67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melalui tahapan-tahapan penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Rasio-rasio keuangan yang terdiri dari working capital to total assets
X
1
, earning before interest and tax to total assets X
3
, market value equity to book value of debt X
4
, sales to total assets X
5
berpengaruh positif dan signifikan dalam membedakan kelompok financial distress
dan nonfinancial distress. Sedangkan rasio
retained earning to total assets X
2
tidak dimasukkan ke dalam pengujian karena rasio ini tidak berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami financial distress
dan nonfinancial distress. 2.
Variabel working capital to total assets X
1
adalah variabel independen yang paling dominan dalam memprediksi financial distress.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diberikan saran sebagai berikut: 1.
Bagi perusahaan yang belum terindikasi financial distress, hendaknya tetap menjaga kesehatan perusahaan dan meningkatkan working capital to
total assets, earning before interest and tax to total assets, market value equity to book value of debt, dan sales to total assets.
68
2. Bagi perusahaan yang terindikasi financial distress, hendaknya segera
memperbaiki working capital to total assets, earning before interest and tax to total assets, market value equity to book value of debt, dan sales to
total assets. 3.
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk memperluas sampel penelitian dengan mengikutkan semua sektor industri pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI seperti sektor industri dasar dan kimia, dan sektor aneka industri serta memperpanjang periode penelitian.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Financial Distress Kesulitan Keuangan
Financial distress adalah suatu kondisi dimana perusahaan mengalami kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan
berada dalam posisi yang tidak aman dari ancaman kebangkrutan atau kegagalan pada usaha perusahaan tersebut. Financial distress menurut Altman 1968 adalah
perusahaan yang secara hukum bangkrut. Platt dan Platt 2006 mendefenisikan financial distress merupakan suatu kondisi dimana keuangan perusahaan dalam
keadaan tidak sehat atau sedang krisis. Menurut Hanafi, 2003:263 financial distress dapat didefenisikan dalam
beberapa pengertian yaitu : 1.
Economic Distressed Kegagalan Ekonomi Kegagalan dalam ekonomi artinya bahwa perusahaan kehilangan uang
atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari
arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang
diharapkan.
10
2. Financial Distressed Kegagalan Keuangan
Pengertian financial distressed mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja.
Sebagai asset liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed.
2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Financial Distress
Terjadinya financial distress diawali saat arus kas perusahaan kurang dari jumlah utang porsi utang jangka panjang yang telah jatuh tempo. Financial
distress juga dapat ditimbulkan karena pengaruh dari dalam perusahaan itu sendiri maupun dari luar perusahaan Murtanto, 2002:48. Faktor penyebab
financial distress dalam perusahaan lebih bersifat mikro, faktor-faktor internal yang menyebabkan financial distress adalah kesulitan arus kas. Kesulitan arus
kas ini terjadi ketika penerimaan pendapatan perusahaan dari hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk menutupi beban-beban usaha yang timbul atas
aktivitas operasi perusahaan. Kesulitan arus kas juga disebabkan adanya kesalahan manajemen ketika mengelola aliran kas perusahaan untuk pembayaran
aktivitas perusahaan yang memperburuk kondisi keuangan perusahaan. Besarnya jumlah hutang juga merupakan faktor internal yang
menyebabkan financial distress. Kebijakan pengambilan hutang perusahaan untuk menutupi biaya yang timbul akibat operasi perusahaan akan menimbulkan
kewajiban bagi perusahaan untuk mengembalikan hutang di masa depan. Ketika tagihan jatuh tempo dan perusahaan tidak mempunyai cukup dana untuk
11
membayar tagihan-tagihan yang terjadi maka kemungkinan yang dilakukan kreditur adalah mengadakan penyitaan harta perusahaan untuk menutupi
kekurangan pembayaran tagihan tersebut. Selain kesulitan arus kas dan besarnya jumlah hutang faktor lain yang
dapat menyebabkan financial distress adalah kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun.
Kerugian operasional perusahaan menimbulkan arus kas negatif dalam perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena
beban operasional lebih besar dari pendapatan yang diterima perusahaan. Sedangkan faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan financial
distress adalah perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam
pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan
bahan baku yang digunakan untuk produksi juga dapat mengakibatkan terjadinya financial distress. Untuk mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus selalu
menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu pemasok sehingga risiko kekurangan bahan baku dapat
diatasi. Selain kedua hal tersebut faktor debitor juga harus diantisipasi untuk
menjaga agar debitor tidak melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu banyak piutang yang diberikan debitor dengan jangka waktu
12
pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi
perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa melakukan
perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.
2.1.3 Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan
Informasi tentang prediksi kebangkrutan suatu perusahaan merupakan hal yang positif untuk melihat tanda-tanda awal kabangkrutan bagi perusahaan
khususnya. Menurut Hanafi, 2003:261 informasi prediksi kebangkrutan dapat bermanfaat untuk:
1. Pemberi pinjaman
Informasi kebangkrutan digunakan untuk pengambilan keputusan tentang pemberian pinjaman dan monitoring.
2. Investor
Informasi kebangkrutan digunakan untuk pengambilan keputusan terhadap surat berharga perusahaan.
3. Pihak pemerintah
Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan tindakan awal yang bisa dilakukan terutama terhadap perusahaan BUMN.
4. Akuntan
Informasi kebangkrutan digunakan untuk menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.
13
5. Manajemen
Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah-langkah preventif sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari dan atau diminimalisir.
2.1.4 Rasio-Rasio yang Digunakan dalam Menganalisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang
bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan tepat Sofyan, 2010:189. Rasio adalah suatu rumusan
secara sistematis dari hubungan atau korelasi antara suatu jumlah dengan jumlah tertentu lainnya. Rasio keuangan atau financial ratio adalah angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan Sofyan, 2010:297.
Pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima macam kategori, yaitu :
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap
hutang lancarnya hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan. Meskipun rasio ini tidak bicara masalah kewajiban jangka panjangnya, dan
biasanya relatif tidak penting dibandingkan rasio solvabilitas, tetapi rasio
14
likuiditas yang jelek dalam jangka panjang juga akan mempengaruhi solvabilitas perusahaan. Dua rasio likuiditas jangka pendek yang sering
digunakan adalah current ratio dan quick ratio. a. Current Ratio
Current ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya aktiva yang
akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis. Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi,
sedangkan current ratio yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik
terhadap profitabilitas perusahaan. b. Quick Ratio
Dari ketiga komponen aktiva lancar kas, piutang, dan persediaan, persediaan biasanya dianggap merupakan asset yang paling tidak likuid.
Hal ini berkaitan dengan semakin panjangnya tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas, yang berarti waktu yang diperlukan untuk
menjadi kas semakin lama, dan juga ketidakpastian nilai persediaan. 2. Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas
yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana
15
kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Empat rasio aktivitas antara lain: a. Rata-Rata Umur Piutang
Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan untuk melunasi piutang merubah piutang menjadi kas. Semakin lama rata-rata
piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada piutang. Semakin besar rata-rata umur piutang berarti semakin besar dana yang tertanam
pada piutang. b. Rasio Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun dan ini menandakan efektivitas
manajemen persediaan. Sebaliknya, perputaran persediaan yang rendah menandakan tanda-tanda mis-manajemen seperti kurangnya
pengendalian persediaan yang efektif. c. Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini
memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif
penggunaan aktiva tetap tersebut.
16
d. Rasio Perputaran Total Aktiva Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung
efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah
harus membuat manajemen mengevaluasi strategi pemasarannya dan pengeluaran modalnya.
3. Rasio Solvabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-
kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya.
Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Rasio yang digunakan
adalah rasio hutang. Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage
keuangan yang tinggi. Penggunaan leverage keuangan yang tinggi akan meningkatkan return on equity dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila
penjualan menurun, return on equity akan menurun cepat pula. 4. Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu. Ada
tiga rasio profitabilitas, yaitu : profit margin, return on total asset ROA, dan return on equity ROE.
17
a. Profit Margin Ratio Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterprestasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan
biaya-biaya ukuran efisiensi di perusahaan pada periode tertentu. Profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang
tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut.
b. Return On Total Asset ROA Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi manajemen.
c. Return On Equity ROE Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
2.1.5 Metode Altman dalam Memprediksi Financial Distress
Kegiatan analisis laporan keuangan suatu perusahaan untuk melakukan prediksi kondisi masa depan bukanlah suatu hal yang mudah. Apalagi perusahaan
sangat rentan akan pengaruh ekonomi nasional dan global. Oleh karena itu alat
18
prediksi financial distress yang di gunakan pada perusahaan harus mempunyai ketepatan prediksi yang baik dengan memperhatikan karakteristik perusahaan.
Ketepatan prediksi masa depan berlaku selama emiten mempunyai kondisi keuangan yang sama dengan pada saat prediksi dilakukan. Apabila emiten
melakukan perbaikan kinerja melalui strategi yang tepat, kemungkinan besar ada ketidaktepatan prediksi. Namun kelemahan apapun yang dihadapi pada
kenyataannya prediksi masih selalu di lakukan untuk pengambilan keputusan. Prediksi kesulitan keuangan salah satunya dikemukakan oleh seorang
profesor di New York University bernama Edward Altman yang disebut dengan Altman Z-Score 1968. Rumus Z-Score ini menggunakan komponen laporan
keuangan sebagai alat prediksi terhadap kemungkinan bangkrut tidaknya perusahaan. Model Altman Z-Score 1968 merupakan salah satu model analisis
multivariat yang berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan tingkat ketepatan dan keakuratan yang relatif dapat dipercaya. Altman
menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut.
Kelima rasio keuangan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Working Capital to Total Assets
Rasio working capital to total assets termasuk ke dalam rasio likuiditas yang merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio working capital to total assets terdiri dari 2 komponen, yaitu modal kerja dan total aktiva. Modal kerja di
peroleh dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Hasil perhitungan
19
working capital merupakan nilai keefektifan modal kerja yang digunakan perusahaan. Apabila nilai yang diperoleh tinggi maka mengindikasikan
kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. Sedangkan
apabila nilainya rendah maka mengindikasikan adanya kelebihan hutang jangka pendeknya, sehingga akan berpengaruh tidak baik bagi tingkat likuiditas
perusahaan. Sedangkan komponen rasio working capital to total assets yang kedua
adalah aktiva. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva adalah potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada perusahaan. Besar kecilnya nilai aktiva sangat menentukan keberlangsungan
usaha di masa depan, mengingat potensinya yang berbentuk sumbangan yang diberikan oleh manfaat aktiva tersebut.
Dari dua komponen tersebut perhitungan rasio working capital to total assets dilakukan. Sedangkan pengertian rasio working capital to total assets
adalah rasio yang mendeteksi kemampuan likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto. Jika dikaitkan dengan indikator kebangkrutan, maka dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan seperti indikator ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak,
utilitas modal kekayaan menurun, penambahan hutang yang tidak terkendali dan beberapa indikator lainya. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio
working capital to total assets adalah:
20
2. Retained Earning to Total Assets
Retained earning to total assets adalah rasio profitabilitas yang dapat mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, yang
ditinjau dari kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba di bandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha.
Rasio retained earning to total assets terdiri dari 2 komponen, yaitu laba di tahan dan total aktiva. Laba di tahan adalah laba bersih yang di akumulasikan
dalam suatu keuntungan setelah dividen di bayarkan. Laba di tahan adalah laba tak di bagi atau surplus yang di peroleh. Rasio retained earning to total assets
dapat dihitung dengan rumus :
3. Earning Before Interest And Tax to Total Assets
Rasio earning before interest and tax to total assets juga termasuk ke dalam rasio profitabilitas yang merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio earning before interest and tax to total assets merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
Working Capital to Total Assets
=
������� ������ −������� ����������� ����� ������
Retained Earnings to Total Assets =
�������� ������� ����� ������
21
modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang obligasi dan saham. Rasio
ini dapat dihitung dengan rumus :
4. Market Value Equity to Book Value Of Total Debt
Rasio market value equity to book value of total debt termasuk ke dalam rasio aktivitas yang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio market value equity to book value of total debt merupakan rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri. Rasio market value equity to book value
of total debt dapat dihitung dengan rumus :
5. Sales to Total Assets
Rasio sales to total assets juga termasuk kedalam rasio aktivitas. Rasio sales to total assets merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana
perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam
Earning Before Interest and Tax to Total Assets =
���� ���� � ������
Market Value Equity to Book Value of Total Debt =
������ ����� ������ ���� ����� �� ����� ����
22
menggunakan aktiva untuk menghasilkan revenue. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Z-Score Altman 1968 ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Cheng F. Lee 1984:97
Z = 1,2X
1
+ 1,4X
2
+ 3,3X
3
+ 0,6X
4
+ 1,0X
5
Keterangan : Z : Overall Index
X
1
: Working Capital to Total Assets modal kerja dibagi total aktiva X
2
: Retained Earnings to Total Assets laba ditahan dibagi total aktiva X
3
: Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets laba sebelum pajak dan bunga dibagi total aktiva
X
4
: Market Value of Equity to Book Value of debt nilai pasar modal dibagi dengan nilai buku hutang
X
5
: Sales to Total Assets penjualan dibagi total aktiva
Kelima rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisa laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan
terjadinya kebangkrutan pada perusahaan. Sales to Total Assets =
����� ����� ������
23
Hasil perhitungan nilai Z-Score bisa dijelaskan dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1 Interprestasi Nilai Z-Score
Sumber :Financial Analysis and Planning, Cheng F. Lee 1984:99
2.1.6 Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan adalah salah satu teknik statistik yang biasa digunakan pada hubungan dependensi hubungan antar variabel dimana sudah
bisa dibedakan mana variabel respon dan mana variabel penjelas Ghozali, 2006 :289. Lebih spesifik lagi, analisis diskriminan digunakan pada kasus dimana
variabel respon berupa data kualitatif misalnya, laki-laki atau perempuan, bangkrut atau tidak bangkrut dan variabel penjelas berupa data kuantitatif.
Analisis diskriminan bertujuan untuk mengklasifikasikan suatu individu atau observasi ke dalam kelompok yang saling bebas dan menyeluruh berdasarkan
sejumlah variabel penjelas. Analisis diskriminan mempunyai asumsi bahwa sejumlah variabel penjelas harus berdistribusi normal dan matriks kovarian kedua
kelompok harus sama.
Nilai Z-Score INTERPRESTASI
Z 2,99 Perusahaan tidak mengalami masalah dengan kondisi
keuangan 2,7 Z 2,99
Perusahaan memiliki sedikit masalah dengan kondisi keuangan meskipun tidak serius
1,88 Z 2,69 Perusahaan akan mengalami permasalahan keuangan
jika tidak melakukan perbaikan yang berarti dalam manajemen maupun struktur keuangan
Z 1,88 Perusahaan mengalami masalah keuangan yang serius
24
Jika dianalogikan dengan regresi linier, maka analisis diskriminan merupakan kebalikannya. Pada regresi linier, variabel respon yang harus
mengikuti distribusi normal dan homoskedastis, sedangkan variabel penjelas diasumsikan tetap, artinya variabel penjelas tidak disyaratkan mengikuti sebaran
tertentu. Analisis diskriminan, variabel penjelasnya seperti sudah disebutkan di atas harus mengikuti distribusi normal dan homoskedastis, sedangkan variabel
responnya tetap.
2.1.7 Penelitian Terdahulu
1. Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi 2003
Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi telah melakukan penelitian tentang Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah profit margin, rasio likuiditas, rasio efisiensi operasi, rasio profitabilitas, rasio
financial leverage, rasio posisi kas, rasio pertumbuhan. Pengujian dalam penelitian dengan menggunakan regresi logit untuk mengetahui
kekuatan prediksi rasio keuangan terhadap penentuan financial distress suatu perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :
1.
Rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan.
2.
Rasio keuangan yang paling dominan dalam menentukan financial distress suatu perusahaan adalah rasio profit margin yaitu laba bersih
25
dibagi dengan penjualan NIS, rasio financial leverage yaitu hutang lancar dibagi dengan total aktiva CLTA, rasio likuiditas yaitu aktiva
lancar dibagi dengan hutang lancar CACL, rasio pertumbuhan yaitu rasio pertumbuhan laba bersih dibagi dengan total aktiva GROWTH
NITA.
2. Aprilianasari Pudjiono 2009
Aprilianasari Pudjiono telah melakukan penelitian tentang Prediksi Corporate Financial Distress yang Terjadi Pada Perusahaan Go Public di
Indonesia dengan Menggunakan Analisis Diskriminan Model altman Z- Zcore. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio,
quick ratio, working capital to total asset ratio, inventory turnover, working capital turnover, debt to equity ratio, debt ratio, long term debt to
equity ratio, net profit margin, return on equity, return on assets, price earning ratio. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang tercatat di BEI periode 2006-2008. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriminan.
Hasil penelitian ini adalah dari 14 rasio keuangan yang diidentifikasi dan dianalisis, terpilih 3 rasio yang paling dominan dalam
membedakan perilaku perusahaan yang mengalami financial distress dan nonfinancial distress yaitu working capital to total assets ratio, long-term
debt to equity ratio, dan price earning ratio.
26
3. Riesta Devi Kumalasari 2012
Riesta Devi Kumalasari telah melakukan penelitian tentang Indikasi Financial Distress Berdasarkan Analisis Z-Score Altman Pada
Perusahaan Tekstil yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Selama Tahun 2008-2010. Variabel yang digunakan adalah rasio-rasio yang ditetapkan
oleh Altman. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan tekstil yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010.
Pengujian dalam penelitian dengan menggunakan analisis diskriminan.
Penelitian ini memberikan hasil bahwa variabel modal kerja terhadap total aktiva,
EBIT terhadap total aktiva, nilai pasar modal terhadap nilai buku hutang, penjualan terhadap total aktiva berpengaruh positif yang signifikan untuk
mengetahui indikasi pengelompokan perusahaan yang mengalami financial distress. Sedangkan variabel laba ditahan berpengaruh negatif
atau berlawanan terhadap penentuan indikasi financial distress perusahaan tekstil. Variabel penjualan terhadap total aktiva merupakan variabel yang
paling berpengaruh signifikan untuk mengetahui perusahaan yang mengalami financial distress.
4. Nico Tantra Hartoyo 2014
Nico Tantra Hartoyo telah melakukan penelitian tentang Prediksi Financial Distress Menggunakan Analisis Diskriminan Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011. Variabel yang digunakan adalah rasio-rasio yang ditetapkan oleh Altman.
27
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2011, pemilihan sampel dengan
menggunakan metode purposive sampling. Pengujian dalam penelitian
dengan menggunakan analisis diskriminan. Penelitian ini memberikan
hasil bahwa variabel working capitaltotal assets, retained earningtotal assets, EBITtotal assets, market value equitybook value of total debt,
salestotal assets berpengaruh positif yang signifikan terhadap kondisi perusahaan. Rasio retained earningtotal asset merupakan variabel yang
paling berpengaruh signifikan dalam model diskriminan.
28
Secara ringkas, hasil penelitian terdahulu disajikan dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Judul Variabel yang
Digunakan Metode
Analisis Hasil yang Diperoleh
Luciana Spica
Almilia dan Emanuel
Kristijadi 2003
Analisis Rasio KeuanganUntuk
Memprediksi Kondisi
Financial Distress
Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Profit margin,
rasio likuiditas, rasio efisiensi
operasi, rasio
profitabilitas, rasio
financial leverage,
rasio posisi kas, rasio
pertumbuhan Regresi
Logit Rasio keuangan yang
paling dominan dalam menentukan financial
distress suatu
perusahaan adalah rasio profit margin
yaitu laba bersih dibagi dengan
penjualan NIS, rasio financial leverage
yaitu hutang lancar dibagi dengan total
aktiva CLTA, rasio likuiditas yaitu aktiva
lancar dibagi dengan hutang lancar
CACL,
rasio pertumbuhan yaitu
rasio pertumbuhan laba bersih dibagi
dengan total aktiva GROWTH NITA.
Aprilianasari Pudjiono
2009 Prediksi
Corporate Financial
Distress yang
Terjadi Pada Perusahaan Go
Public di
Indonesia dengan
Menggunakan Analisis
Diskriminan Model altman
Z-Zcore current ratio,
quick ratio, working capital
to total asset ratio, inventory
turnover, working capital
turnover, debt to equity ratio, debt
ratio, long term debt to equity
ratio, net profit margin, return
on equity, return on assets, price
earning ratio Analisis
Diskriminan Dari 14 rasio
keuangan yang diidentifikasi dan
dianalisis, terpilih 3 rasio yang paling
dominan dalam membedakan perilaku
perusahaan yang mengalami
financial distress
dan nonfinancial distress
yaitu working capital to total assets ratio,
long-term debt to equity ratio, dan price
earning ratio.
29
Nama Peneliti
Judul Variabel yang
Digunakan Metode
Analisis Hasil yang Diperoleh
Riesta Devi Kumalasari
2012 Indikasi
Financial Distress
Berdasarkan Analisis Z-
Score Almant Pada
Perusahaan Tekstil yang
Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Selama Tahun
2008-2010 Working Capital
to Total Asset, Retained
Earnings to Total Assets,
Earnings Before Interest and
Taxes to Total Assets,
Market Value of Equity to Book
Value of debt , Sales to Total
Assets Analisis
Diskriminan Variabel modal kerja
terhadap total aktiva, EBIT terhadap total
aktiva, nilai pasar modal terhadap nilai
buku hutang, penjualan terhadap
total
aktiva berpengaruh positif
yang signifikan untuk mengetahui indikasi
pengelompokan perusahaan yang
mengalami
financial distress.
Sedangkan variabel laba ditahan
berpengaruh negatif terhadap penentuan
indikasi financial
distress. Variabel
penjualan terhadap total aktiva merupakan
variabel yang paling berpengaruh signifikan
untuk mengetahui perusahaan yang
mengalami
financial distress.
Nico Tantra Hartoyo
2014 Prediksi
Financial Distress
Menggunakan Analisis
Diskriminan Pada
Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-
2011 Working Capital
to Total Asset, Retained
Earnings to Total Assets,
Earnings Before Interest and
Taxes to Total Assets,
Market Value of Equity to Book
Value of debt , Sales to Total
Assets Analisis
Diskriminan working capitaltotal
asset, retained
earningtotal asset, EBITtotal asset,
market value
equitybook value of total liabilities,
salestotal asset berpengaruh positif
yang signifikan terhadap kondisi
perusahaan. Rasio retained earningtotal
asset
merupakan variabel yang paling
berpengaruh signifikan dalam model
diskriminan.
Sumber: Data Diolah Oleh Penulis, 2015
30
2.2 Kerangka Konseptual