MONITORING DIAGNOSIS PADA GIS PENENTUAN NILAI BATAS DAN FAKTOR PEMBOBOTAN

37 c. Pastikan tidak ada peralatan yang tertinggal di kompartemen. d. Mengumpulkan data-data hasil uji dan ukur.

4.4 MONITORING DIAGNOSIS PADA GIS

Monitoring diagnosis yang dilakukan pada GIS 150kV Glugur medan adalah mengamati kondisi fisik dari GIS tersebut secara visual dan parameter – parameter terukur yang sudah diamati dan dicatat sebelumnya Berdasarkan pengamatan kondisi fisik dari GIS secara visual, didapat data sebagai berikut : 1. Tidak diketemukan korosi maupun oksidasi pada kompartemen maupun sambungan-sambungannya. 2. Tidak diketemukan indikasi kebocoran gas SF6. Sedangkan untuk data parameter yang terukur dapat dilihat pada tabel yang sudah dilampirkan sebelumnya yang akan digunakan untuk menentukan nilai batas dan data FMEA dari PLN digunakan untuk menentukan faktor pembobotan.

4.5 PENENTUAN NILAI BATAS DAN FAKTOR PEMBOBOTAN

Dari data – data parameter terukur yang sudah dikumpulkan, kita dapat menentukan nilai batas pada kondisi baik, sedang ataupun buruk. Nilai batas ini berdasarkan standar internasional yang sudah ditetapkan sebelumnya, yang juga digunakan oleh tim assessment PT.PLN P3B Jawa Bali untuk melakukan assessment terhadap GIS 150 kV Glugur Medan. Berikut merupakan nilai batas yang digunakan dalam assessment GIS 150 kV Glugur Medan : Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 38 a. Tekanan pressure : Tidak eksak disebutkan karena dapat berbeda pada setiap kompartemen, hanya ditekankan laju penurunan tekanan leakage rate tidak melebihi 1 pertahun per instalasi GIS IEEE C37.122 dimana buku panduan GIS Sprecher Energie sebagai merek yang digunakan dapat dijadikan acuan untuk menentukan tekanan yang dianjurkan per kompartemen. b. Kemurnian purity : 97 IEC 60376 c. Titik embun dew point : - 5 ̊ C standar CIGRE d. Produk hasil dekomposisi decomposition product : Nilai produk hasil dekomposisi 2000 ppmv CIGRE 23.10 Task force 01 e. Suhu lingkungan ambient temperature : antara 30 ̊ C sampai dengan 40 ̊ C IEEE C37.38 f. Aktivitas Partial Discharges : dilihat berdasarkan hasil monitoring diagnosis Kemudian dari data diatas akan diklasifikasikan menjadi tiga kondisi penilaian yaitu : 1. Kondisi 1 Merah atau buruk 2. Kondisi 6 kuning atau layak beroperasi dengan kondisi minimum 3. Kondisi 9 hijau atau sangat layak Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 39 Berikut tabel 4.5 yang berisi nilai batas yang digunakan untuk setiap kompartemen yang sudah dijelaskan pada Bab sebelumnya beserta kondisi penilainanya nya : Tabel 4.5 Nilai batas yang ditentukan untuk kompartemen GIS Parameter dan satuan nya Nilai batas Kondisi 1 Kondisi 6 Kondisi 9 Tekanan bar Sesuai buku panduan, dengan penurunan 1 per tahun Kemurnian 97 97 97 Titik embun ° C 5 ° C - 5 ° C -5 ° C Produk hasil dekomposisi ppmv 2000ppmv 1000 - 2000 ppmv 1000 ppmv Suhu lingkungan °C 40 ° C 30 – 40 ° C 30 ° C Aktivitas partial discharge Intensitas tinggi Intensitas rendah Tidak terdapat partial discharge Berikutnya akan ditentukan faktor pembobotan yang dibuat berdasarkan data FMEA sebelumnya dimana faktor pembobotan tersebut berdasarkan hubungan frekuensi terlibatnya parameter dengan kegagalan yang terjadi. Untuk itu dibuat perbandingan akumulasi frekuensi kegagalan dan parameter yang terlibat seperti pada tabel 4.6 berikut : Tabel 4.6 Perbandingan akumulasi frekuensi kegagalan dan parameter yang terlibat Parameter yang terlibat Frekuensi kegagalan Decomposition product, purity, partial discharge 1 pressure, purity 1 dew point, partial discharge 1 decomposition product, partial discharge 1 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 40 pressure, purity, decomposition product 1 pressure, purity, decomposition product 1 partial discharge, decomposition product 1 Partial discharge 1 partial discharge, decomposition product 1 partial discharge, decomposition product 1 temperature, pressure 1 partial discharge 1 pressure 1 pressure, purity 1 pressure, partial discharge 1 pressure, partial discharge 1 pressure, partial discharge 1 Tabel 4.7 Hubungan Perbandingan akumulasi frekuensi kegagalan dan parameter yang terlibat Dari akumulasi frekuensi kegagalan pada masing-masing parameter ini penulis mengasumsikannya menjadi 3 kelompok besar yaitu Parameter Akumulasi frekuensi kegagalan Tekanan 9 Kemurnian 5 Titik embun 1 Produk hasil dekomposisi 7 Suhu lingkungan 1 Partial discharge 11 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 41 A. Kelompok 1, untuk akumulasi frekuensi kegagalan ≥ 10 yaitu partial discharge. B. Kelompok 2, untuk akumulasi frekuensi kegagalan 5 ≤ f 10 yaitu: pressure, purity dan decomposition product. C. Kelompok 3, untuk akumulasi frekuensi kegagalan f 5 yaitu: dew point dan ambient temperature . Maka untuk parameter yang berada di kelompok satu akan mendapatkan level pembobotan yang lebih tinggi dibandingkan kelompok yang lain. Untuk faktor pembobotan tiap kelompok,kita dapat mengalikannya dengan sebuah konstanta yang berbeda-beda untuk tiap kelompok. Kelompok 1 akan mendapatkan nilai konstanta yang paling tinggi dibandingkan kelompok yang lainnya.Berikut adalah faktor pembobotan menggunakan konstanta diajukan untuk tiap parameter seperti yang terlihat pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Faktor pembobotan parameter Kelompok Parameter Faktor pembobotan dengan pengalian konstanta 1 Partial disharge X 20 2 Kemurnian X 10 Produk hasil dekomposisi X 10 Tekanan X 10 3 Titik embun X 5 Suhu lingkungan X 5 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 42

4.6 NILAI AKHIR KONDISI GIS 150kV GLUGUR MEDAN