xxxi
F. Istilah
Menurut Harimukti Kridalaksana 2001: 86 istilah adalah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan konsep, proses, keadaan atau
sifat yang khas dalam bidang tertentu. Istilah memberikan suatu pengertian yang dapat diketahui secara khusus ataupun umum. Yuwono, 1988: 7.
Istilah mempunyai beberapa ciri-ciri sebagai unsur bahasa. Ciri-ciri istilah mempunyai dua aspek yaitu ungkapan istilah dan makna istilah.
a Dari segi ungkapan
1 Istilah ini dapat berupa kata benda, kata kerja, atau kata sifat.
2 Bangun istilah dapat berupa kata tunggal, kata majemuk, kata bersambung,
kata ulang, dan frasa.
b Dari segi makna
Istilah itu secara gramatikal bebas konteks artinya makna tidak tergantung pada konteks kalimat tetapi dipandang dari bidang kehidupan yang memakainya Sri
Soekesi Adiwimarta dkk, 1994: 32. Contoh :
Istilah sesaji jamasan pusaka yaitu jadah `jadah` yang dibuat dari beras ketan yang direbus sampai tanak kemudian dicampur dengan parutan kelapa dan
ditumbuk sampai menyatu dan halus. Makna yang tersirat dari jadah adalah hajate `keperluannya` telah terlaksana dengan baik. jamasan pusaka dapat
berjalan dengan baik tanpa adanya halangan
xxxii
G. Bentuk Istilah
Bentuk form adalah penampakan atau rupa satuan; penampakan atau rupa satuan gramatikal atau leksikal dipandang secara fonis atau grafemis. Bentuk
dibedakan menjadi lima yaitu bentuk asal, bentuk dasar, bentuk kata, bentuk bebas dan bentuk terikat. Kridalaksana, 2001: 28-29. Bentuk asal atau underlying from
adalah satuan dasar yang dianggap sebagai dasar untuk membentuk atau menurunkan seperangkat satuan atau seperangkat varian dari sebuah satuan. Bentuk dasar atau
base form merupakan bentuk satuan morfemmorfem yang paling umum dan tidak terbatas. Bentuk kata atau word form merupakan ujud kata tertentu yang mengisi
fungsi tertentu dalam paradigma. Bentuk bebas atau free form yaitu bentuk bahasa yang dapat berdiri sendiri dan bermakna jelas. Bentuk terikat atau bound form
merupakan bentuk bahasa yang harus bergabung dengan unsur lain dengan makna jelas.
Dalam pembentukan istilah dalam bahasa dapat dilakukan dengan dua bentuk yaitu bentuk kata berupa bentuk dasar dan bentuk terikat yang secara
morfologis digolongkan dalam bentuk monomorfemis dan polimorfemis. 1.
Monomorfemis Proses
morfologis adalah
cara pembentukan
kata-kata dengan
menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Dengan kata lain gabungan morfem-morfem akan membentuk kata Samsuri, 1987: 190.
xxxiii Kata bermorfem satu disebut kata monomorfemis dengan ciri-ciri dapat
berdiri sendiri, mempunyai makna dan berkategori jelas. Sedangkan kata bermorfem lebih dari
satu disebut polimorfemis. Menurut Harimukti
Kridalaksana monomorfemis monomorphemic terjadi dari satu morfem, morfem morphemic
merupakan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dibagi atas bagian yang lebih kecil misalnya ter- di-. Monomorfemis adalah terdiri atas
satu morfem saja Verhaar, 2004: 97. Misalnya: jadah `jadah`, kluwak `kluwak`, menyan `kemenyan`, krupuk `krupuk`
mempunyai morfem satu maka dinamakan monomorfemis.
2. Polimorfemis
Polimorfemis adalah terdiri atas lebih dari satu morfem Verhaar, 2004: 97.
Polimorfemis dibentuk melalui beberapa proses morfemis yaitu afiksasi imbuhan, reduplikasi pengulangan, dan pemajemukankomposisi.
a. Afiksasi imbuhan
Afiksasi adalah proses perangkaian afiks pada bentuk dasar. Wedhawati, 2006: 40. Afiks adalah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suku kata merupakan
unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata yang baru. Ramlan,
1987: 55. Setiap afiks tentu berupa satuan terikat, artinya dalam tuturan biasa tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatik selalu melekat pada satuan lain. Afiks atau
lebih dikenal dengan imbuhan ada empat macam. Pembedaan itu didasarkan pada
xxxiv macam afiks yang dilekatkan pada bentuk dasar. Macam afiks imbuhan itu sebagai
berikut. 1
prefik yang diimbuhkan di mukadepan bentuk dasar. contoh : m- + peyek
→ meyek `membuat rempeyek` n- + jadah
→ njadah `membuat jadah` ny- + sambel
→ nyambel `membuat sambal` 2
sufiks yang diimbuhkan di belakang bentuk dasar. contoh : gudhang + an
→ gudhangan `gudangan` uyah + -ana
→ uyahana `berilah garam` krupuk + -e
→ krupuke `krupuknya` 3
infiks yang diimbuhkan dengan penyisipan di dalam bentuk dasar. contoh : laku + -um
→ lumaku `berjalan` tindak + -um
→ tumindak `tindakantingkah laku` tulis + -um
→ tinulis `ditulis`
4 konfiks adalah afiks yang tempatnya terpisah sebagian di muka dan
sebagian lainnya di belakang bentuk dasar. contoh : di- + jipuk + -i
→ dijipuki `diambili` ng- + uyah + -i
→ nguyahi `memberi garam` ny- + sapu + -i
→ nyaponi `menyapu`
b. Reduplikasi pengulangan
xxxv Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulangi bentuk dasar atau
sebagiannya dari bentuk dasar tersebut. Verhaar, 2004: 152. Reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan
variasi fonem maupun tidak. Ramlan, 1987: 63. Sehingga dapat disimpulkan bahwa reduplikasi adalah pengulangan bentuk dasar atau sebagian bentuk dasar satuan
gramatikal. Contoh: arem-arem `arem-arem` dan onde-onde `onde-onde`.
c. Pemajemukankomposisi
Kata majemuk adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus
menurut kaidah bahasa yang bersangkutan, pola khusus tersebut membedakannya dari gabungan morfem dasar yang bukan kata majemuk. Harimukti Kridalaksana,
2001: 99. Komposisi atau pemajemukan adalah proses morfemis yang menggabungkan dua morfem dasar pradasar menjadi satu kata, namanya kata
majemuk. Verhaar, 2004: 154 Contoh: sega golong `nasi golong`, kembang setaman `bunga setaman`, gedhang
raja `pisang raja` dan sambel goreng `sambal goreng`
3. Frasa
Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Ramlan, 2001: 138. Frasa adalah gabungan
xxxvi dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat dapat
renggang. Kridalaksana, 2001: 59. Contoh : jenang abang putih `bubur abang putih`, dhele ireng `kedelai hitam`, tahu
tempe bacem `bacem tempe tahu`, dan kinang komplit `kinang lengkap`.
H. Masyarakat Bahasa