Pengaruh Cara Dan Dosis Pupuk Kandang Dan Kapur Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Kedelai (Glycine max. L.Merr)

RB-eb
%LY
PENGARUH CARA DAN DOSIS PUPUK KANDANG DAN
KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
KEDELAI (Glycine ma. L.Merr)

Oleh

Julius Aldrian
A34102044

PROGRAM STUD1 AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
MSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN
JULIUS ALDRIAN. Pengamh Cara dan Dosis Pupuk Kandang dan Kapur
Terhadap Pertumbuhan dan Produhi Kedelai (Glycine max. L.Merr).
(Dibimbing oleh MUNIF GHULAMAHDI dan SOFYAN ZAMAN).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari cara

pemberian, dosis pupuk kandang, dan dosis kapur terhadap pertnmbuhan dan hasil
tanaman kedelai (GZycine max L.Meml). Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
April 2006-Juli 2006 di Kebun Percobaan IPB Sawah Baru, Darmaga, Bogor,
pada ketinggian 250 meter diatas pemukaan laut.
Penelitian ini menggunakan rancangan Petak-petak Terbagi, dengan tiga
faktor. Petak utama adalah cara pemberian, yaitu pemberian secara sebar (Cl),
dan pemberian pada alur benih (C2). Anak petak adalah dosis pupuk kandang,
yaitu 0 tonha(PO), 2 ton/ha(Pl), 4 tonha (P2), 6 tonha (P3). Sebagai an&-anak
petak ialah perlakuan dosis kapur, yaitu 0 tonha, 0.4 tonha, 0.8 tonha, dan 1.2
tonha. Masing-masing percobaan diulang 3 kali, terdapat 96 satuan percobaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa cara pemberian memberikan
pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 10 rninggu setelah tanarn (MST)
dan terhadap bobot biji per petak. Pemberian secara sebar menunjukkan tinggi
tanaman yang lebih tinggi daripada pemberian pada alur benih. Pemberian cara
sebat juga menghasilkan bobot biji per petak yang lebih tinggi daripada cara
pemberian pada alur benih.
Dosis pupuk kandang memberikan pengamh yang nyata terhadap tinggi
tanaman
2 dan 6 MST, juga terhadap jumlah daun pada 10 MST. Dosis
pupuk kandang 6 tonha menghasilkan tanaman tertinggi pada 2 dan 6 MST, dan

jumlah polong isi paling banyak. Dosis pupuk kandang 4 tonha menghasilkan
jumlah daun paling banyak pada 10 MST, tetapi tidak berbeda nyata dengan
jumlah daun pada perlakuan dosis pupuk kandang 6 tonha.
Dosis kapur memberikan pengaruh nyata tinggi tanaman pada 4 MST,
bobot kering bintil akar pada 6 MST, jumlah polong isi, jumlah polong hampa,
dan terhadap bobot kering biji per petak. Dosis kapur 1.2 tonha menghasilkan
tanaman tertinggi pada 4 MST, bobot kering akar yang paling berat pada 6 MST,
jumlah polong hampa yang paling banyak, dan bobot biji per petak yang paling
berat. Dosis kapur 0.8 tonha menghasilkan polong isi terbanyak, tetapi tidak
berbeda nyaia dengan jumlah polong isi pada perlakuan dosis kapur 1.2 t o m
Interaksi antara cara pemberian dengan dosis kapur memberikan pengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman 4 MST dan bobot kering bintil akar 6 MST.
Pemberian secara sebar dengan dosis kapur 1.2 tonha menghasilkan tanaman
tertinggi pada 4MST. Pemberian secara sebar dengan dosis kapur 0.8 tonha
menghasilkan bobot kering biitil akar 6 MST yang paling berat, tetapi tidak
berbeda nyata dengan dosis kapur 1.2 tonha secara sebar dan dengan pemberian
pada alur benih dengan dosis 1.2 tonha.
Interaksi antara dosis pupuk kandang dengan dosis kapur memberikan
pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 4 MST, jumlah daun 6 MST, bobot
kering b i l akar 6 MST, dan jumlah polong isi. Perlakuan dosis pupuk kandang

0 tonha dan dosis kapur 1.2 tonha menghasilkan tanaman tertinggi pada 4 MST,
dan jumlah dam terbanyak pada 6 MST. Dosis pupuk kandang 6 tonha dan dosis

kapur 0.4 tonha menghasilkan bobot kering akar paling tinggi. Dosis pupuk
kandang 4 tonha dan dosis kapur 0.8 tonha menghasilkan jurnlah polong isi
paling banyak.
Interaksi antara ketiga faktor memberikan pengaruh nyata pada tinggi
tanaman 4 dan 10 MST, dan terhadap Indeks Luas Daun (ILD) 8 MST. Pemberian
cara sebar dengan dosis pupuk kandang 0 tonha dan dosis kapur 1.2 tonha
menghasilkan tinggi tanaman tertinggi pada 4 MST. Pemberian cara sebar dengan
dosis pupuk kandang 2 tonlha dan dosis kapur 0.4 tonha menghasilkan tinggi
tanman paling tinggi pada 10 MST. Indeks Luas Daun 8 MST paling tinggi pada
perlakuan pemberian secara sebar, dengan dosis pupuk kandang 6 tonha dan
dosis kapur 1.2 tonha.

PENGARUH CARA DAN DOSIS PWUK KANDANG DAN
KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI
KEDELAI (Glycine mm. L.Merr)

Skripsi sebagai salah satu syarat

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh
Julius Aldrian
A34102044

PROGRAM STUD1 AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

Judul

: PENGARUH CARA DAN DOSIS PUPUK KANDANG DAN

KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

KEDELAI (Glycine max. L.Merr)
Nama


: Julius Aldrian

NRP

: A34102044

Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pernbirnbing I1

Pernbimbing I

-

1r.Sofvan Zaman
NIP :132 086 363

Ghulamahdi, MS
NIP : 131 471 386


ultas Pertanian

NIP. 130422698

RIWAYAT HlDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 1 1 Juli 1984. Penulis
mempakan anak ke dua dari tiga bersaudara dari Bapak 1.A.Napitupulu dan Ibu
Jeanny Simanjuntak.
Tahun 1996 penulis lulus dari SD Tarakanita I1 Jakarta, kemudian pada
tahun 1999 menyelesaikan studi dari Sh4P Tarakanita I Jakarta. Selanjutnya
penulis lulus dari SMAN 3 Jakarta pada tahun 2002.
Tahun 2002 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Fakultas
Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, Program Studi Agronomi melalui Jalur
Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Pada tahun 2005 penulis mendapat
kesempatan untuk menjadi asisten p r a k t i i mata M i a h Dasar-Dasar Agronomi.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Esa yang telah memberi kekuatan dan
berkatnya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini

bertujuan untuk mendapatkan cara pemberian pupuk kandang dan kapur yang
lebih baik, serta menentukan dosis pupuk kandang dan kapw yang paling baik
terhadap hasil tanaman kedelai.
Penelitian ini dapat diselesaikan dengan bantuan dari banyak pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr.Ir.Munif Ghulamahdi, MS serta 1r.Sofyan Zaman yang telah memberikan
bimbiigan dan pengarahan selama kegiatan penelitian ini
2. Pak Adang dan seluruh karyawan Kebun Percobaan IPB Sawah Baru, serta

kepada Pak Kholil yang telah rnembantu segala kegiatan lapangan dari
penelitian ini.
3. Pak Joko dan Pak Pardi yang telah membantu segala kegiatan pengukuran di

laboratorium
4. Anton, Tata, dan Atmi yang telah banyak memberi saran dan membantu

hingga penelitian ini dapat diselesaikan.
5. Semua teman-teman yang ada di P-10 yang menjadi seperti keluarga dalam


suka dan duka
6. Papa, mama, kak Alien, dan Fino yang bukan hanya melalui doa dan saran
tetapi secara langsung ikut serta dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Kepada semua teman-teman Agronomi 39 yang tidak dapat disebutkan
namanya satu persatu, saya ucapkan terima kasih atas persahabatannya selama

ini.
Penulis berharap agar tulisan ini dapat berguna bagi semua pihak yang
membutuhkannya

DAFTAR IS1
Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................

i

DAFTAR IS1...............................................................................................


ii

DAFTAR TABEL ......................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................

v

PENDAHULUAN....................................................................................

1

Latar Belakang ...............................................................................
Tujuan ...........................................................................................
Hipotesis ....................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................


1
2
2
3

Botani Kedelai .......................................................................... 3
Syarat Tumbuh ................................................................................
3
Pupuk Kandang ...............................................................................
4
Pengapuran......................................................................................
5

BAHAN DAN METODE...........................................................................
Tempat dan Waktu .....................................................................
Bahan dan Alat ............................................................................
Metode Percobaan ...........................................................................
Pelaksanaan.....................................................................................
Pengamatan .................................................................................


HASIL DAN PERmAHASAN ..................................................................

..

K o n d ~ Umum
s~
................................................................................
Rekapitulasi .....................................................................................
Cara Pemberian ...............................................................................
Pupuk Kandang...............................................................................
Kapur ..............................................................................................
Interaksi ..........................................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
LAMPIRAN ................................................................................................

6
6
6
6
7
8

DAFTAR TABEL
Teks

Halaman

Nomor

. . .

1.

Rekapitulas~Sld~kRagam ....................................................................

10

2.

Pengaruh Cara Pemberian ....................................................................

11

3.

Pengaruh Dosis Pupuk Kandang ..........................................................

11

4.

Pengaruh Dosis Kapur..........................................................................

12

5.

Interaksi Cara Pemberian dan Dosis Kapur .........................................

13

6.

Interaksi Pupuk Kandang dan Kapur Terhadap Tinggi Tanaman ........

14

7.

Interaksi Pupuk Kandang dan Kapur Terhadap Jumlah Daun .............

14

8.

Interaksi Pupuk Kandang dan Kapur Terhadap Bobot Kering Akar ...

15

9.

Interaksi Pupuk Kandang dan Kapur Terhadap Jumlah Polong Isi .....

15

10. Interaksi Cara Pemberian. Pupuk Kandang. Kapur
Terhadap Tinggi Tanaman ...................................................................

16

11. Interaksi antara Perlakuan Cara Pemberian. Pupuk Kandang
Kapur Terhadap Indeks Luas Daun (ILD) ..........................................

17

Nomor

Halaman

1. Data Klimatologi Wilayah Darmaga Bulan April 2006 .
Juli 2006 ......

27

2. Kriteria Tanah Analisis Tanah Daerah Babakan-Sawah Baru ...............

27

3. Hasil Analisis Tanah Daerah Kebun Percobaan IPB .
Sawah Baru Dramaga.............................................................................

28

4. Sidik Ragam Pengaruh Cara Pemberian. Dosis Pupuk

Kandang. dan. Dosis Kapur Terhadap Tinggi Tanaman ........................

28

5 . Sidik Ragam Pengaruh Cara Pemberian. Dosis Pupuk

Kandang. dan. Dosis Kapur Terhadap Jumlah Daun .............................

30

6. Sidik Ragam Pengaruh Cara Pemberian. Dosis Pupuk
Kandang. dan. Dosis Kapur Terhadap Bobot Kering Akar ...................

31

7. Sidik Ragam Pengaruh Cara Pemberian. Dosis Pupuk
Kandang. dan. Dosis Kapur Terhadap Bobot Kering Bintil Akar .........

32

8. Sidik Ragam Pengaruh Cara Pemberian. Dosis Pupuk
Kandang. dan. Dosis Kapur Terhadap Jumlah Polong Isi .....................

32

9 . Sidik Ragam Pengaruh Cara Pemberian. Dosis Pupuk
Kandang. dan. Dosis Kapur Terhadap Indeks Luas Daun (ILD) ...........

33

10. Sidik Ragam Pengaruh Cara Pemberian. Dosis Pupuk
Kandang. dan. Dosis Kapur Terhadap Bobot Biji per Petak ................

33

..
11. Denah Rancangan Penelit~an.................................................................

35

12. Perlakuan Pemberian Pada Alur Benih .................................................

36

DAFTAR GAMBAR
Teks

Nomor

Halaman

1. Regresi Dosis Pupuk Kandang Cara Sebar Terhadap Jumlah
Polong Isi ............................................................................................

19

2. Regresi Dosis Kapur Cara Sebar Terhadap Bobot
..
B i j ~Per Petak ........................................................................................

20

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L.Merr) merupakan tanaman pangan yang sangat
dibutuhkan di Indonesia, umumnya digunakan sebagai bahan baku tempe, tahu,
kecap, tauco, atau susu kedelai. Nilai gizi dari biji kedelai terbilang cukup baik,
karena kandungan asam amino yang tinggi, lengkap, dan seimbang. Setiap 1 gram
asam amino kedelai mengandung 340 mg isoleusin, 480 mg leusin, 400 mg lisin,

3 10 penilalanin, 200 mg tirosin, 80 mg metionin, 110 mg sistin, 250 mg treonin,
90 mg triptofan, dan 330 mg valin (Baharsjah, 1992). Kebutuhan kedelai di
Indonesia tidak dapat diimbangi dengan produksi kedelai dalam negeri, sehingga
setiap tahunnya Indonesia mengimpor kedelai. Produksi dalam negeri rendah
salah satunya karena produktivitas lahan yang rendah yaitu sekitar 1,2 tonha
-

-

(Departemen Pertanian, 2004) Untuk meningkatkan produksi kedelai dapat
dilakukan beberapa tindakan dalam aspek budidaya, diantaranya penambahan
bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah dan pengapuran
untuk mengurangi kemasaman tanah. Kedelai memerlukan pH 6,O-7,O agar

tumbuh dengan optimal (Soemarno dan Hartono, 1993). Oleh karenanya pada
tanah dengan pH < 5,O pengapuran sangat dibutuhkan agar kedelai dapat tumbuh
dengan baik.
Manfaat penambahan bahan organik sangat banyak antara lain
menyediakan sebagian besar nitrogen dan sulfur, meningkatkan kapasitas tukar
kation, membentuk senyawa kompleks dengan Fe dan A1 serta membebaskan P,
meningkatkan agregasi tanah, meningkatkan retensi air, dan mencegah pencucian
unsur mikro (Sanchez dalam Sjarif et.,aZ,1991). Pupuk kandang merupakan
sumber bahan organik yang mengandung banyak nitrogen dan mempengaruhi
bahan organik yang sudah ada dalam tanah melalui dua cara. Sebagai sumber hara
pupuk kandang menaikkan jumlah hara yang dapat tersedia dan menaikkan hasil
tanaman dan sisa bahan organik yang tertinggal dalam tanah. Pupuk kandang yang
mengandung banyak nitrogen bukan saja penting sebagai sumber nitrogen bagi
tanaman tetapi juga dapat mempertahankan kadar bahan organik tanah (Soepardi,

/

I

1983). Menurut Ismail dan Effendi (1985) bila bahan organik tanah memadai
kebutuhan kapur akan berkurang.
Pengapuran berguna untuk mengurangi kemasaman tanah atau menaikkan
pH tanah, dengan jalan menambah jumlah kation. Terhadap sifat kimia tanah
pengapuran menurunkan kelarutan AI,Mn, Fe (Soepardi, 1983). Menurut
Kamprath (1970), dalam Kamprath dan Foy (1985) perkembangan tanaman
kedelai optimum ketika kelarutan A1 mendekati nol. Soepardi (1983) menyatakan
dengan menurunnya kemasaman tanah kelarutan unsur Mo meningkat sehingga
ketersediaan Mo diperbaiki. Unsur Mo mempakan unsur yang penting dalam
pembentukan bintil akar.
Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui perbedaan antara pemberian pupuk kandang dan kapur cara
disebar dan cara pemberian pada alur benih terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman kedelai.
2. Mengetahui dosis pupuk kandang dan kapur diantara kedua cara pemberian,

yang memberi hasil terbaik terhadap pertuhbuhan clan hasil tanaman kedelai.
Hipotesis

1. Terdapat pengaruh cara pemberian pupuk kandang dan kapur terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.

2. Terdapat pengaruh dosis pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman kedelai.
3. Terdapat pengaruh interaksi antara cara pemberian dan dosis pupuk kandang
dan kapur terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.
4. Terdapat pengaruh interaksi antara cara pemberian pupuk kandang dan kapur

dengan dosis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan hasil tanarnan kedelai.
5. Terdapat pengaruh interaksi antara cara pemberian dosis kapur dengan dosis

kapur terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai.

TINJAUAN PUSTAKA

Kedelai
Kedelai merupakan tanaman semusim bempa semak rendah, turnbuh tegak
berdaun lebat. Tinggi tanaman berkisar antara 10-20 cm. Dapat bercabang sedikit
atau banyak bergantung kultivar dan lingkungan hidup. Daun-dam yang terbentuk
kemudian adalah daun bertiga dan letaknya berselang-seliig. Batang, polong, dan
daun ditumbuhi buku benvama abu-abu atau coklat, namun terdapat pula tanaman
yang tidak berbulu. Pertumbuhan batang dapat dibedakan dalam tipe determinat
dan tipe indeterminat. Perakaran kedelai terdiri dari akar tunggang, yang terbentuk

dari bakal akar, empat baris a k a sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, dan
sejumlah akar cabang yang tumbuh dari akar sekunder. Bintil-bintil akar terbentuk
pada tanaman kedelai muda setelah ada a k a rambut pada akar utama atau akar
cabang. Bintil akar ini dibentuk oleh Rhizobium japonicum. Bintil-bintil yang
matang berisi massa berwama merah muda yang terdiri dari sel-sel bakteroid
bercampur dengan sel-sel yang tidak terinfeksi. Bintil-bintil yang benvama merah
ini dianggap aktif dalam fiksasi nitrogen. (Hidajat, 1985). Unsur Mo penting

-

untuk merangsang nodulasi dan meningkatkan proses fiksasi nitrogen, pada tanah
masam (pH < 6.0) Mo yang tersedia berkurang sehingga dapat menghambat
fksasi nitrogen.
Tanaman kedelai dapat beradaptasi luas pada berbagai jenis tanah, asalkan
drainase dan aerasi tanah cukup baik serta ketersediaan air tanah memadai selama
permmbuhan. Rendahnya pH dapat mempengaruhi perhmbuhan tanaman kedelai
(Ismail dan Effendi, 1985). Menurut Soepardi (1983) kedelai adalah salah satu
tanaman yang sangat menyukai kapur. Pada lahan penanaman kedelai di lahan
kering Podsolik Merah Kuning dianjurkan penggunaan kapur pertanian (Sumarno
dan Hartono, 1993).

Syarat Tumbuh
Kedelai mempakan tanaman hari pendek, yakni tidak akan berbunga bila
lama penyinaran @anjang ha.ri) melampaui batas kritis (Baharsjah et.al, 1985).
Suhu rata-rata yang sesuai untuk tanaman kedelai adalah 23-28' C (Baharsjah,

1 m . Suhu yang terlampau tinggi berdampak buruk terhadap perkembangan
polong dan biji kedelai (Baharsjah et.al, 1985). Kedelai dapat tumbuh subur pada
ketinggian 0 - 900 m dpl dan curah hujan optimal 100 - 200 mm/bulan. Curah
hujan yang tinggi pada saat pembungaan dan pengisian polong berakibat produksi
yang dihasilkan rendah (Departemen Pertanian dalam Abidin, 2001). Tanah yang
kering tidak cocok untuk kedelai, walaupun kedelai dapat bertahan pada kondisi
kekeringan dengan cukup baik. Tanah dengan kelembaban tanah yang tinggi
selama fase perhunbuhan sangat diperlukan (FAO, 1958). Menurut FA0 dalam
Soemarno dan Hartono (1993) lahan yang sesuai untuk pertanaman kedelai ialah
lahan pH 6,O-7,O.

Pupuk Kandang
Pupuk kandang berguna untuk meningkatkan kadar bahan organik dalam
tanah. Bahan organik menurunkan kehilangan unsur rnikro karena pencucian,
meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah, serta mensuplai nitrogen,
belerang, dan fosfor (Soepardi, 1983). Selain itu bahan organik dapat membentuk
senyawa kornpleks dengan Fe dan AI' serta membebaskan P, meningkatkan
agregasi tanah, dan meningkatkan retensi air (Sanchez dalam Sjarif et.,al, 1991).
Pupuk kandang juga menaikkan jumlah hara yang dapat tersedia dan menaikkan
hasil tanaman dan sisa bahan organik yang tertinggal dalam tanah, dengan
demikian pupuk kandang yang mengandung banyak nitrogen bukan saja penting
sebagai sumber nitrogen bagi tanaman tetapi juga dapat mempertahankan kadar
bahan organik tanah (Soepardi, 1983). Bahan organik dapat memperbaiki sifat
fisik dan kimia tanah. Bila bahan organik tanah memadai kebutuhan kapur akan
berkurang (Ismail dan Effendi, 1985; Wahjudin, 1991).
Soepardi (1983) menyatakan pupuk kandang yang dipakai di lapang
merupakan campwan dari kotoran padat, kencing, amparan, clan sisa makanan.
Tiga ha1 yang menonjol dari pupuk kandang selaku pembawa hara ialah
kelembaban dan kadar hara yang sangat beragam, kadar hara yang secara relatif
rendah bila dibandingkan dengan pupuk buatan, dan nisbah hara yang tidak
seimbang, dengan fosfor yang lebih rendah daripada nitrogen dan kalium.

Pengapuran
Faktor penyebab rendahnya produktivitas tanah masam di tropika basah
berkaitan erat dengan kemasaman tanah, kendala produksi tersebut antara lain
berupa: konsentrasi toksik Al dan Mn, kekahatan Ca dan Mg, kemudahan K
tercuci, jerapan P, S, Mo, juga pengaruh jelek

I? itu sendiri (Adhi, 1985).

Rendahnya pH tanah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kedelai,
pertumbuhan Rhizobium dan inisiasi pembentukan bintil dapat terhenti, nodulasi
terhambat, dan pertumbuhan tanaman terlambat (Ismail dan Effendi, 1985).
Konsentrasi Al pada larutan tanah tropika dan subtropika akan mengurangi
pertumbuhan tanaman kekacangan. Dengan adanya Al, pertumbuhan terganggu
bukan hanya keracunan Al, tetapi juga disebabkan terganggunya serapan Ca oleh
tanaman. Oleh sebab itu satu prinsip untuk memberikan respon kekacangan
terhadap pengapuran adalah dengan menetralkan Al dapat ditukar (Kamprath
dalam Wahjudi, 1991).
Pada tanah ber-pH rendah pengapuran akan membebaskan Mo dalam
tanah sehingga tersedia bagi tanaman. Untuk mengurangi kemasaman tanah dapat
digunakan kapur yang berbentuk kapur oksida atau kaput hidroksida (Soepardi,
1983). Jumlah kapur yang dibutuhkan tergantung pada jenis tanah, jenis tanaman
yang akan ditanam, pH permulaan, dan kapasitas sanggaan dari tanah tersebut.
(Ismail dan Effendi, 1985).
Menurut Soepardi (1983) tanaman memperoleh keuntungan dari
pengapuran yaitu pengaruh langsung kalsium dan magnesium sebagai zat hara,
dihilangkan atau dinetralka~myasenyawa-senyawa beracun, penekanan penyakit
tanaman, ketersediaan beberapa unsur hara meningkat, dan rangsangan terhadap
kegiatan jasad mikro yang sangat menguntungkan ketersediaan unsur hara.

Kamprath dan Foy (1985) menyatakan bahwa pengapuran sampai pH sekitar 5.5
secara urnum mengurangi kelarutan Mn sarnpai tingkat yang rendah dan
menghilangkan gejala-gejala keracunan pada kedelai.

BAHAN DAN METODE
Waktu dan tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2006Juli 2006, di
kebun Percobaan IPB Sawah Baru, desa Babakan, kecarnatan Dramaga,
kabupaten Bogor, pada ketinggian 250 meter di atas permukaan laut, dengan tanah
jenis latosol.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan berupa sarana produksi yang terdii dari benih
kedelai varietas Burangrang, pupuk kandang, dan kapur pertanian, pupuk N,
pupuk P, pupuk K. Alat-alat yang digunakan ialah alat untuk mengolah tanah, alat
ukur timbangan digital, dan Leaf Area Meter.
Metode
Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Petak Petak Terbagi
(RPPT), rancangan iingkungannya menggunakan RAK. Petak utama terdiri dari
dua taraf'yaitu cara sebar (Cl) dan cara alur (C2). Anak petak terdiri dari empat
tar& dosis pupuk kandang yaitu 0 todha (PO), 2 todha (PI), 4 tonha (P2), dan 6

tonha (P3). Anak-anak petak terdiri dari empat taraf dosis kapur yaitu 0 todha,
0.4 tonha, 0.8 tonha, dan 1.2 todha. Perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga
terdiri dari 96 satuan percobaan.
Model liniear ddam percobaan ini a d a l a .
Yijkl = p + Ki + Ai + &il+Bj + (AB)ij + 6ijl+ Ck + (AC)ii + (BC)jk

+ (ABC)ijk

+ yijM
Di mana
Yijkl

= nilai

pengarnatan pada kelompok ke-1 yang memperoleh taraf ke-i dari

faktor cara pemberian taraf ke-j dari faktor dosis pupuk kandang, dan
tarafke-k dari faktor dosis kapur
p

= nil& rata-rata yang mum

K1

= pengaruh aditif dari kelompok ke-1

Ai

= pengaruh aditif dari taraf ke-i

&il

= pengaruh

faktor cara pemberian

galat yang timbul pada kelompok ke-1 yang memperoleh taraf

ke-i dari faktor cara pemberian

= pengaruh aditif dari taraf ke-j faktor dosis pupuk kandang
Bj
(AB)ij= pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari faktor cara pernberian dan taraf

ke-j dari faktor dosis pupuk kandang
6ijl

= pengaruh

galat yang timbul pada kelornpok ke-1 yang rnemperoleh taraf

ke-i dari faktor cara pemberian clan taraf ke-j dari faktor dosis pupuk
kandang
Ck

= pengaruh aditif dari taraf

(AC)ik

= pengaruh

ke-k faktor dosis kapur

interaksi antara taraf ke-i dari faktor cara pemberian dan taraf

ke-k dari dosis kapur
(BC) jk

=

pengaruh interaksi antara taraf ke-j dari faktor dosis pupuk kandang

dan taraf ke-k dari faktor dosis kapur
= pengaruh interaksi antara taraf ke-i dari faktor cara pemberian,
(ABC)ijk
taraf ke-j dari faktor dosis pupuk kandang dan taraf ke-k dari faktor dosis

kapur
yijkl

= pengaruh

galat yang timbul pada kelompok ke-1 yang memperoleh taraf

ke-i dari faktor cara pemberian, taraf ke-j dari faktor dosis pupuk
kandang, dan tarafke-k dari faktor dosis kapur
Pelaksanaan

Lahan diolah dengan prinsip olah tanah sernpurna. Tanah dibersihkan dari
gulma dan kernudian dilakukan pembalikan dengan pencangkulan. Membuat
petakan utama 20 m
x

x

8 m dengan 16 anak petak rnasing-rnasing berukuran 5 m

2 rn. Petakan utama dilakukan pengulangan 3 kali, sehingga ada 96 satuan

percobaan.
Pemberian kapur dan pupuk kandang dilakukan 2 minggu sebelum tanam.
Untuk cara sebar (Cl), kapur dan pupuk kandang disebar merata Untuk cara alur
(C2), kapur dan pupuk kandang disebar selebar k 20 cm pada alur penanaman
benih (Tabel lampiran 12).
Sebelum penanaman benih ditambahkan dengan Biolestari dengan dosis 5
gkg benih. Penanaman dilakukan dengan meletakkan benih pada alur, dengan
jarak tanam 50 x 10 cm. Penanaman benih perlu disertai penambahan insektisida

Furadan. Pupuk diberikan dalam alur dengan jarak 7 cm dari alur benihtbarisan

tanaman. Pupuk yang diberikan untuk kedelai adalah SP-36 200 kg/ha, dan KC1
100 kg/ha. Pupuk KC1 dan SP-36 diberikan seluruhnya pada saat tanam.
Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada fase vegetatif dan produksi. Peubah yang
diamati sebagai berikut:
1. Tinggi tanaman yang diukur pada 4,6, dan 10 MST.
2. Jumlah daun trifoleat yang diukur 4,6, dan 10 MST.

3. Bobot kering bintil akar, aka, batang, dan daun pada 6 MST.
4. Indeks Luas Daun (ILD) pada 8 MST.

5. Jumlah polong isi dan hampa per tanaman saat panen.
6 . Bobot biji kering per petak.

7. Bobot 100 biji.
8. Analisis tanah sebelum tanah diberi masing-masing perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Percobaan di lapangan dilakukan pada bulan April 2006 sampai Juli 2006.
Curah hujan berkisar antara 164 - 324 mmrbulan. Sullu berkisar antara 22.0

-

31.6 "C dan kelembaban rata-rata 8 1 - 84 % (Tabel lampiran 1).
Analisis tanah sebelum perlakuan menunjukkan bahwa tanah yang
ditanami termasuk tanah masam dengan pH 5,45. Kandungan C-organik tergolong
rendah yaitu 1.46 %, kandungan N-total tergolong rendah yaitu 0.18 %,
kandungan P tergolong sangat rendah yaitu 9.4 ppm. Kandungan Ca dan Mg
tergolong sangat rendah yaitu 0.94 me1100g dan 0.16 me1100gram. Kandungan K
dan Na tergolong sangat rendah yaitu 0.08 me/lOOgram dan 0.07 me/lOOgram.
Kapasitas Tukar Kation tergolong sedang yaitu 18.00 me/lOOgram. Kejenuhan
Basa tergolong sangat rendah yaitu 6.94% (Tabel lampiran 3).
Hama yang menyerang pertanaman antara lain belalang (Valanga sp),
Lamprosema indicata, Spodoptera sp., Riptotortus linearis, dan Nezara viridula.
Serangan Soybean Stunt Virus yang menyebabkan tanaman kedelai menjadi kerdil
terjadi pada 8 MST tetapi kurang dari 5% pertanaman dan tidak mempengaruhi
pertanaman. Gulma yang tumbuh pada pertanaman antara lain Mimosa pudica,
Mimosa invisa, Ageratum conyzoides, dan Irnperata cylindrica. Gulma yang
tumbuh dikendalikan secara manual.
Hasil
Rekapitulasi Sidik Ragam
Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan cam pemberian memberikan
pengaruh nyata pada tinggi tanaman 10 MST, dan bobot biji per petak. Perlakuan
dosis pupuk kandang berpengdi nyata terhadap tinggi tanaman 2 dan 6 MST,

jumlah daun 10 MST, dan jumlah polong isi. Perlakuan dosis kapur berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman 4 MST, bobot kering bintil akar 6 MST, jumlah
polong isi, jumlah polong hampa, dan bobot biji per petak.
Interaksi antara cara pemberian dan dosis pupuk kandang tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati.

Interaksi antara cara pemberian dan dosis kapur berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman 4 MST dan bobot kering bintil akar 6 MST.
Interaksi antar dosis pupuk kandang dan kapur berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman 4 MST, jumlah daun 6 MST, bobot kering akar 6 MST, dan
jumlah polong isi.
Interaksi antara cara pemberian, dosis pupuk kandang, dan dosis kapur
berpcngaruh nyata terhadap tinggi tanaman 4 dan 10 MST, dan terhadap Indeks
Luas Daun 8 MST.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Ragam Pengaruh Cara Pemberian (C), Dosis
Pupuk Kandang (P), Dosis Kapur(K), serta Interaksinya terhadap Tinggi
Tanaman
Peubah
TT

MST

C

2
4

tn
tn
tn

6
10

6
10
BKD
BKB
BKA
BKBA
ILD
PI

6
6

6
6

P
(tonha)

K
(tonha)

C*P

C*K

P*K

C*P*K

tn

tn
tn
tn
tn

tn

*

**

tn

tn

tn
tn

tn

tn

tn

**

tn
tn

tn

tn

**

tn

tn

tn

tn
tn
tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

tn

**
tn

*

*

tn

tn
tn

tn'

tn

tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn
tn

*

tn

tn
tn
tn

**

tn
tn

**

tn
tn
tn

*

*

*

tn
tn
tn
tn
tn

tn
tn
*
8
tn
tn
tn
*
**
*
tn
12
tn
*
PH
12
tn
tn
tn
tn
tn
tn
12
lOObiji
tn
tn
tn
*
BBP
*
tn
tn
tn
ln
tn
12
Ket: **: Nyata pada taraf 1%
*: Nyata pada taraf 5%
tn: Tidak nyata
TT : Tinggi Tanaman; .ID: Jumlah Dam; BKD: Bobot Kering Daun; BKB: Bobot
Kering Batang; BKA: Bobot Kering Aka; BKBA: Bobot Kering Bintil Akar;
ILD: Indeks Luas Dam; PI: Jumlah Polong Isi; PH: Jumlah Polong Hampa; 100
Biji: Bobot 100 Biji; BBP: Bobot Biji per Petak
Pengaruh Cara Pemberian

Cara pemberian berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada 10 MST dan
berpengaruh terhadap bobot biji per petak. Perlakuan sebar menghasilkan tinggi

tanaman yang lebih tinggi daripada perlakuan pemberian pada alur benih.
Perlakuan sebar juga menghasilkan bobot biji per petak yang lebih tinggi daripada
perlakuan pemberian pada alur benih (Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh Cara Pemberian Terhadap Beberapa Peubah
Peubah

Pengamatan

Sebx

Alur Benih

Tinggi (cm)
10 MST
60.7521a
56.4066b
Bobot Biii Per Petak
(g/4m2)
12 MST
492.504a
449.742b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang
sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

-

Pengaruh Dosis Pupuk Kandang
Perlakuan dosis pupuk kandang 6 todha tinggi tanamannya terbaik diantara
perlakuan pupuk kandang yang lain pada 2 dan 6 MST (Tabel 3). Menurut
Soepardi (1983) pupuk kandang mengandung unsur nitrogen sehingga dapat
menunjang pertumbuhan vegetatif tanaman. Sinaga (2005) menyatakan bahwa
perlakuan pupuk kandang menghasilkan tinggi tanaman kedelai yang nyata lebih
tinggi dibandiigkan tanpa pupuk kandang. Pupuk kandang dengan dosis 4 tonha
memberikan jumlah dam yang terbanyak diantara dosis pupuk kandang, tetapi
tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis pupuk kandang 6 tonha (Tabel 3).
Perlakuan tanpa pupuk kandang menghasilkan jumlah daun paling sedikit pada 10
MST. Jumlah polong isi paling banyak terdapat pada perlakuan dosis pupuk
kandang 6 todha.
Tabel 3. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Terhadap Beberapa Peubah
Peubah
Tinggi
Tanaman

Pengamatan

0 tonha

2 todha

4 tonha

6 todha

2 MST

9.16083b

9.16667b

9.07542b

9.43583a

(cm)
6 MST
54.248ab
52.542b
51.590b
56.420a
Jurnlah Daun
10 MST
6.4542b
7.0333a
7.3208a
7.2063a
Jdah
Polong Isi
12MST
37.625b
38.219b
41.417ab
43.479a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang
sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Pengaruh Dosis Kapur

Dosis kapur berpengaruh terhadap tinggi tanaman 4 MST, bobot kering akar
6 MST, polong isi 12 MST, polong hampa 12 MST, dan bobot biji per petak 12
MST (Tabel 1). Dosis kapur 1.2 tonha menghasilkan tinggi tanaman yang paling
tinggi pada 4 MST.
Bobot kering bintil akar paling tinggi pada perlakuan kapur 1.2 tonha,
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis kapur 0.8 tonha. Bobot kering
bintil akar paling rendah pada perlakuan tanpa dosis kapur.
Jumlah polong isi terbanyak pada perlakuan kapur 0.8 tonha walaupun
tidak berbeda nyata dengan perlakuan kapur 1.2 tonha Suhartatik (1986)
menyatakan bahwa jumlah polong isi tanaman kedelai meningkat dengan
pemberian kapur sampai takaran setara 3.0 Aldd. Perlakuan dosis kapur 0.4 tonha
menghasilkan jumlah polong isi yang paling sedikit, tetapi tidak berbeda nyata
dengan perlakuan tanpa dosis kapur.
Dosis kapur 1.2 tonha memiliki jumlah polong hampa yang paling banyak
diantara perlakuan, dosis*kapur 0 tonha menghasilkan jumlah polong hampa
paling sediit
Bobot biji per petak paling tinggi pada perlakuan dosis kapur 1.2 tonha,
hasil bobot biji per petak paling rendah pada perlakuan kapur 0.4 tonha, tetapi
tidak berbeda nyata dengan perlakuan tanpa kapur. Suhartatik (1986) menyatakan
bahwa hasil biji kering per hektar meningkat akibat pemberian kapur dan pupuk
kandang.
Tabel 4. Pengaruh Dosis Kapur Terhadap Beberapa Peubah
Peubah
Umur
Tiggi
Tanaman (cm) 4 MST
Bobot Kering
Bintil Akar (g) 6 MST

0 t/ha

0.4 tonha

0.8 t/ha

1.2 tfha

23.5625b

23.5448b

23.8250ab

24.7625a

0.027313b

0.030052b

0.035865a

0.04001a

Polong Isi

38.063b

37.82313

43.125a

41.729a

12 MST

Polong Hampa 12 MST 1.7396b
2.1354ab
2.0938ab
2.2813a
Bobot Biji Per
Petak (g/4mZ)
12 MST 446.07b
455.32b
485.13ab
497.98a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang
sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

Interaksi Antara Cara Pernberian dan Dosis Kapur
Cara pemberian berinteraksi dengan dosis kapur mempengaruhi tinggi
tanaman pada 4 MST, dan bobot kering bintil akar 6 MST (Tabel 1). Tinggi
tanaman 4 MST pada perlakuan dosis kapur 1.2 tonha secara disebar
lnenghasilkan tinggi tanaman yang paling tinggi (Tabel 5).
Bobot kering bintil akar tanaman dengan perlakuan dosis kapu 1.2 tonha
lnenghasilkan bobot kering bintil akar yang lebii tinggi dari perlakuan lain,
walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis kapur 0.8 tonha yang
diberikan secara sebar dan dengan perlakuan dosis kapur 1.2 tonha yang
diberikan pada alur benih (Tabel 5). Ismail dan Effendi (1985) menyatakan bahwa
rendahnya pH tanah dapat menghambat pertumbuhan Rhizobium, dan inisiasi
pembentukan bintil dapat terhenti sehingga nodulasi terhambat. Gupta dan Lipsett
(1981) dalam Kamprath dan Foy (1985) menyatakan bahwa pengapuran tanah
asam akan meningkatkan ketersediaan molybdenum (Mo). Menurut Salisbury
(1995) unsur Mo adalah bagian dari enzim nitrat reduktase yang mereduksi ion
nitrat menjadi ion nitrit.
Tabel 5. Interaksi Cam Pemberian dan Dosis Kapur Terhadap Beberapa Peubah
Peubah
Tinggi
Tanaman

Pengamatan
4 MST

(cm)
Bobot
Kering
Bintil Akar

6 MST

Kapur
0 tonha
0.4 toniha

Sebar
23.6250b
24.2646ab

Alur Benih
23.5000b
22.8250b

0.8 tonha
1.2 tonha

24.3167ab
26.2083a

23.3333b
23.3167b

0 tonha
0.4 tonha

0.027667bc
0.02425~

0.026958~
0.035854ab

(gram)

0.8 tonha
0.040917a
0.030813bc
1.2 tonha
0.040063a
0.039958a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji DMRT taraf 5%
Interaksi Antara Dosis Pupuk Kandang dan Dosis Kapur
Interaksi dosis pupuk kandang dan kapur terjadi pada peubah tinggi tanaman
4 MST, jumlah dam, bobot k e ~ akar,
g dan jumlah polong isi. Tanaman dengan
perlakuan dosis pupuk kandang 0 tonha dan dosis kapur 1.2 tonha menunjukkan

tinggi tanaman yang lebih tinggi dari tanaman dengan perlakuan yang lain pada 4
MST (Tabel 6).
Tabel 6. Interaksi Dosis Pupuk Kandang dan Dosis Kapur Terhadap Tinggi
Tanaman
Pupuk Kandang
Pengamatan
0 tonlha
2 tonha
4 tonlha
6 tonha
Kapur
cm
4 MST
0toha
22.717b
24.717ab 22.333b
24.483ab
0.4 t/ha
23.633ab
22.383b
22.567b
25.596ab
0.8 t/ha
23.283ab
23.333ab 24.133ab 24.550ab
1.2 t h a
26.367a
25.050ab
22.450b
25.183ab
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh h m f yang sama tidak berbeda nyata
pada uji DMRT taraf 5%
Interaksi dosis pupuk kandang 0 tonha dan kapur 1.2 tonha memberikan
jumlah dam yang paling banyak diantara semua perlakuan. Perlakuan dosis pupuk
kandang 4 tonha dengan dosis kapur 0 tonha jumlah daunnya lebih sedikit dari
jumlah daun pada perlakuan yang lain, walaupun tidak berbeda nyata dengan
dosis pupuk kandang 0 tonha dan dosis kapur 0 tonha (Tabel 7).
Tabel 7. Interaksi Dosis Pupuk Kandang dan Dosis Kapur Terhadap Jumlah Daun
Peng
amatan
6MST

Pupuk Kandang

Kapur
Ot/ha
0.4 t/ha

0 tonha

2 tonha

4 tonha

6 tonha

8.1000~
8.9000abc

8.6333abc
8.3333bc

7.9583~
9.0000abc

9.3333ab
9.3333ab

0.8 t/ha
8.4667bc
9.1000abc
9.4667ab
8.8333abc
1.2 t/ha
9.7583a
8.9OOOabc
8.4000bc
8.8OOOabc
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh h m f yang sama tidak berbeda nyata
pada uji DMRT taraf 5%
Dosis pupuk kandang 4 tonha berinteraksi dengan dosis kapur 1.2 tonha
menghasilkan bobot kering akar yang paling tinggi, walaupun tidak berbeda nyata
dengan perlakuan dosis pupuk kandang 6 tonha dengan dosis kapur 0.4 tonha.
Perlakuan dosis pupuk kandang 0 tonha dengan dosis kapur 0.4 tonha
menghasilkan bobot kering akar yang paling rendah (Tabel 8). Menurut

Situmorang (1995) pengapwan nyata me~ngkatkanbobot kering akar pada umur
2-4 minggu.
Tabel 8. Interaksi Dosis Pupuk Kandang dan Dosis Kapw Terhadap Bobot Kering
Akar
Peng
amatan

Pupuk Kandang
0 toniha
2tonh
4 tonha
6 tonha
gram
Kapur
4MST
Otiha
0.8499bc
0.982abc
0.9302abc
0.8895abc
1.0323ab
1.1126a
0.7922bc
0.4 t h a
0.7453~
0.8619bc
0.9218abc
0.911 labc
0.8 tiha
0.8947abc
1.1056a
1.0213ab
0.9527abc
1.2 t h a
0.8485bc
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji DMRT taraf 5%
Interaksi dosis pupuk kandang 4 tonlha dengan dosis kapur 0.8 tonha
memberikan jumlah polong isi terbanyak diantara semua perlakuan. Perlakuan
tanpa pupuk kandang (0 toniha) dan kapur (0 toniha) menghasilkan jumlah polong
isi paling sedikit. Perlakuan pupuk kandang 4 tonlha dengan kapur 0.8 tonha
menghasilkan 16,792 polong lebih banyak dibanding tanpa pupuk kandang dan
tanpa kapur (Tabel 9).
Tabel 9. Interaksi Dosis Pupuk Kandang dan Dosis Kapur Terhadap Jurnlah
Polong Isi
Pewamatan K~~~

Pupuk Kandang
Otodha
2todha
4 toniha
6 tonha
12 MST
0 tiha
3 1.958d
38.000bcd
40.042abcd 42.250abc
36.583bcd
44.958ab
0.4 tiha 35.208bcd 34.542cd
44.042abc
0.8 t h a 38.708bcd 41.000abcd 48.750a
39.333abcd 40.292abcd 42.667abc
1.2 tha 44.625ab
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh humf yang sama ti& berbeda nyata
pada uji DMRT taraf 5%
Interaksi Antara Cara Pernberian, Dosis Pupuk Kandang, dan Dosis Kapur

Interaksi antara cara pemberian, dosis pupuk kandang, dan dosis kapur
berpengamh pada tinggi tanaman 4 MST dan 10 MST. Pada 4 MST tanaman
paling tinggi pada perlakuan dosis pupuk kandang 0 tonlha, dosis kapur 1.2 tonha

yang diberikan secara disebar. Pada 10 MST tanaman paling tinggi pada
perlakuan dosis pupuk kandang 2 tonlha, dosis kapur 0.4 tonha, yang diberikan
secara disebar (Tabel 10).
Tabel 10. Interaksi antara Perlakuan Cara Pemberian, Pupuk Kandang, Kapur
terhadap Tinggi Tanaman
Sebar
Alur
Kapur
24.333abcd
21.100d
0 tonha
0.4 tonha
25.133abcd
22.133cd
0.8 tonha
23.667bcd
22.900bcd
28.800a
23.933bcd
1.2 tonfha
2 tonha
0 toniha
22.500bcd
26.933ab
0.4 tonha
23.567bcd
21.200d
23.367bcd
23.300bcd
0.8 tonha
25.667abcd
24.433abcd
1.2 tonha
4 toniha
0 tonha
23.233bcd
21.433d
0.4 tonha
22.567bcd
22.567bcd
0.8 tonha
24.200bcd
24.067bcd
1.2 tonha
22.867bcd
22.033d
6 tonha
0 todha
24.433abcd
24.533abcd
0.4 tonha
25.792abcd
25.400abcd
0.8 toniha
26.767abc
23.067bcd
1.2 tonha
22.867bcd
22.867bcd
10
0 todha
0 tonha
61.467abcdef
53.000ef
0.4 tonha
59.400abcdef
54.467def
63.200abcd
54.133def
0.8 tonha
63.833abcd
57.400abcdef
1.2 todha
2 tonha
0 tonha
55.067cdef
64.733abc
0.4 todha
66.933a
51.733f
0.8 tonha
55.467cdef
54.267def
1.2 tonha
58.733atcdef
60.733abcdef
4 toniha
0 tonha
62.000abcde
55.667bcdef
0.4 tonha
54.800def
54.933cdef
0.8 toniha
58.733abcdef
58.200abcdef
1.2 toniha
57.933abcdef
53.244ef
6 tonha
0 tonha
60.067abcdef
57.450abcdef
0.4 tonha
63.400abcd
58.667abcdef
0.8 tonha
65.500ab
57.744abcdef
1.2 tonha
56.133bcdef
56.133bcdef
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji DMRT taraf 5%

MST
4

PupukKandang
Otoniha

Interaksi antara cara pemberian, dosis pupuk kandang, dan dosis kapur
berpengaruh pada Indeks Luas Daun (ILD) 8 MST. ILD paling tinggi pada
perlakuan dosis pupuk kandang 6 toniha, dosis kapur 1.2 toniha, yang diberikan
secara disebar (Tabel 11).
Tabel 11.Interaksi antara Perlakuan Cara Pemberian, Pupuk Kandang, Kapur
terliadap Indeks Luas Daun (ILD)
Sebar
Alur
Kapur
1.7340abcd
1.216d
0 tonha
1.5905abcd
1.4654bcd
0.4 toniha
1.7989abcd
1.5619abcd
0.8 tonha
2.0466abcd
1.699Oabcd
1.2 tonha
1.6927abcd
1.7406abcd
0 tonha
1.9501abcd
1.5074bcd
0.4 tonha
1.7119abcd
1.7295abcd
0.8 toniha
1.7535abcd
1.8643abcd
1.2 tonha
1.9456abcd
1.8690abcd
0 tonha
1.9751abcd
0.4 toniha
1.8260abcd
1.7380abcd
1.9420abcd
0.8 toniha
1.6498abcd
2.1575abc
1.2 toniha
6 toniha
0 toniha
1.5683abcd
1.8233abcd
0.4 toniha
1.9135abcd
1.8873abcd
0.8 toniha
2.3423ab
1.3904cd
1.2 tonha
2.4536a
1.7971abcd
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata
pada uji DMRT taraf 5%
MST
8

Pupuk Kandang
0 tonha

Pengaruh Cara Pemberian

Cara pemberian sebar menunjukkan hasil yang lebih baik, baik dari segi
vegetatif maupun reproduktif. Cara pemberian sebar nyata menunjukkan tinggi
tanaman pada 10 MST yang lebih tinggi dan juga bobot biji per petak yang lebih
tinggi dari tanaman dengan perlakuan cara pemberian pada alur benih.dari
pemberian pada alur benih. Hal ini diduga karena pada pemberian secara sebar
permukaan but&

kapur dan pupuk kandang lebih banyak kontak dengan butiran

tanah sehingga lebih efektif dalam mempengaruhi perubahan-perubahan pada
tanah. Juga diduga bahwa perakaran tanaman kedelai menyebar lebih luas

daripada lebar alur pemberian pupuk kandang dan kapur, sehingga ada bagian
perakaran tanaman pada perlakuan pemberian pupuk kandang dan kapur yang
tidak mendapat pengaruh pupuk kandang dan kapur.
Pengaruh Dosis Pupuk Kandang

Pupuk kandang mempakan bahan organik yang dapat meningkatkan
Kapasitas Tukar Kation (KTK), dan juga menyediakan sejumlah unsur nitrogen.
Unsur nitrogen merupakan unsur yang berperan dalam pertumbuhan vegetatif
tanaman. Hal ini diduga menyebabkan tanaman yang diberikan .pup& kandang
memiliki tinggi yang lebih daripada tanaman yang tidak meng,ounakan pupuk
kandang.
Pada tanaman legum berbiji tropik, polong dan biji dapat sebagian terisi
oleh asimilat yang sebelurnnya tersimpan dalam bagian tanaman yang lain. Bijibiji tanaman legum berbiji juga menimbun sejumlah besar nitrogen, kebanyakan
nitrogen tersebut berasal dari distribusi kembali senyawa-senyawa nitrogen
sesudah perombakan protein, tenltama dalam daun sesudah mereka menua
(Goldsworthy dan Fisher, 1992). Hal ini mungkin yang menyebabkan tanaman
dengan perlakuan dosis pupuk kandang 6 tonha memiliki jumlah polong isi yang
paling banyak karena selain mempunyai persediaan unsur hara di tanah yang lebih
banyak, tetapi juga karena m e r n i l i ketersediaan cadangan unsur hara yang lebih
besar, yang dibentuk selama fase vegetatif, ha1 ini dapat dilihat dari tinggi
tanaman, dan jumlah daun dari tanaman dengan perlakuan pupuk kandang 6
tonha. Pengapuran meningkatkan ketersediaan unsur P (fosfat) (Soepardi, 1983).
Menurut Sachomsky dalam Situmorang (1995), kandungan fosfat yang cukup
pada tanaman kedelai akan membantu pembentukan biji yang baik.
Jumlah polong isi pada pemberian pupuk kandang secara sebar
menunjukkan regresi yang l i e r (Gambar.1) sehiigga dapat disirnpulkan bahwa
peningkatan dosis pupuk kandang dengan pemberian secara sebar meningkatkan
jurnlah polong isi, dan dosis pupuk kandang 6 tonha belum merupakan dosis
yang optimum terhadap pembentukan polong isi.

Dosis Pupuk Kandang Cara Sebar Terhadap Polong Isi

Gambar 1. Regresi Dosis Pupuk Kandang Cara Sebar Terhadap Jumlah Polong Isi

Pengaruh Dosis Kapur
Pengapuran tanah asam menyebabkan pembahan kimia seperti daya larut
besi, alumunium, dan mangan akan menurun, ketersediaan fosfor dan
molibednum akan diperbaiki, kalsium dan magnesium dapat dipertukarkan akan
naik (Soepardi, 1983). Keuntungan dari pengapuran ini yang menyebabkan
tanaman dengan perlakuan dosis kapur 1.2 tonlha menghasilkan tinggi tanaman
yang tertinggi pada 4 MST.
Perlakuan tanpa kapur menghasilkan jumlah polong isi paling sedikit,
tetapi juga jumlah polong harnpa paling sedikit juga, tanaman dengan perlakuan
kapur menghasilkan jumlah polong isi yang lebih banyak daripada tanaman
dengan perlakuan tanpa kapur, tetapi juga menghasilkan lebih banyak polong
hampa daripada tanaman tanpa kapur. Menurut Widiyati (1986) tanaman dengan
polong yang lebat juga sering menunjukkan beberapa polong hampa yang
disebabkan oleh kompetisi sinar matahari,nutrisi, ataupun pembusukan polong.
Bobot biji per petak dipengaruhi oleh dosis kapur. Perlakuan dosis kapur
1.2 tonlha menghasilkan bobot biji per petak yang lebih banyak dibanding bobot
biji per petak pada perlakuan yang lain. Pengapuran dengan cara disebar

menunjukkan regresi yang linier (Gambar 2) sehingga dapat disimpulkan bahwa
peningkatan dosis kapur dengan cara sebar meningkatkan bobot biji per petak, dan
dosis kapur 1.2 tonlha belum merupakan dosis yang optimum terhadap bobot biji
per petak.
Dosis Kapur Cara Sebar Terhadap Bobot Biji Per Petak

65

1,o

Kapur (Tonlha)
Gambar 2. Regresi Dosis Kapur Cara Sebar Terhadap Bobot Biji Per Petak
Pengapuran meningkatkan ketersediaan unsur fosfor dan molydenum,
serta meningkatkan kalsium dan magnesium yang dapat dipertukarkan (Soepardi,
1983). Unsur fosfor penting pada awal infeksi pada nodulasi, dalam ha1 ini
pengaruh fosfor langsung terhadap bakteri sebab pergerakan bakteri menuju akar
tanaman memerlukan adanya flagela yang terns bergerak dan fosfor-lah yang
menyebabkan flagela ini berstatus demikian (Baharsjah, 1992). Infeksi akar dan
inisiasi bintil akar mempunyai kebutuhan kalsium yang lebih tinggi daripada
pertumbuhan akar dan tunas dari tanaman inang (Marschner, 1986).

Interaksi Antara Cara Pemberian dengan Dosis Kapur
Kapur yang diberikan secara disebar diduga lebih efektif bereaksi dengan
tanah, sehingga mengakibatkan tersedianya unsur-unsur hara lebih baik daripada
pemberian kapur pada alur benih. Tinggi tanaman pada 4 MST, dimana tanaman
dengan pemberian secara sebar lebih tinggi dari tanaman dengan pemberian pada

alur, menunjukkan bahwa ketersediaan unsur-unsur hara lebih baik jika pemberian
dilakukan secara sebar.
Interaksi Antara Dosis Pupuk Kandang dan Dosis Kapur

Tinggi tanaman pada 4 MST dipengaruhi oleh interaksi antara dosis pupuk
kandang dan dosis kapur. Dosis pupuk kandang 0 tonha (tanpa pupuk kandang)
dengan dosis kapur 1.2 toniha menghasilkan tinggi tanaman tertinggi, ha1 ini
mungkin dikarenakan dosis kapur 1.2 tonha sudah menyediakan sejumlah unsur
hara yang cukup untuk pertumbuhan tanaman kedelai, atau sudah memperbaiki
ketersediaan unsur-unsur yang dibutuhkan dalam pertumbuhan kedelai.
Dosis pupuk kandang 0 tonha (tanpa pupuk kandang) dengan dosis kapur
1.2 tonha juga menghasilkan jumlah daun terbanyak pada 6 MST. Diduga sama
halnya dengan tinggi tanaman pada 4 MST, dimana dosis kapur 1.2 tonha
menyediakan unsur hara yang lebih baik daripada perlakuan yang lain.
Keracunan akibat alumunium dan tembaga tampaknya mempengaruhi
sistem akar lebih secara langsung daripada secara tak langsung melalui
pengurangan pertumbuhan tajuk (Goldsworthy dan Fisher, 1992). Perlakuan dosis
pupuk kandang 0 tonha dengan dosis kapur 0.4 toniha menghasilkan bobot kering
akar yang paling rendah, diduga ha1 ini karena dosis kapur 0.4 tonha belum cukup

untuk mengurangi keracunan sistem akar akibat alumunium dan tembaga. Pupuk
kandang 4 tonha dengan dosis kapur 1.2 tonha menghasilkan bobot kering akar
yang paling tinggi, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan dosis pupuk
kandang 6 toniha dengan dosis kapur 0.4 tonha. Terlihat bahwa penambahan
pupuk kandang dapat mengurangi kebutuharr kapur, ataupun sebaliiya.
Penarnbahan pupuk kandang dan kapur akan meningkatkan banyaknya
jumlah polong isi (Widiayati, 1986). Hal ini diduga karena karena pengapuran
membebaskan unsur fosfat (yang diperlukan dalam pembentukan biji) sehingga
menjadi tersedia bagi tanaman, sedangkan pupuk kandang menurut Soepardi
(1983) juga turut serta dalam mensuplai nitrogen, belerang dan fosfor. Dosis
pupuk kandang 4 tonha dengan dosis kapur 0.8 tonha memberikan jumlah
polong isi terbanyak diantara semua perlakuan.

Interaksi Antara Cara Pemberian, Dosis Pupuk Kandang, dan Dosis Kapur
Pemberian secara sebar tanpa pupuk kandang dengan dosis kapur 1.2
todha tampaknya menyediakan unsur hara paling baik sehingga menghasilkan
tanaman yang paling tinggi pada 4 MST. Pada 4 MST tanaman dengan perlakuan
pupuk kandang 2 tonha dengan kapur 0.4 todha tinggi tanamannya paling
rendah, tapi pada 10 MST tinggi tanamannya paling tinggi. Terlihat bahwa
tanaman dengan perlakuan ini merniliki pertumbuhan yang lebih lambat, tetapi
lebih panjang daripada tanaman dengan perlakuan yang lain.
Menurut Widiayati (1986) perlakuan kapur meningkatkan Indeks Luas
Daun (ILD) tanaman kedelai pada 42 hari, perlakuan pupuk kandang juga
meningkatkan ILD pada 42 hari. Diduga ha1 ini karena pupuk kandang
menyediakan sejumlah unsur nitrogen yang diperlukan daiam pertumbuhan
tanaman termasuk perkembangan daun. Pengapuran meningkatkan ketersediaan
unsur molybdenum yang sangat penting dalam proses fiksasi nitrogen (Salisbury
dan Ross, 1995). Sehingga secara tidak langsung pengapuran me~ngkatkan
ketersediaan unsur nitrogen bagi tanaman.

KESIMPULAN
Kesimpulan
Perlakuan cara pemberian berpengaruh nyata pada peubah tinggi tanaman
10 MST dan terhadap bobot biji per petak. Perlakuan sebar menghasilkan tinggi
tanaman dan bobot biji per petak yang leb