Tailing Kendala Revegetasi Lahan Tambang Karakteristik Sengon Buto dan Rasamala .1 Sengon Buto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tailing

Penambangan emas menghasilkan sisa pengolahan bahan tambang atau sering disebut tailing, yaitu berupa bubuk batuan yang berasal dari batuan mineral yang telah digerus sedemikian rupa hasil pemisahan tembaga, emas dan perak di pabrik pengolahan Boul 1981. Sifat fisik tailing yang merupakan masalah bagi pertumbuhan tanaman adalah tekstur, agregasi dan struktur, densitas dan infiltrasi, kompaksi, daya pegang dan stabilitasnya. Menurut USDA ukuran partikel tailing relatif kecil dan seragam berupa pasir halus berukuran 0,25-0,10 mm. Selain itu, sifat kimia tailing seperti status hara yang rendah, kandungan logam berat seperti Cd, Hg, Pb, As yang dapat menyebabkan kerusakan pada lingkungan Williamson 1982.

2.2 Kendala Revegetasi Lahan Tambang

Kendala utama dalam melakukan aktivitas revegetasi pada lahan-lahan terbuka pasca penambangan adalah kondisi lahan yang tidak mendukung marginal bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi ini secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk mengatasi masalah ini, maka sifat- sifat fisik, kimia dan biologi tanah terlebih dahulu perlu diketahui, sehingga penanganannya soil amandement dapat dengan tepat bisa dilakukan Green Earth Trainer 2007. Kondisi tanah yang kompak karena pemadatan dapat menyebabkan buruknya sistem tata air water infiltration and percolation dan aerasi peredaran udara yang secara langsung dapat berdampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu. Akibatnya tanaman tidak dapat berkembang dengan normal, tetapi pertumbuhannya tetap kerdil dan merana Green Earth Trainer 2007.

2.3 Bio organik

Bio organik merupakan hasil fermentasi bahan organik secara aerob maupun anaerob. Adapun produk yang dihasilkan berupa padatan atau cairan Setiadi 2009. Komunikasi Pribadi. Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan bio organik adalah kotoran sapi. Kotoran sapi sebagai sumber mikroba yang dapat digunakan untuk menghancurkan selulosa, hemi selulosa dan lignin yang ada pada bahan organik. Dibandingkan dengan produk organik lain, bio organik selain dapat meningkatkan, produktifitas dan kualitas hasil pertanian, perkebunan dan pertumbuhan tanaman kehutanan, produk ini juga dapat memperbaiki kesuburan tanah, serta pemakaiannya aman bagi lingkungan. Produk ini juga popular digunakan untuk merehabilitasi lahan-lahan paska tambang yang kondisi lahannya marginal Hariangbanga 2008. Produk bio-organik dapat memberikan banyak manfaat diantaranya: 1. Pembenah lahan paska tambang Dengan pemberian bio-organik dapat membantu dalam pemulihan lahan paska tambang dan lahan marginal 2. Sebagai penyubur tanah Bio-organik selain dapat mensuplai unsur makro dan mikro juga dapat memperbaiki struktur tanah ke arah yang lebih remah, sehingga kondusif untuk perkembangan akar. 3. Mengaktifkan miroba potensial Keberadaan mikroba potensial seperti mikoriza, sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan unsur hara secara kontinyu. Dengan bio-organik, maka keberadaan mikroba potensial dapat terus dipertahankan. 4. Meningkatkan kapasitas tukar kation Dengan bio-organik, KTK tanah secara bertahap dapat ditingkatkan, sehingga selain tanah menjadi subur, juga dosis pemberian pupuk dapat dikurangi.

2.3.1 Asam humat

Secara umum asam humat diyakini berasal dari dekomposisi lignin atau karbohidrat tanaman yang membusuk. Asam humat biasanya kaya akan karbon, yang berkisar antara 41 - 47, namun bahan ini juga dapat mengandung nitrogen dan bahan organik Tan 1991; Robinson 1995. Asam humat mempunyai peranan yang penting dalam menyokong kehidupan mikroorganisme didalam tanah. Asam organik ini dapat meningkatkan permeabilitas membran dan membantu memperlancar nutrisi untuk menembus dinding sel, meningkatkan produksi klorofil dan fotosintesis, menstimulasi hormon dan meningkatkan aktivitas enzim Bio Flora International Inc 1997. Kemampuan asam humat dalam meningkatkan serapan hara juga ditunjukkan dalam penelitian Cooper 1998 menunjukkan adanya peningkatan penyerapan P pada tanaman Agrostis stolonifera L. Sementara Olk dan Cassman 1995 menunjukkan bahwa pemberian asam humat dapat menurunkan fiksasi kalium di tanah vermikulit, sehingga meningkatkan ketersediaannya di dalam tanah. Hasil penelitian Ayuso 1996 membuktikan bahwa penambahan asam humat meningkatkan kemampuan penyerapan unsur hara makro N, P, K tetapi banyaknya hara yang terserap berbeda untuk setiap unsurnya. Proses aplikasi asam humat di bidang kehutanan adalah rehabilitasi lahan pasca kebakaran, pembangunan hutan tanaman pada lahan marginal, dan sistem pembibitan tanaman kehutanan Anonim 2000.

2.3.2 Kompos aktif

Kompos aktif merupakan salah satu produk pupuk organik dengan bahan dasar berupa kompos kotoran sapi ditambah arang sekam, fosfat alam rock phosphate dan bio-activator. Bio-activator terbuat dari campuran enzim, asam amino, hormon serta telah diperkaya dengan unsur hara esensial untuk tanaman Green Earth Trainer 2006. 2.4 Karakteristik Sengon Buto dan Rasamala 2.4.1 Sengon Buto Enterolobium cyclocarpum Griseb. Berdasarkan penelitian Syarif 2008, disimpulkan bahwa sengon buto terbukti merupakan tanaman yang toleran terhadap media tanam limbah tailing yang terkontaminasi. Sengon buto masih dapat bertahan dan tumbuh pada tanah limbah tailing walaupun tanpa diberi perlakuan pupuk NPK, karena terbukti bahwa pemupukan NPK tidak berpengaruh nyata pada peningkatan pertumbuhan dan produksi biomasa tanaman, setidaknya pada tahap anakan. Akumulasi sianida pada sengon buto tidak meningkat dengan adanya perlakuan pupuk NPK. Berdasarkan penelitian Juhaeti 2006, menyimpulkan bahwa pemupukan dengan dosis yang tepat dapat membantu meningkatkan pertumbuhan sengon buto yang ditanam di tanah tailing. Pemupukan dengan dosis 2 gpot menunjukkan hasil yang terbaik. Sedangkan dalam penelitian Sudiana 2004, menyimpulkan bahwa sengon buto yang diinokulasi dengan rhizobium dapat tumbuh baik pada ekosistem lahan tailing. Penambahan bahan organik di lahan tailing mutlak diperlukan untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik.

2.4 .2 Rasamala Altingia excelsa Noronha

Dokumen yang terkait

PENGARUH BOBOT DAN KEDALAMAN PENANAMAN BENIH TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL SEMAI SENGON BUTO (Enterolobium cyclocarpum Jacq. Griseb)

0 6 1

Respon Pertumbuhan Semai Gmelina Arbarea Linn. Terhadap Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Asam Humat dan Asam Oksalat

0 13 66

Pendugaan Viabilitas Benih Sengon Buto (Enterolobium Cyclocarpum Griseb.) dengan Berbagai Metode Uji Cepat

0 11 81

Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula dan kompos aktif untuk meningkatkan pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach LINN) pada Media Tailing Tambang Emas Pongkor

0 9 171

Pemberian Mikroorganisme dan Asam Humik pada Tanah Latosol Dan Tailing untuk Memperbaiki Pertumbuhan dan Produksi Centrosema pubescens Benth.

0 12 71

Potensi fungi mikoriza arbuskula dan kompos aktif untuk meningkatkan pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach Linn) pada media tailing tambang emas

1 9 9

: Pendugaan Potensi Kandungan Karbon Pada Tegakan Rasamala (Altingia excelsa Noronhae) KPH Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten

0 11 75

Perbaikan pertumbuhan tanaman rasamala (Altingia excelsa Noronhae) dengan teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, kabupaten Sukabumi

0 7 47

Pertumbuhan Tanaman Sengon Buto (Enterolobium cyclocarpum Griseb.) dengan Teknik Lateral Root Manipulation (LRM) di PT Cibaliung Sumberdaya, Banten

1 25 33

Pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula dan kompos aktif untuk meningkatkan pertumbuhan semai mindi (Melia azedarach LINN) pada Media Tailing Tambang Emas Pongkor

0 1 86