitive predictive value PPV sebesar 46 dan negative predictive value
NPV sebesar 88 . Untuk memprediksi hasil akhir yang buruk, sensitifitas dan spesifisitas GFAP ditemukan sebesar 80 dan 59 dengan
PPV sebesar 65 dan NPV sebesar 77. Pada analisis multivariat, GFAP merupakan prediktor yang paling kuat dalam memprediksi hasil akhir.
Vos et al. 2010, mengukur kadar GFAP dan S100B pada 79 orang penderita cedera kepala, 22 orang dengan cedera kepala sedang GCS 9-12 dan 57 orang
penderita cedera kepala berat GCS 3-8. Kadar kedua biomarker pada penderita yang meninggal lebih tinggi dibandingkan penderita yang bertahan hidup p0,001 dengan
peningkatan GFAP sebesar 33,4 kali lipat dan S100B sebesar 2,1 kali lipat. Analisis multivariat menunjukkan bahwa prediktor kematian yang baik adalah GFAP, S100B,
volume perdarahan, dan refleks pupil. Weismann et al. 2010, melakukan pengukuran kadar GFAP dan S100B pada
60 orang penderita cedera kepala sepuluh orang penderita cedera kepala ringan, 12 orang penderita cedera kepala sedang, dan 38 orang penderita cedera kepala berat
dalam 24 jam setelah trauma. GFAP memiliki korelasi yang terkuat dengan GOS jika diukur dalam enam jam setelah trauma r=0,43; p0,01. Namun, kadar GFAP
menurun dengan cepat. Jika pengambilan sampel dilakukan antara tujuh sampai 24 jam setelah trauma, korelasi dengan GOS akan semakin lemah r=0,29; p=0,20.
Sebagai kesimpulan, seluruh penelitian yang ada menggambarkan GFAP potensial memiliki kegunaan klinis dalam menggambarkan keparahan cedera kepala
Universitas Sumatera Utara
dan hasil akhir pasien, termasuk memprediksi mortalitas meskipun penelitian yang ada terbatas dengan jumlah sampel yang sedikit
2. GFAP Sebagai Alat Diagnostik Cedera Kepala
Seluruh penelitian di atas dilakukan pada penderita yang sudah didiagnosis dengan cedera kepala. Karena itu menentukan peran GFAP dalam mendiagnosis
cedera kepala sulit dilakukan. Honda et al. 2010, melakukan pengujian terhadap GFAP, S100B dan NSE dalam peranannya sebagai alat diagnosis pada suatu
penelitian retrospektif dalam skala kecil. Dalam penelitiannya, cedera kepala ditegakkan berdasarkan CT scan. Terdapat 34 orang penderita trauma, delepan belas
orang didiagnosis dengan cedera kepala dan enam belas orang tanpa cedera kepala. Serum dikumpulkan saat pasien masuk, pada hari kedua serta hari ketiga. Kadar
ketiga biomarker tersebut meningkat pada penderita cedera kepala saat pengambilan pada hari kedua p0,001 untuk GFAP, p0,015 untuk S100B, p0,025 untuk NSE.
Pada hari ketiga, peningkatan signifikan hanya ditemukan pada GFAP dan NSE p0,001 dan p0,01, tetapi pada hari pertama, hanya GFAP yang mengalami
peningkatan signifikan p0,001. Pada hari pertama, sensitifitas ketiga biomarker mencapai 100, tetapi spesifisitas ketiganya berbeda. Spesifisitas GFAP mencapai
88,9, S100B 27,8, dan spesifisitas NSE sebesar 22,2. Meskipun demikian penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan sampel sedikit, sehingga perlu
dilakukan penelitian dalam skala yang lebih besar.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Teori