25
BAB III METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengamati efek ekstrak n-heksan daun pugun tanoh dalam berbagai konsentrasi terhadap waktu
paralisis dan waktu kematian cacing Pheretima posthuma. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap meliputi penyiapan bahan tumbuhan, pembuatan simplisia
dan ekstrak n-heksan daun pugun tanoh beserta karakterisasinya, uji aktivitas antelmintik ekstrak n-heksan daun pugun tanoh, dan analisis data statistik.
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi oven Dynamica, Inggris, tanur Nabertherm, Jerman, rotary evaporator Stuart, Inggris, heating
mantle Boeco, Jerman, mikroskop Boeco, Jerman,blender Panasonic, Jerman, timbangan Vibra AJ, Jepang, labu erlenmeyer Iwaki Pyrex, Jepang, labu alas
bulat Duran, Jerman, lumpang dan alu Iwaki Pyrex, Jepang, gelas ukur Iwaki Pyrex, Jepang, cawan porselin Iwaki Pyrex, Jepang, corong pisah Iwaki Pyrex,
Jepang, labu tentukur Iwaki Pyrex, Jepang, cawan petri CMSI, Indonesia, stopwatch LG, Korea Selatan, tabung reaksi Iwaki Pyrex, Jepang, pipet
volume Iwaki Pyrex, Jepang, lemari pengering, penangas air, perkolator, pengaduk, penjepit tabung, dan pipet tetes.
3.1.2 Bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun pugun tanoh, kecuali n-heksan Rudang Jaya, Indonesia yang berkualitas teknis, semua
bahan kimia yang digunakan berkualitas pro analisis. Asam klorida, kalium
Universitas Sumatera Utara
26 iodida, iodium, raksa II klorida, besi III klorida, α-naftol, asam nitrat, timbal
II asetat, natrium hidroksida, asam asetat anhidrida, asam sulfat pekat, eter, kloroform, methanol, petroleum eter, serbuk seng Zn, serbuk magnesium Mg,
timbal II asetat, isopropanol, benzene, natrium pikrat, kalium bromida, natrium klorida diperoleh dari Merck, Jerman; natrium klorida 0,9 Widatarabakti,
Indonesia dan air suling dari Rudang Jaya, Indonesia. Baku albendazole diperoleh dari PT. Indofarma, Indonesia.
3.2 Pembuatan Pereaksi 3.2.1 Pereaksi Mayer
Sebanyak 1,4 g raksa II klorida dilarutkan dalam 60 ml air suling. Pada wadah lain, sebanyak 5 g kalium iodida dilarutkan dalam 10 ml air suling.Kedua
larutan tersebut dicampurkan dan diencerkan dengan air suling hingga 100 ml
Ditjen POM, 1995. 3.2.2 Pereaksi Dragendorff
Sebanyak 0,8 g bismut III nitrat dilarutkan dalam 20 ml asam nitrat pekat.Pada wadah lain, sebanyak 27,2 g kalium iodida dilarutkan dalam 50 ml air
suling.Kedua larutan tersebut dicampurkan dan didiamkan sampai memisah sempurna. Bagian yang jernih diambil lalu diencerkan dengan air suling hingga
100 ml Ditjen POM, 1995.
3.2.3Pereaksi Bouchardat
Sebanyak 4 g kalium iodida dilarutkan dalam air suling secukupnya, ditambahkan 2 g iodium, kemudian diencerkan dengan air suling hingga 100 ml
Ditjen POM, 1995.
Universitas Sumatera Utara
27
3.2.4Pereaksi Molish
Sebanyak 3 gram α-naftol dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N dan dicukupkan 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.2.5 Pereaksi Asam Klorida 2 N
Sebanyak 17 ml larutan asam klorida pekat diencerkan dengan air suling hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.2.6 Pereaksi Asam Sulfat 2 N
Sebanyak 5,4 ml larutan asam sulfat pekat diencerkan dengan air suling hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.2.7 Pereaksi Natrium Hidroksida 2 N
Sebanyak 8 g kristal natrium hidroksida dilarutkan dengan air suling hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.2.8 Pereaksi Timbal II Asetat 0,4 M
Sebanyak 15,17 g timbal II asetat dilarutkan dalam air suling bebas karbondioksida hingga 100 ml Ditjen POM, 1995.
3.2.9 Pereaksi Besi III Klorida 1
Sebanyak1 g besi IIIkloridadilarutkan dalam air dan di encerkan hingga100 ml Ditjen POM, 1995.
3.2.10 Pereaksi Liebermann-Burchard
Sebanyak 5 bagian volume asam sulfat pekat dicampurkan dengan 50 bagian volume etanol 95. Kemudian ditambahkan dengan hati-hati 5 bagian
volume asam asetat anhidrida ke dalam campuran tersebut dan dinginkan Ditjen POM, 1995
Universitas Sumatera Utara
28
3.3 Penyiapan Bahan Tumbuhan