Tabel 2.2 Mikroorganisme Penyebab Infeksi Nosokomial
18
Lokasi Jenis Mikroorganisme
Persentase
Saluran Kemih Gram-negative enteric
Jamur Enterococci
50 25
10 Luka Operasi
Staphylococcus aureus Pseudomonas
Coagulase-negative Staphylococci Enterococci, jamur, Enterobacter,
Escherichia coli 20
16 15
10 Darah
Coagulase-negative Staphylococci Enterococci
Jamur Staphylococcus aureus
Enterobacter species Pseudomonas
40 11,2
9,65 9,3
6,2 4,9
Beberapa jamur,
misalnya Candida albicans,
Aspergillus sp.,
Cryptococcus neoformans, Cryptosporidium yang merupakan organisme oportunistik dapat menyebabkan infeksi selama pasien mendapat pengobatan
dengan antibiotika spektrum luas dan dalam keadaan imunosupresif berat.
19,20
2.5. Persentase Infeksi Nosokomial
Tabel 2.3 Persentase Asal Infeksi Nosokomial
21
Asal Infeksi Persentase
Paru Abdomen
Sirkulasi Darah 64
19 15
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian diantara semua infeksi nosokomial didapatkan pneumonia 31 dan infeksi sirkulasi darah 15.
22
2.6. Diagnosis Infeksi Nosokomial
1. Infeksi Saluran Kemih ISK
Sekitar 50 ISK disebabkan oleh Escherichia coli, penyebab lain adalah Klebsiella sp., Staphylococcus aureus, coagulase-negative
staphylococci, Proteussp. dan Pseudomonas sp. dan bakteri gram negatif lainnya.
23
Gambaran klinisnya ISK bagian atas adalah demam, menggigil, nyeri pinggang, malaise, anoreksia dan nyeri tekan pada sudut
kostovertebra dan abdomen. Sedangkan pada ISK bagian bawah adalah disuria, frekuensi dan urgensi, nyeri suprapubik dan hematuria.
24
Memperhatikan besarnya kemungkinan terjadi infeksi nosokomial setelah tindakan kateterisasi, maka perlu adanya upaya pencegahan
infeksi dengan memperhatikan hal-hal berikut:
8
a. Pemasangan kateter dengan memperhatikan syarat dasar aseptik
b. Kateter menetap sedapat mungkin tidak dipakai dan hanya
digunakan atas dasar indikasi yang tegas c.
Aliran urine dalam kateter harus bersifat bebas hambatan dan turun d.
Bila kateter harus terpasang lama, maka diupayakan penggantian kateter setiap 2-3 hari
e. Setiap akan melakukan tindakan kateterisasi, urine harus dibiakkan
identifikasi terlebih dahulu f.
Berikan antibiotik sebelum kateter dicabut untuk kasus asimptomatik yang disertai bakteri dalam urine yang menunjukkan
kolonisasi 2.
Infeksi Saluran Napas Bawah Saluran napas adalah organ vital untuk ventilasi, namun tidak
jarang jaringan lunak pada saluran napas ini bersentuhan dengan peralatan medis untuk berbagai indikasi. Contoh:
8
Universitas Sumatera Utara
a. Tindakan anastesi umum yang harus menggunakan pipa
endotrakeal, pipa orofaringeal, atau pipa nasofaringeal b.
Tindakan laringoskopi atau bronkoskopi c.
Tindakan invasif yang lebih jauh seperti trakeostomi, krikotirotomi d.
Pemasangan ventilator Pada rongga mulut dan orofaring, dapat ditemukan adanya mikroba
sebagai flora normal yang bersifat komensial, bukan parasitik. Pada daerah ini, terdapat sistem limponoduli yang mengelilinginya sebagai
pengendali mikroba patogen. Selanjutnya untuk trakea, bronkus, dan paru merupakan organ-organ yang terjaga sterilitasnya karena adanya
mekanisme pembersih oleh epitel yang bersilia, fagositosis sel polimorfonukleus dan makrofag, serta adanya lisozim dan IgA.
8
Sistem pertahanan dan keseimbangan tubuh serta kondisi setempat yang tergambar diatas akan berubah jika terjadi trauma mekanik pada
mukosa saluran pernapasan. Terjadilah edema dan laserasi jaringan setempat yang diserai infeksi oportunistik sehingga terjadi peristiwa
peradangan yang akan menyebar ke jaringan parenkim paru, sehingga paru dapat mengalami pneumonia bakterial.
8
Penyebab pneumonia bakterial antara lain Pseudomonas aeroginusa, Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, Streptococcus group A, flora mulut, dan Staphylococcus aureus.
25
Masa inkubasi pneumonia bakterial ini sangat singkat, yaitu satu hingga tiga hari kemudian akan muncul manifestasi klinis pasca-
tindakan instrumentasi dalam bentuk demam disertai keluhan pernapasan seperti batuk dengan atau disertai dahak, sesak, dan
sianosis. Setelah gejala awal, bisa timbul gejala napas cuping hidung, takipnu, dispnu, dan timbul apnu. Otot bantu interkostal dan
abdominal mungkin digunakan.
26
3. Bakteremia dan Septikemia
Bakteremia dan septikemia adalah suatu kondisi dimana terjadi multiplikasi bakteri penyebab penyakit di dalam darah.Bila terlambat,
Universitas Sumatera Utara
ada kecenderungan mengarah ke keadaan syok syok septik, dengan angka kematian yang tinggi 50-90.
27
Manifestasi klinisnya berupa reaksi inflamasi sistemik, yaitu demam yang tinggi, serta nadi dan frekuensi pernapasan meningkat.
Demam yang ada akan bertahan selama minimal 24 jam dengantanpa pemberian antipiretik. Pada anak, secara umum tampak letargi, tidak
mau makanminum, muntah, atau diare. Pada daerah kateter vena terpasang, kulit tampak merah, edema disertai nyeri, dan kadang-
kadang ditemukan eksudat, dengan penyebab:
8
a. Pemasangan kateter intravaskular sering kali gagal dan harus
diulang misalnya karena vena yang kecil dan dalam b.
Kateter intravaskular yang terpasang digunakan beberapa hari
2.7. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial