Gerakan perempuan di republik Islam Iran Pasca Revolusi 1979

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh:

M. KAMALUDDIN 106022000910

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(2)

ii

GERAKAN PEREMPUAN DI REPUBLIK ISLAM IRAN

PASCA REVOLUSI 1979

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh: M. Kamaluddin NIM: 106022000910

Pembimbing

Dr. H. M. Muslih Idris. Lc. MA NIP: 19520603 198603 1 001

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H/2011 M


(3)

iii

tanggal 12 Juli 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata Satu ( S 1 ) pada Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam.

Jakarta, 12 Juli 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota

Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA

NIP. 19591222 199103 1 003

Sekretaris Merangkap Anggota

Sholikatus Sa’diyah, M.Pd

19750417 200501 2 007 Anggota

Penguji I

Dr. H. Abd. Chair, MA

NIP : 19541231 198303 1 030

Penguji II

Nurhasan, S. Ag, MA

NIP. 19690724 199703 1 001

Pembimbing

Dr. H. M. Muslih Idris. Lc. MA NIP: 19520603 198603 1 001


(4)

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli dari saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana dalam jenjang strata satu (S1) di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 12 Juli 2011


(5)

v

Gerakan perempuan di Republik Islam Iran bisa dibilang lebih maju dibandingkan dengan di negara-negara Islam lainnya, khusunya di Timur Tengah. Meski dari segi kebijakan pemerintah maupun budaya etnis mengalami hambatan, namun kenyataannya gerakan perempuan di Iran banyak tumbuh dan berkembang, bahkan muncul banyak tokoh perempuan Iran yang eksistensinya diakui masyarakat internasional. Dalam skripsi ini penulis mencoba untuk mengungkapkan tentang perkembangan gerakan perempuan di Republik Islam Iran pasca revolusi 1979. Mulai dari perjuangan dan tuntutannya, model gerakannya, dan perubahan kebijakan pemerintah Iran yang adil bagi kaum perempuan Iran.

Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran (1979), Pada era ini, sudah mulai muncul oposisi gerakan perempuan Iran yang melakukan perlawanan terhadap berbagai kebijakan yang merugikan hak-hak kaum perempuan. Misalnya peraturan yang melarang jabatan hakim bagi perempuan, dengan alasan wanita lebih emosional dan irasional. Pasca Revolusi Iran terjadi berbagai perubahan peraturan yang secara bertahap mulai direvisi. Sehingga setelah revolusi Iran, pemerintah mulai mencabut larangan perempuan menjadi hakim di Iran.

Pada era ini, pemerintahan Iran juga membuat kebijakan yang menjamin hak-hak reproduksi perempuan. Perempuan Iran sudah ada yang menjadi anggota parlemen, bahkan ada yang menduduki jabatan strategis di pemerintahan. Hal ini tentunya dampak signifikan dari jaminan pelaksanaan hak atas pendidikan rakyat. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya perubahan kebijakan di Iran terhadap perempuan secara signifikan juga telah mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya gerakan perempuan di Republik Islam Iran. Faktor pertama adalah meningkatnya pendidikan dan yang kedua adalah perubahan politik di dalam negeri karena munculnya kesadaran dan tafsir hukum Islam yang tidak didasari budaya patriarki.

Penulisan skripsi ini menggunakan metode historis yang bersifat deskriftif analitis. Tahapan yang ditempuh dalam penelitian ini terdapat 4 tahapan, di antaranya: Heuristik (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (analisis sejarah) dan historiografi (penulisan sejarah). Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran perempuan pasca terjadinya revolusi iran, menguraikan peran perempuan dalam bidang politik dan pendidikan pasca revolusi.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kita haturkan ke hadirat Allah SWT semata yang telah memberikan rahmat dan inayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini sebagaimana mestinya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada muara ilham, lautan ilmu, yang tidak pernah larut yakni keharibaan baginda nabi Muhammad saw, serta keluarga, para sahabat-sahabatnya dan seluruh pengikutnya. Amin.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak semata-mata berhasil dengan tenaga dan upayanya sendiri, namun banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam terselesaikannya penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun materil, dengan ini sepatutnya penulis menyampaikan banyak terima kasih atas kerjasamanya dan dorongannya. Oleh karenanya dalam hal ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. H. Abdul Wahid Hasyim M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah memberikan persetujuan atas judul skripsi ini.

2. Drs. H. M. Ma’ruf Misbah MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam dan Shalikatus Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang telah banyak membantu dalam memproses berjalannya pembuatan skripsi ini.

3. Dr. H. M. Muslih Idris. Lc. MA selaku Dosen Pembimbing yang banyak sekali membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(7)

vii

dan curahan kasih sayangnya yang luar biasa, serta doa yang tulus sehingga penulis selalu dapat termotivasi dan dapat menyelesaikan penelitian ini. 6. Seluruh kawan-kawan di Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam khusunya

angkatan 2006, konsentrasi SPI kawasan Timur Tengah dan kawasan Asia Tenggara yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan, semangat, kritik, dan saran yang semuanya terangkum dalam sebuah kenangan indah.

Akhirnya, hanya kepada Allah jualah penulis menyerahkan segalanya, semoga amal kebaikan yang telah mereka berikan akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin ya Robbal ‘alamin.

Ciputat, 21 Juli 2011


(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...

i

Lembar Pengesahan ...

ii

Lembar Pernyataan ...

iv

Abstrak ...

v

Kata Pengantar ...

vi

Daftar Isi ... viii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah ...

1

B.

Batasan dan Rumusan Masalah ...

7

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian ...

7

D.

Tinjauan Pustaka ...

8

E.

Metode Penelitian ...

9

F.

Sistematika Penulisan ...

11

BAB II NEGARA REPUBLIK ISLAM IRAN

A Kondisi Geografis Negara Iran ...

13

B Kondisi Negara Iran Pra Revolusi ...

16

C Gerakan Perempuan di Masa Dinasti Pahlevi ...

21


(9)

ix

C.

Pandangan Imam Khomeini terhadap Perempuan Iran ...

42

BAB IV GERAKAN PEREMPUAN PASCA REVOLUSI

A.

Maraknya Gerakan Perempuan di Iran ... 46

B.

Peran Perempuan dalam Revolusi Iran ...

49

C.

Peran Perempuan dalam Bidang Politik dan Pendidikan ...

51

BAB V PENUTUP

A.

KESIMPULAN ...

66

DAFTAR PUSTAKA

...

68


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perempuan adalah kaum yang dihormati dan dimuliakan dalam konsepsi Islam. Kaum perempuan yang sering dikenal dengan sebutan kaum hawa, secara kodrati memiliki beberapa kerakteristik, di antaranya dipersepsikan secara fisik mereka lebih lemah dari pria. Ia memilki perasaan yang lebih lembut dan halus serta sering kali menggunakan pertimbangan emosi dan perasaan dari pada akal pikiran memilki lembang kesejukan, kelembutan, dan cinta kasih.

Islam memelihara hak secara penuh dan menjaga kaum perempuan dari pelecehan kehormatannya dan kehilangan kehormatannya. Islam telah memuliakannya karena Islam mengetahui bahwa perempuan adalah dasar masyarakat yang baik, itulah pandangan Islam terhadap perempuan.1

Namun, perempuan juga salah satu makhluk ciptaan Allah yang paling unik. Sebab, keberadaanya memberikan andil yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Tanpa perempuan, maka tidak ada pemimpin-pemimpin besar dunia. Tanpa perempuan, tidak akan ada penemuan-penemuan mutakhir untuk kesejahteraan umat manusia. Selain itu juga, banyak orang-orang besar yang keberhasilannya disokong oleh sosok wanita (istri) sebut saja nabi Muhammad saw. Karena itulah, Allah SWT pun secara khusus memberikan satu surah di dalam al-Quran dengan nama surah An-Nisa (wanita). Penghargaan ini tidak diberikan kepada laki-laki. Ini menunjukkan betapa mulianya seorang perempuan.

1

Ibrahim Muhammad Al-Jamal, Fiqh Islam Ibadah Muamalat (Jakarta: Pustaka Imani, 2000), h.403.


(11)

Terkait dengan hal tersebut, Islam dan al-Qur’an menegaskan bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan memilki kapasitas yang sama baik kapasitas moral, spiritual, maupun intelektualnya. Prinsip kesetaraan dimaksudkan untuk membentuk hubungan yang harmonis antara laki-laki dan perempuan, serta menjadi jembatan bagi perempuan untuk menjadi partner bagi kaum laki-laki dan bukan lagi hanya sebagai pelayan bagi kaum laki-laki. Asal usul kejadian perempuan banyak diceritakan dalam kitab-kitab, seperti dalam Taurat, Injil, dan beberapa penafsiran dalam al-Quran. Tidak heran kalau kaum feminis sering menyorot kitab suci dalam upaya mengatasi ketimpangan struktur sosial berdasarkan peran jenis kelamin (jender).2

Kaum perempuan, dalam hal ke-Adaman dan kemanusiaan, menyamai kaum laki-laki, berkedudukan sama, “dan kaum perempuan mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf” (QS. Al-Baqarah/2: 228), “dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam” “Kaum perempuan sesungguhnya saudara kandung kaum laki-laki”.

Maka dari itu Islam sudah menempatkan wanita itu pada tempat yang sesuai untuk dirinya dalam tiga bidang yang pokok, yaitu:

1). Bidang kemanusian: Islam mengakui bahwa perempuan itu memiliki kemanusian yang sempurna, sama seperti laki-laki; sedang di kalangan bangsa-bangsa yang sudah berkebudayaan, sebelum Islam, bidang ini masih diragu-ragukan, dan malahan ada yang tidak mengakuinya.

2

Nasaruddin Umar, Bias Jender Dalam Penafsiran Kitab Suci (Jakarta: Fikahati Aneska, 2000), h.12.


(12)

3

2). Bidang sosial: Islam membukakan lapangan belajar untuk perempuan, dan menetapkan kedudukan sosial yang mulia untuk perempuan itu, dalam bermacam-macam periode dalam hidupnya, semenjak masa kanak-kanak, kedudukan ini meningkat setiap perempuan itu meningkat umumnya, dari anak puteri, menjadi isteri, menjadi ibu, dan pada waktu itu dia sudah tua dan membutuhkan lebih banyak kasih sayang, penghormatan, dan perlakuan yang lemah lembut.

3). Bidang hak milik: Islam memberikan hak dan mengakui kecakapan yang sempurna dari perempuan dalam segala tindakannya pada waktu ia telah dewasa; dan pada waktu dewasanya itu, tidak ditetapkan lagi seorangpun yang akan mengawasinya, baik ayahnya ataupun suaminya, atau kepala keluarga.3

Dalam fakta yang penulis dapatkan, hampir semua buku sejarah baik dalam pemikiran, pergerakan politik, keagamaan, sosial, pendidikan, dan sebagainya yang banyak dimunculkan adalah peranan kaum laki-laki, sedangkan kaum perempuan kendatipun dalam realitasnya mempunyai peranan yang cukup signifikan akan tetapi dalam setiap peristiwa sejarah sangat jarang sekali diungkapkan.

Di seluruh dunia kedudukan kaum perempuan tengah berubah. Di negara yang satu perubahan itu baru saja dimulai. Di negara yang satu lagi perubahan itu sudah demikian majunya sehingga hampir dianggap sebagai penghinaan kalau tidak memberi perhatian khusus kepada peranan perempuan. Maka hal ini seharusnya tidak perlu. Namun pergerakan-pergerakan perempuan adalah salah satu dari sekian banyak hal yang sedang tumbuh pada bangsa-bangsa yang baru

3

Musthafa As-Siba’y, Wanita di antara Hukum Islam dan Perundang-undangan (Jakarta: Bulan Bintang 1999), h.48-49.


(13)

lahir. Satu hal yang pasti ialah bahwa wanita di mana-mana akan memainkan peranan penting dalam membangun masa depan daripada masa sebelumnya.4

Di Iran perempuan di era rezim Syah Pahlevi5 tertindas dalam berbagai aspek. Agar bisa masuk ke zona ilmu pengetahuan, kaum perempuan harus mengabaikan ketakwaan. Di pusat-pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan seorang Muslimah tidak mudah mempertahankan hijab dan wibawanya. Di jalanan kota Tehran dan sejumlah kota besar Iran lainnya perempuan sulit untuk tenang bepergian sambil menjaga keanggunannya sebagai Muslimah, walaupun misalnya hanya dengan mengenakan kerudung apa adanya. Perempuan Iran saat itu umumnya dibiarkan bodoh dan tidak memiliki wawasan politik. Akibatnya mereka tidak berminat untuk ikut memikirkan nasib negara. Mereka bahkan tidak mengetahui bahwa perempuan bisa ikut berperan dalam menentukan masa depan negara.

Akan tetapi, Revolusi Islam Iran telah membuyarkan semua asumsi keliru tentang perempuan. Perempuan Iran telah menjadi prajurit terdepan dalam revolusi Islam. Revolusi ini jelas tidak mungkin terjadi seandainya kaum perempuan Iran tidak sejalan dengan revolusi dan tidak menaruh keyakinan kepadanya. Tanpa kehadiran perempuan, revolusi akan kehilangan separuh kekuatan revolusionernya. Kemudian, kaum perempuan Iran adalah satu kekuatan budaya yang sangat berpengaruh di lingkungan keluarga, yaitu pada anak, suami, saudara-saudara, dan lingkungannya. Kiprah dan perjuangan sejati kaum perempuanlah yang telah merobohkan pilar-pilar kekuatan rezim Syah Pahlevi.

4

Faruk Zabid, Wanita Dalam Sejarah Islam (Jakarta: Pustaka Jaya, 1987), h.21.

5


(14)

5

Ketika gerakan Islam di Iran berubah menjadi revolusi Islam dan kaum perempuan Iran berada di barisan terdepan sesuai ajaran fitri Islam tentang kaum perempuan, Imam Khomeini6 ra berkata, "Seandainya kaum perempuan tidak berpartisipasi dalam kebangkitan ini, revolusi Islam tidak akan berjaya."7

Khomeini sendiri mengakui jasa-jasa kaum perempuan di Iran. Beberapa saat sebelum rezim Syah Pahlevi tumbang ia berkata pada pers: “penjara-penjara Syah penuh dengan perempuan-perempuan yang pemberani seperti singa. Perempuan-perempuan kami ikut berjuang antara lain dengan melakukan demonstrasi-demonstrasi di jalanan dengan putra, putri, terkadang bayi di pangkuan tanpa takut tertembak senapan mesin maupun meriam. Kaum Perempuan giat dalam pertemuan-pertemuan politik di kota-kota di Iran. Mereka memegang peranan penting sekali dalam revolusi Iran.8

Perempuan dulu sama sekali tidak menaruh kepedulian pada masalah ini. Dulu tidak ada asumsi bahwa kaum perempuan harus ikut berkiprah dalam berbagai tanggung jawab sosial dan jabatan publik. Kaum perempuan sendiripun tidak berasumsi demikian. Namun sekarang kaum perempuan di desa dan daerah-daerah terpencil sekalipun merasa bahwa mereka adalah pemilik dan pengawal revolusi Islam. Dari aspek ini perempuan sama sekali tidak berbeda dengan laki-laki. Perempuan bahkan terkadang terlihat lebih antusias daripada laki-laki dalam merespons berbagai persoalan sosial dan negara dan menganggapnya sebagai persoalan mereka.

6

Ayatullah Ruhullah Musawi al-Khomeini adalah seorang tokoh ulama Syiah yang sangat populer di Iran, sekaligus pemimpin Revolusi Islam Iran pada tahun 1979.

7

http://indonesian.index.com

8


(15)

Kaum perempuan Iran pasca revolusi menentang hegemoni proses interpretasi ortodoks dan berhasil menciptakan perubahan-perubahan dalam hukum perceraian, memutar balik secara sempurna hak-hak finansial perempuan setelah perceraian. Selanjutnya, literatur mencoba menjamin situasi-situasi finansial yang lebih baik bagi perempuan di Iran dalam hubungannya dengan pemeliharaan terhadap istri selama perkawinan, dan nafaqah.

Dengan mengacu pada sumber-sumber dasar al-Quran dan Sunnah dan merujuk pada sejumlah interpretasi fiqh yaitu mereka yang menyatakan bahwa nafaqah tidak teremasuk pengeluaran untuk pengobatan mereka berhasil membentuk opini yang berlaku. Para perempuan di Iran tidak mengambil bahasa feminis Barat tetapi menggunakan salah satu pemikiran Syi’ah. Seperti halnya nafaqah adalah isu-isu yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Perempuan Muslimah Iran juga merupakan isu universal yang berkaitan dengan hubungan-hubungan antara pria dan perempuan, seperti perkawinan, perceraian, dan perwalian. Di kalangan “neo islamis”. Perempuan Iran sendiri berada dalam kelompok/katagori yang khusus.9

Melihat persoalan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih jauh lagi tentang peran perempuan di Iran pasca revolusi, oleh karenanya, pembahasan yang akan penulis kaji akan dituangkan dalam skripsi berjudul : Gerakan Perempuan di Republik Islam Iran Pasca Revolusi 1979.

9

Mai Yamani, Feminisme dan Islam: Perspektif Hukum dan Sastra (Bandung: Nuansa Yayasan Cendikia, 2002), h.25.


(16)

7

B. Batasan Rumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, agar pembahasan tidak melebar maka penulis batasi pada peran perempuan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam terjadinya revolusi Iran, dan kedudukan perempuan setelah revolusi. Dengan demikian, permasalah yang dapat penulis jelaskan dapat dibagi ke dalam dua rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran perempuan dalam revolusi Iran.

2. Bagaimana peran perempuan dalam bidang politik dan pendidikan pasca revolusi Iran.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah dalam rangka menambah khazanah ilmu pengetahuan, khususnya studi tentang pergerakan perempuan. Dengan demikian selanjutnya dapat menjadi masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pergerakan perempuan. Dan juga tentunya penulis mengharapkan manfaat setelah penulisan skripsi ini akan dapat dipahami secara luas oleh masyarakat dan civitas akademika.

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran perempuan dalam revolusi Iran.

2. Untuk mengetahui peran perempuan dalam bidang politik dan pendidikan pasca revolusi Iran.


(17)

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi yang berjudul “ GERAKAN PEREMPUAN DI REPUBLIK ISLAM IRAN PASCA REVOLUSI 1979” sumber data yang akan dipakai merupakan hasil dari studi pustaka, kemudian setelah terkumpulnya data kemudian diadakan klasifikasi berdasarkan kualitasnya dan yang menunjang terhadap permasalahan yang akan ditiliti, sehingga dari sekian banyak sumber yang terkumpul, maka sumber data tersebut yang digunakan penulis dalam pembuatan skripsi ini adalah: Nasir Tamara “Revolusi Iran” buku ini mengungkap tentang sejarah negara Iran, kondisi Iran pra dan pasca revolusi, bagaimana terjadinya revolusi Iran dan peran perempuan dalam revolusi Iran. Dr Ansia Khaz Ali “Iranian Women After The Islamic Revolution” dalam artikel ini menerangkan bagaimana Iran di bawah kepemimpinan Imam Khomeini, peran perempuan dalam revolusi iran, dan peran perempuan setelah terjadinya revolusi Islam Iran.

Di samping itu juga, penulis menggunakan buku-buku lain, buku-buku yang digunakan adalah : Mirza Maulana Ar-Rusydi, Mahmoud Ahmadinejad,

Singa Persia VS Amerika Serikat—Cet I—Jogjakarta: GARASI, 2007. Smith Alhadar. Iran Tanah Peradaban; Iran The Cradle of Civilization.Cet 1. jakarta 2009. Ali Akbar Velayati. Ensiklopedia Islam & Iran; Dinamika Budaya dan Peradaban Islam yang Hidup. Jakarta: Mizan Publika, September 2010. Diyah Rahma Fauziana-Izzudin Irsam Mujib “Khomeini dan Revolusi Iran” Jakarta 2009. Riza Sihbudi Menyandra Timur Tengah; Kebijakan AS dan Israel atas negara-negara Muslim. Abdur Rahman Koya “Apa Kata Tokoh Sunni Tentang


(18)

9

Imam Khomeini”. Adel El-Gogary “Ahmadinejad The Nuklir Savior of Tehran”

Sang Nuklir Membias Hegemoni AS dan Zionis. Sulaeman Y Dina “Pelangi di Persia, Menyusuti Eksotisme Iran”. Jane W. Jacqz ,”Iran: Past, Present and Future”. Don Peretz, The Middle East Today ( Westport, CT: Praeger Publishers, 1994). Eliz Sanasarian, The Women's Right Movement in Iran: Mutiny Appeasement and Repression from 1900 to Khomeini (USA: Praeger Press, 1982). 100 Great Women, Suara perempuan yang menginspirasi Dunia, (Yogyakarta: penerbit Jogja Bangkit Publisher/gedung galang press center, 2010).

E. Metode Penulisan

Penulisan ini menggunakan metode penelitian sejarah yang bertumpu kepada kegiatan pokok yaitu: (1) pengumpulan bahan-bahan tercetak (tertulis) yang relevan. (2) menyingkirkan bahan-bahan yang tidak authentik. Secara lebih ringkas langkah ini berturut-turut biasa juga diistilahkan dengan: Heuristik, Kritik atau Verifikasi, Interpretasi, dan Historiografi.10

Maka penelitian dalam penulisan skripsi ini akan dilakukan dengan tahapan-tahapan berikut:

1) Pengumpulan data

Pada tahap ini penulis mencari literatur/data primer yang diperoleh dari buku-buku atau artikel-artikel. Untuk melengkapi data primer maka penelitian terhadap literatur dilengkapi dengan data sekunder, yaitu data/sumber penunjang literatur primer. Setelah data terhimpun, baik data primer maupun data sekunder,

10

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 44.


(19)

maka selanjutnya akan diklarifikasikan berdasarkan topik yang sedang dibahas. Sebelumnya dilakukan pembacaan awal terhadap sumber tersebut.

Sumber yang digunakan tidak hanya berasal dari buku, melainkan juga artikel-artikel yang diperoleh dari internet. Sumber-sumber tertulis tersebut ditemukan di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaan Iman Jama Lebak Bulus, dan milik pribadi mahasiswa di Ciputat, mengunjungi perpustakaan LIPI, dan juga mengunjungi Kedubes Iran di Kuningan Jakarta Selatan, selain buku-buku dari perpustakaan-perpustakaan penulis juga mendownload buku dari internet.

2) Analisa data dan kritik sumber

Setelah klarifikasi data dilakukan tahap selanjutnya adalah melakukan kritik sumber yakni pembacaan secara kritis terhadap sumber untuk kemudian dilakukan interpretasi di dalamnya.

Sedangkan analisa data dilakukan secara deskriftif historis. Metode deskriftif berguna untuk memberikan gambaran obyektif dari materi yang dibahas. Deskripsi merupakan suatu proses untuk mengungkapkan fakta-fakta tentang apa, siapa, di mana, kapan, kenapa, dan bagaimana. Analisa data dilakukan dengan menggunakan pendekatan ilmu sejarah, social, dan politik.

3) Interpretasi

Interpretasi atau penafsiran sejarah seringkali disebut juga dengan analisis sejarah. Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap permasalahan yang ada, sehingga diperoleh pemecahannya. Dalam hal ini penulis akan melihat fakta satu sama lain yang telah ditemukan dari hasil heuristik dan verfikasi.


(20)

11

4) Menyusun data menjadi sebuah tulisan

Setelah data-data yang tersedia diproses sedemikian rupa, melalui tahap-tahap di atas. Maka tahap-tahap terakhir adalah menyusun data-data tersebut ke dalam sebuah tulisan yang utuh.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan ini dibuat berdasarkan sistimatika pendekatan berdasarkan sejarah (diakronis) yang dibagi dalam lima bab yang diuraikan secara singkat dengan tujuan untuk memudahkan penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini menguraikan masalah-masalah yang akan diteliti yaitu berangkat dari suatu kerangka mengapa sesuatu itu dipermasalahkan sehingga jawabannya akan tercermin melalui penelitian, dari pendahuluan ini yang meliputi latar belakang masalah, batasan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, tinjauan pustaka, metode penulisan, sistematika penulisan.

Bab II : Negara Republik Islam Iran

Dalam bab ini menguraikan tentang Kondisi Geografis Negara Iran, Kondisi Iran Pra Revolusi, Gerakan Perempuan di Masa Dinasti Pahlevi dan Revolusi Iran, kaitannya dengan Jatuhnya Rezim Syah.

Bab III : Imam Khomeini dan Revolusi Iran

Dalam bab ini membahas tentang Profil Imam Khomeini, Peran Imam Khomeini Dalam Revolusi Iran, dan Pandangan Imam Khomeini terhadap Kaum Perempuan Iran.


(21)

Bab IV : Gerakan Perempuan di Iran Pasca Revolusi

Dalam bab ini menguraikan tentang Maraknya Gerakan Perempuan di Iran, Peran Perempuan dalam Revolusi Iran, dan Peran Perempuan di Bidang Politik dan Pendidikan Pasca Revolusi.

Bab IV : Penutup

Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan atau jawaban dari permasalahan yang dibahas dengan seefektif mungkin, agar dapat dipahami secara keseluruhan.


(22)

13 BAB II

NEGARA REPUBLIK ISLAM IRAN A. Kondisi Geografis Negara Iran

Iran (atau Persia) (bahasa Persia :

ناﺮ

اﯾ

) adalah sebuah negara di Timur Tengah yang terletak di Asia Barat Daya. Meski di dalam negeri negara ini telah terkenal sebagai Iran sejak zaman kuno, hingga tahun 1953 Iran masih dipanggil Persia di dunia Barat. Iran berbatasan dengan Azerbaijan (500 km) dan Armenia (35 km) di barat laut Kaspia di utara, Turkmenistan (1000 km) di timur laut, Pakistan (909 km) dan Afganistan (936 km) di timur, Turki ( 500 km) dan Irak (1.458 km) di barat, dan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman di selatan.11

Agama besar terakhir yakni Islam (yang berarti secara literal: penyerahan diri kepada Allah), Muslim mengimani Tuhan, yang dipandang sebagai satu-satunya Pencipta, Pemelihara dan Pengatur seluruh alam. Mayoritas orang Iran menganut mazhab Syi’ah 89%, Sunni 10 %, Kristen, Zoroaster, Yahudi, dan lain-lain 1%.12 Pemeluk agama minoritas seperti Kristen, Yahudi, dan Zaratustra memiliki perwakilan sendiri di parlemen dan melaksanakan kebiasaan khusus dan hukum agama mereka.13

Adapun kondisi ekonomi Iran berdasarkan campuran antara perencanaan terpusat, kepemilikan negara atas minyak dan badan-badan usaha besar, ekonomi pedesaan dan badan usaha kecil menengah milik swasta untuk perdagangan dan

11

Mirza Maulana Ar-Rusydi, Mahmoud Ahmadinejad, Singa Persia VS Amerika Serikat

(Jogjakarta: Garasi, 2007) h.17-18.

12

Smith Alhadar Iran Tanah Peradaban; Iran The Cradle of Civilization (Jakarta: Kedubes Iran 2009) h.3.

13


(23)

jasa. Harga minyak yang cukup baik dalam beberapa tahun terakhir ini memberikan ruang napas bagi fisikal Iran. Ekonomi Iran sangat tergantung pada sumber daya alam. Sekitar 85 persen pendapatan ekspor berasal dari minyak dan gas. Iran memilki sekitar delapan persen cadangan minyak dunia dan hampir seperlima cadangan gas alam dunia. 14

Republik Islam Iran merupakan sebuah negara pegunungan yang terletak di Timur Tengah di belahan utara bumi antara 25 derajat dan 40 derajat garis lintang serta 44 derajat dan 63 derajat garis bujur Greenwich. Bangsa Iran terkenal dengan kehangatan hati dan keramahannya. Ciri-ciri jasmaninya adalah tinggi sedang dengan mata dan alis yang hitam. Mata uang Iran adalah ‘rial’ yang sama dengan seratus ‘dinar’. Ibukotanya Tehran.15

Nama Iran berasal dari bahasa Persia kuno yang berarti “negeri bangsa Arya.” Nama Iran sudah digunakan sejak era Sassania. Namun hingga tahun 1935, di negeri-negeri lain yang berbahasa Inggris, negeri ini dikenal dengan nama Persia, sebuah kata yang diwariskan dari bangsa yunani yang menamai negeri ini dari salah satu provinsinya yang terpenting, yaitu Pars (kini bernama Fars).

Iran adalah sebuah negara yang berbilang suku dan agama. Etnik mayoritas ialah etnik Persia (51% dari rakyatnya) dan 70% rakyatnya adalah bangsa Iran, keturunan orang Arya. Kebanyakan penduduk Iran bertutur dalam bahasa yang tergolong dalam keluarga bahasa Iran, termasuk bahasa Persia. Iran pun mempunyai sejarah yang panjang dalam kesenian, musik, puisi, filsafat, dan ideologi. Kebudayaan Iran telah lama mempengaruhi kebudayaan-kebudayaan

14

Ensiklopedi Geografi, (Jakarta: Lentera Abadi, 2006), h. 253.

15


(24)

15

lain di Timur Tengah dan Asia Tengah. Bahasa Persia merupakan bahasa intelektual selama milenium kedua Masehi. Kebanyakan hasil tulisan Persia diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab semasa kekhalifahan Islam.16

Pada zaman awal Islam di Persia, kebanyakan karya Persia ditulis dalam bahasa Arab. Ini menyebabkan banyak tokoh intelektual Persia mulai menggunakan bahasa Arab dalam tulisan mereka. Salah satu karya ini ialah kitab Shahnameh hasil tulisan Ferdowsi, sebuah karya mengenai sejarah negara lain. Kesusasteraan Iran juga tidak kurang hebatnya, sasterawan Iran yang terkenal ialah Rumi dan Saadi. Mereka merupakan ahli Sufi dan banyak menyumbang dalam puisi-puisi Sufi.17 Iran juga banyak menyumbang ilmu pengetahuan kepada peradaban dunia khususnya peradaban Islam dengan ditandai banyaknya kontribusi para filosof Iran seperti al-Kindi, al-Farabi, al-Khawarizm, ibn Rusd, dan lain-lainnya.

Iran adalah sebuah negara yang memiliki populasi 64 juta dengan tingkat pertumbuhan 1,7 persen. Penduduknya mewakili berbagai etnis asal termasuk Par, Turki (Azerbaijan), Kurd, Lore, Juni (Protestan), Arab, Baluch, dan Turkmen. Empat puluh satu juta tinggal di daerah pedesaan. tingkat melek huruf di negara tersebut lebih dari 96 persen dan pendidikan sekolah adalah wajib.18

16

Ali Akbar Velayati, Ensiklopedia Islam & Iran; Dinamika Budaya dan Peradaban Islam yang Hidup (Jakarta: Mizan Publika, September 2010), h. 71.

17

Ibid, h. 109-119 dan 339-343

18


(25)

B. Kondisi Negara Iran Pra Revolusi

Sebelum tercetus revolusi tahun 1979, Iran berada di bawah kekuasaan Syah Muhammad Reza Pahlevi yang diktator. Meski Iran merupakan negara penghasil minyak terbesar nomor tiga di dunia, yang meraup keuntungan 40 miliar dollar lebih tiap tahun dari penjualan minyaknya, akan tetapi rakyatnya hidup sangat menderita di bawah pemimpin yang diktator dan negara yang disetir sepenuhnya oleh Amerika Serikat ini. Pemerintah Iran bahkan mempekerjakan 50 ribu orang AS sebagai penasehat, dengan gaji total 4 miliar dollar tiap tahunnya.

Muhammad Reza pun menghadapi tugas berat untuk melaksanakan penyelenggaraan negara di negeri yang sangat luas ini. Di bawah kekuasaannya ia mengadakan reformasi kepemilikan tanah dan kampanye melawan buta aksara. Struktur kekuasaan negeri itu juga diubah secara radikal di bawah program yang bernama “revolusi putih” (white revolution).19 Gerakan ini merupakan tantangan bagi para ulama untuk meneruskan misinya. Misi di mana ingin menjadikan pemerintah Iran harus dipegang oleh para ulama, dan pemerintah harus dijalankan dan diarahkan sesuai dengan hukum Islam yang berlaku, dan hal ini hanya mungkin jika dilakukan pengawasan oleh para ulama.

Namun di saat yang sama, rakyatnya hidup dalam keterpurukan sebagaimana yang digambarkan:

- 70 % rakyat Iran tidak bisa baca-tulis, dan tidak memiliki sarana belajar-mengajar.

- 80 % rakyat Iran masih kekurangan pelayanan medis.

19


(26)

17

- 85 % kota dan desa kecil di Iran masih memerlukan jalur transportasi yang layak serta pengadaan air, listrik, dan perumahan modern.

Dalam White Revolution terkandung enam pokok program revolusi, yaitu (1) Perbaikan dalam bidang pertanian, dengan reformasi tentang peraturan pertahanan, (2) Pemberantasan buta huruf, (3), Privatisasi badan usaha milik negara agar program reformasi pertanian memperoleh dukungan rakyat, dengan melakukan penjualan saham badan usaha milik negara kepada pribadi, (4) Emansipasi perempuan dalam pemilu, dengan melakukan perubahan pada sistem pemilihan bagi kaum perempuan diperbolehkan untuk memilih, (5) Pengembalian hutan dan ladang kepada rakyat, dan juga memperbolehkan kaum non Muslim untuk memilki dan mengelola bisnisnya, (6) Peningkatan kesejahteraan bagi kaum buruh dari hasil pabrik dan kampanye-kampanye yang dilakukan di sekolah milik negara.

Beberapa poin di atas dinilai berbahaya oleh ulama-ulama yang mendalami ajaran Islam aliran Syi’ah, misalnya adanya usaha membuat tren westernisasi dalam kehidupan masyarakat.20 Revolusi putih juga berdampak dalam penyebaran penduduk. Sebelum revolusi putih, penduduk perkotaan hanya 25%, sisanya tinggal di pedesaan dan pegunungan. Akan tetapai setelah revolusi putih, kondisi pertanian menjadi hancur. Akibatnya, penduduk pedesaan pindah ke kota-kota besar. Urbanisasi tidak hanya meresahkan kehidupan masyarakat perkotaan saja, tetapi juga menjadi pukulan keras bagi pertanian Iran.21

20

Diyah Rahma Fauziana-Izzudin Irsam Mujib, Khomeini dan Revolusi Iran

(Yogyakarta: Narasi, 2009), hal.25.

21


(27)

Selain mengadakan White Revolution, Syah juga membentuk suatu tim agen intelijen bernama SAVAK.22 Setelah berhasil menggulingkan Mohammad Mosaddiq yang memilki rencana untuk menasionalisasikan industri minyak di Iran melalui kudeta tanggal 19 agustus 1953, hal ini untuk mendukung rezim pemerintah Syah untuk mengawasi lawan-lawan politiknya dan gerakan-gerakan rakyat yang berlawanan dengan arah politiknya.23

Semua teror yang dilakukan Syah Iran dilaksanakan oleh oragnisasi SAVAK ini, dengan penyanderaan dan eksekusi yang dilakukan terhadap umat Islam, mahasiswa, seseorang yang tidak menjadi anggota partai tunggal Rastakhiz Syah, dan khususnya para tokoh agamawan yang menentang pemerintah Syah. Ia mempunyai penjara Evin yang menakutkan dengan tempat tidur yang ditinggikan dari semen selebar satu meter, suhu udara yang ekstrem, makanan yang buruk dan tak cukup, tak ada kesempatan untuk menggerakan badan dan tidak diperbolehkan sholat berjamaah. Sulit untuk mengetahui berapa jumlah agen SAVAK sebenarnya secara keseluruhan. Namun paling tidak ada 4000 mata-mata professional, 50.000 informan, ditambah dengan pembantu lepas dan tidak tetap.24 Sebagian ulama tidak berpartisipasi dalam demonstrasi demokrasi sekuler 1960-62, meskipun beberapa dari mereka telah mengkritik reformasi tagihan tanah pemerintah serta gagasan hak pilih perempuan. (Perlu diingat bahwa pemberian hak memilih perempuan adalah salah satu masalah yang telah

22

Singkatan dari Sazman-e Etelaat va Amniyat Keshvar (Organisasi Imformasi dan Keamanan Wilayah) adalah polisi dinas rahasia Iran yang terkuat nomor lima di dunia yang dibentuk pada masa pemerintahan Syah Iran pada 1957 oleh Jenderal bakhtiar dengan bantuan Dinas Rahasia Amerika. (CIA) dan Dinas Rahasia Israel (Mossad)

23

Diyah Rahma Fauziana-Izzudin Irsam Mujib, Khomeini dab Revolusi Iran, h. 43.

24


(28)

19

menyebabkan konflik antara Musaddiq dan para ulama). Ketika Syah mengumumkan pada Februari 1963 bahwa perempuan akan diizinkan untuk memilih, demonstrasi ulama terorganisir dan bazaaris menutup toko mereka di semua kota besar Iran. Pemerintah menanggapi serangan terhadap Madrasah Fayziyya (seminari) di Qum, yang segera menjadi pusat oposisi Islam untuk Syah.25

Pada akhir tahun enam puluhan dan awal tahun tujuh puluhan, muncul beberapa kelompok oposisi untuk menentang rezim Syah. Terutama Fada’iyan Marxis dan Islam radikal Mujahidin.26 Akan tetapi pada rentangan dekade 1970-an, rezim Pahlevi semakin sewenang-wenang dari masa-masa sebelumnya. Pasukan militer dan polisi rahasia menjadi sosok yang sangat ditakuti dan sekaligus dibenci lantaran mereka melancarkan penyelidikan, intimidasi, pemenjaraan, dan pembunuhan terhadap musuh-musuh atau oposisi rezim Syah. SAVAK mempunyai andil yang cukup besar dalam upaya-upaya untuk membungkam para pembangkang, sehingga rezim Syah semakin tergantung kepadanya.

Situasi yang pincang itu berkelanjutan disebabkan dua faktor utama yaitu kekejaman SAVAK terhadap orang-orang yang tidak senang terhadap pemerintahan Iran dan penaggulangan demonstrasi-demonstrasi rakyat di mana-mana dengan kekuatan militer. Sudah bukan rahasia lagi SAVAK dan militer didukung oleh penasehat-penasehat AS. Dengan terpilihnya Presiden AS yang

25

Henry Munsen. JR, Islam in Revolution in the Middle East (Vole University Press. New Heven and London), hal. 54-55.

26


(29)

baru, Jimmy Carter pada awal tahun 1977, kondisi tiba-tiba berubah drastis. Carter yang berasal dari Partai Demokrat ini membuat kejutan untuk dunia. Ia berpidato di depan rakyat AS tentang HAM dan menyatakan bahwa bangsa AS telah meminta kepada pemerintah supaya politik AS membela bangsa-bangsa yang ditindas oleh penguasanya, dan tidak akan menolong seorang penguasa pun yang menindas rakyatnya, meskipun AS terikat hubungan baik dengan mereka.27

Jika Carter memang jujur ingin mewujudkan janjinya, maka urutan pertama dari daftar penguasa tadi ditempati oleh Syah Iran, yang ketika itu telah menandatangani 900 perjanjian dengan AS, baik dalam masalah ekonomi, militer, maupun politik. Iran salah satu sekutu AS harus menerima kebijakan itu kalau ingin bantuan AS kepada Iran pada sektor ekonomi dan militer tetap berlanjut. dalam kondisi seperti ini, mau tidak mau, rezim Syah harus mengikuti kebijakan AS karena secara faktual Iran sangat tergantung kepada AS. Maka mulailah Carter menasehati sahabat lama AS ini, agar memberikan sedikit kebebasan kepada rakyat Iran. Syah pun menurut, dan rakyat Iran jadi tahu bahwa perubahan politik Syah tak lain karena tekanan dari ‘tuan’-nya, yaitu AS.

Rakyat Iran segera tergerak untuk melepaskan diri mereka dari cengkeraman penguasa kejam yang tega berbuat apa saja terhadap rakyatnya selagi ia mampu, yang sekarang harus patuh kepada pengaruh asing hingga menampakkan sikap lunak terhadap rakyatnya. Rakyat Iran harus segera memanfaatkan situasi ini sebelum semuanya berubah dan kembali seperti semula. Pola aliansi kaum ulama dan cendikiawan di bawah panji-panji Islam

27


(30)

21

dibangkitkan kembali pada akhir 1970 dan menemukan momentum yang tepat untuk menjadi kekuatan Revolusi mulai 1977 sampai 1979. Isu-isu menyangkut dominasi asing, pelestarian identitas dan otonomi nasional, konstitualisme dan kedudukan hukum Islam dalam hal ini, berbeda saat Revolusi Tembakau 1891-92 maupun Revolusi Konstitusional 1905-1911, tidak sekedar partisipasi, tetapi langsung memimpin Revolusi untuk meggulingkan rezim Syah.

C. Gerakan Perempuan di Masa Dinasti Pahlevi

Sejak awal dekade 1920-an dengan munculnya Syah Pahlevi beberapa tokoh intelektual, laki-laki dan perempuan tengah berjuang untuk meningkatkan pendidikan, status sosial, dan hak-hak hukum kaum perempuan. Dalam jumlah kecil, kaum perempuan mulai memasuki pekerjaan pada sektor pendidikan, perawat, bahkan bekerja pabrik. Meskipun emansipasi perempuan dari norma-norma tradisional telah berlangsung, namun dalam hal-hal yang krusial di dalam perundangan keluarga dan perundangan hak-hak politik hampir tidak ada perubahan. Praktik perceraian tetap sebagai sesuatu yang mudah bagi laki-laki. Pengasuhan anak tetap menjadi kewajiban utama pihak perempuan. Poligami dan perkawinan mut’ah tetap saja diijinkan. Hanya dengan undang-undang perlindungan keluarga tahun 1967 dan tahun 1975, hak preogratif perempuan sebagian terlindungi oleh legislasi yang mensyaratkan perceraian harus disampaikan di pengadilan dan mensyaratkan ijin istri untuk perkawinan poligami.


(31)

Banyak batas yang memisahkan pria dan perempuan dalam masyarakat, siswa laki-laki dan perempuan dipisahkan dalam kelas-kelas pendidikan tinggi, siswa perempuan dilarang dari 69 berbagai bidang studi, perempuan dilarang dari beberapa profesi, seperti kelompok peradilan dan bernyanyi, perempuan dilarang dari disiplin ilmu tertentu di universitas-universitas, seperti teknik dan pertanian. Sebuah keputusan menolak semua hakim perempuan dan dilarang siswa perempuan dari sekolah hukum. Perempuan dilarang berpartisipasi dalam beberapa olahraga dan tidak diizinkan untuk menonton laki-laki dalam berolahraga.28

Kebijakan Reza Syah memiliki pengaruh yang kecil pada peran perempuan terhadap sebagian besar dari reformasi adalah kompromi antara ulama dan modernisasi. Syah tidak siap untuk risiko kemarahan faksi ulama dan agama Iran dengan benar-benar berangkat dari hukum Islam. Meskipun banyak perubahan hukum yang dibuat selama era Pahlevi, sebagaimana akan kita lihat mereka benar-benar membawa sedikit perubahan ke Iran, khususnya perempuan. Pada tahun 1929 Shah mengeluarkan hukum memaksa Iran untuk mengenakan pakaian yang lebih Barat.

Reza Syah mengambil hukum ini satu langkah lebih jauh pada tahun 1936, melarang perempuan dari mengenakan chadur tersebut. Reza Syah mengimplementasikan rencana pembukaan dengan hati-hati, mengambil beberapa langkah untuk mempersiapkan masyarakat untuk itu. Meskipun ia telah bermain

28

Ali Akbar Mahdi,. Reconstructing Gender in Post-Revolutionary Iran: Transcending the Revolution Middle Eaast Insight, Vol. XI, No. 5, July-Agustus 1995


(32)

23

dengan ide penghapusan chadur sejauh ini hingga tahun 1934, dia menunggu sampai 1 Februari 1936 untuk melanjutkan rencananya.29

Pendidikan

Di bawah Muhammad Reza Syah kemajuan dalam pendidikan dibuat untuk seluruh penduduk Iran. Kegiatan ekonomi yang meningkat di Iran memainkan peran besar dalam peningkatan pendidikan. Dengan meningkatnya ekonomi pasar kerja terbuka, menciptakan posisi baru yang harus diisi. Pasar ini yang lebih besar juga menyebabkan meningkatnya kesempatan bagi perempuan dalam pekerjaan dan pendidikan. Meskipun peningkatan secara keseluruhan dalam melek huruf bagi perempuan, akan tetapi pendidikan formal masih terbatas. Kesenjangan antar daerah menunjukkan bahwa pendidikan tidak merata di kalangan masyarakat pedesaan dan perkotaan. Pada awal tahun 1960-an tingkat aktivitas perempuan di daerah perkotaan telah mencapai 9 persen menjadi 13 persen pada awal 1970-an. Namun, dalam tingkat melek huruf bagi perempuan secara umum statistik nasional menunjukkan bahwa 17,5 persen pada 1956-1971, dan tingkat melek huruf bagi laki-laki 22,2 persen lebih tinggi dari perempuan, pada tahun 1971 mencapai 25,5 persen bagi kaum perempuan.

Grafik di bawah menunjukkan tingkat melek huruf berdasarkan pada kedua jenis kelamin, dan lokasi geografis tahun.

29


(33)

Total Perkotaan Pedesaan

1966-1976 1966-1976 1966-1976

Laki-laki 30.1%-58.9% 61.4%-74.4% 25.4%-43.6%

Perempuan 17.9%-35.5% 38.3%-55.6% 4.3%-17.3%

Perbedaan 12.2%-23.4% 23.1%-18.8% 21.1%-26.3%

Statistik menunjukkan bahwa meskipun ada keuntungan dalam keaksaraan, masih ada perbedaan yang besar antara daerah pedesaan dan perkotaan, dan tingkat melek huruf perempuan pada tahun 1976 hanya 35,5 persen.

Di bidang pendidikan khusus pada tahun 1972. Tingkat spesifik aktivitas pendidikan perempuan adalah sebagai berikut: 2 persen untuk pendidikan dasar, 12 persen untuk pendidikan menengah, dan 49 persen untuk pendidikan tinggi. Secara keseluruhan, terlepas dari meningkatnya partisipasi perempuan dalam produksi dan tren di beberapa tahun terakhir menuju tingkat buta huruf berkurang. Masih ada kesenjangan yang besar dalam tingkat melek huruf laki-laki dan perempuan, khususnya di daerah pedesaan.30 Pada tahun 1963, perempuan menerima hak suara. Setelah periode ini, menjelang akhir tahun 1963, 197 total dari anggota yang dipilih untuk Majlis (Majlis Permusyawaratan Nasional), enam adalah perempuan. Dan 60 dari total senator, dua adalah perempuan.

30

Jane W. Jacqz , Iran: Past, Present and Future, Library of Congres Cataloging in Publication Data. Held in Persepolis, Iran, In September 1975, h. 207.


(34)

25

Politik

Kebijakan Reza Syah terhadap gerakan perempuan mencerminkan kebutuhannya untuk kontrol Iran. Pada tahun-tahun sebelumnya, dari 1925 ke 1930-an, gerakan perempuan yang didukung berbagai pemerintahan Syah. Tetapi dengan kontrol negara yang meningkat dan represi polisi, kegiatan kelompok-kelompok perempuan yang tertindas, dan akhirnya dilarang pada 1930-an pertengahan. Bahkan saat membatalkan tuntutan semua kelompok perempuan, Syah terus hadir depan pro-perempuan.

Organisasi wanita yang sedikit lebih independen antara tahun 1941 dan 1952, kelemahan pemerintah Syah Pahlevi diperbolehkan untuk kebebasan lebih sedikit. Karakterisasi utama bagi pihak perempuan selama periode ini adalah hubungan mutlak mereka untuk berbagai partai politik. Setiap kelompok memiliki kesetiaan dengan satu partai tertentu, dan isu-isu perempuan sering memainkan peran sekunder. Ada kurangnya kesatuan ideologi yang koheren, dan banyak perselisihan terjadi antara pihak-pihak yang berbeda. Kelompok perempuan mulai menyerang satu sama lain di sepanjang garis partai mereka.31

Pada tahun 1959 Shah mendirikan Dewan Tinggi Asosiasi Perempuan Iran yang dimasukkan tujuh belas kelompok perempuan lainnya. Gerakan perempuan pun menjadi lebih terpusat dan kegiatan mereka menjadi lebih kompatibel dengan agenda pemerintah. Ashraf Pahlevi, adik Syah, diangkat presiden kehormatan organisasi.

31

Eliz Sanasarian, The Women's Right Movement in Iran: Mutiny Appeasement and Repression from 1900 to Khomeini (USA: Praeger Press, 1982) h. 73.


(35)

Debat tentang hak pilih perempuan terus tumbuh. Pada tahun 1959 sebuah perdebatan besar terjadi pada hak pilih perempuan di Majlis. Pada tahun 1962, di bawah perdana menteri Assadollah Alam, sebuah dekrit dikeluarkan memberikan perempuan hak untuk memilih dan untuk menjalankan dalam pemilihan provinsi dan kota. Namun, di bawah tekanan dari para ulama, keputusan itu ditarik oleh perdana menteri. Perempuan juga menggelar mogok satu hari oleh organisasi perempuan profesional di berbagai bidang termasuk guru, pegawai negeri dan karyawan swasta. Dua hari setelah pemogokan, pemungutan suara tersebut diambil untuk melihat apakah orang-orang Iran akan mendukung program enam-titik Shah (Revolusi Putih). Perempuan memberikan suara mereka dalam kotak suara yang terpisah. Suara perempuan telah menunjukkan dukungan yang luar biasa bagi dekrit Shah, dan pada 27 Februari 1963 perempuan sekali lagi diberi hak untuk memilih dan menjalankan untuk kantor.

Pada 17 September 1963 pemilihan terjadi dan enam perempuan terpilih sebagai wakil Majlis. Majlis, yang terdiri dari enam puluh anggota, berisi dua wakil perempuan, meskipun tidak dipilih melainkan diangkat oleh Syah. Pada tahun 1965, seorang wanita diangkat menteri untuk pertama kalinya. Upaya khusus dibuat oleh pemerintah untuk menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya bisa memilih, tetapi mereka juga bisa menjadi pejabat terpilih.

D. Revolusi Iran, Kaitannya dengan Jatuhnya Rezim Syah Pahlevi

Tanda-tanda kejatuhan Dinasti Pahlevi mulai terlihat pada awal tahun 1977. Pada saat itu, Presiden AS yang baru dilantik, Jimmy Charter, menjadikan


(36)

27

isu hak asasi manusia sebagai arah dalam kebijakan luar negerinya. Pada februari 1977, Syah melepaskan 357 tahanan politik. Sayangnya, kebijakan yang cukup populer ini tidak diikuti dengan kesungguhan Syah untuk mengungkap segala penyiksaan dan penindasan yang telah ia lakukan terhadap para lawan politiknya.

Pada sisi lain, isu HAM yang dihembuskan AS, memicu para jurnalis untuk menuntut kebebasan berpendapat dan pers. Para pengacara juga menuntut dihapuskannya pengadilan militer yang biasa digunakan untuk mengadili para narapidana politik. Sebagian kelompok massa lain menggelar demonstrasi untuk menuntut diakhirinya rezim Syah yang menurut mereka telah melakukan pelanggaran HAM berat selama berkuasa. Massa demonstran pun bentrok dengan polisi yang mengakibatkan banyak peserta demonstrasi tertembak aparat. Kemudian, kelompok pengacara yang berjumlah 120 orang mempublikasikan kejadian tersebut yang diduga keras didalangi oleh SAVAK.

Di akhir bulan Oktober 1977, di kota Najaf, putra Imam Khomeini, Mustafa, ditemukan tewas di tempat tidurnya. Pihak pemerintah melarang dilakukan otopsi terhadap jenazah Mustafa, sehingga siapa pembunuhnya menjadi misteri.32 Kejadian ini menjadikan para mahasiswa di Qum yang berjumlah 4000 orang melancarkan aksi demonstrasi pada Januari 1978. Demonstrasi yang dilancarkan para mahasiswa di Qum melawan aksi pembunuhan tanpa sebab yang dilakukan oleh pasukan SAVAK menjadi pemicu gerakan massa yang lebih revolusioner. Polisi sekali lagi bertindak represif dengan menembaki para

32


(37)

demonstran sehingga memancing gelombang demonstrasi berikutnya yang lebih besar.

Basis material dari Revolusi Iran terletak pada kemajuan kekuatan-kekuatan produktif dan perubahan yang telah dilakukan dalam kapitalisme Iran di seluruh periode sebelumnya. Syah kehilangan dukungan dari segenap kelompok massa, kaum petani, intelektual, kelas menengah dari berbagai lapisan dan kelompok yang paling berhawa jahat, tentara. Negara sendiri terguncang oleh kerasnya pukulan gerakan yang dilancarkan massa. Hari demi hari demonstrasi terus menerus dan mobilisasi massa yang telah jauh melanggar batas kehidupan normal. Massa menyerang kedutaan Inggris dan AS sembari membakar ribuan bendera AS. Boneka patung presiden AS Jimmy Carter dan Syah digantung ribuan kali menghiasi setiap pojok jalan disetiap kota Iran. Syah menjadi simbol dari bercokolnya tatanan yang dibenci dan represi SAVAK yang berdarah.

Akibat terjadinya perpecahan dalam tubuh tentara, Syah kehilangan semua kendali terhadapnya. Dalam kepanikan, setelah ragu pada awalnya, ia melakukan langkah terakhir untuk tetap memegang kendali kekuasaan, menunjuk Syahpur Bakhtiar dari Front Nasional sebagai perdana menteri. Akan tetapi manuver tersebut gagal dan krisis tersebut menjadi lebih parah. Pada tanggal 16 Januari 1979, negara ini dalam keadaan pergolakan revolusioner. Tidak ada harapan yang tersisa bagi Syah, yang pada akhirnya harus terbang meloloskan diri dengan pesawat terbang ke Mesir. Sebelum meninggalkan Iran, Syah membentuk Dewan Negara pada 13 Januari 1979 dengan jumlah anggota sembilan orang.


(38)

29

Setelah Dewan Negara dilantik, pada 16 Januari 1979, Mohammad Syah Reza didampingi istri meninggalkan Iran dengan pesawat pribadi. Syah tampak pucat dan tegang meninggalkan Iran. Orang-orang kepercayaannya tidak ada satu pun yang mengantarkan sampai bandara, termasuk ulama yang biasanya mengantar dengan meletakkan al-Qur’an di atas kepala Syah setiap lawatannya ke luar negeri. Bahkan, orang kepercayaannya di kalangan militer, seperti Jenderal Azhari dan Jenderal Oveissyi, Gubernur Militer, telah mendahului meninggalkan Iran tanpa sepengetahuannya.

Revolusi Iran ketika sampai kepada tingkat suhu yang mendidih, tidak dapat lagi Syah berikut tentaranya, intelligence, dan persenjataannya yang bernilai jutaan dollar untuk membendungnya, semula aral melintang dibinasakan dan akhirnya dapat ditumbangkan, padahal didukung oleh kekuatan 400.000 tentara yang diperlengkapi dengan persenjataan modern dan intelligence di Timur Tengah.33 Revolusi rakyat yang telah berkecamuk itu tidak dapat lagi dibendung oleh kekuatan yang berwenang-wenang, seperti air bah yang ganas menghancurkan apa saja yang menghalangi arusnya.

Revolusi Iran tersebut mengandung makna atau pengaruh yang bersifat global. Untuk pertama kalinya di era modern, tokoh-tokoh agama (ulama) mampu dan berhasil melawan sebuah rezim modern, dan mengambil alih kekuasan negara. Untuk pertama kalinya implikasi revolusioner Islam, yang sampai sekarang terpendam dalam masyarakat nasab (keturunan) dan masyarakat kesukuan, berhasil direalisasikan dalam sebuah masyarakat industrial modern.

33


(39)

Revolusi, tidaklah mesti berasal dari kelompok haluan kiri, melainkan bisa jadi dari kelompok masyarakat keagamaan; tidak mesti atas nama sosialisme, tetapi bisa jadi atas nama perjuangan Islam. Peristiwa revolusi Iran telah menggetarkan pola hubungan antara rezim negara dan gerakan keagamaan dan menyingkirkan keraguan akan masa depan, tidak hanya masa depan Iran, melainkan juga masa depan seluruh masyarakat Iran.


(40)

31

BAB III

IMAM KHOMEINI DAN REVOLUSI ISLAM IRAN

A.

Profil Imam Khomeini

Nama kecilnya Ruhullah (serupa dengan gelar yang diberikan Allah SWT

kepada nabi Isa as (QS.4;171). Nama aslinya adalah Ruhullah Musawi Khomeini

(selanjutnya disebut Imam Khomeini) dilahirkan pada 24 September 1902 atau pada

tanggal 20 Jumadilakhir 1320.

34

Tokoh Islam terkenal dari Iran yang telah

menggulingkan rezim Syah Mohammad Reza Pahlevi dan mendirikan Republik

Islam Iran melalui revolusi rakyat yang spektakuler pada Februari 1979.

Penambahan huruf i di belakang namanya, khomeini, menunjukkan bahwa ia

berasal dari kota Arak (Iran bagian tengah) yaitu Khomein.

35

Sedangkan kata

Ayatullah atau Ayatullah al-Uzma di depan namanya menunjukkan bahwa ia adalah

seorang ulama terkemuka dalam masyarakat Syi’ah Dua Belas. Ini terlihat jelas

dalam pandangan Imam Khomeini yang menempatkan kaum mullah sebagai

pemegang otoritas tertinggi di bidang politik dan agama. Seperti diketahui, Iran

adalah satu-satunya di mana sekitar 90% dari warganya menganut mazhab Syi’ah. Di

samping itu, Iran juga menjadi satu-satunya negara di dunia ini yang sistem

34

Menurut penaggalan Islam di sebuah kota kecil bernama Khomein

35

Khomein berada di Iran bagian tengah, sekitar 160 kilometer barat daya Qum, sebelah barat laut dari Isfahan dan 40 km sebelah selatan kota Sultanababad, Arak. penduduknya berjumlah sekitar 2000 orang yang terbagi ke dalam 800 keluarga. Khomeini, merupakan kota yang cukup makmur, dengan lalu lintas perdagangan yang terlihat rutin.


(41)

politiknya dibangun atas dasar ajaran Syi’ah, yang dikenal sebagai

Wilayat al-Faqih

(kepemimpinan kaum ulama).

36

Kehidupan Keluarga Imam Khomeini sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai

keagamaan Islam yang kuat. hal ini disebabkan oleh garis keturunan keluarganya

yang berasal dari keluarga Imam Mousa al-Kazim, seorang ulama besar di

Neishapour. Khomeini ditinggalkan orang tuanya sejak bayi. Ibunya bernama

Khanum, dan ayahnya bernama Sayid Mustafa Khomeini, seorang ulama terkemuka

di kota Khomein. Ayahnya dibunuh oleh Dinasti Qajar yang tidak suka melihat

Mustafa Khomeini menentang kekuasaan mereka.

Menginjak masa remaja, Imam Khomeini mampu mengingat beratus versi

dari puisi-puisi yang berbeda-beda, baik puisi yang bertemakan keagamaan maupun

puisi klasik. Di masa itu pula ia dapat membeda-bedakan makna puisi satu dengan

yang lain. Imam Khomeini terkenal sebagai seorang yang amat bersahaja. Meskipun

ia menjadi penguasa tertinggi di Iran, ia hanya menumpang di beberapa kamar yang

terdapat pada

husainiyyah

(semacam surau di Indonesia) Jamaran, Teheran Utara.

Pakaian sehari-harinya pun tidak lebih baik dari pakaian rakyat biasa. Hal itu dapat

dipahami karena Khomeini adalah seorang zahid yang tidak suka pada kemewahan

duniawi.

Selama masa remajanya ia juga menciptakan puisi-puisi bertema agamis,

politik, dan sosial. Kumpulan puisinya diterbitkan setelah ia wafat, berupa tiga buah

36


(42)

33

koleksi

The Confidant, The Decaer of love,

dan

Turning Point

dan

Divan

. Salah satu

puisinya yang terkenal adalah “Mass of The Drunk”.

37

Imam Khomeini mengenyam pendidikan dasarnya dari beberapa guru dan

pemuka agama di kotanya. Orang yang paling berjasa memberikan dasar-dasar

pengetahuan agama kepadanya adalah kakak kandungnya sendiri, Ayatullah

Pasandideh. Pada umur 19 tahun, Imam Khomeini melanjutkan pendidikannya di

pusat pendidikan agama atau

Hauzah ‘Ilmiyah

(istilah bagi pola atau metode

pendidikan agama tradisional di lingkungan masyarakat Syi’ah, baik di Iran maupun

di Irak, yang masih dipertahankan hingga kini) yang terdapat di kota Arak.

38

Imam Khomeini mengawali pendidikannya dengan menghafal al-Quran di

maktab

yang lokasinya tidak jauh dari rumah Mullah Abul-Qasim. Beliau manjadi

hafiz pada usia tujuh tahun. Berikutnya, beliau belajar bahasa Arab dengan Syaikh

Ja’far, salah seorang sepupu ibunya, dan menimba ilmu lain pertama-tama dari Mirza

Mahmud Iftikhar al-‘Ulama, kemudian paman dari pihak ibunya, Haji Mirza

Muhammad Mahdi. Guru logika pertamanya adalah Mirza Riza Najafi, iparnya

sendiri. Terakhir, di antara instruktur beliau di Khomein yang pantas disebutkan

adalah abang tertua Imam, Murtaza. Dia mengajarkan

badi’

dan

ma’ani

dari kitab

37

Diyah Rahma Fauziana-Izzudin Irsam Mujib, Khomeini dan Revolusi Iran, h.19.

38


(43)

Mutawwal

karya Najm Al-Din Katib Qazvini dan tata bahasa serta sintaksis dari

kitab-kitab Al-Suyuti.

39

Meski selama menempuh pendidikannya Imam Khomeini tidak melakukan

aktivitas politik, tiga aktivitas yang dilakukannya yaitu belajar, mengajar, dan

menulis dilandasi oleh keyakinannya akan bergeraknya aktivitas politik yang

dipimpin oleh para ulama atau tokoh-tokoh agama yang memiliki banyak pengaruh di

Iran. Di bawah kepemimpinannya, Imam Khomeini mempelajari ilmu fikih Islam

bersama-bersama rekan-rekannya yang membantunya dalam menggulingkan Dinasti

Pahlevi. Beberapa di antaranya adalah Ayatullah Mutahhari, Ayatullah Muntaziri dan

beberapa murid yang masih muda, Hujatulislam Muhammad Javad Bahonar dan

Hujatulislam Ali Akbar Hashimi-Rafsanjani.

40

Untuk dapat memahami sumbangsih beliau, kita harus mencamkan dua hal.

Pertama, Imam Khomeini berasal dari suatu tradisi Syiah Islam yang sedari dulu

menghindari kekuasaan duniawi, dengan keyakinan bahwa semua kekuasaan politik

tidak sah pada masa kegaiban Imam Kedua Belas. Kedua, Imam Khomeini

menaklukan seorang penguasa Reza Pahlevi, Syah Iran rekaan Barat yang rezimnya

mencapai puncak kekuatan dan menikmati dukungan penuh dan tak terbatas dari

kekuasaan Barat.

39

Abdar Rahman Koya, Apa Kata Tokoh Sunni Tentang Imam Khomeini (Depok: Iiman, 2009), h.38.

40


(44)

35

KARYA-KARYANYA

Imam Khomeini adalah penulis produktif, yang meliputi beragam tema Islam.

Karya perdananya adalah

Syarh

(penjelasan dalam bentuk catatan kaki) kitab

Ra’su

Al-Jalut.

Kemudian baliau menulis karya filsafat dalam bahasa Arab, yang berjudul

Mishbah Al-Hidayah,

pada usia 27 tahun. Dua tahun berikutnya, beliau menulis

Syarh Doa Sahur

. Tak lama berselang beliau menulis kitab

Syarh 40 Hadits

. Di

antara karya-karya awal Imam adalah Syarh kitab

Fuquk al-Hikam

dan

Miftah

al-Ghaib

, serta dua risalah berjudul

Sirr ash-Shalah

(

Mi’raj as-Salikin

dan

Risalah Ath

Thalab wa al-Iradah.

Namun demikian, karya pentingnya yang pertama adalah

Kasyful Asrar

,

selama awal-awal beliau menjadi guru di sekolah Faiziyah Qom. Selain itu, di antara

karya-karya awalnya terdapat pula kitab

Hadist Junud Al-‘Aql wa Al-Jahl,

yang

merupakan syarh atas sebuah Hadist di dalam kitab

Al-Kafi.

Beliau juga menulis

kitab

Adab ash-Shalah,

yang merupakan karya filosofis-mistis tentang ibadah shalat.

Sementara itu, karya penting pertamanya dalam bidang fiqih adalah

Ar-Rasail,

yang

terdiri atas dua jilid, memuat isu-isu fiqih seperti ijtihad dan taklid. sedangkan

Tahrir

Al-Wasilah

merupakan kitab fatwa –fatwa fiqihnya, yang mulai beliau tulis saat

dalam pengasingan di Turki dan selesai saat diasingkan di Irak.

Pendirian Imam Khomeini dalam bukunya itu merupakan sebuah revolusi

dalam pemikiran syiah, yang membuka jalan bagi Revolusi Islam Iran. Beliau


(45)

menyebut teorinya itu sebagai

Wilayat al-Faqih

(kepemimpinan kaum ulama). Oleh

karenanya, buku ini kerap disebut juga dengan istilah tersebut. Dia memuat 16 kuliah

Imam di hauzah Najaf, antara 23 Januari hingga 10 Februari 1970, yang berisi

argumennya bahwa fuqaha berkewajiban unuk memimpin, menjaga, mengawasi, dan

berorientasi kepada negara Islam.

Ajaran-ajaran Khomeini dapat dijumpai dalam karya-karyanya. Bukunya yang

berjudul

al-Hukumah al-Islamiyah

(Pemerintahan Islam) merupakan karyanya yang

paling populer. Dari sini tertuang pandangan-pandangan Khomeini dalam bidang

politik, terutama mengenai ide negara Islam yang berdasarkan prinsip

Wilayat

al-Faqih

(kepemimpinan kaum ulama).

B.

Peran Imam Khomeini Dalam Revolusi Iran

Tidak ada revolusi yang terjadi tanpa suatu kepemimpinan revolusioner.

Dalam situasi revolusioner manapun, pemimpin memainkan peran utama dalam

mengilhami dan memandu perjuangan menuju pemantapan dan terwujudnya

perubahan revolusioner, yang memicu aspirasi massa yang tidak puas, bersifat sentral

bagi generasi yang antusias, dan setia mendukung pergerakan revolusioner.

Kemunculan Imam Khomeini sebagai pemimpin pergerakan revolusioner Islam yang

meyakinkan utamanya bersumber dari karakter pribadi beliau yang unik. Gaya hidup

beliau yang sederhana, serta menghindari segala kemewahan duniawi selalu menjadi


(46)

37

bahan cemoohan pendukung rezim pahlevi yang serba berlebihan, rakus, tidak jujur,

otoritarian, dan senang berwewah-mewahan.

41

Di masa pemerintahan Syah Iran, Iran mengakui berdirinya negara Zionis,

bersahabat dan mengadakan perjanjian dengannya. Namun sejak munculnya Revolusi

Islam Iran di tahun 1979 yang dipimpin Imam Khomeini, Iran tidak mengakui

berdirinya negara Zionis itu, memusuhi, dan menentangnya. Sepanjang dua model

pemerintahan ini, hubungan-hubungan yang terjadi didominasi peran politik AS di

kawasan Timur Tengah. Syah Iran adalah boneka setia AS. persahabatan dan

perjanjian kerja sama antara Iran dan Israel merupakan gambaran ambisi Syah Iran

Reza Pahlevi yang ingin tetap menjadi kaki tangan AS. Sebaliknnya, Revolusi Islam

Iran merupakan musuh besar AS di kawasan Timur Tengah. Permusuhan Iran

terhadap Israel merupakan konsekuensi logis dari permusuhan dan pertentangan

Revolusi Islam Iran terhadap AS.

42

Pada Januari 1963, Syah yang mengumumkan program reformasi berisi enam

poin, yang dijulukinya dengan Revolusi Putih ( White Revolution) yang sudah

diterangkan di bab sebelumnya. Imam Khomeini segera mengatur rapat dengan para

koleganya di Qom guna menekan mereka akan pentingnya menjegal rencana Syah.

akan tetapi Syah tetap saja tidak menunjukan tanda-tanda untuk mundur. Meski

begitu, Imam Khemeini tidak merasa gentar. Malahan beliau menekan ulama Qom

41

Abdar Rahman Koya, Apa Kata Tokoh Sunni Tentang Imam Khomeini, h.118-119.

42

Adel El-Gogary, Ahmadinejad The Nuclear Savior of Tehran, Sang Nuklir Membias Hegemoni AS dan Zionis. (Kairo-Damaskus: Daarul Kitab Al-Arabi, 2006), h.158-159.


(47)

untuk memboikot referendum yang dirancang Syah untuk memperoleh kesan

persetujuan masyarakat atas Revolusi Putihnya. Pada 22 Januari 1963 Imam

Khomeini mengeluarkan deklarasi tegas yang mengecam Syah dan rencananya.

Imam Khomeini tampil sebagai suara anti-pemerintah di antara minoritas

ulama yang menganggap Islam dan Iran tengah terancam bahaya dan kekuasaan

mereka melemah, dan yang mendukung keterlibatan politik kaum ulama. Program

modernisasi Barat yang dijalankan Syah (terutama pembaharuan hukum pertahanan

dan hak suara bagi kaum perempuan) dan ikatan erat Iran dengan AS, Israel dan

perusahaan-perusahaan multinasional, dan hak pilih perempuan yang diberikan

kepada perempuan oleh pemerintah di tahun 1962 dalam menghadapi oposisi para

ulama dipandang sebagai ancaman bagi Islam, kehidupan Muslim dan kemerdekaan

nasional Iran. Dari mimbarnya di Qum, Imam Khomeini menjadi suara oposisi yang

tidak mengenal kompromi melawan kekuasaan mutlak dan pemerintahan atau

pengaruh asing.

Pada 4 November 1964, pasukan tentara mengepung rumah Imam Khomeini

di Qom, kemudian menahan beliau. Imam pun langsung dibawa ke bandara

Mehrabad, Teheran, untuk menjalani hukuman di Turki. Perihal dipilihnya di Turki

karena rezim Syah mempunyai kerja sama di bidang keamanan. Pada tanggal 5

September 1965, Imam Khomeini meninggalkan Turki untuk menuju Najaf di Irak.

Di sana beliau menetap selama tiga belas tahun sebagai pusat tradisional


(48)

39

pembelajaran dan penziarahan Syi’ah. Di Najaf Imam Khomeini mengajarkan fiqih di

Madrasah Syaikh Murtaha Anshari.

Perkembangan pergerakan Islam yang tidak terhenti selama pengasingan

Imam Khomeini tidak seharusnya dinisbahkan kepada pengaruh beliau atau kepada

ulama yang berkaitan dengan beliau. Tanda yang paling jelas akan tetap kuatnya

popularitas Imam Khomeini pada pra-revolusi, selain di Qum, muncul pada 1975,

saat berlangsungnya peringatan pemberontakan 15 khurdad. Imam Khomeini

menanggapi kejadian ini dengan sebuah pesan bahwa kejadian di Qum dan kekacauan

di tempat lain adalah tanda bahwa kebebasan dan kemerdekaan dari tangan

imperialisme sudah di depan mata. Revolusi akan pecah sekitar dua setengah tahun

kemudian.

Diawali dengan kematian Haji Sayyid Mustafa Khomeini, yaitu putra dari

Imam Khomeini di Najaf pada 23 oktober 1977 mulailah rantai peristiwa berakhirnya

rezim pahlevi dan terbentuknya Republik Islam. Kemudian muncul protes di Qum,

Taheran, Yazd, Masyhad, Syiraz, dan Tabriz. Imam Khomeini bersikap tenang

mengahadapi musibah itu dan menganjurkan umat Muslim untuk menunjukkan

keberanian dan harapan.

Seiring dengan berkecamuknya berbagai peristiwa yang terjadi di Iran. Imam

Khomeini menyampaikan pesan dan pidato yang sampai ke kampung halamannya,

tidak hanya melalui tulisan, tetapi juga kaset. Imam memuji rakyat yang telah


(49)

berkorban,

mengecam

Syah

dan

menyebutnya

sebagai

kriminal,

dan

menggarisbawahi tanggung jawab pembunuhan dan penekanan kepada AS. Presiden

Jimmy Carter bertamu ke Teheran pada malam tahun baru 1977 dan menyanjung

Syah sebagai orang yang telah menciptakan negara yang stabil di salah satu kawasan

dunia panas dan memberikan dukungan militer dan politiknya kepada Syah. Dengan

kondisi yang seperti ini tampaknya sudah memungkinkan bagi Imam Khomeini untuk

pulang ke Iran dan menuntaskan tahap akhir revolusi.

Akhirnya pada pukul 9.30 pagi, tanggal 1 Februari 1979, pesawat yang

ditumpangi Imam Khomeini mendarat di bandara Mehrabad, Tehran. Setelah itu,

Imam Khomeini langsung menuju Behet-e Zahra, pemakaman para syuhada revolusi.

Walaupun beberapa orang mencegah Imam Khomeini pergi ke sana, namun Imam

Khomeini tetap berketetapan hati pergi ke sana. Begitu banyak manusia yang

memadati jalan-jalan dari bandara hingga Bahest-e Zahra sehingga mobil yang

ditumpangi Imam Khomeini sulit bergerak. Sampai-sampai untuk menuju ke podium

Imam Khomeini harus diangkut dengan helikopter.

Pada 10 Februari 1979, pemerintah mengumumkan keadaan darurat secara

total. Mereka menurunkan seluruh tank dan buldoser ke jalan untuk menumpas

revolusi. Imam Khomeini menggagalkannya dengan berbagai sarana dalam waktu

sangat cepat. Imam Khomeini menyampaikan pidato kepada seluruh rakyat Iran,

Sesungguhnya pengumuman keadaan darurat yang diumumkan hari ini merupakan


(50)

41

tidak memerdulikannya selamanya.”

selama 24 jam terjadi bentrokan bersenjata

antara rakyat dan tentara yang masih setia kepada rezim Syah.

43

Dalam pidatonya di Madrasah yi Fayziyah di Qum, Imam Khomeini

melontarkan kritik mementang otokrasi Syah, korupsi, kepincangan sosial,

ketidakadilan, dominasi asing, pemberian suara bagi perempuan, dan UU

Perlindungan Keluarga, dan kebijakan pemilihan tanah oleh pemerintah. Seruan ini

mendapat sambutan dari rakyat yang tidak puas akan situasi ekonomi dan politik

yang menyengsarakan kehidupan mereka. Lebih-lebih kesadaran agama yang tumbuh

pada bangsa Iran mulai tidak menyukai pemerintah Syah Iran yang sekularistik.

44

Di sana, beliau juga mengkritik pemerintahan Bakhtiar yang dicapnya sebagai

kerikil terakhir dari rezim Syah dan beliau mengumumkan niatnya untuk memberikan

tonjokan lansung ke mulut pemerintah Bakhtiar. Kesepakatan yang seperti Imam

janjikan, terwujud pada 5 Februari. Dewan tertinggi militer menarik dukungannya

dari Bakhtiar. Pagi hari tanggal 11 Februari 1979, dengan kaburnya Bakhtiar keluar

negeri, kekuasaan Syah Pahlevi berakhir. Sebagai gantinya berdiri pemerintahan baru

dengan sistem Republik Islam. Dan pada hari itu juga Imam Khomeini

mengumumkan pemerintahan sementara meminta semua warga Iran yang berusia 16

tahun atau lebih, laki-laki atau perempuan untuk memilih dalam referendum untuk

menerima Republik Islam sebagai bentuk pemerintahan dan konstitusi yang baru.

43

Diyah Rahma Fauziana-Izzudin Irsam Mujib, Khomeini dan Revolusi Iran, h.55-56.

44

Ardison Muhammad “IRAN, Sejarah Persia dan Lompatan Masa Depan Negeri Kaum Mullah (Surabaya: Liris, 2010), h. 89.


(51)

Tidak ada Revolusi yang bisa dinisbahkan sebagai buah perjuangan satu orang

saja. Tidak pula bisa ditafsirkan bahwa tujuannya hanya berada di ranah ideologis

belaka. Perkembangan ekonomi dan sosial pun membantu menyiapkan landasan bagi

pergerakan revolusioner tahun 1978-1979 tersebut. Tetapi yang tidak bisa dipungkiri

adalah peran sentral Imam Khomeini dan saratnya nilai Islam dalam revolusi yang

beliau pimpin. Di era gelap itulah Revolusi Islam Iran hadir pada tahun 1979 laksana

sorot di kancah dunia. Kepemimpinan Imam Khomeini, tokoh karismatik yang lahir

dari akar Islam yang kuat, mengejutkan paduan suara massa Muslim dunia.

C.

Pandangan Imam Khomeini terhadap perempuan Iran

Umat menemukan kepribadian Islam sejati dalam diri Imam. Beliau seolah

melangkah keluar dari halaman-halaman buku sejarah yang mengisahkan kehidupan

para pemimpin bijak secara cemerlang, dengan kesalehan, kesederhanaan

sebagaimana keberanian dan karisma mereka. Imam tampak sebagai mujaddid, peran

khusus beliau tak lain untuk membangkitkan Islam sebagai instrumen keadilan sosial

dan organisasi kolektif ketika Islam seolah direduktif hanya sebatas agama. Tetapi

kurang tepat jika kita membatasi peran beliau hanya sebatas kancah politik belaka.

Imam tidak melupakan aspek sosial dan budaya, karena keduanya bagian dari Islam.

Sebagai contoh tentang perempuan. Sekarang perempuan memegang peran

penting di Republik Islam Iran. Porsi mahasiswi di universitas sangat tinggi. Bahkan

sejumlah fakultas di perguruan tinggi misalnya kedokteran dan pendidikan lebih

banyak diisi oleh perempuan daripada laki-laki. Realitas Republik Islam Iran jauh


(52)

43

berbeda dari citra negatif yang ditiup-tiupkan oleh media Barat. Secara otomatis

mereka berasumsi bahwa perempuan yang berbusana pantas tak bebas mengejar

peran yang diinginkannya di tengah masyarakat. Imam memberi penekanan pada

keterlibatan perempuan dalam perjuangan revolusioner Iran. Puluhan ribu Muslimah

ikut dalam perjuangan itu dan jutaan lagi perempuan mencapai keberhasilan di

berbagai bidang bersaksi bahwa Iran Islam bergerak maju untuk mewujudkan potensi

sejati seluruh rakyatnya.

45

Imam Khomeini menyatakan bahwa perempuan juga memainkan peranan

penting dalam kemenangan Revolusi Islam. dan ini adalah salah satu pidato beliau:

46

Pemberontakan kami adalah berhutang budi kepada perempuan. Pria

mengambil contoh dari perempuan ke jalanan. Perempuan mendorong orang

untuk memberontak, dan kadang-kadang bahkan memimpin di jalan.

Perempuan adalah makhluk indah. Dia memiliki sifat lembut, dia kuat, dan

mempunyai kemampuan (Imam Khomeini, 1980/06/05)

Imam Khomeini menegaskan peran konstruktif perempuan dalam pertemuan

dengan mereka ia berkata:

Seorang wanita bukanlah hal, tetapi seorang manusia yang hebat yang

menimbulkan dan peduli untuk masyarakat. Dia merangkul adalah pencipta

manusia. Dia adalah pengasuh manusia, dan sumber orang-orang belas kasih

45

Abdur Rahman Koya, Apa Kata Tokoh Sunni Tentang Imam Khomeini, h. 107

46


(53)

dan kebahagiaan. (Dari pidato Imam Khomeini kepada orang-orang untuk

menandai Hari Perempuan, 16/5/1979)

Seminggu khusus dideklarasikan untuk perayaan perempuan, dan hari

kelahiran putri Nabi yaitu Fatima diumumkan sebagai Hari Ibu, untuk mencerminkan

penting diberikan kepada perempuan:

Jika kita ingin mengumumkan hari khusus untuk perempuan, hari yang terbaik

adalah hari ulang tahun a-Zahra (Fatima), karena ia adalah kemuliaan

kenabian dan keluarga Nabi, dan dia adalah matahari yang bersinar di langit

Islam yang mulia. (Pidato Imam Khomeini untuk menandai Hari Perempuan,

6/5/1980)

Imam Khomeini juga mengakui jasa-jasa perempuan di Iran. Beberapa saat

sebelum rezim Pahlevi tumbang ia berkata pada pers: “

Penjara-penjara Syah Iran

penuh dengan perempuan-perempuan yang pemberani seperti singa.

Perempuan-perempuan kami ikut berjuang antara lain dengan melakukan

demonstrasi-demonstrasi di jalanan, dengan putra putri, terkadang bayi di pangkuan tanpa takut

tertembak senapan mesin maupun mariam. Perempuan-perempuan giat dalam

pertemuan politik di kota-kota di Iran. Mereka memegang peranan penting sekali

dalam revolusi iran.

” Banyak tokoh perempuan Iran dan Islam yang contoh

kepandaian, jasa-jasanya dan keberaniannya menjadi teladan bagi perempuan Iran.

Misalnya Fatima, putri nabi Muhammad; Bibi Shahbanu, putri Dinasti Sasani (Iran)


(1)

66 BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dari skripsi ini, maka penulis memberikan kesimpulan bahwa Revolusi Islam Iran telah dibukukan oleh pemimpin revolusi yaitu Imam Khomeini. Tujuan utama dari Imam Khomeini dalam revolusi Iran adalah sebagai berikut: Pertama, untuk melindungi kesucian baik laki-laki dan perempuan dan untuk memperingatkan terhadap orang-orang yang menganggap mereka adalah obyek seksual; kedua, untuk melindungi keluarga dan untuk memiliki undang-undang yang memastikan hal ini, serta undang-undang-undang-undang yang melindungi hak-hak perempuan; dan ketiga, untuk menyeimbangkan kebutuhan perempuan di bidang politik, sosial dan pendidikan dengan kebutuhan perempuan untuk menjaga peran penting mereka di dalam keluarga.

Perempuan juga mempunyai peranan penting dalam terjadinya revolusi Iran, perempuan sangat berjasa sekali dalam penumbangan rezim Syah Pahlevi. Perjuangan perempuan dalam revolusi ini untuk mewujudkan hak-hak mereka, serta meminta diberi kesempatan bekerja di luar rumah. Perempuan juga berjuang keras agar diskriminasi terhadap mereka juga segera diakhiri khususnya di perguruan tinggi. Karena setiap individu warga negara laki-laki maupun perempuan, harus mendapatkan perlindungan yang sama di bawah undang-undang dan semua hak asasi didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.

Dalam bidang politik Iran mengijinkan perempuan ikut serta dalam dunia perpolitikan, Iran mendobrak hegemoni negara Timur Tengah yang cenderung


(2)

67

hanya menempatkan pria di kursi pemerintahan. Proses demokratisasi telah membuat pemerintah Iran memberikan aksebilitas terhadap kaum perempuan yang selama ini dianggap inferior dan tidak mampu memangku jabatan penting di pemerintahan. Anggota dewan kota dan desa serta pegawai negeri dan jabatan pengelola pemerintah di seluruh Iran diduduki oleh kaum perempuan.

Dalam bidang pendidikan, dengan sistem republik Islam peran perempuan di Iran semakin baik. Apalagi bila dibandingkan dengan negara tetangganya yang kebanyakan di bawah pengaruh AS. Kita sekarang dapat melihat prestasi yang dibuat perempuan di Iran terlepas dari apakah media yang pro atau melawan pemerintah. Statistik menunjukkan tingginya tingkat pendidikan perempuan di Iran di segala bidang, khususnya di bidang kedokteran dan seni. Di Iran, laki-laki dan perempuan belajar bersama di universitas, kecuali sejumlah universitas dan perguruan tinggi yang untuk perempuan saja. Ada juga hukum yang memberikan perempuan hak untuk pendidikan dan hak sosial yang signifikan, bahkan lebih dari pada laki-laki.


(3)

68

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. “

Metode Penelitian Sejarah”

(Jakarta: logos wacana ilmu. 1999

Abrahamian, Ervand “

Iran Between Two Revolution”

Princeton University Press. 1983

Alhadar

.

Smith

“ Iran Tanah Peradaban; Iran The Cradle of Civilization”

Cet 1. jakarta

2009

An Introduction To The Legal System Of The Islamic Republic Of Iran./ International

affaris office of Judiciary.

Ar-Rusydi, Mirza Maulana

Mahmoud Ahmadinejad

,

Singa Persia VS Amerika Serikat

Cet I—Jogjakarta: GARASI, 2007

As-Siba’y. Musthafa “

Wanita di antara hukum Islam dan perundang-undangan”

bulan

bintang 1999. Jakarta

Awan, Muhammad

“Rencana Nuklir Israel”

Membongkar Konspirasi Yahudi

Menghancurkan Dunia Dengan Senjata Nuklir. Penerbit Navila Idea. Cet 1 Jakarta

2010

Bambang Cipto,

Dinamika Politik Iran,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004)

Esposito L John dan Ovoll John. Demokrasi di negara-negara Muslim: problem dan

prospek. Terjemahan rahmaniastuti. (Bandung: Mizan, 1999)


(4)

http://indonesian.index.com

http://rinakarlinarina.blogspot.com/2009

http://www.wikipedia.com

http://www.writespirit.net/inspirational_talks/humanitarian_talks/talks_shirin_ebadi/third

_world_forum/index.html

Islamic Parlement of Iran Post-Revolusion Legislations On Women, Familiy and

Children. Article 102 of The Ilamic punishment Law on offences against public

modesty and morality

Izzudin Irsam Mujib-Diyah Rahma Fauziana “

Khomeini dan Revolusi Iran”

Cet-1

Jakarta 2009

Ja’far, Muhammad Anas Qosim “

Mengembalikan hak-hak politik perempuan.

Jakarta:

Azan Gedung Media, 2001

Kedutaan besar republik Islam Iran “

Republik Islam Iran Selayang Pandang”

Khaz Ali, Ansia “

Iranian Women After The Islamic Revolution”

Muhammad Al-Jamal, Ibrahim, “

Fiqh Islam Ibadah Muamalat”

(Pustaka Imani, Jakarta)

Moosavi, Sadroddin

“The Islamic Revolution of Iran A Sociological Study”

. Volume I

Munsen, JR Henry “

Islam in Revolution in the Middle East”

Vole University Press. New

Heven and London


(5)

70

Sanasarian, Eliz,

The Women's Right Movement in Iran

: Mutiny Appeasement and

Repression from 1900 to Khomeini (USA: Praeger Press, 1982)

Sihbudi, M Riza

“Menyandra Timur Tengah”

PT Mizan Publika cet 1 2007

Sihbudi, M Riza “

Biografi Politik Imam Khomeini”

Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama

dan ISMES, 1996

Sulaeman, Y Dina “

Pelangi di Persia, Menyusuti Eksotisme Iran”

Penerbit Pustaka

Iiman Cet-1 Des 2007

Tamara, Nasir “

Revolusi Iran”

(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1980)

The Chapter of women’s right and responsibilities. Ratification of the 546

th

Session

September 21, 2004

Umar, Nasaruddin “

Bias Jender Dalam Penafsiran Kitab Suci”

Jakarta

Upton, M Joseph “

The History Of Modern Iran an Interpretation”

Harvard University

Press 1970

Don Peretz,

The Middle East Today Westport

, CT: Praeger Publishers, 1994

Velayati, Ali Akbar “

Ensiklopedia Islam & Iran; Dinamika Budaya dan Peradaban

Islam yang Hidup

” Jakarta: Mizan Publika, September 2010

Yamani, Mai “

Feminisme dan Islam”: Perspektif Hukum dan Sastra.

Cet 1.2002


(6)

100 Great Women

, Suara perempuan yang menginspirasi Dunia, (Yogyakarta: penerbit

Jogja Bangkit Publisher/gedung galang press center, 2010)