18
d. Produksi cabe 8 ton Ha, produksi manggis 9 ton Ha seharusnya 12 ton Ha, karena terbatasnya SDM petugas dan petani dalam menguasai
teknologi. e. Belum berkembangnya teknologi pascapanen yang baik tentang
penanganan komoditi hortikultura mengakibatkan mutu buah yang dihasilkan berkualitas rendah.
3. Sub Sektor Peternakan
a. Populasi Pesisir Selatan didominasi oleh sapi lokal yang berbadan kerdil. b. Usaha ternak masyarakat masih berskala kecil, umumnya memelihara
ternak sebagai usaha tambahan. c. Pemeliharaan ternak masih menggunakan sistem tradisional, umumnya
ternak dilepas tanpa memperdulikan kesehatan dan pakan ternak. d. Inseminator dan Pos IB masih terbatas, sehingga perbaikan mutu genetik
ternak berjalan lamban. e. Masyarakat belum terbiasa mengadakan transaksi pemasaran ternak di
pasar ternak, sehingga harga ternak tergantung kepada selera pedagang. f.
Belum adanya pabrik pakan ternak untuk melayani kebutuhan pakan ternak.
g. Kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai pembangunan subsektor peternakan masih rendah.
4. Sub Sektor Perkebunan
a. Rendahnya produktifitas perkebunan rakyat, karena bibit yang dipergunakan sebagian besar berasal dari bibit asalan, kurangnya
pemeliharaan tanaman, serta tanaman yang diusahakan pada umumnya tidak produktif lagi.
b. Masih beredarnya bibit asalan terutama kelapa sawit dan karet, karena kurangnya pengawasan oleh instansi berwenang dan kurangnya
pengetahuan petani tentang bibit yang baik. c. Masih adanya kematian tanaman perkebunan terutama karet dan pala,
karena serangan jamur akar putih karet dan serangan kumbang penggerek batang pala, kurangnya pengetahuan petani tentang
19
pengendalian hama dan penyakit tanaman, serta tidak terlaksananya sanitasi lahan yang menjadi sumber hama dan penyakit tanaman.
d. Adanya gangguan ternak lepas terhadap tanaman yang berumur muda, karena kebiasaan masyarakat melepaskan ternak, tidak tersedianya
padang penggembalaan untuk ternak, tidak ditaatinya peraturan daerah tentang pengendalian ternak lepas dan sebagian besar belum adanya
peraturan nagari tentang pengaturan ternak lepas. e. Rendahnya kualitas hasil tanaman perkebunan terutama untuk tanaman
gambir, kakao dan karet, karena pengetahuan tentang teknologi dan keterampilan petani perkebunan masih rendah, tidak adanya kepastian
harga oleh pedagang, peralatan dan pengolahan yang digunakan oleh petani masih tradisional.
f. Permodalan untuk mendukung usaha perkebunan masih sulit diperoleh
petani perkebunan, karena kemampuan petani untuk mengakses lembaga keuangan masih kurang, sulitnya menyediakan agunan oleh
pekebun untuk memenuhi persyaratan kredit. g. Belum optimalnya pengelolaan aset perkebunan yang ada, karena aset
masih merupakan kewenangan pemerintah pusat, tidak tersedianya anggaran dari Pemerintah Pusat untuk pengelolaan aset perkebunan.
h. Jumlah petugas teknis di Kabupaten dan lapangan masih kurang, karena adanya petugas teknis yang meminta pindah ke instansi lain, banyak
petugas teknis perkebunan yang telah pensiun, tidak adanya pengangkatan PNS teknis perkebunan 5 tahun terakhir.
B. PELUANG 1. Sub Sektor Tanaman Pangan
a. Pengembangan agrowisata dan agroindustri. b. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan untuk meningkatkan IP.
c. Meningkatkan poduktivitas, produksi, nilai tambah dan mutu hasil. d. Meningkatkan kemampuan SDM pertanian dan agribisnis.
e. Masih banyaknya lahan tidur terlantar yang belum digarap secara optimal.
20
2. Sub Sektor Hortikultura
a. Pengembangan agrowisata dan agroindustri. b. Produksi dan produktivitas usaha tani hortikultura masih rendah.
c. Meningkatkan poduktivitas, produksi, nilai tambah dan mutu hasil. d. Meningkatkan kemampuan SDM pertanian dan agribisnis.
e. Masih banyak lahan tegalan kebun dan pekarangan yang belum dimanfaatkan untuk tanaman hortikultura.
3. Sub Sektor Peternakan
a. Kerjasama regional segitiga pertumbuhan IMS – GT dan IMT – GT yang melibatkan Sumatera Barat sangat berpeluang kerjasama MOU di sub
sektor peternakan baik dalam bentuk investasi maupun pemasaran produksi peternakan.
b. Pertambahan penduduk yang semakin besar akan mendorong peningkatan kebutuhan pangan, khususnya hewani.
c. Semakin tingginya sumberdaya manusia masyarakat melalui jalur pendidikan formal khususnya ilmu peternakan akan membuka peluang
untuk mengembangkan subsektor peternakan.
4. Sub Sektor Perkebunan
a. Potensi lahan untuk perkebunan rakyat 108.006 Ha masih bisa dikembangkan dengan komoditi perkebunan yang disesuaikan dengan
jenis lahan. b. Di Sumatera Barat, Kabupaten Pesisir Selatan merupakan sentra
penghasil komoditi Gambir selain Kabupaten 50 Kota dengan luas pertanaman lebih kurang 7.000 Ha dengan potensi seluas lebih kurang
10.000 Ha. c. Kebun Entress karet yang mampu menghasilkan karet unggul dengan
varietas PB 260 sebanyak 10.000 batang.