Jumlah Partisipan Yang Terlibat dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Kapasitas jumlah partisipan siswa didalam tiap ruang kelas yang dinilai lebih efektif bila jumlah partisipan lebih sedikit sesuai dengan harapan guru dan siswa.
Dengan jumlah siswa yang lebih sedikit akan memudahkan guru mengawasi siswanya pada saat proses komunikasi dalam kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Jumlah partisipan siswa yang lebih sedikit juga membatu para siswa untuk dapat lebih berkonsentrasi pada setiap bahan materi yang disampaikan, karena jumlah
partisipan yang lebih sedikit dapat mengurangi noise yang terjadi didalam kelas. Misalnya, kebisingan atau kegaduhan yang terjadi didalam kelas yang diakibatkan
oleh partisipan siswa yang melebihi kapasistas dapat mengakibatkan pesan yang disampaikan tidak efektif, sehingga terjadinya perbedaan makna antara pesan yang
disampaikan oleh guru dengan pengertian siswa terhadap suatu pesan. Banyaknya Jumlah partisipan siswa didalam kelas pada kegiatan belajar
mengajar di SMAN 1 Soreang dapat dilihat pada gambar dibawah ini, dimana jumlah siswa disesuaikan dengan kapasitas kelas.
Gambar 4.3.3 Jumlah Partisipan Siswa didalam Kelas Pada Kegiatan Belajar Mengajar
Sumber : Arsip peneliti, 2011 Karena tujuan utama dari proses komunikasi yang berlangsung didalam kelas
adalah adanya persamaan makna sehingga komunikasi yang berlangsung dapat dikatakan komunikasi yang efektif.
Jumlah partisipan siswa yang cukup banyak sesuai dengan kapasitas ruang kelas dapat menyemagati guru dalam menyampaikan pesan, karena respon positif
yang diberikan oleh siswa dapat mempengaruhi suasana didalam kelas sehingga tidak
saja memotivasi guru agar semagat menyampaikan materi pelajaran namun juga dapat memotivasi siswa.
Sesuai dengan teori dalam komunikasi kelompok menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner dalam bukunya Human Communication, A Revisian of
Approaching SpeechCommunication, yang dikutip oleh Sendjaja 2002 batasan komunikasi kelompok salah satunya adalah
”Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar antara tiga sampai 20 orang agar memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi dimana setiap
anggota kelompok mampu meliha t dan mendengar anggota lainnya”
Sendjaja, 2002 : 3.4 M
aka pada proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar, siswa- siswi dituntut untuk dapat saling bertatap muka sehingga dapat saling
berinteraksi dengan guru maupun siswa – siswi lainnya sehingga jumlah partisipan
harus dibatasi agar setiap siswa dapat saling berinteraksi. Bila siswa yang ikut serta dalam kegiatan belajar mengajar membludak lebih dari biasanya, hanya akan
menimbulkan kebisingan atau kegaduhan noise karena masing-masing dari siswa sulit melakukan tatap muka maupun berkomunikasi secara langsung.
Jika dalam kapasitas jumlah partisipan sesuai dengan yang disarankan maka dalam memberikan sebuah pertanyaan maupun interupsi siswa dapat mengangkat
tanganya dan berdiri ditempat siswa tersebut duduk, sehingga bukan hanya guru dan siswa yang dapat melihatnya, namun siswa tersebut juga dapat secara langsung
melihat siswa
–siswi lainnya yang sebelumnya berada dibelakang atau membelakanginya. Sehingga setiap siswa akan tertuju pada satu focus. Sedangkan
bila jumlah partisipan didalam kelas melampaui batas, maka ketika ada siswa yang akan memberikan pertanyaan atau pun interupsi suasana didalam kelas akan membuat
pesan yang disampaikan oleh siswa maupun guru tidak akan efektif karena noise yang menganggu mengakibatkan pesan tidak secara efektif diterima oleh siswa dan
proses komunikasi pun gagal. Untuk mengatasi jumlah siswa didalam kelas agar tidak terjadinya kegaduhan,
maka guru harus mengatur sebuah strategi agar keadaan kelas kondusif. Ketika melihat kondisi kelas yang tidak memungkinkan untuk belajar, maka guru harus
memiliki strategi dalam menguasai kelas dengan baik, meskipun jumlah murid mencapai 45kelas guru seharusnya dapat mengetahui karakteristik kelas beserta
siswa-siswa didalam kelas. Dengan guru mengetahui sifat dan karakter siswa maka guru dapat menggunakan langkah yang tepat dalam menghadapi setiap siswa.
Melalui metode yang tepat dalam pembelajaran, merupakan bagian dalam strategi yang dapat digunakan oleh guru. Metode pelajaran yang menarik dapat
membantu siswa untuk dapat lebih memahami dan tertarik didalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung, Contohnya membentuk kelompok kecil untuk
berdiskusi, games kelompok yang memacu daya pikir siswanya sehingga dapat berimajinasi. Dengan memberikan sedikit games yang bertujuan untuk melatih dan
meruncingkan otak, siswa akan dapat berpikir lebih segar, dan terhindar dari rutinitas yang selalu menjenuhkan dalam lingkungan sekolah.
Penggunaan media yang menarik juga dapat membantu siswa untuk dapat berkonsentrasi dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan media yang menarik maka
siswa akan tertarik pada media dan penjelasannya sehingga dia akan tetap focus pada materi pelajaran. Jika siswa memperhatikan materi dengan baik maka ia akan
terhindar dari mengobrol atau pandangan ke teman lain dan diharapkan kompetensi belajar dapat tercapai dengan baik juga.
Pendekatan kelompok suatu waktu yang dilakukan oleh guru pada siswa-siswi untuk membina dan mengembangkan sikap sosial siswa juga dibutuhkan. banyaknya
siswa memungkinkan terbentuknya kelompok-kelompok kecil di kelas yang mampu merusak interaksi. Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditimbulkan dan
dikembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina untuk mengendalikan rasa egoisme dalam diri mereka masing-masing, sehingga
terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Siswa yang dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan
kelebihan. Setiap strategi yang dibuat oleh guru tentunya akan ada feedback dari siswa.
Feedback itu digolongkan menjadi 2 macam yaitu siswa – siswi berubah menjadi
pribadi yang penurut tapi bila strategi tersebut tidak berhasil maka masih saja akan
ada siswa yang belum berubah sehingga menganggu siswa – siswi lainnya. Dalam
kasus ini guru harus bertindak tegas agar dapat membuat kelas tetap kondusif dan tertib.