terutama bila disebabkan oleh lumpur dan partikel yang dapat mengendap, sering kali penting sebagai faktor pembatas.
Dengan demikian kedalaman penetrasi cahaya akan berbeda pada setiap ekosistem air yang berbeda. Pada batas akhir penetrasi cahaya disebut sebagai
titik kompensasi cahaya, yaitu titik pada lapisan air, dimana cahaya matahari mencapai nilai minimum yang menyebabkan proses asimilasi dan respirasi berada
pada titik keseimbangan.
2.4.3 Intensitas Cahaya
Bagi organisme air, intensitas cahaya berfungsi sebagai alat orientasi yang akan mendukung kehidupan organisme tersebut dalam habitatnya. Contohnya,
larva dari Baetis rhodani akan bereaksi terhadap perubahan intensitas cahaya, dimana jika intensitascahaya matahari berkurang, hewan ini akan ke luar dari
tempat perlindungannya yang terdapat pada bagian bawah dari bebatuan didasar perairan, bergerak menuju kebagian atas bebatuan untuk mencari makanan Barus,
2004.Intensitas cahaya dan perbedaan suhu air sangat berperan pada pengklasifikasian perairan lentik, sedangkan pada perairan lotik justru kecepatan
arus atau pengerakan air, jenis sedimen dasar, erosi dan sedimentasi yang paling berperan Jeffries Mills 1996.
Menurut Setiawan 2008, pada kondisi perairan yang dangkal, intensitas cahaya matahari dapat menembus seluruh badan air sehingga mencapai dasar
perairan, daerah dangkal biasanya memiliki variasi habitat yang lebih besar dari pada daerah yang lebih dalam sehingga cenderung mempunyai makrozoobentos
yang beranekaragam dan interaksi kompetisi lebih kompleks. Pada musim hujan perairan cenderung lebih dalam jika dibandingkan dengan saat musim kemarau.
Hal tersebut dapat mempengaruhi kepadatan makrozoobentos di dasar suatu perairan.
2.4.4 pH air
Kehidupan organisme akuatik sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai pH.Pada umumnya organisme akuatik toleran pada kisaran nilai pH yang netral.
pH yang ideal bagi organisme akuatik pada umumnya terdapat antar 7 – 8,5.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan menyebabkan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan
terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi Odum, 1994.
2.4.5 DO Dissolved Oxygen
Disolved Oxygen DO merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlarut merupakan faktor yang sangat penting di dalam
ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme-organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air sangat
dipengaruhi terutama oleh faktor temperatur. Kelarutan maksimum oksigen di dalam air terdapat pada temperature 0°C, yaitu sebesar 14,16 ml
O
2
. Dengan terjadinya peningkatan temperatur akan menyebabkan konsentrasi oksigen akan
menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan meningkat konsentrasi oksigen terlarut. Oksigen terlarut di dalam air bersumber terutama dari adanya
kontak antara permukaan air dengan udara dan dari proses fotosintesis. Selanjutnya air kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke atmosfer
dan melalui aktivitas respirasi dari organisme akuatik. Kisaran toleransi makrozoobentos terhadap oksigen terlarut berbeda-beda Barus, 2004.
Menurut Sastrawijaya 1991, kehidupan air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mgl serta selebihnya tergantung pada
ketahanan organisme, derajat keaktifan, kehadiran pencemaran, temperatur dan sebaliknya.
2.4.6 BOD
5
Biochemical Oxygen Demand Nilai BOD Biochemical OxygenDemand menyatakan jumlah oksigen
yang diperlukan oleh mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa organik yang diukur pada temperatur 20°C Barus, 2004.
Nilai konsentrasi BOD menunjukkan suatu kualitas perairan yang masih tergolong baik dimana apabila konsumsi
O
2
selama periode 5 hari berkisar sampai 5 mll
O
2
maka perairan tersebut tersebut tergolong baik apabila konsumsi
O
2
berkisar 10 mgl – 20 mgl
O
2
akan menunjukkan tingkat pencemaran oleh materi
Universitas Sumatera Utara
organik yang tinggi dan untuk air limbah nilai BOD umumnya lebih dari 100 mgl Brower,et al., 1990.
2.4.7 Substrat Dasar