Efisiensi Penggunaan lahan Tabel 6. 8 Konsep Efisiensi Penggunaan Lahan Ef is

168 Ventilasi dan bukaan x Posisi, Ventilasi alami pada ruang – ruang di dalam bangunan hanya akan terjadi manakala ruang – ruang ditata secara satu lapis sejajar atau setidaknya dua lapis dan dilayani dalam 1 koridor pada bagian tengahnya.Yang dimaksud dengan penataan satu lapis adalah penataan ruangan yang di tata secara linier sehingga tiap ruangan sebanyak – banyaknya hanya diapit diantara satu ruang yang disebut koridor. Penataan semacam ini akan memberikan kesempatan ruangan mengalami ventilasi alami yang maksimal memalui system ventilasi silang cross ventilation. Contoh penataan ruangan jajar ganda sumber:Pujiastuti, 19971998 Sumber: Analisis penulis, 2014

6.6.2 Efisiensi Penggunaan lahan Tabel 6. 8 Konsep Efisiensi Penggunaan Lahan

Prinsip Arsitektur Berkelanjutan Elemen Yang Terkait Konsep Studi Bentuk Bangunan Efisiensi Penggunaan Lahan Pengolahan kontur x Wujud bentuk, Pembangunan idealnya menghindari lahan curam atau terlalu rendah untuk mengurai biaya dan energy dalam proses pegurugkan karena pengangkutan material juga mebutuhkan energy. Jika tidak memungkinkan maka langkah terbaik adalah sesediki mungkin melakukan penggalian atau pengurukan lahan secara lin i ie ie r r r se se s hingga tiap ruangan sebanyak – banya hanya diapit diant t ar ar ara a a satu ruang yang disebut ko Penataan semacam ini akan me m m mberikan kesempatan rua me me me ng g g al al al am am am

i i

i ve e e nt n n ilasi alami yang m m m aksimal memalui sy ve ve ve n n ntil l as a as

i i

i si sila la la ng g g cr cr cr os s ss s s ve ve ve nt n nt ilation. C Contoh penataan n ru ru ang ang an jajar ganda s sumber ber:Pujiastuti, 19971998 Sum Su Su ber ber er: Analisis p p p enu e lis lis s 2 2 , 2 014 014 014

6.6.2 Ef is

iensi P P P en en engg gg gg un aan laha ha n n n Tabel 6. 8 Konsep p p Efisiens s si Penggunaan Lahan Prinsip Arsitektur Berkelanjutan Elemen Yang Terkait K K Konsep Studi Bentuk Bangunan Efisiensi Penggunaan Pengolahan kontur x Wujud d d be e entuk, Pembangunan idealnya menghindari lahan c atau terla la a lu rendah untuk mengurai biaya dan energy dalam p 169 yang curam atau berbukit – bukit seperti pada kasus sebagai Sendangsono yang tetap mempertahankan kontur asli yang menempati area perbukitan dengan memperkuat lereng dengan conblok dan menjadi salah satu unsur estetika di desain tersebut. Pengolahan kontur kasus Sendangsono Sumber: www.sendangsono.info , 2013 Pemilihan Lokasi Tapak Dan Kajian Terhadap Peraturan Setempat x Posisi dan ukuran, Proses pertama dalam perencanaan pembangunan adalah mencari lahan yang sesuai dengan peruntukannya serta . Suatu peruntukan lahan dalam suatu wilayah kota diatur melalui rencana umum tata ruang kota RUTK dan rencana detail tata ruang kota RDTRK. Dalam proses pemilihan lahan perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut: Prinsip Pemilihan Lahan Apsek Pemilihan Lahan Prinsip yang berkaitan Aplikasi dalam Desain Ruang Terbuka Hijau RTH x Ideal dalam pembangunan setidaknya 40 untuk RTH atau menyesuaikan dengan peraturan setempat x RTH dapat dikombinasikan dengan perkerasan yang dapat menyerap air x RTH harus direncanakan dan bukan lahan sisa x Perkerasan tidak menggunakan bahan aspal dan beton Sepadan Bangunan x Sepadan dapat mengikuti peraturan daerah x Sepadan berfungsi sebagai pengaman terhadap lalu lintas, filter x Sepadan dapat dimanfaatkan menjadi area hijau RTH Pengolahan kont t ur ur kasus Se Sen Se dangso so no Sumber: www.sendangsono.info , 2 , 2 2 013 Pe Pe mi m lihan Lokasi i Tapak Dan Kajian Te Terh rh ad ad ap ap P Pera ra a tu tu tu ra ra ra n n n Setempat x x Posisi d dan uku kur ran, Proses p p er er ta tam ma dal am am am p p er enca a a pe emb m a ngu unan n ad adalah men en ca cari ri lahan y a a ang se se se s suai de e pe eru nt n u ukan nn nya a se rta a . Su Suat at u peruntukan lahan n dalam sua a a t t tu w w i ko ta ta diatur me m lalu lu i i re ncana umum tata ruan n g g kota a RUTK TK TK rencana detail tata r r ua ua ua ng ng ng k k ot ot a a R R DT DT RK RK . D D a la la am m m p proses p pem em em la la la ha ha an n n perlu di di di pe pe pe rh rh rh at at at ik k ik an a an h h al al l – h h h al al al s s seb eb eb ag a ai berikut: Prinsip Pemilihan Lahan Ap Ap p se se k Pemilihan La La La ha ha ha n n n Pr r in in si si p p p ya ya y ng ng g b b er er ka ka itan Ap Ap Apli li li ka ka ka s s si d d dalam De De De s s sain Ru Ru Ru an a an g g g Terbuk uk uka a a Hijau RTH x Idea ea ea l l l da da da la la l m pe pe pe mb mb m angunan setidaknya 40 u nt nt nt uk uk uk RTH atau menyesuaikan dengan peraturan setempat x RTH dapat dikombinasikan dengan perkerasan yang dapat menyerap air x RTH harus direncanakan dan bukan lahan sisa x x Pe Pe Perkerasan tidak menggunaka bahan asp dan beton 170 polusi dan kebisingan. Koefisien Dasar Bangunn KDB x KDB menyesuaikan dengan peraturan daerah x Dianjurkan menggunakan KDB seminimal mungkin x Desain menghindari munculnya ruang mati Koefisien Lantai Bangunan KLB x KLB menyesuaikan dengan peraturan daerah x KLB sebagai upaya agar semua area pada bangunan mendapatkan cahaya x Perencanaan perlu membuat simulasi menggunakan ecotect untuk mengetahui kondisi lingkungan tersebut. Sumber: Hemat LestariHemat Lingkungan Melalui Bangunan, hal 49 dan RDT Mlati 2008 x Tekstur, suhu udara yang lebih rendah dapat diperoleh dari tata laskap yang menghindarkan penyelesaian permukaan laskap dari material yang berpotensi memantulkan sinar matahari yang berlebih. Penggunaan penutup permukaan dari tanaman – tanaman, seperti rumput atau tanaman penutup lainnya sangat disarankan. Suhu di bawah pohon peneduh dapat turun 2ºC hingga 4ºC di lokasi yang sama tanpa pohon peneduh 2 . x Hal ini sangat diperlukan untuk menciptakan iklim mikro secara maksimal dalam site dan bangunan. Pemilihan tanaman penaung 2 Irwanto. “Pengaruh Perbedaan Naungan terhadap pertumbuhan Semai Shorea sp. di Persemaian”. Disertasi Program Master pada Jurusan Ilmu – Ilmu Pertanian, Prodi Ilmu Kehutanan, Pascasarjana UGM, Yogyakarta Area landscape sebagai pencipta iklim mikro Ko Ko Ko ef ef ef is isien Lantai Bangunan KLB x KLB me me m nyesuaikan dengan peraturan daerah ah ah x KLB sebagai upaya ag ag ag ar semua ar a a ea a a pada bangunan menda a apa pa pa tkan ca ca caha ha ha ya ya ya x Perencanaan perlu membu simulasi menggunaka ecotect unt mengetahui kondisi ling ng ngkungan terseb eb ebut. Sumber: Hemat t L estariHemat Lingkung ung an Melalui Bang g una u u n, hal 49 49 49 da da a n n RDT Mlati i 2008 x x Tekstu r, suhu uda ara a yang lebih rendah d d d a ap a at d d dip ip iper er er ol ol ol eh e e da a ar la la skap ya ang me eng g h hindarkan peny ny el ele esaian p p p er e mu k ka k an an an laska ka k p p p m mate teria al y y an ng berpoten en si si m memantulkan s si i inar matah h h a ar ar i be berl rl eb bi ih. Pe e ng nggu guna a an an penutup permukaan n n dari ta ta ta na ma m a ta tanaman, seper r ti ti r r um um pu pu t t at at au au t t an an am am an an p p en n u utup p p l l lainnya ya s s s a di di di sa sa sa rankan. Su Su u hu hu hu di bawah h po po o ho ho ho n n n pe pe p nedu u h h da da a pat turun 2º 2º 2 C C C h 4ºC C C di di di l l okas as asi i i yang sama tanpa pohon peneduh 2 . Ar ea land ndsc scap ap e sebagai pencipta ik ik li li m m mi mi kr kr o o 171 juga harus memperhatikan jenis pohon seperti berikut: Penaung dengan Pohon tinggi langsing Peletakan pohon penaung tinggi Sumber: Mediastika, 2012 Perletakan pohon penaung yang berjenis tinggi – langsing akan menurunkan suhu, namun dalam jumlah yang banyak dan rapat justru dapat mengganggu aliran udara ke dalam bangunan. Penaung dengan Pohon bertajuk lebar Peletakan pohon penaung rindang dan lebar Sumber: Mediastika, 2012 Perletakan pohon penaung yang bertajuk melebar akan memiliki lebih banyak manfaat seperti menurunkan suhu, membatasi sinar langsung, namun tidak mengganggu aliran udara ke dalam bangunan. Sumber: Analisis penulis, 2014 Peletakan pohon penaun n ng g g tinggi Su Su Sumb m m er er er: : : M M M ed ed ed iastika, 2012 Perletakan n pohon pen nau au u ng ng ng y y y ang berjen

is s

s t t t in in in gg gg gg

i i

i – langsing g a a a kan menurun suhu, namun dalam m jumlah yang banyak d dan an n r r r ap a at j ustr tr tr u u u da da da pa pa pa t t t menggang g ggu g g aliran u ke dalam bangunan. n. Penaung de den ngan Pohon bertaju uk k k lebar Peletakan n po po po ho ho ho n n n pe pe pe na na un un g g ri ri nd nd a ang d dan leba ba a r Sumber: Mediastika, 2012 Perletak k k an an n pohon penaung yang bertajuk melebar akan memili li li k k ki l l l eb eb eb

ih h

h ban manfaat seperti menurunkan suhu, membatasi sinar langsung, nam m m un un un t

id d

a ak ak m m m en en nggan al al al ir ir ir an an an u u uda da da ra ra ra k k k e dalam bang ng ng un un un an an an . . Sum m um ber: Analisis penu nu u l l lis, 2014 172 6.6.3 Efisiensi Penggunaan Material Ramah Lingkungan Tabel 6. 9 Konsep Efisiensi Penggunaan Material Prinsip Arsitektur Berkelanjutan Elemen Yang Terkait Konsep Studi Bentuk Bangunan Penggunaan Material Lokal yang ekologis x Tekstur, Bahan bangunan alami batu alam, kayu, bambu dan tanah liat tidak mengandung zat yang mengganggu kesehatan penghuni bangunan, sedangkan bahan bangunan buatan pipa plastik, rock wool, cat kimia, perekat mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Penggolongan ekologis Contoh bahan bangunan: - Dapat dibudidayakan kembali regeneratif: Kayu, bambu, rotan, rumbia, alang-alang, serabut kelapa, kulit kayu, kapas, kapuk, kulit binatang, wol - Material alam yang dapat digunakan kembali: Tanah, tanah liat, lempung, tras, kapur, batu kali, batu alam - Material recycling: Limbah, potongan, sampah, ampas, bahan kemasan, mobil bekas, ban mobil, serbuk kayu, potongan kaca - Mengalami transformasi sederhana: Batu merah, genting tanah liat, batako, conblock, logam, kaca, semen - Mengalami tingkat perubahan transformasi: Plastik, bahan sintetis, epoksi - Bahan bangunan komposit: Beton bertulang, pelat serat semen, beton komposit, cat kimia, perekat Sumber : Frick, 2007 Berdasarkan data tersebut, maka bangunan direncanakan menggunakan material alami berupa batu merah, semen, kaca, beton bertulang, dan kayu. Bahan yang mudah menyerap panas dapat meningkatkan suhu dalam ruangan sehingga pengguna bangunan kemudian menyalakan AC. Untuk menghindari ruangan menjadi panas, perlu diperhatikan daya serap panas pada jenis material yang digunakan sebagai material bangunan. Semakin kecil nilai transmittan atau koefisien absorpsi suatu bahan, semakin rendah intensitas matahari yang masuk ke dalam bangunan. ` Sumber: Analisis penulis, 2014 Prinsip Arsitektur Berkelanjutan Elemen Yang Terkait t Konsep Stu di di di Bentuk Bangunan Pe Pe e n n nggunaan Material Loka ka a l l l yang g g ek ek ekol ol ol og og ogi i is x T Te T ks ks k tu tu tu r, , , Ba Ba Ba ha ha ha n ba b b ngunan alami ba ba ba tu alam, kayu, bambu ta ta tana na na h h h liat at at t t tida a a k me me me ng ng ngan a a du du du ng zat yang g me m m ngganggu kese penghu ni banguna n, s s s ed ed ed an n n g gkan bahan ban an ngu g g nan buatan pl pl pl as as as ti ti ti k k, k ro ro k ck ck w w w oo oo oo l l l , , ca c t kimia, perek k kat at at mengandu du ung n n zat kimia berbahay a a bagi keseh hat at t an an an . . . Penggo g g lo o ong ng ng a a an ekologi i

i s

s s Contoh b bangun na an: - Da ap pat dibudidayaka a n n kemb bal al ali

i i

reg en en en er er er at at at if if

if :

Kay y yu, u u ba rot ta n, rumbia, ala a ng ng -alang, serab ab b ut u u kelap ap ap a, a a k k k ul u it kay y yu, u u k ka apu uk, kulit binat at an an g, wol - Ma ate erial alam m ya yang dapat digunakan n n kemb b b al al ali: i: i: T T an a ah, t lia at, l lempun n g g, t tras, kapur, batu k k al al

i, i

b atu u u alam m m - M Mate erial r r ec ecy ycling: Limbah ah, , po poto ng an, sa a a mpah h h , am am am pas, s s, b b ke ema asa san, mobil b b ek ekas as, ban mobil, ser r r bu b k kayu, po o oto o o ka ka ca - Mengalami i t tr an sformasi sederhana: Ba Ba atu m m m e e erah, g g ge tanah liat, bata ta a ko k ko , , co co co nb nb lo lo ck ck, lo lo ga ga m m, k k ac aca, a, s s s em em emen - Mengal l l am am ami ti ti ti ng ng ng ka k ka t t pe pe e ru ru ru ba ba baha ha ha n n n tr tr an an sf sformasi: Plas s s ti t tik k k, b si si sintet et t is is is , epoksi - Ba a ha ha h n bangunan komposit: Beton bertulang ng ng, pe pe pe la la lat semen, beton komposit, cat kimia, pereka a a t t t Su Su Su mb mb mb er er er : : : F F F ri ri ri ck, 2007 B Be Berdasar ka ka ka n n n da da data ta ta t t t er er ers se sebut, m ak k ak a a a ba ba ba ng ng ng unan d d d

i i

irencana a ka ka kan n n m m menggun material al al a a a lami b b ber er erupa ba a a tu tu tu merah h h , se se se me m n, n n k k k ac ac ac a a, a, b b b et et et on on on b b b e e ertu tu u la la lang, dan k Bahan yang ng ng mudah menyerap panas da da da pa pa pa t t t me e me ni ni ni ng ng ng k k katkan suhu d ruangan se e e h hingga pen n ngg g una bangunan kemudian menyalakan AC. U menghinda ari ruangan m m menjadi panas, perlu diperhatikan daya serap p pada jenis s s material ya a n ng n digunakan sebagai material bangunan. Sem kecil nilai tr r r a an a smittan a a atau koefisien absorpsi suatu bahan, semakin re intensitas ma at atahari ya ya yang masuk ke dalam bangunan. ` 173

6.6.4 Penggunaan Tenologi Ramah Lingkungan Tabel 6. 10 Konsep Penggunaan Teknologi Ramah Lingkungan

Dokumen yang terkait

LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI SLEMAN STUDI BENTUK BANGUNAN BERDASARKAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN.

0 3 16

1.1. LATAR BELAKANG LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI SLEMAN STUDI BENTUK BANGUNAN BERDASARKAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN.

0 6 18

2.1. PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI INDONESIA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI SLEMAN STUDI BENTUK BANGUNAN BERDASARKAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN.

2 26 30

3.1. TINJAUAN UMUM KABUPATEN SLEMAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI SLEMAN STUDI BENTUK BANGUNAN BERDASARKAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN.

4 27 22

LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN APARTEMEN DAN KANTOR SEWA DI KABUPATEN SLEMAN.

1 4 18

LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI YOGYAKARTA.

0 4 16

PENDAHULUAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI YOGYAKARTA.

0 3 11

ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI YOGYAKARTA.

1 6 74

LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KOTA YOGYAKARTA.

0 2 13

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA.

0 2 12