Hewan Percobaan Pembuatan Ekstrak Karakterisasi Ekstrak Etanol Teh Hitam

3.2 Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah mencit putih jantan 25 - 30 g dengan usia sekitar 2 - 3 bulan. Sebelum digunakan sebagai hewan percobaan, semua mencit dipelihara terlebih dahulu selama satu minggu untuk penyesuaian lingkungan dan makanan mencit diseragamkan untuk mengontrol berat badan. Penentuan besar sampel dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan rumus Federer, yaitu n-1 x t-1 ≥ 15, dimana n adalah jumlah sampel tiap kelompok dan t adalah jumlah kelompok perlakuan. Penelitian ini menggunakan empat kelompok perlakuan. Dengan demikian, jumlah sampel tiap kelompok adalah ≥ 5. Pada penelitian ini, jumlah sampel tiap kelompok adalah enam ekor mencit putih. Dengan demikian, jumlah sampel secara keseluruhan adalah 24 ekor mencit putih Arifiyah, 2007.

3.3 Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak teh hitam dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut etanol. Cara kerja: serbuk simplisia dimaserasi dengan etanol, dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan kedalam bejana, kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan etanol, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai saring, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Universitas Sumatera Utara Kemudian endapan dipisahkan. Hasil maserat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak etanol Depkes RI, 1986.

3.4 Karakterisasi Sampel

Pemeriksaan karakteristik simplisia ini meliputi pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut dalam air, penetapan kadar sari larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, dan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam WHO, 1998; Depkes RI, 1995.

3.4.1 Pemeriksaan Mikroskopik

Letakkan serbuk simplisia di atas objek glass dan tambahkan 1-2 tetes kloral hidrat, kemudian tutup dengan cover glass. Samperl diamati di bawah mikroskop WHO, 1998. 3.4.2 Penetapan Kadar Air Penetapan kadar air dilakukan dengan metode azeotropi destilasi toluen WHO, 1998. Cara kerja: dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air suling ke dalam labu alas bulat, lalu didestilasi selama 2 jam. Setelah itu, toluena dibiarkan mendingin selama 30 menit, dan dibaca volume air pada tabung penerima dengan ketelitian 0,05 ml. Kemudian ke dalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluena mendidih, kecepatan tetesan diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik sampai sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan tetesan dinaikkan hingga 4 Universitas Sumatera Utara tetes tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluena memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen WHO, 1998; Depkes RI, 1995.

3.4.3 Penetapan Kadar Sari Larut Air

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air-kloroform 2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam, lalu disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105 o

3.4.4 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes RI, 1979. Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan, dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96 dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105 o C sampai bobot tetap. Kadar dalam persen sari yang larut dalam etanol 96 dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes RI, 1979. Universitas Sumatera Utara

3.4.5 Penetapan Kadar Abu Total

Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada suhu 600 o

3.4.6 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

C selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes RI, 1979. Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring, dipijarkan, kemudian didinginkan dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan Depkes RI, 1979.

3.5 Karakterisasi Ekstrak Etanol Teh Hitam

Karakterisasi ekstrak etanol teh hitam yang dilakukan adalah: a. penetapan kadar air. b. penetapan kadar sari larut dalam air. c. penetapan kadar sari larut dalam etanol. d. penetapan kadar abu total. e. penetapan kadar abu tidak larut dalam asam. Adapun cara kerja dari penetapan kadar ini, dilakukan sama seperti cara kerja pada karakterisasi simplisia. Universitas Sumatera Utara 3.6 Skrinning Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Etanol Teh Hitam 3.6.1 Pemeriksaan Alkaloida