Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif Untuk Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi Semai Enterolobium Cyclocarpum Griseb dan Altingia Excelsa Noronhae
PENGARUH ASAM HUMAT DAN KOMPOS AKTIF UNTUK
MEMPERBAIKI SIFAT TAILING DENGAN INDIKATOR
PERTUMBUHAN TINGGI SEMAI
Enterolobium cyclocarpum
Griseb dan
Altingia excelsa
Noronhae
ATU BADARIAH FAUZIAH
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(2)
PENGARUH ASAM HUMAT DAN KOMPOS AKTIF UNTUK
MEMPERBAIKI SIFAT TAILING DENGAN INDIKATOR
PERTUMBUHAN TINGGI SEMAI
Enterolobium cyclocarpum
Griseb dan
Altingia excelsa
Noronhae
ATU BADARIAH FAUZIAH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(3)
ABSTRAK
ATU BADARIAH FAUZIAH. E44051480. Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif Untuk Memperbaiki Sifat Tailing Dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi Semai Enterolobium cyclocarpumGriseb danAltingia excelsaNoronhae. Dibimbing oleh Dr. Ir. Basuki Wasis, MS dan Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc
PT. Antam Tbk UBPE Pongkor merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan. Penambangan emas tersebut meninggalkan limbah berupa
tanah bekas penambangan (rock-dump) dan tanah bekas pengolahan (tailing).
Tailing merupakan salah satu bentuk limbah yang diproduksi dalam jumlah banyak pada kegiatan pertambangan emas, yaitu sekitar 2500 ton per hari
Beberapa karakter yang biasa terdapat pada tailing diantaranya yaitu mengandung logam seperti Pb, Zn, dan Fe dengan konsentrasi yang sangat tinggi, yaitu sebesar 1535.40 ppm, rendahnya kandungan hara esensial, KTK (kapasitas tukar kation) rendah, kandungan bahan organik dan aktivitas mikroorganisme juga
rendah. Tailing juga berpotensi menurunkan tingkat kesuburan tanah dan
menyebabkan keracunan bagi tanaman sehingga sulit bagi tanaman untuk tumbuh. Revegetasi menjadi kegiatan yang mutlak dilakukan pada lahan bekas penambangan. Namun seringkali upaya revegetasi menghadapi kendala yang cukup berat. Aplikasi kompos aktif dan asam humat pada tailing diharapkan dapat meningkatkan kualitas tailing sebagai media tanam dalam rangka meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh asam humat dan kompos aktif dalam memperbaiki sifat kimia tailing sebagai media tanam, mengetahui apakah pemberian asam humat dan kompos aktif dapat menurunkan Kandungan Pb, Zn, dan Fe, serta mengetahui pengaruh penambahan asam humat dan kompos aktif dalam memperbaiki sifat kimia tailing dengan indikator
pertumbuhan tinggi semaiEnterolobium cyclocarpumGriseb danAltingia excelsa
Noronhae
Penelitian ini dilaksanakan di Tailing dam PT. Antam Tbk UBPE Pongkor pada bulan Desember 2008-Maret 2009. Pada penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap 3 faktorial, yaitu media, asam humat, dan dosis pupuk NPK.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penambahan asam humat dan
kompos aktif mampu memperbaiki sifat kimia tailing sehingga dapat
meningkatkan kandungan hara bagi tanaman. Pemberian kompos aktif yang ditambahkan dengan asam humat tanpa pemberian pupuk merupakan kombinasi perlakuan yang paling berpengaruh terhadap petambahan tinggi sengon buto. Perlakuan media, asam humat dan dosis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan rasamala. Akan tetapi interaksi dari ketiga perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi rasamala.
Kata Kunci : Tailing, Asam humat, Kompos aktif, Enterolobium cyclocarpum,
(4)
ABSTRACT
ATU BADARIAH FAUZIAH. E44051480. The Use of Humic Acid and Active Compos To Repair The Tailing Characteristic With High Growth Indicator
Enterolobium cyclocarpum Griseb. and Altingia excelsa Noronhae. Under Supervision Dr. Ir. Basuki Wasis, MS and Dr. Ir. Yadi Setiadi, MSc
One of cause that doing by people that can make degradation forest is mining operation, is about damaged vegetation and degradation of soil physical, chemistry and biology characteristic. PT Antam Tbk UBPE Pongkor is mining operation company. The gold mining had to leave sink like soil after mining (rock-dump) and tailing produce. Tailing is one of sink produce in some of in gold mining operation, that is about 2.500 ton/day.
Some characteristic is there on tailing is about contain the metal like Pb, Zn and Fe with high concentrate, low of essencial hara contain, low KTK, low of organic material contain, and low of microorganism activity. Tailing can decrease soil fertility and can be toxic by the plant, so the plant can not growth. So it needed to repair / rehabilitation that disturbance land by mining operation. The application of humic acid and compos active in tailing is hoped can increase tailing quality as plant media in plant growth increasing.
The purpose of this research is to know influence of humic acid and compos active treatment in rehabilitation chemical characters of tailing on tailing media. To know what the humic acid and compos active treatment can decrease Pb, Zn, and Fe concentrate. And to get effect of add of humic acid and compos
active to rehabilitation chemical characters on tailing seeding Enterolobium
cyclocarpumGriseb dan Altingia excelsaNoronhae with growing indicator
This research has done in Tailing dam PT Antam Tbk UBPE Pongkor on December 2008 – March 2009. This research by using complete randomised experimental design which consist 3 factorial, where that is media, humic acid, and NPK manure dosis.
The result this research show that add of humic acid and compos active can repair tailing chemistry characteristic, so can increase hara contain for the plant. Add of humic acid and compos active without NPK manure is the best treatment combination that very influence for sengon buto growth. Media, humic acid and NPK manure dosis treatment is not significant influence for rasamala growth. But the interaction from the third treatment give the significant influence for rasamala growth.
Key words : Tailing, humic acid, compos active, Enterolobium cyclocarpum,
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif untuk Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator
Pertumbuhan Tinggi Semai Enterolobium Cyclocarpum Griseb dan
Altingia Excelsa Noronha adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2009
Atu Badariah Fauziah NRP E44051480
(6)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif untuk
Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator
Pertumbuhan Tinggi Semai Enterolobium cyclocarpum
Griseb danAltingia excelsaNoronhae
Nama : Atu Badariah Fauziah
NRP : E44051480
Menyetujui:
Ketua, Anggota,
Dr. Ir. Basuki Wasis, MS Dr. Ir. Yadi Setiadi, MSc
NIP. 19651002 199103 1 003 NIP. 19551205 198003 1 004
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 19611126 198601 1 001
(7)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tercurah bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat, Hidayah, dan Ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Dalam skripsi ini penulis membahas tentang Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif untuk Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi Semai
Enterolobium cyclocarpumGriseb danAltingia excelsaNoronhae
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua dan adik tercinta yang tiada hentinya selalu mendoakan. Serta keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat, do’a, dan motivasi
2. Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas bimbingan, perhatian, dan segala bantuan yang telah Bapak berikan.
3. Dr. Ir. Yadi Setiadi, Msc selaku Dosen Pembimbing atas arahan, masukan, bimbingan dan semangat yang diberikan kepada penulis.
4. Bapak Abimanyu D.Nusantara, yang senantiasa memberikan masukan dan informasi selama berlangsungnya penelitian hingga penulisan skripsi
5. Bapak Irwan Supaito selaku Asisten Manager Lingkungan PT Antam Tbk UBPE Pongkor. Terima kasih atas segala bantuan dan kesempatan yang telah diberikan.
6. Bapak Yadi dan rekan-rekan PT Antam Tbk UBPE Pongkor Terima kasih atas segala bantuannya selama penelitian berlangsung
7. Priyo Suprayogi, terima kasih atas support dan sebagai pemberi semangat, masukan, saran, kritik serta hiburan selama penulis menyelesaikan skripsi ini 8. Kumala Club (Hilda, Yuli, Tatik, Muzi, Retha, dan Fidry) yang telah
(8)
9. Rekan-rekan mahasiswa Silvikultur angkatan 42, yang memberikan bantuan dalam proses penelitian.
10. Mas Genta Hariangbanga, S.T. dan mas Hendrik Terima kasih atas bantuan dan ilmu yang telah diberikan
11. Serta semua pihak yang telah membantu, baik langsung maupun tidak langsung. Terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segala masukan sangat diharapkan guna menghasilkan karya yang lebih baik di masa yang akan datang.
Bogor, Juni 2009
(9)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 8 September 1987. sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan A. Fauzi dan Sunengsih. Adapun riwayat pendidikan penulis mengikuti sekolah dasar di SDN. Dr. Semeru 4 Bogor dari tahun 1993 sampai 1999, sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 6 Bogor dari tahun 1999 sampai 2002, sekolah menengah umum di SMU Negeri 5 Bogor dari tahun 2002 sampai 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan ke perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) Selama duduk dibangku kuliah, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu himpunan profesi
(himpro) Tree Grower Community (TGC) sebagai Ketua Divisi Informasi dan
Komunikasi pada tahun kepengurusan (2006-2007), dan sebagai Anggota Divisi Project pada tahun kepengurusan (2007-2008). Semasa perkuliahan, penulis juga dipercaya untuk menjadi asisten praktikum mata ajaran Dendrologi dan Pengaruh hutan semester ganjil tahun ajaran 2008/2009.
Penulis telah menyelesaikan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) yang bertempat di KPH Banyumas Barat, KPH Banyumas Timur, Penulis juga telah menyelesaikan Praktek Pembinaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Dan telah menyelesaikan Praktek Kerja Profesi di PT. Antam Tbk UBPE Pongkor, Bogor selama 2 bulan.
Untuk menyelesaikan studi pada program pendidikan Sarjana Kehutanan di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian tentang Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif untuk Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi Semai
Enterolobium cyclocarpum Griseb dan Altingia excelsa Noronhae dibawah bimbingan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS dan Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Manfaat ... 2
1.4 Hipotesis... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tailing... 3
2.2 Kendala Revegetasi Lahan Tambang... 3
2.3 Bio-organik... 3
2.3.1 Asam humat ... 4
2.3.2 Kompos aktif... 5
2.4 Karakteristik Sengon Buto dan Rasamala . 2.4.1 Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpumGriseb).... 5
2.4.2 Rasamala (Altingia excelsaNoronha) ... 6
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 7
3.2 Alat dan Bahan Penelitian... 7
3.3 Prosedur Kerja... 7
3.3.1 Tahapan sebelum penanaman ... 7
3.3.2 Tahapan penyiapan media tanam ... 9
3.3.3 Tahapan penanaman... 10
3.3.4 Tahapan pemeliharaan dan pengamatan tanaman.... 10
3.4 Pengumpulan Data dan Parameter Sifat Kimia Tanah yang dianalisis... 11
(11)
PENGARUH ASAM HUMAT DAN KOMPOS AKTIF UNTUK
MEMPERBAIKI SIFAT TAILING DENGAN INDIKATOR
PERTUMBUHAN TINGGI SEMAI
Enterolobium cyclocarpum
Griseb dan
Altingia excelsa
Noronhae
ATU BADARIAH FAUZIAH
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(12)
PENGARUH ASAM HUMAT DAN KOMPOS AKTIF UNTUK
MEMPERBAIKI SIFAT TAILING DENGAN INDIKATOR
PERTUMBUHAN TINGGI SEMAI
Enterolobium cyclocarpum
Griseb dan
Altingia excelsa
Noronhae
ATU BADARIAH FAUZIAH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(13)
ABSTRAK
ATU BADARIAH FAUZIAH. E44051480. Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif Untuk Memperbaiki Sifat Tailing Dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi Semai Enterolobium cyclocarpumGriseb danAltingia excelsaNoronhae. Dibimbing oleh Dr. Ir. Basuki Wasis, MS dan Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc
PT. Antam Tbk UBPE Pongkor merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan. Penambangan emas tersebut meninggalkan limbah berupa
tanah bekas penambangan (rock-dump) dan tanah bekas pengolahan (tailing).
Tailing merupakan salah satu bentuk limbah yang diproduksi dalam jumlah banyak pada kegiatan pertambangan emas, yaitu sekitar 2500 ton per hari
Beberapa karakter yang biasa terdapat pada tailing diantaranya yaitu mengandung logam seperti Pb, Zn, dan Fe dengan konsentrasi yang sangat tinggi, yaitu sebesar 1535.40 ppm, rendahnya kandungan hara esensial, KTK (kapasitas tukar kation) rendah, kandungan bahan organik dan aktivitas mikroorganisme juga
rendah. Tailing juga berpotensi menurunkan tingkat kesuburan tanah dan
menyebabkan keracunan bagi tanaman sehingga sulit bagi tanaman untuk tumbuh. Revegetasi menjadi kegiatan yang mutlak dilakukan pada lahan bekas penambangan. Namun seringkali upaya revegetasi menghadapi kendala yang cukup berat. Aplikasi kompos aktif dan asam humat pada tailing diharapkan dapat meningkatkan kualitas tailing sebagai media tanam dalam rangka meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh asam humat dan kompos aktif dalam memperbaiki sifat kimia tailing sebagai media tanam, mengetahui apakah pemberian asam humat dan kompos aktif dapat menurunkan Kandungan Pb, Zn, dan Fe, serta mengetahui pengaruh penambahan asam humat dan kompos aktif dalam memperbaiki sifat kimia tailing dengan indikator
pertumbuhan tinggi semaiEnterolobium cyclocarpumGriseb danAltingia excelsa
Noronhae
Penelitian ini dilaksanakan di Tailing dam PT. Antam Tbk UBPE Pongkor pada bulan Desember 2008-Maret 2009. Pada penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap 3 faktorial, yaitu media, asam humat, dan dosis pupuk NPK.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penambahan asam humat dan
kompos aktif mampu memperbaiki sifat kimia tailing sehingga dapat
meningkatkan kandungan hara bagi tanaman. Pemberian kompos aktif yang ditambahkan dengan asam humat tanpa pemberian pupuk merupakan kombinasi perlakuan yang paling berpengaruh terhadap petambahan tinggi sengon buto. Perlakuan media, asam humat dan dosis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan rasamala. Akan tetapi interaksi dari ketiga perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi rasamala.
Kata Kunci : Tailing, Asam humat, Kompos aktif, Enterolobium cyclocarpum,
(14)
ABSTRACT
ATU BADARIAH FAUZIAH. E44051480. The Use of Humic Acid and Active Compos To Repair The Tailing Characteristic With High Growth Indicator
Enterolobium cyclocarpum Griseb. and Altingia excelsa Noronhae. Under Supervision Dr. Ir. Basuki Wasis, MS and Dr. Ir. Yadi Setiadi, MSc
One of cause that doing by people that can make degradation forest is mining operation, is about damaged vegetation and degradation of soil physical, chemistry and biology characteristic. PT Antam Tbk UBPE Pongkor is mining operation company. The gold mining had to leave sink like soil after mining (rock-dump) and tailing produce. Tailing is one of sink produce in some of in gold mining operation, that is about 2.500 ton/day.
Some characteristic is there on tailing is about contain the metal like Pb, Zn and Fe with high concentrate, low of essencial hara contain, low KTK, low of organic material contain, and low of microorganism activity. Tailing can decrease soil fertility and can be toxic by the plant, so the plant can not growth. So it needed to repair / rehabilitation that disturbance land by mining operation. The application of humic acid and compos active in tailing is hoped can increase tailing quality as plant media in plant growth increasing.
The purpose of this research is to know influence of humic acid and compos active treatment in rehabilitation chemical characters of tailing on tailing media. To know what the humic acid and compos active treatment can decrease Pb, Zn, and Fe concentrate. And to get effect of add of humic acid and compos
active to rehabilitation chemical characters on tailing seeding Enterolobium
cyclocarpumGriseb dan Altingia excelsaNoronhae with growing indicator
This research has done in Tailing dam PT Antam Tbk UBPE Pongkor on December 2008 – March 2009. This research by using complete randomised experimental design which consist 3 factorial, where that is media, humic acid, and NPK manure dosis.
The result this research show that add of humic acid and compos active can repair tailing chemistry characteristic, so can increase hara contain for the plant. Add of humic acid and compos active without NPK manure is the best treatment combination that very influence for sengon buto growth. Media, humic acid and NPK manure dosis treatment is not significant influence for rasamala growth. But the interaction from the third treatment give the significant influence for rasamala growth.
Key words : Tailing, humic acid, compos active, Enterolobium cyclocarpum,
(15)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif untuk Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator
Pertumbuhan Tinggi Semai Enterolobium Cyclocarpum Griseb dan
Altingia Excelsa Noronha adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2009
Atu Badariah Fauziah NRP E44051480
(16)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif untuk
Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator
Pertumbuhan Tinggi Semai Enterolobium cyclocarpum
Griseb danAltingia excelsaNoronhae
Nama : Atu Badariah Fauziah
NRP : E44051480
Menyetujui:
Ketua, Anggota,
Dr. Ir. Basuki Wasis, MS Dr. Ir. Yadi Setiadi, MSc
NIP. 19651002 199103 1 003 NIP. 19551205 198003 1 004
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 19611126 198601 1 001
(17)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur tercurah bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat, Hidayah, dan Ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Dalam skripsi ini penulis membahas tentang Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif untuk Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi Semai
Enterolobium cyclocarpumGriseb danAltingia excelsaNoronhae
Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan, bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua dan adik tercinta yang tiada hentinya selalu mendoakan. Serta keluarga yang selalu memberikan dukungan, semangat, do’a, dan motivasi
2. Dr. Ir. Basuki Wasis, MS selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih atas bimbingan, perhatian, dan segala bantuan yang telah Bapak berikan.
3. Dr. Ir. Yadi Setiadi, Msc selaku Dosen Pembimbing atas arahan, masukan, bimbingan dan semangat yang diberikan kepada penulis.
4. Bapak Abimanyu D.Nusantara, yang senantiasa memberikan masukan dan informasi selama berlangsungnya penelitian hingga penulisan skripsi
5. Bapak Irwan Supaito selaku Asisten Manager Lingkungan PT Antam Tbk UBPE Pongkor. Terima kasih atas segala bantuan dan kesempatan yang telah diberikan.
6. Bapak Yadi dan rekan-rekan PT Antam Tbk UBPE Pongkor Terima kasih atas segala bantuannya selama penelitian berlangsung
7. Priyo Suprayogi, terima kasih atas support dan sebagai pemberi semangat, masukan, saran, kritik serta hiburan selama penulis menyelesaikan skripsi ini 8. Kumala Club (Hilda, Yuli, Tatik, Muzi, Retha, dan Fidry) yang telah
(18)
9. Rekan-rekan mahasiswa Silvikultur angkatan 42, yang memberikan bantuan dalam proses penelitian.
10. Mas Genta Hariangbanga, S.T. dan mas Hendrik Terima kasih atas bantuan dan ilmu yang telah diberikan
11. Serta semua pihak yang telah membantu, baik langsung maupun tidak langsung. Terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu segala masukan sangat diharapkan guna menghasilkan karya yang lebih baik di masa yang akan datang.
Bogor, Juni 2009
(19)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 8 September 1987. sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan A. Fauzi dan Sunengsih. Adapun riwayat pendidikan penulis mengikuti sekolah dasar di SDN. Dr. Semeru 4 Bogor dari tahun 1993 sampai 1999, sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri 6 Bogor dari tahun 1999 sampai 2002, sekolah menengah umum di SMU Negeri 5 Bogor dari tahun 2002 sampai 2005. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan ke perguruan tinggi Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) Selama duduk dibangku kuliah, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu himpunan profesi
(himpro) Tree Grower Community (TGC) sebagai Ketua Divisi Informasi dan
Komunikasi pada tahun kepengurusan (2006-2007), dan sebagai Anggota Divisi Project pada tahun kepengurusan (2007-2008). Semasa perkuliahan, penulis juga dipercaya untuk menjadi asisten praktikum mata ajaran Dendrologi dan Pengaruh hutan semester ganjil tahun ajaran 2008/2009.
Penulis telah menyelesaikan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) yang bertempat di KPH Banyumas Barat, KPH Banyumas Timur, Penulis juga telah menyelesaikan Praktek Pembinaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Dan telah menyelesaikan Praktek Kerja Profesi di PT. Antam Tbk UBPE Pongkor, Bogor selama 2 bulan.
Untuk menyelesaikan studi pada program pendidikan Sarjana Kehutanan di Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian tentang Pengaruh Asam Humat dan Kompos Aktif untuk Memperbaiki Sifat Tailing dengan Indikator Pertumbuhan Tinggi Semai
Enterolobium cyclocarpum Griseb dan Altingia excelsa Noronhae dibawah bimbingan Dr. Ir. Basuki Wasis, MS dan Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc
(20)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
1.3 Manfaat ... 2
1.4 Hipotesis... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tailing... 3
2.2 Kendala Revegetasi Lahan Tambang... 3
2.3 Bio-organik... 3
2.3.1 Asam humat ... 4
2.3.2 Kompos aktif... 5
2.4 Karakteristik Sengon Buto dan Rasamala . 2.4.1 Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpumGriseb).... 5
2.4.2 Rasamala (Altingia excelsaNoronha) ... 6
BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 7
3.2 Alat dan Bahan Penelitian... 7
3.3 Prosedur Kerja... 7
3.3.1 Tahapan sebelum penanaman ... 7
3.3.2 Tahapan penyiapan media tanam ... 9
3.3.3 Tahapan penanaman... 10
3.3.4 Tahapan pemeliharaan dan pengamatan tanaman.... 10
3.4 Pengumpulan Data dan Parameter Sifat Kimia Tanah yang dianalisis... 11
(21)
3.5 Rancangan Percobaan ... 11 3.6 Analisia Data... 12
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN... 13
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 HASIL
5.1.1 Karakteristik Media... 14
5.1.2 Pertumbuhan Tinggi Enterolobium cyclocarpum
Griseb ... . 17
5.1.3 Pertumbuhan TinggiAltingia excelsaNoronha... 20
5.2 PEMBAHASAN
5.2.1 Karakteristik Media ... ... 22
5.2.2 Perubahan KarakteristikTailingdengan adanya
Penambahan Asam humat dan Kompos Aktif. .... 23
5.2.3 Pertumbuhan Tinggi SemaiE.cyclocarpumUmur
14 mst... 28
5.2.4 Pertumbuhan Tinggi SemaiA. excelsa14 mst ….. 32
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 36 DAFTAR PUSTAKA... 38 LAMPIRAN... 41
(22)
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Karakter media tanamtailing; campurantailingdan asam humat;
Campurantailing,kompos aktif dan asam humat... 16
2. Rata-rata pertumbuhan tinggi semaiE.cyclocarpumumur 14 mst pada
berbagai perlakuan ... 17
3. Sidik ragam pengaruh media, asam humat dan pupuk NPK
terhadap pertumbuhan tinggi semai Sengon buto umur 14 mst ... 19
4. Pengaruh jenis media terhadap pertumbuhan tinggi semai Sengon buto
umur 14 mst... 19
5. Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tinggi semai
Sengon buto umur 14 mst ... 19
6. Interaksi antara media, asam humat, dan pupuk terhadap pertumbuhan
tinggi semai Sengon buto umur 14 mst... 20
7 Rata-rata pertumbuhan tinggi semaiE.cyclocarpumumur 14 mst pada
berbagai perlakuan ... 20
8 Sidik ragam pengaruh perlakuan media, asam humat dan
pupuk NPK terhadap pertumbuhan tinggi semai rasamala umur
(23)
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Cara pengambilan sampeltailing... 8 2. Cara pengambilantop soil... 9
3. Pertumbuhan tinggi semaiE. Cyclocarpumumur 14 mst... 18
4. Pertumbuhan tinggi semaiA. excelsaumur 14 mst... 21
5. Peningkatan unsur Nitrogen dan C-Organik pada mediatop soil+
asam humat,tailing+ asam humat,tailing+ kompos aktif, dan
tailing+ asam humat + kompos aktif ... 24
6. Perubahan KTK dan unsur makro pada mediatop soil+ asam humat,
tailing+ asam humat,tailing+ kompos aktif, dan tailing +
asam humat + kompos aktif ... 25
5. Penurunan kandungan Pb, Zn, dan Fe pada mediatop soil+ asam
humat,tailing+ asam humat,tailing+ kompos aktif, dantailing+
asam humat + kompos aktif ... 26
6. Sengon buto yang ditanam pada mediatailingmurni, tailing + asam
humat,tailing+ asam humat + pupuk NPK 10 gram pada umur
14 mst ... 28 7. Pertumbuhan Rasamala pada umur 4 mst ... 32
8. Rasamala pada umur 14 mst pada mediatailing,tailing+
(24)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Lay outpenelitian... 42 2. Data pengukuranE. cyclocarpum... 43 3. Data pengukuranA. excelsa... 47 4. Hasil analisistailing... 51 5. Kriteria penilaian sifat kimia tanah ... 53
(25)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PT. Antam Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan pengelolaan emas.
Penambangan emas tersebut meninggalkan limbah berupa tanah bekas
penambangan (rock-dump) dan tanah bekas pengolahan (tailing). Tailing
merupakan salah satu bentuk limbah yang di hasilkan dalam jumlah banyak pada
kegiatan pertambangan emas. Jumlah tailingyang dihasilkan oleh PT Antam Tbk
mencapai 2.500 ton per hari.
Beberapa karakter yang biasa terdapat pada tailing diantaranya, yaitu
mengandung logam seperti Pb, Zn, dan Fe dengan konsentrasi yang sangat tinggi, yaitu sebesar 1.535,40 ppm, rendahnya kandungan hara esensial, KTK (kapasitas tukar kation) rendah, kandungan bahan organik dan aktivitas mikroorganisme juga
rendah. Tailing juga berpotensi menurunkan tingkat kesuburan tanah dan
menyebabkan keracunan bagi tanaman, sehingga sulit bagi tanaman untuk tumbuh.
Revegetasi menjadi kegiatan yang mutlak dilakukan pada lahan bekas penambangan, namun seringkali upaya revegetasi menghadapi kendala yang cukup berat. Untuk meningkatkan keberhasilan revegetasi pada lahan yang
didominasitailing, dibutuhkan jenis tanaman yang mampu beradaptasi dan
upaya-upaya perbaikan seperti memperbaiki kembali sifat fisik tanahnya, dan meningkatkan aktivitas mikroba tanah.
Berbagai macam formula asam humat dan kompos dikembangkan untuk meningkatkan kemampuannya memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Bio-organik merupakan kompos aktif yang telah diperkaya dengan bio-activator
yang merupakan cairan organik mengandung campuran enzim, asam amino, hormon serta berbagai unsur hara mikro esensial (Green Earth Trainer 2006). Aplikasi bio organik dan asam humat pada tailing diharapkan dapat meningkatkan kualitas tailing sebagai media tanam dalam rangka meningkatkan pertumbuhan tanaman.
(26)
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh asam humat dan kompos aktif dalam memperbaiki
sifat kimiatailingsebagai media tanam;
2. Mengetahui apakah pemberian asam humat dan kompos aktif dapat
menurunkan Kandungan Pb, Zn, dan Fe;
3. Mengetahui pengaruh penambahan asam humat dan kompos aktif dalam
memperbaiki sifat kimiatailing dengan indikator pertumbuhan tinggi semai
Enterolobium cyclocarpumGriseb danAltingia excelsaNoronha.
1.3 Manfaat Penelitian
Upaya dalam memperbaiki sifat tailing, dapat meningkatkan keberhasilan
program revegetasi pada lahan yang didominasitailing.
1.4 Hipotesis
Beberapa hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
1. Pemberian asam humat dan kompos aktif dapat memperbaiki sifat kimia
mediatailing;
2. Pemberian asam humat dan kompos aktif pada media tailing dapat
menurunkan Pb, Zn, dan Fe;
3. Penambahan asam humat dan kompos aktif dapat meningkatkan
(27)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tailing
Penambangan emas menghasilkan sisa pengolahan bahan tambang atau sering disebuttailing, yaitu berupa bubuk batuan yang berasal dari batuan mineral yang telah digerus sedemikian rupa hasil pemisahan tembaga, emas dan perak di pabrik pengolahan (Boul 1981).
Sifat fisik tailing yang merupakan masalah bagi pertumbuhan tanaman
adalah tekstur, agregasi dan struktur, densitas dan infiltrasi, kompaksi, daya pegang dan stabilitasnya. Menurut USDA ukuran partikel tailing relatif kecil dan seragam berupa pasir halus berukuran 0,25-0,10 mm. Selain itu, sifat kimia tailing seperti status hara yang rendah, kandungan logam berat seperti Cd, Hg, Pb, As yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan (Williamson 1982).
2.2 Kendala Revegetasi Lahan Tambang
Kendala utama dalam melakukan aktivitas revegetasi pada lahan-lahan terbuka pasca penambangan adalah kondisi lahan yang tidak mendukung (marginal) bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi ini secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk mengatasi masalah ini, maka sifat-sifat fisik, kimia dan biologi tanah terlebih dahulu perlu diketahui, sehingga
penanganannya (soil amandement) dapat dengan tepat bisa dilakukan (Green
Earth Trainer 2007).
Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan dapat menyebabkan buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan aerasi (peredaran udara) yang secara langsung dapat berdampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu. Akibatnya tanaman tidak dapat berkembang dengan normal, tetapi pertumbuhannya tetap kerdil dan merana (Green Earth Trainer 2007).
2.3 Bio organik
Bio organik merupakan hasil fermentasi bahan organik secara aerob maupun anaerob. Adapun produk yang dihasilkan berupa padatan atau cairan (Setiadi 2009. Komunikasi Pribadi). Bahan dasar yang digunakan dalam
(28)
pembuatan bio organik adalah kotoran sapi. Kotoran sapi sebagai sumber mikroba yang dapat digunakan untuk menghancurkan selulosa, hemi selulosa dan lignin yang ada pada bahan organik.
Dibandingkan dengan produk organik lain, bio organik selain dapat meningkatkan, produktifitas dan kualitas hasil pertanian, perkebunan dan pertumbuhan tanaman kehutanan, produk ini juga dapat memperbaiki kesuburan tanah, serta pemakaiannya aman bagi lingkungan. Produk ini juga popular digunakan untuk merehabilitasi lahan-lahan paska tambang yang kondisi lahannya marginal (Hariangbanga 2008).
Produk bio-organik dapat memberikan banyak manfaat diantaranya: 1. Pembenah lahan paska tambang
Dengan pemberian bio-organik dapat membantu dalam pemulihan lahan paska tambang dan lahan marginal
2. Sebagai penyubur tanah
Bio-organik selain dapat mensuplai unsur makro dan mikro juga dapat memperbaiki struktur tanah ke arah yang lebih remah, sehingga kondusif untuk perkembangan akar.
3. Mengaktifkan miroba potensial
Keberadaan mikroba potensial seperti mikoriza, sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan unsur hara secara kontinyu. Dengan bio-organik, maka keberadaan mikroba potensial dapat terus dipertahankan.
4. Meningkatkan kapasitas tukar kation
Dengan bio-organik, KTK tanah secara bertahap dapat ditingkatkan, sehingga selain tanah menjadi subur, juga dosis pemberian pupuk dapat dikurangi.
2.3.1 Asam humat
Secara umum asam humat diyakini berasal dari dekomposisi lignin atau karbohidrat tanaman yang membusuk. Asam humat biasanya kaya akan karbon, yang berkisar antara 41 - 47%, namun bahan ini juga dapat mengandung nitrogen dan bahan organik (Tan 1991; Robinson 1995).
Asam humat mempunyai peranan yang penting dalam menyokong
(29)
meningkatkan permeabilitas membran dan membantu memperlancar nutrisi
untuk menembus dinding sel, meningkatkan produksi klorofil dan
fotosintesis, menstimulasi hormon dan meningkatkan aktivitas enzim (Bio Flora International Inc 1997).
Kemampuan asam humat dalam meningkatkan serapan hara juga
ditunjukkan dalam penelitian Cooper (1998) menunjukkan adanya
peningkatan penyerapan P pada tanaman Agrostis stolonifera L. Sementara
Olk dan Cassman (1995) menunjukkan bahwa pemberian asam humat dapat menurunkan fiksasi kalium di tanah vermikulit, sehingga meningkatkan ketersediaannya di dalam tanah.
Hasil penelitian Ayuso (1996) membuktikan bahwa penambahan asam humat meningkatkan kemampuan penyerapan unsur hara makro (N, P, K) tetapi banyaknya hara yang terserap berbeda untuk setiap unsurnya.
Proses aplikasi asam humat di bidang kehutanan adalah rehabilitasi lahan pasca kebakaran, pembangunan hutan tanaman pada lahan marginal, dan sistem pembibitan tanaman kehutanan (Anonim 2000).
2.3.2 Kompos aktif
Kompos aktif merupakan salah satu produk pupuk organik dengan bahan dasar berupa kompos kotoran sapi ditambah arang sekam, fosfat alam (rock phosphate) dan bio-activator. Bio-activator terbuat dari campuran enzim, asam amino, hormon serta telah diperkaya dengan unsur hara esensial untuk tanaman (Green Earth Trainer 2006).
2.4 Karakteristik Sengon Buto dan Rasamala
2.4.1 Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpumGriseb.)
Berdasarkan penelitian Syarif (2008), disimpulkan bahwa sengon buto
terbukti merupakan tanaman yang toleran terhadap media tanam limbahtailing
yang terkontaminasi. Sengon buto masih dapat bertahan dan tumbuh pada
tanah limbah tailing walaupun tanpa diberi perlakuan pupuk NPK, karena
terbukti bahwa pemupukan NPK tidak berpengaruh nyata pada peningkatan pertumbuhan dan produksi biomasa tanaman, setidaknya pada tahap anakan. Akumulasi sianida pada sengon buto tidak meningkat dengan adanya perlakuan pupuk NPK.
(30)
Berdasarkan penelitian Juhaeti (2006), menyimpulkan bahwa pemupukan dengan dosis yang tepat dapat membantu meningkatkan pertumbuhan sengon buto yang ditanam di tanah tailing. Pemupukan dengan dosis 2 g/pot menunjukkan hasil yang terbaik.
Sedangkan dalam penelitian Sudiana (2004), menyimpulkan bahwa sengon buto yang diinokulasi dengan rhizobium dapat tumbuh baik pada
ekosistem lahan tailing. Penambahan bahan organik di lahan tailing mutlak
diperlukan untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik.
2.4.2 Rasamala (Altingia excelsaNoronha)
Rasamala merupakan unsur khas hutan basah campuran di perbukitan dan pegunungan. Pohon ini sering tumbuh berkelompok dan dapat tumbuh pada ketinggian 500-1.500 m dpl, dengan curah hujan sekurang-kurangnya 100 mm dalam bulan kering. Rasamala biasanya berasosiasi terutama dengan
jenis-jenis pohonPodocarpus danQuercus. Ditanam pada jarak rapat, karena
(31)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lokasi tailing dam PT. ANTAM UPBE
Pongkor. Lokasi pengambilan sampel tanah top soil dilakukan di sekitar pertambangan emas PT. ANTAM UPBE Pongkor tersebut. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Maret 2009.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: sarung tangan, sprayer, kaliper, penggaris, gelas ukur, sekop, alat tulis, saringan tanah berukuran 4 x 4 mm, meteran 100 m, ajir, tali rafia, cangkul, garpu tanah, timbangan, alat tulis,
tally sheet, kamera digital, dan komputer.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tailingtambang emas
Pongkor, tanah top soil Pongkor, bibit sengon buto umur 3 bulan, bibit rasamala
umur 6 bulan, Asam humat (Humate Substance Complex), Bio-remedy, Kompos
aktif (Solid Remedy),rock fosfatdan pupuk NPK mutiara.
3.3 Prosedur Kerja
Sebelum melakukan penanaman, sampel tanahtop soildantailing
masing-masing diambil sebanyak 1 Kg untuk dianalisis. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui sifat kimia tanah. Analisis ini dilakukan sebelum perlakuan dan dianalisis kembali setelah perlakuan. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
3.3.1 Tahapan sebelum penanaman
a. Bibit yang sudah dipersiapkan disiram denganbio remedy sebelum tanam
sebanyak 2 kali.Bio remedydiencerkan terlebih dahulu, yaitu 1 liter
bio remedy dilarutkan dalam 200 liter air, dan diberikan 250 cc per bibit. Hal ini bertujuan untuk mempercepat perkembangan akar.
b. Pengambilan sampel tanah top soil dan tailing pada lokasi penelitian
dilakukan. Mekanisme pengambilan tailing dan top soil ini menggunakan
metode yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Tanah (2004). Adapun
(32)
Gambar 1 Cara pengambilan sampeltailing.
c. Mengukur luas lokasi yang akan digunakan, kemudian pada setiap sisi diberi patok.
d. Mengukur jarak dari satu sisi ke tengah lalu ambil tengahnya, lalu ambil
tailingdari jarak tengah tersebut.
e. Membersihkan permukaantailingdari rumput, batu, atau kerikil, dan
sisa-sisa tanaman atau bahan organik segar atau serasah.
f. Mencangkul tailing tersebut sedalam 10 cm, kemudian diambil dengan
menggunakan sekop atau cangkul.
g. Mencampur dan mengaduk contoh tailing dari 5 titik tersebut dalam satu
tempat (ember atau hamparan plastik), kemudian ambil kira-kira 1 kg, dan
dimasukkan ke dalam kantong plastik (ini merupakan contoh tailing
komposit).
Mekanisme pengambilan sampeltop soil, yaitu :
1. Membersihkan permukaan tanah dari rumput, batu, atau kerikil, dan sisa-sisa tanaman atau bahan organik segar atau serasah.
2. Mencangkul tanah tersebut sedalam 10 cm.
3. Mencampur dan mengaduk tanah tersebut 15 contoh dalam satu tempat (ember atau hamparan plastik), kemudian ambil kira-kira 2 kg.
1
2 3
4 5
50 m
(33)
Gambar 2 Cara pengambilantop soil.
3.3.2 Tahapan penyiapan media tanam
a. Membuat lubang tanam dengan ukuran 40 cm x 30 cm x 40 cm
b. Tailing hasil galian lubang tanam, disimpan di samping kiri dan kanan lubang tanam.
c. Setelah membuat lubang tanam selesai, dinding lubang tanam diberi
rock phospat sebanyak 300 gram, perlakuan ini diberikan pada semua lubang tanam
d. Setelah diberi rock phospate, dinding lubang tanam disiram dengan asam
humat 250 cc yang terlebih dahulu dilarutkan dengan 100 liter air, akan tetapi tidak semua lubang tanam disiram dengan asam humat, hal ini berdasarkan perlakuan
e. Tailing hasil galian dicampur dengan 1 kg kompos aktif, cara mencampur nya yaitu:
1. Tailing yang disimpan di samping kiri lubang tanam di campur dengan 500 gram kompos aktif.
2. Tailing yang disimpan di samping kanan lubang tanam di campur dengan 500 gram kompos aktif.
f. Tailing hasil galian dicampur dengan 2 kg top soil, cara mencampurnya yaitu:
1. Tailing yang disimpan di samping kiri lubang tanam di campur dengan 1 kgtop soil.
(34)
2. Tailing yang disimpan di samping kanan lubang tanam dicampur dengan 1 kgtop soil.
g. Tailing hasil galian tidak dicampur (kontrol).
3.3.3 Tahapan penanaman
a. Dekat lubang tanam, bibit dalam polybag dibuka secara hati-hati agar sistem perakarannya tidak rusak.
b. Tailing hasil campuran tersebut dimasukkan kembali kedalam lubang tanam, kemudian bibit ditanam tegak lurus pada lubang tanam sedalam leher akar dan akarnya tidak boleh terlipat.
c. Disekitar bibit yang telah ditanam diberi berbagai perlakuan, yaitu:
1. Tidak diberi pupuk.
2. Diberi pupuk NPK 5 gram.
3. Diberi pupuk NPK 10 gram.
d. Setelah bibit masuk ke dalam lubang tanam, tailing sisa hasil campuran
dimasukkan kembali dan dipadatkan dengan menggunakan tangan.
e. Pada bibit yang telah ditanam, diberi ajir dan bibit diikatkan pada ajir tersebut.
f. Setelah itu, bibit diberi berbagai perlakuan, yaitu: 1. Tidak di beri asam humat.
2. Diberi asam humat, yaitu 1 liter asam humat dilarutkan dengan 100 liter air, bibit disiram sebanyak 250 cc/lubang.
g. Setiap perlakuan memiliki ulangan sebanyak 5 kali dan dilakukan pada dua jenis tanaman yaitu sengon buto dan rasamala.
h. Jarak tanam yang digunakan yaitu 2 m x 2 m.
i. Penempatan bibit dengan berbagai perlakuan dilakukan secara acak di lapangan
3.3.4 Tahapan pemeliharaan dan pengamatan tanaman
a. Penyiraman semai dengan menggunakan asam humat yang terlebih dahulu diencerkan dengan perbandingan 1 liter asam humat dengan 100 liter air, dan asam humat yang diberikan 250 cc per bibit, penyiraman dilakukan setiap 2 minggu, namun semai yang disiram dengan menggunakan asam
(35)
humat tidak semuanya, yaitu hanya semai yang mendapat perlakuan asam humat saja.
b. Pengamatan terhadap kecepatan tumbuh tanaman pada lahan tailing,
dilakukan pengukuran terhadap tinggi pada hari pertama penanaman, dan selanjutnya dilakukan pengukuran setiap 2 minggu. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan mistar mulai dari pangkal batang yang telah ditandai hingga titik tumbuh pucuk semai.
3.4 Pengumpulan Data dan Parameter Sifat Kimia Tanah yang Dianalisis
Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan cara mengamati secara langsung dan pengukuran tinggi yang dilakukan dua minggu sekali. Parameter yang dianalisis untuk sifat kimia tanah adalah: pH, C-organik, kejenuhan basa (KB), logam Pb (timbal), Zn (seng), Fe (besi), N total, P, Ca, Mg, K, Na, dan Kapasitas Tukar Kation (KTK).
3.5 Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 faktor. Faktor pertama, yaitu media yang terdiri dari 3 taraf; faktor kedua, yaitu Asam humat yang terdiri dari 2 taraf; dan faktor ketiga, yaitu dosis pupuk yang terdiri dari 3 taraf. Masing-masing taraf perlakuan terdiri dari 5 ulangan, masing-masing ulangan terdiri dari satu tanaman. Perlakuan dalam percobaan sebagai berikut:
Faktor I : Media Tanam M0 =Tailingsaja
M1 =Tailingdan kompos aktif M2 =Tailingdan top soil Faktor II : Asam humat
H0 = Tanpa diberi Asam humat
HI = Diberi Asam humat 1%, sebanyak 250 cc/ semai Faktor III : Dosis pupuk NPK
P0 = Tanpa pupuk NPK
PI = Diberi pupuk NPK 5 gram P2 = Diberi pupuk NPK 10 gram
(36)
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan dianalisis dengan menggunakan rancangan percobaan, dimana dapat digambarkan dalam model linear :
Yijkl =μ+ Mi + Hj + Pk + (MH)ij + (MP)ik + (HP)jk + (MHP)ijk +εijk,
i = 1, 2, 3 j = 1, 2 k = 1, 2, 3 r = 1, 2, 3, 4, 5 dimana :
Yijk = Nilai pengamatan pada faktor M (Media Tanam) taraf ke-i, faktor P
taraf ke-j dan ulangan ke-k
μ = Nilai rata-rata umum
Mi = Pengaruh utama faktor M (Media Tanam) pada taraf ke-i
Hj = Pengaruh utama faktor H (Pemberian asam humat) pada taraf ke-j
Pk = Pengaruh utama faktor P (Pemberian pupuk NPK) pada taraf ke-k
(MH)ij = Pengaruh interaksi faktor M pada taraf ke-i dengan faktor H pada
taraf ke j
(MP)ik = Pengaruh interaksi faktor M pada taraf ke-i dengan faktor P pada taraf
ke-k
(HP)jk = Pengaruh interaksi faktor H pada taraf ke-j dengan faktor P pada taraf
ke-k
(MHP)ijk = Pengaruh interaksi faktor M pada taraf ke-i dengan faktor H pada taraf ke-j dan faktor P pada taraf ke-k
εijk = Pengaruh acak
3.6 Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan, dilakukan sidik ragam dengan uji-F. Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistika SPSS. jika:
a. F hitung < F tabel, maka perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap parameter tinggi
b. F hitung > F tabel, maka perlakuan memberikan pengaruh nyata terhadap
parameter tinggi. Jika terdapat perbedaan yang nyata maka dilakukan uji
(37)
BAB IV
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
PT. Aneka Tambang Tbk berdiri sebagai sebuah lembaga dengan bentuk
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dibawah naungan Departemen
Pertambangan dan Energi yang bergerak dibidang bahan-bahan galian tambang batubara, emas, perak, timah dan minyak bumi. Kepemilikan tambang ini terbagi menjadi dua komponen, yaitu 65% kepemilikan oleh Pemerintah RI dan 35% kepemilikan oleh publik.
Ketinggian dari permukaan laut antara 400 – 1.800 m, dengan suhu
maksimum 330C dan minimum 220C, serta curah hujan tahunan mencapai
rata-rata 3.000-3.500 mm. Ditinjau dari segi topografi, wilayah cukup bervariasi yaitu berupa daerah pegunungan di bagian selatan dan dataran rendah di sebelah Barat.
Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan mengenai perluasan Taman Nasional, maka Tambang Emas Pongkor masuk kedalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun. Lokasi Pertambangan Emas Pongkor termasuk pada Zona Bogor Barat yang membentang di bagian tengah Jawa Barat. Luas Kuasa Pertambangan (KP) 4.058 ha dengan rincian Kawasan Taman Nasional 105 ha, Hutan Lindung 275 ha, Hutan Produksi 2.052 ha dan 1.635 ha merupakan tanah milik di luar kawasan hutan. Lahan yang sudah dibuka dari pemilikan lahan sampai tahun 2007 adalah seluas 126,26 ha atau sebesar 61% dan hanya 2% dari luas Kuasa Pertambangan.
(38)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil
5.1.1 Karakteristik media
Media tumbuh merupakan tempat bagi perakaran tanaman untuk berkembang dan menunjang bagian pucuk tanaman agar dapat tumbuh dengan baik karena dari perakaran inilah tanaman memperoleh kebutuhan hara mineral melalui proses penyerapan.
Karakteristik media tanam merupakan indikator yang sangat penting untuk mengetahui tingkat kesuburan media yang akan digunakan. Selain itu juga untuk menentukan bentuk modifikasi teknologi dalam meningkatkan kesuburan tanah. Paparan secara deskriptif tentang perbedaan karakter media tailing murni serta perubahan karakternya setelah adanya campuran tailing murni dengan top soil, kompos aktif, dan asam humat dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan hasil analisa karakteristik hara tailing (Tabel 1) tampak
bahwa tekstur tailing didominasi oleh fraksi pasir 35,12% dan debu 30,69%,
sedangkan kandungan liat pada tailing hanya 34,19%. Nilai Kapasitas Tukar
Kation (KTK) pada tailing tergolong rendah, yaitu hanya 8,90 me/100 g. Selain
itu sifat tailing bersifat asam, hal ini dapat terlihat dari pH nya, pada tailing pH-nya mencapai 6,6. Kandungan C-organik cenderung rendah hapH-nya 0,32%, kandungan N-total sangat rendah 0,05%, unsur P hanya 10,5 ppm. Kandungan K
di dalam tailing pun hanya 0,10 me/100g. Kandungan Ca terlarut tinggi 18,38
me/100g, sedangkan kandungan Mg sebesar 1,21 me/100g. dan logam berat Pb terlarut sebesar 3,51 ppm, sedangkan logam Pb total sebesar 165 ppm. Pada
tailing logam Fe bersifat racun, karena keberadaannya yang terlalu tinggi yaitu sebesar 1.535,40 ppm.
Pemanfaatan Asam humat dan kompos aktif pada media tersebut telah
merubah karakter media tailing murni dengan terjadinya penurunan dominasi
debu, pH dan meningkatkan KTK, peningkatan kandungan C-organik dan N total serta ketersediaan P dan penurunan kelarutan logam berat Pb serta logam Fe.
(39)
kompos aktif, tailing dan top soil dan pada campuran media (tailing + kompos aktif + asam humat).
Berdasarkan hasil penelitian Setyaningsih (2007), pada media tailing Pongkor, adanya penambahan bio-organik mampu meningkatkan KTK sebesar 600% dan unsur hara seperti C-organik dan N-total masing-masing sebesar 400 dan 200%. Juga terjadi penurunan kadar logam Pb sebesar 21%. Penambahan kompos aktif dapat meningkatkan kolonisasi cendawan mikoriza arbuskula dari
inokulan NPI 126 (Glomus etunicatum) dan kolonisasi cendawan mikoriza
arbuskula yang terbawa secara alami pada mediatailingdan media campuran.
Penambahan kompos aktif dan inokulasi cendawan mikoriza arbuskula dari inokulan mycofer dan NPI 126 dapat meningkatkan pertumbuhan semai
mindi pada media tailing dan campuran tanah tailing. Pertumbuhan semai mindi
terbaik apabila ditanam pada media tailing berkompos aktif dengan inokulasi
mycofer atau NPI 126.
Berdasarkan hasil penelitian Hariangbanga (2008), dengan adanya
penambahan bahan organik terjadi perubahan N dari 0,03% (tailing) menjadi
0,23% (bio-organik) dan 0,23% (bio-organik + asam humat). Hal yang sama
terjadi pada P, dari 0,9 ppm (tailing) menjadi 53,7 ppm (bio-organik) dan 81,0
ppm (bio-organik + asam humat), K dari 0,32 me/100 g (tailing) menjadi 0,99
me/100 g (bio-organik) dan 0,90 me/100 g (bio-organik + asam humat), Ca dari
2,34 me/100 g (tailing) menjadi 25,9 me/100 g (bio-organik) dan 31,2 me/100 g
bio-organik + asam humat), Mg dari 1,59 me/100 g (tailing) menjadi 4,65
(40)
1
6
Tabel 1 Karakter media tanam tailing; campuran tailing, top soil dan asam humat; campuran tailing dan asam humat; campuran tailing dan kompos aktif; campuran tailing, kompos aktif dan asam humat
Sifat Tailing Top soil + HSC % Perubahan Tailing + Asam humat % Perubahan Tailing + Kompos aktif % Perubahan Tailing + Kompos aktif + Asam
humat % Perubahan Standar sifat kimia tanah Sumber : Pusat Penelitian Tanah 1983
Debu (%) 30.69 32.24 5.05 33.61 9.51 33.56 9.35 36.42 18.67
-Liat (%) 34.19 48.32 41.33 35.71 4.45 36.20 5.88 37.24 8.92
-Pasir (%) 35.12 19.44 -44.65 30.68 -12.64 30.24 -13.90 26.34 -25.00
-pH 6.6 5.0 -24.24 6.4 -3.03 5.6 -15.15 5.9 -10.61 7
KTK
(me/100g) 8.9 10.89 22.36 10.24 15.06 18.82 111.46 19.38 117.75 17-25
C-org (%) 0.32 2.32 625.00 2.21 590.63 2.3 618.75 2.53 690.63 2-3
N-Total (%) 0.05 0.3 500.00 0.19 280.00 0.21 320.00 0.25 400.00 0,21-0,5
P (ppm) 10.5 7.6 -27.62 11.6 10.48 11.8 12.38 11.2 6.67 16-25
K (me/100g) 0.10 0.25 150.00 0.15 50.00 0.19 90.00 0.2 100.00 21-40
Ca (me/100g) 18.38 7.65 -58.38 25.81 40.42 26.91 46.41 28.46 54.84 6-10
Mg (me/100g) 1.21 3.2 164.46 2.2 81.82 2.39 97.52 3.41 181.82 1,1-2,0
Zn (ppm) 37.40 36.9 -1.34 37.30 -0.27 32.20 -13.90 32.4 -13.37 10-300
Pb (ppm) 165.00 160.63 -2.65 140.35 -14.94 134.20 -18.67 120.61 -26.90 2-200
(41)
Perlakuan Rata-rata Pertumbuhan tinggi (cm) Efisiensi (%)
Tailing 5,42 0,0
Tailing+ NPK 5 gram 6,06 11,8
Tailing+ NPK 10 gram 7,50 38,4
Tailing+ Asam humat 7,12 31,4
Tailing+ Asam humat + NPK 5 gram 8,00 47,6
Tailing+ Asam humat + NPK 10 gram 8,88 63,8
Tailing+ Kompos aktif 8,72 60,9
Tailing+ Kompos aktif + NPK 5 gram 9,98 84,1
Tailing+ Kompos aktif + NPK 10 gram 10,56 94,8
Tailing+ Kompos aktif + Asam humat 11,10 104,8
Tailing+ Kompos aktif + Asam humat + NPK 5 gram 12,08 122,9
Tailing+ Kompos aktif + Asam humat + NPK 10 gram 11,14 105,5
Tailing +Top soil 7,10 31,0
Tailing +Top soil+ NPK 5 gram 7,64 41,0
Tailing +Top soil+ NPK 10 gram 8,02 48,0
Tailing +Top soil+ Asam humat 8,22 51,7
Tailing +Top soil+ Asam humat + NPK 5 gram 9,20 69,7
Tailing +Top soil+ Asam humat + NPK 10 gram 11,90 119,6
5.1.2 Pertumbuhan Tinggi E. cyclocarpum
Pengamatan terhadap pertumbuhan tinggi semaiE.cyclocarpum dilakukan
setiap 2 minggu sekali hingga minggu ke-14 setelah tanam. Hasil pengukuran
pertumbuhan tinggi pada 3 media, yaitu tailing, kompos aktif dan top soil dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rata-rata pertumbuhan tinggiE. cyclocarpumumur 14 mst pada berbagai
perlakuan
Secara umum, semai E. cyclocarpum yang ditanam pada media tailing
murni pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan semai
E. cyclocarpum yang ditanam pada media campuran. Hal ini dapat disebabkan dikarenakan adanya logam-logam berat yang terlarut, sehingga berakibat peracunan pada tanah dan juga terjadinya defisiensi unsur-unsur lain yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman tersebut terhambat.
Efisiensi pertumbuhan yang paling tinggi, yaitu terdapat pada perlakuan kompos aktif + asam humat + pupuk NPK 5 gram, hal ini disebabkan karena kompos aktif secara tidak langsung berperan terhadap pertumbuhan sengon buto melalui perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi media. Kompos aktif dapat memperbaiki sifat fisik tanah dengan jalan memperbaiki struktur dan tekstur tanah. Selain itu mampu menyediakan unsur-unsur hara makro dan mikro seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Mn, dan Cu. Efisiensi pertumbuhan yang paling tinggi pada
(42)
50.0 52.0 54.0 56.0 58.0 60.0 62.0 64.0 66.0 68.0 70.0
0 2 4 6 8 10 12 14
Minggu Ke T in g g i (c m ) tailing
tailing + kompos aktif tailing + top soil
mediatop soil terdapat pada pada perlakuantop soil + asam humat + pupuk NPK
10 gram, hal ini disebabkan karenatop soilmengandung mikroba yang cukup.
Gambar 3 Pertumbuhan tinggiE. Cyclocarpumumur 14 mst.
Berdasarkan Gambar 3 dapat diketahui perkembangan tinggi semai
E. Cyclocarpum umur 14 mst, pertumbuhan E. Cyclocarpum yang paling baik ditanam pada media tailing yang dicampur dengan kompos aktif. Pada minggu pertama tinggi semai pada media tailing lebih tinggi daripada semai pada media tailing + kompos aktif. Akan tetapi, pada akhir pengamatan tinggi semai pada media tailing saja lebih rendah daripada tinggi semai pada media tailing + kompos aktif.
Untuk mengetahui interaksi antara media, asam humat, dan dosis pupuk NPK, dilakukan pengujian menggunakan taraf uji F 0,05. Hasil sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan media dan asam humat memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan tinggi bibit pada taraf uji F 0,05; namun perlakuan dosis pupuk NPK dan interaksi antara media dan asam humat, media dan pupuk NPK tidak berpengaruh nyata. Interaksi antara asam humat dan pupuk NPK, interaksi antara media dan asam humat serta pupuk NPK memberikan pengaruh yang nyata. Untuk mengetahui media yang terbaik maka dilakukan uji Duncan (Tabel 4).
(43)
Tabel 3 Sidik ragam pengaruh media, asam humat dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan tinggi semai Sengon buto umur 14 mst
Keterangan : * perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05 ** perlakuan berpengaruh sangat nyata pada taraf uji F 0,05 tn perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
Pengaruh jenis media berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan sengon buto, namun pertumbuhan tinggi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Pengaruh jenis media terhadap pertumbuhan tinggi semai sengon buto umur 14 mst
Media Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)
Tailing(kontrol) 0,884 a
Top soil 1,006 b
Kompos aktif 1,288 c
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang tidak sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%
Tabel 5 Pengaruh pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tinggi semai sengon buto umur 14 mst
Dosis pupuk NPK Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)
0 gram 1,027 a
5 gram 1,045 a
10 gram 1,106 a
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK dengan dosis 0, 5, dan 10 gram tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan sengon buto; sedangkan interaksi antara media, asam humat dan pupuk NPK terhadap pertumbuhan Sengon buto dapat dilihat pada Tabel 6.
Perlakuan db JK JKT F P
Media 2 2,575 1,288 44,34 0,000**
Asam humat 1 0,584 0,584 20,11 0,000**
Pupuk 2 0,102 0,051 1,76 0,179tn
Media*Asam humat 2 0,024 0,012 0,41 0,668tn
Media*Pupuk 4 0,124 0,031 1,07 0,378tn
Asam humat*Pupuk 2 0,188 0,094 3,23 0,045*
Media*Asam humat*Pupuk 4 0,309 0,077 2,66 0,039*
(44)
Tabel 6 Interaksi antara media, asam humat, dan pupuk terhadap pertumbuhan tinggi semai Sengon buto umur 14 mst
Interaksi Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm)
M0H0P0 0,678 a
M0H0P2 0,756 ab
M2H0P0 0,888 abc
M0H1P0 0,890 abc
M2H1P2 0,912 abcd
M0H0P1 0,944 bcde
M2H0P1 0,956 bcde
M0H1P1 1,000 bcde
M2H0P2 1,002 bcde
M0H1P2 1,036 cdef
M1H0P0 1,092 cdefg
M2H1P0 1,128 cdefg
M2H1P1 1,152 defg
M1H0P2 1,170 efgh
M1H1P1 1,260 fghi
M1H0P1 1,324 ghi
M1H1P2 1,394 hi
M1H1P0 1,488 i
Keterangan : Angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Duncan pada selang kepercayaan 95%
M0=Tailing, M1= Kompos aktif, M2=Top soil
H0= Tanpa diberi Asam humat, H1= diberi Asam humat
P0= Pupuk NPK 0 g, P1= Pupuk NPK 5 g, P2= Pupuk NPK 10 g
5.1.4 Pertumbuhan TinggiA. excelsa
Pertumbuhan rasamala selama 14 Minggu Setelah Tanam dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Rata-rata pertumbuhan tinggi semaiA. excelsaumur 14 mst pada berbagai
perlakuan
P e r la k u a n R a ta -r a ta tin g g i a k h ir ( c m ) E fis ie n s i ( % )
T a il in g 0 ,6 5 0
T a il in g + N P K 5 g r a m 0 ,9 0 2 7 ,8
T a il in g + N P K 1 0 g r a m 1 ,0 0 5 3 ,8 T a il in g + A s a m h u m a t 1 ,3 5 1 0 7 ,7 T a il in g + A s a m h u m a t + N P K 5 g r a m 1 ,5 5 1 3 8 ,5 T a il in g + A s a m h u m a t + N P K 1 0 g r a m 1 ,6 0 1 4 6 ,2
K o m p o s a k tif 1 ,7 5 1 6 9 ,2
K o m p o s a k tif + N P K 5 g ra m 1 ,9 5 2 0 0 ,0 K o m p o s a k tif + N P K 1 0 g r a m 2 ,2 0 2 3 8 ,5 K o m p o s a k tif + A s a m h u m a t 2 ,3 5 2 6 1 ,5 K o m p o s a k tif + A s a m h u m a t + N P K 5 g r a m 2 ,4 5 2 7 6 ,9 K o m p o s a k tif + A s a m h u m a t + N P K 1 0 g r a m 2 ,6 0 3 0 0 ,0
T o p so i l 2 ,1 0 2 2 3 ,1
T o p so i l + N P K 5 g ra m 2 ,0 0 2 0 7 ,7 T o p so i l + N P K 1 0 g r a m 2 ,1 5 2 3 0 ,8 T o p so i l + A s a m h u m a t 2 ,2 5 2 4 6 ,2 T o p so i l + A s a m h u m a t + N P K 5 g r a m 2 ,4 0 2 6 9 ,2 T o p so i l + A s a m h u m a t + N P K 1 0 g ra m 2 ,4 5 2 7 6 ,9
(45)
32.0 33.0 34.0 35.0 36.0 37.0 38.0 39.0 40.0
0 2 4 6 8 10 12 14
Minggu ke T in g g i (c m ) tailing
tailing + kompos aktif tailing + top soil
Penambahan kompos aktif + asam humat + pupuk NPK 10 gram pada
media tailing, telah mampu meningkatkan pertumbuhan semai rasamala umur 14
mst. Efisiensi peningkatannya mencapai 300% dibandingkan dengan pertumbuhan
tinggi semai yang hanya ditanam pada media tailing saja. Sedangkan
pertumbuhan semaiA. Excelsaumur 14 mst dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Pertumbuhan tinggi semaiA. Excelsa umur 14 mst.
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa pertumbuhan semai A. Excelsa
umur 14 mst, dari grafik diatas terlihat bahwa pertumbuhan yang paling baik yaitu
A. Excelsa yang ditanam pada media campuran antara tailing dengan kompos aktif.
Hasil sidik ragam pada Tabel 8 menunjukkan bahwa interaksi antara media, asam humat dan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan rasamala pada taraf uji 0,05.
Tabel 8 Sidik ragam pengaruh perlakuan media, asam humat dan pupuk NPK
terhadap pertumbuhan tinggi semaiA. excelsaumur 14
Perlakuan db JK JKT F P
Media 2 4,3 2,2 0,01 0,987 tn
Asam humat 1 69,2 69,2 0,42 0,52 tn
Pupuk 2 188,9 94,4 0,57 0,568 tn
Media + Asam humat 2 52,2 26,1 0,16 0,854 tn
Media + Pupuk 4 405,9 101,5 0,61 0,654 tn
Asam humat + Pupuk 2 4,1 2,0 0,01 0,988 tn
Media + Asam humat + Pupuk 4 1.511,4 377,9 2,28 0,069 *
(46)
Keterangan : * perlakuan berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05 tn perlakuan tidak berpengaruh nyata pada taraf uji F 0,05
Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa perlakuan media, asam humat dan dosis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan rasamala.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik media
Berdasarkan hasil analisa karakteristik hara tailing tambang emas
Pongkor, tampak bahwa tekstur tailing didominasi oleh fraksi pasir, dengan komposisi 35,12% (pasir), fraksi debu sebesar 30,69%, dengan adanya dominasi pasir seperti ini maka sulit untuk menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tekstur tanah sangat menentukan reaksi kimia dan fisik yang terjadi dalam tanah, sebab ukuran partikel tanah dapat menentukan luas permukaan tanah. Fraksi liat pada
tailing sebesar 34,19%. Fraksi liat merupakan fraksi yang terpenting karena semakin tinggi kadar liat, maka kemampuan menahan air semakin tinggi.
Kapasitas Tukar Kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi dan kejenuhan basa tinggi dapat meningkatkan kesuburan tanah. KTK tanah berbanding lurus dengan jumlah butir liat, semakin tinggi jumlah liat suatu jenis tanah yang sama, KTK juga bertambah besar. Hal ini dapat terlihat bahwa dengan adanya penambahan asam humat dan kompos aktif dapat meningkatkan jumlah liat dan diikuti dengan adanya pertambahan KTK. (Hardjowigeno 2003).
Nilai KTK pada tailing tergolong rendah, yaitu hanya 8,90 me/100 g, hal
ini masih jauh dari kriteria penilaian sifat kimia tanah oleh staf Pusat Penelitian Tanah 1983, yaitu berkisar antara 17-25 me/100g.
Kemasaman tanah (pH) mempengaruhi serapan unsur hara dan
pertumbuhan tanaman, yaitu melalui pengaruh terhadap tersedianya unsur hara dan adanya unsur-unsur yang beracun. Tetapi walaupun pengaruh pH yang ekstrim, kebanyakan tanaman tahan terhadap keadaan itu asalkan unsur hara lainnya berada dalam keseimbangan. Beberapa unsur hara fungsional berkurang
(47)
bila pH berkisar antara 5,0-8,0 (Soepardi 1983). pH padatailingbersifat asam, hal ini dapat terlihat dari pH nya, padatailingpH-nya mencapai 6,6.
Kandungan bahan organik dalam tailing, ditunjukkan dengan nilai
C-organik hanya 0,32%. Kandungan C-C-organik padatailing belum mencapai standar
sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983), yaitu 2,01-3,00. C-Organik merupakan penyusun utama bahan organik. Menurut Istomo (1994), bahan organik ternyata mempunyai peranan yang sangat penting dalam tanah terutama pengeruhnya terhadap kesuburan tanah. Bahan organik mempunyai daya jerap kation yang tinggi, dengan semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah maka tinggi pula KTK nya dengan asumsi faktor-faktor lainnya relatif sama (Hakim dan Nurhayati 1986). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Musthofa (2007), menyatakan bahwa kandungan bahan organik harus dipertahankan tidak kurang dari 2 %. Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi, maka sewaktu pengolahan tanah, penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun.
Kandungan N-total sangat rendah (0,05%), unsur P hanya 10,5 ppm. Nilai tersebut masih jauh dari standar penilaian sifat kimia tanah yaitu berkisar antara
16-25 ppm, Kandungan K di dalam tailing pun masih jauh dari standar, yaitu
hanya 0,10 me/100g. Ketiga unsur tersebut memiliki fungsi yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Kandungan Ca terlarut tinggi 18,38 me/100g, sedangkan kandungan Mg sebesar 1,21 me/100g. dan logam berat Pb terlarut dan total sebesar 3,51 ppm dan 165 ppm. Pada tailing logam Fe bersifat racun, karena keberadaannya yang terlalu tinggi yaitu sebesar 1.535,40 ppm. Berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah 1983), logam Fe dikatakan cukup apabila berkisar antara 50-250 ppm.
5.2.2 Perubahan karakteristik tailing dengan adanya penambahan Asam humat dan kompos aktif
Penambahan bahan organik dapat merubah sifat fisik dan kimiatailinghal
ini disebabkan karena kompos aktif mengandung unsur makro seperti N, P, K, Ca, Mg dan juga dilengkapi mineral, asam amino dan mikroorganisme. Dengan adanya penambahan Asam humat dan kompos aktif menyebabkan terjadinya perubahan nitrogen dari 0,05 % (tailing) menjadi 0,19 % (tailing + asam humat)
(48)
menjdi 0,30 % (tailing + top soil+ asam humat) 0,21 % (tailing + kompos aktif) dan 0,25 % (tailing + kompos aktif + asam humat) dapat dilihat pada Gambar 5.
Adanya penambahan asam humat pada media tailing telah menyebabkan
perubahan nitrogen, tetapi perubahan tersebut belum mencapai standar yang telah ditetapkan, yaitu berkisar antara 0,21-0,50%. Akan tetapi, dengan adanya
penambahan top soil, asam humat, dan kompos aktif telah menyebabkan
perubahan nitrogen hingga mencapai standar yang telah ditetapkan.
Gambar 5 Peningkatan unsur Nitrogen dan C-organik pada media TS+AH (Top
soil+ Asam
Humat) T+AH (Tailing+ Asam humat) T+BO (Tailing+ Kompos aktif)
T+BO+AH (Tailing+ Kompos aktif + Asam humat).
Terjadinya peningkatan unsur-unsur tersebut dikarenakan kompos aktif dapat mengaktifkan mikroba tanah yang berfungsi untuk mempercepat sistem humifikasi, sehingga dapat bermanfaat untuk mempercepat pembentukan humus pada daerah perakaran tanaman, serta dapat memperbaiki kondisi fisik tanah dan mempercepat perkembangan akar tanaman. Selain itu kompos aktif dapat meningkatkan serapan hara tanaman, dan dapat merubah hara dalam bentuk metal organik yang lebih mudah diserap oleh tanaman.
Peranan bahan organik (asam humat dan kompos aktif) dalam
pertumbuhan tanaman dapat secara langsung, atau sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah. Keberadaan bio-organik (asam humat dan kompos aktif) dapat mempengaruhi sifat fisik tanah, diantaranya akan merangsang terjadinya granulasi agregat dan mamantapkannya, meningkatkan
(49)
kemampuan dalam mengikat air (Brady 1974), dan air yang ada dapat digunakan sebagai media pelarut bagi berbagai unsur hara untuk proses transfer ke akar tanaman, selain itu juga sebagai salah satu komponen penting dalam proses fotosintesis. Terhadap sifat kimia media, bio-organik (asam humat dan kompos aktif) telah terbukti mampu meningkatkan KTK media yang tentunya akan
berimplikasi terhadap perbaikan daya jerap kation untuk kemudian
memungkinkan peningkatan kation-kation yang dapat dipertukarkan.
Pengikatan unsur N, P dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme akan menghindarkan tercucinya unsur-unsur tersebut dan kemudian akan tersedia kembali. Dengan menambah aktivitas mikroba yang
berguna bagi tanah dapat mengembalikan kesuburan tanah dan
menggemburkannya karena mampu membangkitkan aktivitas mikro-organisme di dalam tanah, sehingga menjaga ketahanan kadar air dan mengurangi karbon aktif dan memperbaiki tanaman yang kurang sehat dan stagnasi.
Asam humat dan kompos aktif dapat dikatakan sebagai pembenah tanah, karena dapat meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Hal ini dapat terlihat
dari KTK tailing dari 8,90 me/100g menjadi 18,82 me/100g (kompos aktif) dan
19,38 me/100g (kompos aktif + asam humat). KTK dapat meningkat dikarenakan fungsi utama dari asam humat adalah meningkatkan KTK, mempermudah ketersediaan hara makro dan mikro, sehingga mudah diserap oleh tanaman. Adanya penambahan kompos aktif, asam humat, dan top soil dapat meningkatkan KTK sesuai standar yang telah ditetapkan yaitu berkisar antara 17-24 me/100g.
Selain itu, asam humat juga dapat mengurangi pencucian hara dan dapat memeperbaiki drainase, aerasi, dapat menyediakan sumber karbon untuk pertumbuhan mikroba tanah.
(50)
Gambar 6 Perubahan KTK dan unsur makro pada media TS+AH (Top soil +
Asam Humat) T+AH (Tailing+ Asam humat) T+BO (Tailing+ kompos
aktif ) T+BO+AH (Tailing+ kompos aktif + Asam humat).
Dari Gambar 6 dapat dilihat dengan pemberian asam humat dan kompos aktif dapat meningkatkan unsur hara makro karena asam humat dan kompos aktif dapat membantu dalam meningkatkan penyerapan hara makro yang dapat memberikan perbaikan sistem perakaran yang signifikan dan juga dapat mengefisienkan penggunaan pupuk, sehingga dosis pemberian pupuk dapat dikurangi.
Dengan adanya penambahan kompos aktif dan asam humat, dapat menurunkan Pb, Zn dan Fe yang berpotensi menjadi racun. Akan tetapi, di PT Antam UBPE Pongkor Pb dan Zn tidak berpotensi racun karena keberadaannya tidak banyak. Standar Pb dan Zn yang ditetapkan oleh Pusat Penelitian Tanah 1983, yaitu berkisar antara 2-200 ppm dan 10-300 ppm, yang berpotensi menjadi racun, yaitu Fe. Dengan pemberian bio-organik dan asam humat dapat menurunkan Pb, Zn dan Fe tersebut, hal ini dapat dilihat pada Gambar 7.
(51)
Gambar 7 Penurunan kandungan Zn, Pb, dan Fe pada media TS+AH (Top soil+
Asam Humat) T+AH (Tailing + Asam humat) T+BO (Tailing +
kompos aktif) T+BO+AH (Tailing + kompos aktif + Asam humat).
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa Zn dari 37,40 ppm (tailing) turun
menjadi 37,30 (tailing+ asam humat) menjadi 32,20 ppm (tailing+ kompos aktif)
menjadi 36.90 ppm ( tailing + top soil + asam humat) dan 32.40 ppm (tailing +
kompos aktif + asam humat). Seperti halnya dengan Pb dari 165,00 ppm (tailing)
turun menjadi 140,35 ppm (tailing + asam humat) menjadi 134,20 ppm (tailing+
kompos aktif) menjadi 160,63 ppm (tailing + top soil+ asam humat) dan 120,61
ppm (tailing + kompos aktif + asam humat). Dari grafik diatas, dapat dilihat
bahwa Fe dari 1.535,40 ppm turun menjadi 1.479,60 ppm (tailing+ asam humat)
menjadi 1.475,20 (tailing + kompos aktif), dan turun menjadi 1.470.21 ppm
(tailing+ kompos aktif + asam humat).
Dengan adanya penambahan asam humat, kompos aktif, dan top soil
mampu menurunkan Fe, namun Fe tersebut masih di bawah standar yang ditetapkan. Menurut kriteria penilaian sifat kimia tanah, Fe dikatakan cukup apabila berkisar antara 20-250 ppm.
Kompos aktif dan asam humat mampu untuk meningkatkan resistensi tanaman terhadap kekeringan, meningkatkan populasi dan aktivitas mikroba tanah
yang keberadaannya mutlak diperlukan karena berperan penting dalam
(52)
logam berat pada tailing karena bahan organik mempunyai kemampuan untuk mengikat kelebihan logam yang bersifat racun.
5.2.3 Pertumbuhan Tinggi semaiE. cyclocarpumumur 14 mst
Secara alami E. cyclocarpum mampu membentuk bintil akar yang berarti
mampu menyediakan unsur hara nitrogen melalui simbiosis dengan Rhizobium (bakteri yang ada pada akar tanaman legum yang dapat menyerap nitrogen bebas yang ada di udara). Variabel tinggi merupakan parameter yang paling mudah diukur dan dapat dijadikan sebagai indikator terhadap pengaruh pemberian perlakuan maupun pengaruhnya terhadap interaksi luar dari lingkungan. Pengamatan terhadap pertumbuhan tinggi sengon buto dilakukan setiap 2 minggu sekali hingga minggu ke-14 setelah tanam.
Pada Gambar 1 terjadi kecenderungan pertumbuhan yang meningkat sejak minggu awal hingga 14 MST dan peningkatan tersebut bervariasi antara setiap
perlakuan yang diberikan. KTK tailing yang sangat rendah memungkinkan
terjadinya percepatan pencucian terhadap hara, maka hara yang adapun akan hilang tercuci sebelum bisa dimanfaatkan (Hakim dan Nurhayati 1986) oleh tanaman sengon buto. Selain itu, bibit sengon buto yang digunakan tidak diketahui asal (provenan) nya, sehingga kualitas bibit diketahui. Walaupun daunnya menguning, semai sengon buto selalu mengalami peningkatan tinggi
setiap minggunya sekalipun semai ditanam pada media tailing murni. Hal ini
dikarenakan sengon buto tergolong tanaman pionir yang dapat tumbuh dimana saja sekalipun ditanam pada tempat yang kandungan unsur haranya rendah. Selain
itu, tanaman ini termasuk ”fast growing spesies” artinya spesies yang cepat
tumbuh, sehingga dalam beberapa minggu saja sudah terlihat pertumbuhan tingginya.
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa efisiensi pertumbuhan yang paling tinggi, yaitu terdapat pada perlakuan kompos aktif + asam humat + pupuk NPK 5
gram. Adanya penambahan kompos aktif pada media tailing, telah mampu
meningkatkan pertumbuhan semai E. cyclocarpum umur 14 mst. Efisiensi
peningkatannya mencapai 122,9% dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi
semai yang hanya pada mediatailingsaja. Hal ini disebabkan karena kompos aktif
(53)
kotoran sapi ditambah arang sekam, fosfat alam (rock phosphate) dan bio-activator, yaitu cairan organik terbuat dari campuran enzim, asam amino, hormon serta telah diperkaya dengan unsur hara esensial untuk tanaman juga ramah lingkungan (Green Earth Trainer 2006). Kompos aktif dengan bahan dasar kotoran sapi dan arang sekam merupakan sumber karbon organik dan unsur-unsur hara makro lainnya. Peranan bahan organik dalam pertumbuhan tanaman dapat secara langsung, atau sebagian besar mempengaruhi tanaman melalui perubahan sifat dan ciri tanah.
(1) (2) (3)
Gambar 8 Sengon buto yang ditanam pada mediatailingmurni (1) sengon
buto yang ditanam pada mediatailing+ asam humat (2) sengon buto
yang ditanam pada mediatailing+ asam humat + pupuk NPK 10 gram
umur 14 mst.
Pada Tabel 4 menyajikan hasil uji Duncan yang menunjukkan bahwa
media campuran tailing dan kompos aktif menghasilkan rata-rata pertumbuhan
tinggi yang baik, yaitu sebesar 1,288 cm dibandingkan dengan dua media tumbuh
lainnya. Media top soil menghasilkan rata-rata pertumbuhan tinggi bibit sebesar
1,006 cm dan media tailing menghasilkan rata-rata pertumbuhan tinggi bibit yang terendah, yaitu 0,884 cm
Penambahan kompos aktif pada media tailing, telah secara nyata mampu
meningkatkan pertumbuhan tinggi semai E. cyclocarpum umur 14 mst
dibandingkan dengan mediatailingsaja (kontrol). Mediatailingdengan tambahan
kompos aktif memberikan pertumbuhan tinggi yang lebih baik karena kompos
aktif dapat membantu tailing yang miskin hara menyediakan unsur hara yang
(54)
melaksanakan fungsinya dalam menyerap unsur hara yang dibutuhkan bibit dengan lebih optimal.
Kompos aktif dengan bahan dasar kotoran sapi dan arang sekam merupakan sumber karbon organik dan unsur-unsur hara mikro lainnya. Telah lama diketahui bahwa kotoran ternak bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Kandungan hara dalam kotoran ternak yang penting untuk tanaman, antara lain unsur nitrogen (N), phospor (P), dan Kalium (K). Ketiga unsur ini memiliki fungsi yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman. Unsur nitrogen berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, terutama batang tanaman. Unsur Phospor bagi tanaman lebih banyak berfungsi untuk merangsang pertumbuhan akar, khususnya akar tanaman muda. Unsur Kalium berperan dalam membentuk protein dan karbohidrat bagi tanaman (Setiawan 2005).
Pemberian kompos aktif ke dalamtailinglebih cenderung ditujukan untuk
membangkitkan mikroba untuk berperan didalam menyediakan unsur hara dan digunakan sebagai makanan bagi perbanyakan mikroba dan memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah.
Adanya campuran media tailing dan top soil menunjukkan pertumbuhan
sengon buto yang lebih baik apabila dibandingkan dengan media tailing saja
(kontrol). Top soil memiliki peranan yang penting untuk memenuhi berbagai
kebutuhan hidup tanaman, diantaranya, yaitu memberi dukungan mekanis dengan menjadi tempat berjangkarnya akar, menyediakan ruang untuk pertumbuhan dan perkembangan akar, menyediakan udara (oksigen) untuk respirasi, air, dan hara. (Purwowidodo 2000).
Keberadaan top soil sangat penting, karena disamping sebagai sumber
unsur hara makro dan mikro, juga sebagai sumber bahan organik dan mikroba
potensial, top soil juga berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, sehingga
dapat merangsang perkembangan akar pada tahap awal pertumbuhan. Tanaman
tanpatop soilpertumbuhannya akan lambat, kekuningan, tumbuh kerdil, dan pada
umur 9 bulan menunjukkan gejala stagnasi. Dengan penambahan top soil, tinggi
dan diameter dapat dipacu pertumbuhannya sampai 200-300% (Green Earth Trainer 2008).
(55)
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk NPK dengan dosis 0, 5, dan 10 gram tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan sengon buto, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan sengon buto tidak terlalu dipengaruhi oleh pemberian pupuk.
Berdasarkan uji statistik terhadap interaksi antara media, asam humat dan
pupuk terhadap pertumbuhan tinggi E. cyclocarpum memberikan pengaruh yang
nyata terhadap pertumbuhan tinggi. Pemberian kompos aktif yang ditambahkan
dengan asam humat tanpa pemberian pupuk merupakan kombinasi perlakuan
yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji lanjut duncan menunjukkan nilai rata-rata yang paling tinggi dan berbeda nyata terhadap kontrol. Pemberian pupuk NPK dengan dosis 0, 5, dan 10 gram tidak berbeda nyata. Pemberian pupuk dengan dosis 10 gram dapat meningkatkan pertumbuhan, akan tetapi jika dilihat dari hasil uji lanjut duncan perlakuan tanpa penambahan pupuk memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan penambahan pupuk 10 gram.
Secara teori, pemberian pupuk memberikan hasil yang yang lebih baik terhadap pertumbuhan bibit dibandingkan dengan yang tidak diberi pupuk. Tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa semai yang tidak diberi perlakuan pupuk memberikan hasil yang lebih baik. Akan tetapi, jika hanya mengandalkan dari pupuk NPK saja sebagai pupuk dasar, maka tanaman yang tanpa pemberian kompos aktif mengalami pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan tanaman yang mendapat perlakuan kompos aktif pada medianya.
Sulawati (1981) menyimpulkan bahwa persemaian Pinus merkusii yang
menggunakan pupuk NPK dan pupuk kandang (kompos) mengalami pertumbuhan diameter yang lebih cepat dibandingkan persemaian yang hanya menggunakan pupuk NPK saja.
Pertambahan tinggi sengon buto tidak terlalu dipengaruhi oleh pupuk, karena dengan adanya pemberian kompos aktif dan asam humat saja sudah dapat menyediakan unsur hara, yaitu nutrisi essensial yang terdiri dari unsur N, P, K, Fe, Mn, Mg, Ca, Cu, dan Zn. Selain itu didalam kompos aktif terdapat asam amino sebagai pengikat (katalisator) unsur lain sehingga membuat pertumbuhan dan produksi menjadi maksimal, mikrobiologi yang terdiri dari mikroba perambat,
(56)
pelepas, dan mikroba perombak atau pengurai bahan organik, selain itu terdapat enzim, dan hormon alami yang berfungsi merangsang pertumbuhan pucuk muda dan bunga.
Semua unsur yang terdapat dalam kompos aktif sangat diperlukan oleh tanaman. Keberadaan kompos aktif dan asam humat dalam tanah dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan berkaitan erat dengan perbaikan sifat-sifat tanah sebagai media tumbuh.
Dengan kondisi tailing yang didominasi oleh pasir dan debu, pemberian
asam humat sangat membantu pada saat hujan, karena dengan pemberian asam humat, dapat mengikat pupuk sehingga tidak mudah tercuci. Selain itu, kandungan asam humat terdiri dari 56,2% C; 35,5% O; 47% H; 3,2% N dan 0,8%
S (Arsiati 2002). Pada akhir pengamatan, semai E.cyclocarpum persen hidupnya
mencapai 100%.
5.2.4 Pertumbuhan Tinggi semaiA. excelsa14 mst
Dengan melihat karakteristik media tailing, pertumbuhan rasamala pada
media tailing murni (tanpa adanya penambahan perlakuan) pertumbuhannya
cukup tertekan. Pada akhir pengamatan, ditemukan rasamala yang mati mencapai
16,67%. Melihat kondisi tailing yang seperti itu, maka tailing tanpa perlakuan
belum dapat digunakan sebagai media yang dapat mendukung pertumbuhan rasamala.
Rendahnya ketersediaan unsur hara esensial N, P, K pada media tailing
dapat dianggap sebagai penyebab utama terjadinya pertumbuhan rasamala yang
tidak sempurna. KTK tailing yang sangat rendah memungkinkan terjadinya
percepatan pencucian terhadap hara, maka hara yang adapun akan hilang tercuci sebelum bisa dimanfaatkan (Hakim dan Nurhayati 1986) oleh tanaman rasamala.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada rasamala menunjukkan pertumbuhan yang tidak normal, keadaan tersebut muncul setelah 1 bulan penanaman. Gejala yang timbul, yaitu muncul bercak-bercak pada daun, dan daunnya berubah
menjadi merah. Kemungkinan perubahan tersebut disebabkan oleh suhu tailing
yang sangat yang menyebabkan rasamala tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 9.
(57)
Gambar 9 Pertumbuhan rasamala pada umur 4 mst.
Pada semai A. excelsa ketika berumur 4 mst pertumbuhannya terhambat,
hal ini terlihat dari kondisi semai A. Excelsa yang berguguran, hangus seperti
terbakar bahkan kematian semai.
Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa efisiensi pertumbuhan yang paling tinggi yaitu terdapat pada perlakuan kompos aktif + asam humat + pupuk NPK 10 gram.
Adanya penambahan kompos aktif pada media tailing, telah mampu
meningkatkan pertumbuhan semai A. excelsa umur 14 mst. Efisiensi
peningkatannya mencapai 300% dibandingkan dengan pertumbuhan tinggi semai
yang hanya pada mediatailingsaja.
Hasil sidik ragam pada Tabel 8 menunjukkan bahwa interaksi antara media, asam humat dan dosis pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan rasamala pada taraf uji 0,05. Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa perlakuan media, asam humat dan dosis pupuk NPK tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan rasamala. Hal ini yang menyebabkan pada saat rasamala berumur 1 BST, rasamala menunjukkan adanya kelainan yaitu timbulnya bercak pada daun dan pertumbuhan rasamala tergolong lambat.
Selain itu, dosis asam humat yang diberikan pada rasamala terlalu pekat, yaitu dengan kadar 1%. Seharusnya asam humat dengan kadar 1% dapat dikurangi lagi menjadi 0,5 %. Hal ini yang menyebabkan respon dari perlakuan asam humat terlihat lambat. Pada prinsipnya dalam pemberian bio-organik apabila diberikan dengan kadar yang berlebih, respon yang diberikan akan terlihat pada waktu yang lama. Yang menjadi kendala yaitu tidak diketahuinya kadar yang tepat untuk setiap pemberian bio-organik pada tanaman.
(1)
Sulawati, S. 1981. Penilaian Kualitas Semai
Pinus merkusii
di Persemaian
Sinagrib dan Pasir Kadaka KPH Bogor. [skripsi] Jurusan Manajemen Hutan
Fakultas Kehutanan IPB. Bogor
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. IPB.
Syarif, F. 2008. Toleransi Sengon Buto (
Enterolobium cyclocarpum
Griseb) yang
Ditanam pada Media Limbah Tailing Tercemar Sianida dengan Perlakuan
Pupuk. Di dalam:Berita Biologi 9 (1); Bogor, 2008. Bogor: Pusat Penelitian
Biologi-LIPI. Hlm 105-110.
Tan KH. 1991. Dasar-dasar Kimia Tanah. Goenadi DH, Penerjemah. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: The Principals of Soil
Chemistry.
(2)
(3)
R3232 R3135 R3224 R3235 R2231 R1225 R2212 R3111 R3115 R3132 R3215
R2125 R1224 R1235 R1135 R2135 R2225 R3124 R3122 R3134 R2223 R1114 R1211 R1221 R2111 R1134 R1212 R1134 R1132 R1124 R1121 R3131 R2121 R2112 R1133 R2211 R2233 R2222 R3114 R2132 R3133 R2122 R2224 R3214 R1122 R3221 R2235 R2123 R3211 R2214 S2223 S2121 S3131 S1121 R2215 R1131 R2234 R1222 R3125
R2133 R1111 S1114 S2112 S1211 S1133 R1113 R1232 R1125 R1234 R3223
R1233 R3233 S1131 S2234 S1222 S3125 R3234 R2131 R3113 R2213
R3213 R1123 S2235 S3221 S1122 S3214 R2134 R2113 R1213 R1223
R3231 R3222 S3233 S1234 S1125 S1232 S3224 R3212 R3121 R1115 R3123 S3113 S2131 S2213 S3134 S3215 S3235 R3225 R2124 R1112 S1223 S1115 S2124 S3132 S3232 S3135 R2221 R2232
R1231 S2232 S1214 S3212 S3115 S3122 S3124 R2115 R1214 R2114 R3112 S2113 S1213 S3121 S3111 S2225 S2212 S2231
R1215 S3223 S2221 S2125 S1225 S2111 S2135
S2134 S3234 S1113 S1224 S2125
S2215 S2224 S2122 S1221 S1235 S3133 S2132 S3114 S1212
S2222 S2233 S2211 S1135 S2123 S3211 S2214 S1134
S1232 S2133 S1111 S1132 S3213 S1123 S3225 S1124
S3123 S3222 S3231 S1112
S2114 S1231
S3112 S1215
(4)
(5)
(6)