Penentuan nilai batas boundary values

25

3.4 FAKTOR-FAKTOR YANG DITENTUKAN DALAM CONDITION

ASSESSMENT PADA GIS Setelah melakukan risk assessment dan monitoring diagnosis dalam condition assessment, maka akan didapat sejumlah data yang dimiliki oleh parameter-parameter yang telah diukur sebelumnya dari hasil monitoring diagnosis. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pengolahan data ini adalah penentuan nilai batas boundary values serta penentuan faktor pembobotan weighting factor .

3.4.1 Penentuan nilai batas boundary values

Dalam menentukan suatu kondisi suatu obyek maka diperlukan sebuah nilai batas yang membedakan antara kondisi baik, sedang atau buruk . Nilai batas ini akan menjadi sebuah pembeda antara level kondisi satu dengan yang lainnya. Pada penentuan nilai batas ini perlu dibatasi area atau lokasi dimana nilai batas ini dapat diterapkan. Dalam konteks condition assessment pada GIS ini, GIS dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa hal : a. Jumlah fasa dalam tabung. Dalam hal ini dipisahkan menjadi GIS 1 fasa dan GIS 3 fasa. Untuk GIS 1 fasa sendiri dibagi lagi berdasarkan fasanya R,S atau T b. Kompartemen dari GIS berdasarkan kemampuan switching atau non-switching yang dimiliki. Untuk kompartemen dengan kemampuan switching dipisahkan menjadi 2 bagian yaitu disconnecting switch dan circuit breaker. Sedangkan untuk kompartemen lain selain itu dikelompokkan dalam kompartemen Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 26 non-switching. Yang termasuk dalam kompartemen non-switching ini antara lain: CT, PT dan Sealing End Setelah memiliki batasan area yang jelas, maka dapat melakukan standardisasi terhadap data dari setiap parameter yang kita miliki. Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai batas untuk setiap batasan area yang telah dipilih. Dalam menentukan nilai batas ini, dapat menggunakan batasan yang ada pada standard internasional maupun melalui pengolahan statistik pada data yang dimiliki. Berikut adalah standard internasional untuk beberapa parameter dalam GIS: a. Tekanan pressure : Tidak tepat disebutkan karena dapat berbeda pada setiap kompartemen, hanya ditekankan laju penurunan tekanan leakage rate tidak melebihi 1 pertahun per instalasi GIS IEEE C37.122 b. Kemurnian purity : Standar 97 IEC 60376 c. Titik embun dew point : - 5 ĚŠ C standar CIGRE d. Produk hasil dekomposisi decomposition product : Nilai produk hasil dekomposisi 2000 ppmv CIGRE 23.10 Task force 01 e. Suhu lingkungan ambient temperature : antara 30 C sampai dengan 40 C IEEE C37.38 f. Aktivitas Partial Discharges: dilihat berdasarkan hasil monitoring diagnosis. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 27 Sedangkan untuk pengolahan data menggunakan statistik, digunakan perhitungan distribusi normal untuk mencari nilai rata-rata mean dan standard deviasi data tiap kompartemen terlampir di lampiran . Dari nilai standar internasional ataupun nilai rata-rata dan standard deviasi pada setiap kompartemen ini maka dapat diambil suatu nilai batas antara kondisi yg satu dengan yang lainnya dimana kondisi ini dapat dibagi menjadi 3 bagian kondisi yaitu: 1. Kondisi 1 untuk nilai parameter yang berada di bawah nilai rata-rata mean. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai parameter dari suatu GIS berada pada kondisi buruk atau tidak layak. 2. Kondisi 6 untuk nilai parameter yang berada pada range antara nilai rata- rata dengan resultan nilai rata-rata dan standard deviasi mean + standard deviasi . Kondisi 6 merupakan kondisi pertengahan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada kondisi ini nilai parameter berada pada kondisi minimum untuk layak beroperasi. 3. Kondisi 9 untuk nilai parameter yang berada melebihi dari resultan antara nilai rata-rata dan standard deviasi mean + standard deviasi . Kondisi ini menunjukkan nilai parameter dari GIS berada pada level yang baik atau sangat layak.

3.4.2 Penentuan Faktor Pembobotan Weighting Factor