27 Sedangkan untuk pengolahan data menggunakan statistik, digunakan
perhitungan distribusi normal untuk mencari nilai rata-rata mean dan standard deviasi data tiap kompartemen terlampir di lampiran . Dari nilai standar
internasional ataupun nilai rata-rata dan standard deviasi pada setiap kompartemen ini maka dapat diambil suatu nilai batas antara kondisi yg satu
dengan yang lainnya dimana kondisi ini dapat dibagi menjadi 3 bagian kondisi yaitu:
1. Kondisi 1 untuk nilai parameter yang berada di bawah nilai rata-rata mean. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai parameter dari suatu GIS
berada pada kondisi buruk atau tidak layak. 2. Kondisi 6 untuk nilai parameter yang berada pada range antara nilai rata-
rata dengan resultan nilai rata-rata dan standard deviasi mean + standard deviasi . Kondisi 6 merupakan kondisi pertengahan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada kondisi ini nilai parameter berada pada kondisi minimum untuk layak beroperasi.
3. Kondisi 9 untuk nilai parameter yang berada melebihi dari resultan antara nilai rata-rata dan standard deviasi mean + standard deviasi . Kondisi
ini menunjukkan nilai parameter dari GIS berada pada level yang baik atau sangat layak.
3.4.2 Penentuan Faktor Pembobotan Weighting Factor
Faktor pembobotan untuk setiap parameter dalam GIS dapat berbeda-beda berdasarkan pengaruh parameter tersebut pada kegagalan terjadi. Dalam
penentuan faktor pembobotan belum ditemukan teori yang secara detail
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
28 membahas tentang level pembobotan itu sendiri. Hal ini membuat asumsi
mengenai faktor pembobotan dapat berbeda-beda untuk suatu kasus dengan kasus yang lain. Dan asumsi ini menjadi unik, tergantung sejauh mana analisis dan data
yang dimiliki untuk kemudian dapat menempatkan suatu parameter lebih tinggi atau lebih rendah bobotnya dibandingkan parameter lainnya. Dalam menentukan
faktor pembobotan kali ini, dilakukan studi FMEA terhadap GIS. Dari hasil studi ini terlihat beberapa parameter yang terlibat dalam kegagalan GIS. Dengan
menganggap kegagalan yang terjadi pada GIS adalah sama yaitu terjadinya breakdown, maka dapat dilihat sejauh mana statistik suatu parameter terlibat
dalam kegagalan. Dalam hal ini maka yang diperhatikan adalah frekuensi parameter tersebut terlibat sehingga menyebabkan breakdown pada GIS. Semakin
sering parameter tersebut terlibat dalam kegagalan, maka faktor pembobotannya dibuat menjadi lebih tinggi. Sebaliknya, jika semakin jarang parameter tersebut
terlibat maka faktor pembobotannya menjadi lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
29
BAB IV CONDITION ASSESSMENT GIS 150 kV GLUGUR MEDAN
4.1 KONDISI EKSISTING GIS 150 kV GLUGUR MEDAN
Condition assessment ini dilakukan pada GIS 150 kV Glugur yang berlokasi di jalan KL. Yos Sudarso Lorong XII Medan, Sumatera Utara. Dengan
dioperasikannya jaringan transmisi yang menghubungkan GIS 150 kV Glugur ke GI 150 kV Paya Geli pada tanggal 12 Desember 1988, maka sejak tanggal 19
Desember 1988 beroperasilah GIS 150 kV Glugur. GIS 150 kV Glugur yang dibangun pada tahun 1987 berada di wilayah kerja PLN Sektor Glugur yang
merupakan bagian dari PLN Wilayah II Sumatera Utara. Pembangunan GIS 150 kV Glugur ini dimaksudkan untuk keandalan sistim operasional Pusat Listrik
Tenaga Diesel PLTD Glugur dan Pusat Listrik Tenaga Gas PLTG Glugur. Selanjutnya, sejak tahun 1998, dengan adanya pembentukan organisasi baru yaitu
PLN Pembangkitan dan Penyaluran Sumatera Bagian Utara yang merupakan pecahan dari PLN Wilayah II Sumatera Utara, maka GIS 150 kV Glugur menjadi
bagian dari wilayah kerja Unit Transmisi dan Gardu Induk Glugur di bawah naungan Sektor Glugur. Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan
konsumen, semenjak tahun 2005 sampai dengan sekarang, oleh karena dibentuknya PLN Pusat Penyaluran dan Pengatur Beban Sumatera, maka GIS 150
kV Glugur menjadi bagian dari Unit Pelayanan Transmisi Medan di bawah naungan Transmisi dan Gardu Induk Glugur. GIS 150 kV Glugur ini dibuat oleh
pabrikan Sprecher Energie dengan tipe indoor. Kompartemen pada GIS 150 kV Glugur memiliki tipe satu phasa per enclosure atau three pole, sehingga antara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara