Analisis Diskriminan dalam Memprediksi Financial Distress dengan Menggunakan Metode Altman
SKRIPSI
ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN
OLEH
MAY SAFITRI 120501156
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSETUJUAN PERCETAKAN
Nama : May Safitri
Nim : 120501156
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan
Judul Skripsi : Analisis Diskriminan dalam Memprediksi Financial Distress dengan Menggunakan Metode Altman
Tanggal, ______________ Ketua Program Studi,
NIP. 19710503 200312 1 003 Irsyad Lubis,S.E,M.Soc.Sc.Ph.D
Tanggal, ______________ Ketua Departemen,
NIP. 19730408 199802 1 001 Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec
(3)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
Nama : May Safitri
PERSETUJUAN
Nim : 120501156
Departmen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan
Judul Skripsi : Analisis Diskriminan dalam Memprediksi Financial Distress dengan Menggunakan Metode Altman
Tanggal, ______________ Pembimbing,
NIP. 19730408 199802 1 001 Syarief Fauzie, S.E, M.Ak, Ak
Penguji I, Penguji II,
Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec
NIP. 19730408 199802 1 001 NIP. 19801110 200812 2 003 Inggrita Gusti Sari NST, SE, Msi
(4)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Diskriminan dalam Memprediksi
Financial Distress dengan Menggunakan Metode Altman” adalah benar hasil
karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, November 2015 Penulis,
NIM 120501156 May Safitri____
(5)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh working capital to
total assets, retained earning to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets dalam
membedakan kelompok financial distress dan nonfinancial distress dan untuk mengetahui rasio keuangan yang paling dominan dalam memprediksi financial distress menggunakan analisis diskriminan dengan metode Altman.
Populasi pada penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai 2013 sebanyak 37 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yang telah ditentukan sehingga terpilih 8 perusahaan dalam kondisi financial distress dan 8 perusahaan dalam kondisi nonfinancial distress.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel working capital to total
assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets berpengaruh positif dan signifikan dalam
membedakan kelompok financial distress dan nonfinancial distress. Sedangkan variabel retained earning to total assets tidak dimasukkan ke dalam pengujian, karena variabel ini tidak berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami financial distress dan nonfinancial distress. Dan variabel working
capital to total assets merupakan variabel yang paling dominan dalam
memprediksi financial distress.
(6)
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of working capital to total assets, retained earnings to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets in distinguishing groups of financial distress and nonfinancial distress and to determine the most dominant financial ratios to predict financial distress using discriminant analysis method Altman.
The population in this study are all companies manufacturing consumer goods industry sectors listed on the Indonesia Stock Exchange in 2011 through 2013 as many as 37 companies. Samples were selected using purposive sampling method that has been determined so chosen 8 companies in financial distress and 8 companies in the nonfinancial distress condition.
The results showed that the variables of working capital to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets positive effect significant in distinguishing groups of financial distress and nonfinancial distress. While the variable retained earnings to total assets not included in the testing because these variables did not differ significantly among companies experiencing financial distress and nonfinancial distress. And variables working capital to total assets is the most dominant variable in predicting financial distress.
(7)
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah yang Insya Allah akan selalu diberikan pada setiap hamba-Nya. Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kegelapan ke alam terang benderang.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini teristimewa dipersembahkan kepada Ayahanda tersayang Bunjel Dalimunthe dan Ibunda tercinta Murti Lubis serta abang dan kakak penulis yang selalu memberikan curahan kasih sayang dan do’a.
Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Karena itu dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac.Ak, CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, SE,M.Soc.Sc, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Syarief Fauzie, SE, M.Ak, Ak, selaku Dosen Pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan dan panduan untuk menyelesaikan skripsi ini.
(8)
5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.ec, selaku Dosen Pembanding I saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Inggrita Gusti Sari NST, SE, M.si, selaku Dosen Pembanding II saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan staf Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
8. Seluruh pegawai dan staf administrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan. 9. Kepada teman-teman dan semua pihak yang turut membantu penyelesaian
skripsi ini, namun tidak dituliskan pada lembaran ini, penulis mohon maaf dan tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya. Amin
Medan, November 2015 Penulis,
NIM. 120501156 May Safitri____
(9)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan Penelitian 7
1.4 Manfaat Penelitian 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 9
2.1.1 Financial Distress (Kesulitan Keuangan) 9 2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Financial Distress 10 2.1.3 Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan 12 2.1.4 Rasio-rasio yang Digunakan dalam Menganalisis
Laporan Keuangan 13
2.1.5 Metode Altman dalam Memprediksi Financian Distress 17
2.1.6 Analisis Diskriminan 23
2.1.7 Penelitian Terdahulu 24
2.2 Kerangka Konseptual 30
2.3 Hipotesis 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian 35
3.2 Batasan Operasional 35
3.3 Defenisi Operasional 36
3.4 Jenis dan Sumber Data 39
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 39
3.6 Metode Analisis Data 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
(10)
4.3 Pengujian Hipotesis 56
4.4 Pembahasan 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 67
5.2 Saran 67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(11)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Interprestasi Nilai Z-Score 23
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu 28
Tabel 3.1 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel 38 Tabel 3.2 Perusahaan yang Termasuk dalam Kondisi Financial Distress 41 Tabel 3.3 Perusahaan yang Termasuk dalam
Kondisi Nonfinancial Distress 41
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif 50 Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 52 Tabel 4.3 Hasil Uji Independent Sample T-test 54
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas 56
Tabel 4.5 Test of equality of group means 57
Tabel 4.6 Hasil Uji Wilk’s Lambda 58
Tabel 4.7 Eigenvalues 58
Tabel 4.8 Standardized Canonical Discriminan Function Coefficient 59 Tabel 4.9 Canonical Discriminant Fuction Coefficient 60
Tabel 4.10 Function at Group Centroids 61
(12)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual I 30
(13)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh working capital to
total assets, retained earning to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets dalam
membedakan kelompok financial distress dan nonfinancial distress dan untuk mengetahui rasio keuangan yang paling dominan dalam memprediksi financial distress menggunakan analisis diskriminan dengan metode Altman.
Populasi pada penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai 2013 sebanyak 37 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yang telah ditentukan sehingga terpilih 8 perusahaan dalam kondisi financial distress dan 8 perusahaan dalam kondisi nonfinancial distress.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel working capital to total
assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets berpengaruh positif dan signifikan dalam
membedakan kelompok financial distress dan nonfinancial distress. Sedangkan variabel retained earning to total assets tidak dimasukkan ke dalam pengujian, karena variabel ini tidak berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami financial distress dan nonfinancial distress. Dan variabel working
capital to total assets merupakan variabel yang paling dominan dalam
memprediksi financial distress.
(14)
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of working capital to total assets, retained earnings to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets in distinguishing groups of financial distress and nonfinancial distress and to determine the most dominant financial ratios to predict financial distress using discriminant analysis method Altman.
The population in this study are all companies manufacturing consumer goods industry sectors listed on the Indonesia Stock Exchange in 2011 through 2013 as many as 37 companies. Samples were selected using purposive sampling method that has been determined so chosen 8 companies in financial distress and 8 companies in the nonfinancial distress condition.
The results showed that the variables of working capital to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets positive effect significant in distinguishing groups of financial distress and nonfinancial distress. While the variable retained earnings to total assets not included in the testing because these variables did not differ significantly among companies experiencing financial distress and nonfinancial distress. And variables working capital to total assets is the most dominant variable in predicting financial distress.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi sekarang ini pembangunan perusahaan mulai gencar didirikan baik itu di sektor perbankan, manufaktur, industri makanan dan konsumsi, dan sektor pertambangan. Hal ini menyebabkan semakin bertambah ketatnya persaingan diantara perusahaan. Dengan adanya persaingan usaha ini menuntut perusahaan untuk mengembangkan inovasi, memperbaiki kinerja, dan memperhatikan kondisi keuangannya. Hal ini dilakukan agar perusahaan tetap bisa bertahan dan bersaing di era globalisasi sekarang ini.
Kinerja suatu perusahaan sangat mendukung kemampuan bersaing dan kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Baik tidaknya kondisi suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangannya. Laporan keuangan merupakan proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan.
Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public diharuskan untuk menyusun laporan keuangan setiap periodenya. Laporan keuangan mempunyai tujuan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Laporan keuangan
(16)
tersebut akan digunakan banyak pihak antara lain investor, manajemen, dan pemerintah.
Bagi pihak investor laporan keuangan berguna untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi mereka. Bagi pihak manajemen laporan keuangan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana kegiatan perusahaan di periode yang akan datang. Bagi pihak pemerintah laporan keuangan digunakan untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan lainnya.
Informasi yang dihasilkan laporan keuangan akan sangat bermanfaat bagi pengguna laporan keuangan apabila informasi tersebut disajikan secara tepat waktu dan akurat. Hal ini sangat dibutuhkan oleh beberapa pihak untuk menganalisa kondisi keuangan perusahaan tersebut serta membuat strategi untuk mengantisipasi kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya permasalahan keuangan yang mungkin menyerang perusahaan. Seperti contohnya ketika krisis keuangan terjadi tahun 1998 membuat banyak perusahaan mengalami kesulitan keuangan karena banyak perusahaan yang memiliki hutang pada pihak ketiga, dimana pada saat itu bunga hutang melonjak sangat tinggi karena adanya krisis, sehingga jumlah kewajiban mereka pun ikut tinggi.
Financial distress sendiri didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi
keuangan perusahaan yang terjadi sebelum terjadi kebangkrutan ataupun likuidasi (Platt dan Platt, 2002). Financial distress dapat diakibatkan oleh penyebab yang bermacam-macam. Whitaker (1999) menyatakan bahwa awal tahun terjadinya
(17)
financial distress adalah saat arus kas perusahaan kurang dari jumlah utang porsi
utang jangka panjang yang telah jatuh tempo. Hal ini berarti perusahaan tidak mampu memenuhi pembayaran kewajibannya yang seharusnya dibayar pada saat itu juga.
Permasalahan keuangan (financial distress) sudah menjadi momok bagi seluruh perusahaan, karena permasalahan keuangan dapat menyerang seluruh jenis perusahaan walaupun perusahaan yang bersangkutan adalah perusahaan yang besar. Peliknya permasalahan keuangan pada perusahaan ini menjadi bahan yang menarik untuk diteliti karena banyak perusahaan berusaha untuk menghindari permasalahan ini. Selain itu, permasalahan keuangan memiliki pengaruh yang besar, dimana bukan hanya pihak perusahaan yang mengalami kerugian, tetapi juga stakeholder dan shareholder perusahaan juga akan terkena dampaknya.
Dalam menganalisa financial distress suatu laporan keuangan dapat dilakukan dengan beberapa metode analisa salah satunya dengan menggunakan metode Altman. Untuk mengukur financial distress suatu perusahaan dapat dilakukan dengan mengambil referensi terhadap penelitian-penelitian yang terdahulu. Adapun beberapa penelitian yang pernah dilakukan, seperti penelitian Luciana (2003) tentang Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta
memberikan hasil bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksikan financial distress suatu perusahaan.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah profit margin, rasio likuiditas, rasio efisiensi operasi,
(18)
rasio profitabilitas, rasio financial leverage, rasio posisi kas, rasio pertumbuhan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan.
Nico Tantra Hartoyo (2013) telah melakukan penelitian tentang Prediksi
Financial Distress Menggunakan Analisis Diskriminan Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011. Variabel yang digunakan adalah rasio-rasio yang ditetapkan oleh Altman. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2011, pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive
sampling. Pengujian dalam penelitian dengan menggunakan analisis diskriminan. Penelitian ini memberikan hasil bahwa variabel working
capital/total assets, retained earning/total assets, EBIT/total assets, market value equity/book value of total debt, sales/total assets berpengaruh positif yang
signifikan terhadap kondisi perusahaan. Rasio retained earning/total assets merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan dalam model diskriminan. Altman melakukan penelitian dengan mengkombinasikan beberapa pengukuran dan profitabilitas risiko sebanyak 22 rasio keuangan, kemudian ditemukan 5 rasio keuangan yang dianggap paling berkontribusi dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan, yaitu working capital to total assets, retained earning to total assets, earning before interest and tax to total assets, market value equity to book value of total debt, sales to total assets.
Dengan cara melakukan analisis rasio terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan sebenarnya kita dapat melihat dan
(19)
mengukur resiko kebangkrutan perusahaan. Analisis rasio merupakan alat yang sangat penting untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah dilaksanakan. Tetapi masih terdapat masalah dalam pemakaian analisis rasio ini karena masing-masing rasio memiliki kegunaan dan memberikan indikasi yang berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, jika hanya bergantung pada perhitungan rasio secara individual maka para investor akan mendapat kesulitan dan kebingungan untuk memutuskan apakah perusahaan dalam kondisi sehat atau sebaliknya.
Pada analisis rasio memiliki keterbatasan sehingga untuk melengkapinya dapat dipergunakan alat analisis yang dikenal dengan analisis Score. Analisis Z-Score adalah alat yang menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk memprediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan. Analisis Z-Score sendiri merupakan sebuah alat prediksi kebangkrutan yang dibuat oleh Dr. Edward I. Altman pada tahun 1968. Metode ini menggunakan rasio-rasio tertentu dalam rangka memprediksi resiko kebangkrutan sebuah perusahaan. Metode ini juga telah mengalami revisi pada tahun 1983, dengan mengubah beberapa variabel dalam formula Z-Scorenya. Analisis Z-Score Altman mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan teknik statistik yaitu analisis diskriminan yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-Score (1968). Analisis ini telah digunakan sejak era 1970-an dan menjadi terkenal pada era 1980-an.
(20)
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi sebagai objek penelitian, karena terdapat banyaknya jenis perusahaan yang ada pada sektor industri ini yang menyebabkan banyaknya persaingan. Dengan banyaknya persaingan ini akan dapat menyebabkan terjadinya financial distress pada perusahaan. Adanya indikasi tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan prediksi kebangkrutan perusahaan atau financial distress pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi menggunakan model diskriminan analisis, karena penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Edward I. Altman memprediksi kebangkrutan perusahaan atau financial distress. Terkait hal itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Diskriminan dalam Memprediksi Financial Distress dengan Menggunakan Metode Altman”.
1.2 Rumusan Masalah
Penggunaan model analisis diskriminan dalam memprediksi financial
distress dengan menggunakan metode Altman dalam penelitian ini akan
memperlihatkan pengaruh rasio-rasio keuangan dalam membedakan perusahaan yang mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami financial
(21)
1. Apakah terdapat pengaruh working capital to total assets, retained earning to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value of equity to book value of debt, sales to total assets dalam membedakan kelompok financial distress dan nonfinancial distress?
2. Rasio keuangan manakah yang paling dominan dalam memprediksi financial distress?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh working capital to total assets, retained earning to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value of equity to book value of debt, sales to total assets dalam membedakan kelompok financial distress dan nonfinancial distress.
2. Mengetahui rasio keuangan yang paling dominan dalam memprediksi financial distress.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi perusahaan, bagi manajemen perusahaan mengenai financial distress sehingga manajemen dapat mengetahui faktor yang dapat menyebabkan terjadinya financial distress dan dapat menghindarkan perusahaan yang ia kelola dari kejadian financial distress.
(22)
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan literatur untuk sumber referensi pada penelitian selanjutnya, sehingga dapat menambah pengetahuan pembaca mengenai financial distress pada perusahaan dan apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya financial distress dalam perusahaan.
3. Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan tentang metode Altman dalam memprediksi financial distress.
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Financial Distress (Kesulitan Keuangan)
kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan berada dalam posisi yang tidak aman dari ancaman kebangkrutan atau kegagalan pada usaha perusahaan tersebut. Financial distress menurut Altman (1968) adalah perusahaan yang secara hukum bangkrut. Platt dan Platt (2006) mendefenisikan
financial distress merupakan suatu kondisi dimana keuangan perusahaan dalam
keadaan tidak sehat atau sedang krisis.
Menurut (Hanafi, 2003:263) financial distress dapat didefenisikan dalam beberapa pengertian yaitu :
1. Economic Distressed (Kegagalan Ekonomi)
Kegagalan dalam ekonomi artinya bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang diharapkan.
(24)
2. Financial Distressed (Kegagalan Keuangan)
Pengertian financial distressed mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagai asset liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed.
2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Financial Distress
Terjadinya financial distress diawali saat arus kas perusahaan kurang dari jumlah utang porsi utang jangka panjang yang telah jatuh tempo. Financial
distress juga dapat ditimbulkan karena pengaruh dari dalam perusahaan itu
sendiri maupun dari luar perusahaan (Murtanto, 2002:48). Faktor penyebab
financial distress dalam perusahaan lebih bersifat mikro, faktor-faktor internal
yang menyebabkan financial distress adalah kesulitan arus kas. Kesulitan arus kas ini terjadi ketika penerimaan pendapatan perusahaan dari hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk menutupi beban-beban usaha yang timbul atas aktivitas operasi perusahaan. Kesulitan arus kas juga disebabkan adanya kesalahan manajemen ketika mengelola aliran kas perusahaan untuk pembayaran aktivitas perusahaan yang memperburuk kondisi keuangan perusahaan.
Besarnya jumlah hutang juga merupakan faktor internal yang menyebabkan financial distress. Kebijakan pengambilan hutang perusahaan untuk menutupi biaya yang timbul akibat operasi perusahaan akan menimbulkan kewajiban bagi perusahaan untuk mengembalikan hutang di masa depan. Ketika tagihan jatuh tempo dan perusahaan tidak mempunyai cukup dana untuk
(25)
membayar tagihan-tagihan yang terjadi maka kemungkinan yang dilakukan kreditur adalah mengadakan penyitaan harta perusahaan untuk menutupi kekurangan pembayaran tagihan tersebut.
Selain kesulitan arus kas dan besarnya jumlah hutang faktor lain yang dapat menyebabkan financial distress adalah kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun. Kerugian operasional perusahaan menimbulkan arus kas negatif dalam perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena beban operasional lebih besar dari pendapatan yang diterima perusahaan.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan financial
distress adalah perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh
perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi juga dapat mengakibatkan terjadinya
financial distress. Untuk mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus selalu
menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan bahan baku pada satu pemasok sehingga risiko kekurangan bahan baku dapat diatasi.
Selain kedua hal tersebut faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor tidak melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang. Terlalu banyak piutang yang diberikan debitor dengan jangka waktu
(26)
pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa melakukan perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.
2.1.3 Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan
Informasi tentang prediksi kebangkrutan suatu perusahaan merupakan hal yang positif untuk melihat tanda-tanda awal kabangkrutan bagi perusahaan khususnya. Menurut (Hanafi, 2003:261) informasi prediksi kebangkrutan dapat bermanfaat untuk:
1. Pemberi pinjaman
Informasi kebangkrutan digunakan untuk pengambilan keputusan tentang pemberian pinjaman dan monitoring.
2. Investor
Informasi kebangkrutan digunakan untuk pengambilan keputusan terhadap surat berharga perusahaan.
3. Pihak pemerintah
Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan tindakan awal yang bisa dilakukan terutama terhadap perusahaan BUMN.
4. Akuntan
Informasi kebangkrutan digunakan untuk menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.
(27)
5. Manajemen
Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah-langkah preventif sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari dan atau diminimalisir.
2.1.4 Rasio-Rasio yang Digunakan dalam Menganalisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan tepat (Sofyan, 2010:189). Rasio adalah suatu rumusan secara sistematis dari hubungan atau korelasi antara suatu jumlah dengan jumlah tertentu lainnya. Rasio keuangan atau financial ratio adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Sofyan, 2010:297).
Pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima macam kategori, yaitu :
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Meskipun rasio ini tidak bicara masalah kewajiban jangka panjangnya, dan biasanya relatif tidak penting dibandingkan rasio solvabilitas, tetapi rasio
(28)
likuiditas yang jelek dalam jangka panjang juga akan mempengaruhi solvabilitas perusahaan. Dua rasio likuiditas jangka pendek yang sering digunakan adalah current ratio dan quick ratio.
a. Current Ratio
Current ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus bisnis). Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan current ratio yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan.
b. Quick Ratio
Dari ketiga komponen aktiva lancar (kas, piutang, dan persediaan), persediaan biasanya dianggap merupakan asset yang paling tidak likuid. Hal ini berkaitan dengan semakin panjangnya tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas, yang berarti waktu yang diperlukan untuk menjadi kas semakin lama, dan juga ketidakpastian nilai persediaan.
2. Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana
(29)
kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
Empat rasio aktivitas antara lain: a. Rata-Rata Umur Piutang
Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan untuk melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas). Semakin lama rata-rata piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada piutang. Semakin besar rata-rata umur piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada piutang.
b. Rasio Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun dan ini menandakan efektivitas manajemen persediaan. Sebaliknya, perputaran persediaan yang rendah menandakan tanda-tanda mis-manajemen seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif.
c. Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.
(30)
d. Rasio Perputaran Total Aktiva
Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen mengevaluasi strategi pemasarannya dan pengeluaran modalnya.
3. Rasio Solvabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Rasio yang digunakan adalah rasio hutang. Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan yang tinggi. Penggunaan leverage keuangan yang tinggi akan meningkatkan return on equity dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila penjualan menurun, return on equity akan menurun cepat pula.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu. Ada tiga rasio profitabilitas, yaitu : profit margin, return on total asset (ROA), dan
(31)
a. Profit Margin Ratio
Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterprestasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Profit
margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut.
b. Return On Total Asset (ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi manajemen.
c. Return On Equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
2.1.5 Metode Altman dalam Memprediksi Financial Distress
Kegiatan analisis laporan keuangan suatu perusahaan untuk melakukan prediksi kondisi masa depan bukanlah suatu hal yang mudah. Apalagi perusahaan sangat rentan akan pengaruh ekonomi nasional dan global. Oleh karena itu alat
(32)
prediksi financial distress yang di gunakan pada perusahaan harus mempunyai ketepatan prediksi yang baik dengan memperhatikan karakteristik perusahaan.
Ketepatan prediksi masa depan berlaku selama emiten mempunyai kondisi keuangan yang sama dengan pada saat prediksi dilakukan. Apabila emiten melakukan perbaikan kinerja melalui strategi yang tepat, kemungkinan besar ada ketidaktepatan prediksi. Namun kelemahan apapun yang dihadapi pada kenyataannya prediksi masih selalu di lakukan untuk pengambilan keputusan.
Prediksi kesulitan keuangan salah satunya dikemukakan oleh seorang profesor di New York University bernama Edward Altman yang disebut dengan
Altman Z-Score (1968). Rumus Z-Score ini menggunakan komponen laporan
keuangan sebagai alat prediksi terhadap kemungkinan bangkrut tidaknya perusahaan. Model Altman Z-Score (1968) merupakan salah satu model analisis multivariat yang berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan tingkat ketepatan dan keakuratan yang relatif dapat dipercaya. Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Kelima rasio keuangan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Working Capital to Total Assets
Rasio working capital to total assets termasuk ke dalam rasio likuiditas yang merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio working capital to total assets terdiri dari 2 komponen, yaitu modal kerja dan total aktiva. Modal kerja di peroleh dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Hasil perhitungan
(33)
working capital merupakan nilai keefektifan modal kerja yang digunakan
perusahaan. Apabila nilai yang diperoleh tinggi maka mengindikasikan kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. Sedangkan apabila nilainya rendah maka mengindikasikan adanya kelebihan hutang jangka pendeknya, sehingga akan berpengaruh tidak baik bagi tingkat likuiditas perusahaan.
Sedangkan komponen rasio working capital to total assets yang kedua adalah aktiva. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva adalah potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada perusahaan. Besar kecilnya nilai aktiva sangat menentukan keberlangsungan usaha di masa depan, mengingat potensinya yang berbentuk sumbangan yang diberikan oleh manfaat aktiva tersebut.
Dari dua komponen tersebut perhitungan rasio working capital to total
assets dilakukan. Sedangkan pengertian rasio working capital to total assets
adalah rasio yang mendeteksi kemampuan likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (neto). Jika dikaitkan dengan indikator kebangkrutan, maka dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan seperti indikator ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak, utilitas modal (kekayaan) menurun, penambahan hutang yang tidak terkendali dan beberapa indikator lainya. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio
(34)
2. Retained Earning to Total Assets
Retained earning to total assets adalah rasio profitabilitas yang dapat
mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, yang ditinjau dari kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba di bandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha. Rasio retained earning to total assets terdiri dari 2 komponen, yaitu laba di tahan dan total aktiva. Laba di tahan adalah laba bersih yang di akumulasikan dalam suatu keuntungan setelah dividen di bayarkan. Laba di tahan adalah laba tak di bagi atau surplus yang di peroleh. Rasio retained earning to total assets dapat dihitung dengan rumus :
3. Earning Before Interest And Tax to Total Assets
Rasio earning before interest and tax to total assets juga termasuk ke dalam rasio profitabilitas yang merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio earning before interest and tax
to total assets merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan Working Capital to Total Assets = ������� ������ −������� �����������
�����������
Retained Earnings to Total Assets = �������� ������� ����� ������
(35)
modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang obligasi dan saham. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
4. Market Value Equity to Book Value Of Total Debt
Rasio market value equity to book value of total debt termasuk ke dalam rasio aktivitas yang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio
market value equity to book value of total debt merupakan rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri. Rasio market value equity to book value
of total debt dapat dihitung dengan rumus :
5. Sales to Total Assets
Rasio sales to total assets juga termasuk kedalam rasio aktivitas. Rasio
sales to total assets merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana
perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam
Earning Before Interest and Tax to Total Assets = ���� ���� �������
Market Value Equity to Book Value of Total Debt = ������ ����� ������ ���� ����� ������� ����
(36)
menggunakan aktiva untuk menghasilkan revenue. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus :
Z-Score Altman (1968) ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: (Cheng F. Lee 1984:97)
Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
Keterangan :
Z : Overall Index
X1 : Working Capital to Total Assets (modal kerja dibagi total aktiva)
X2 : Retained Earnings to Total Assets (laba ditahan dibagi total aktiva)
X3 : Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets (laba sebelum
pajak dan bunga dibagi total aktiva)
X4 : Market Value of Equity to Book Value of debt (nilai pasar modal
dibagi dengan nilai buku hutang)
X5 : Sales to Total Assets (penjualan dibagi total aktiva)
Kelima rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisa laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan.
Sales to Total Assets = ����� ����� ������
(37)
Hasil perhitungan nilai Z-Score bisa dijelaskan dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 2.1 Interprestasi Nilai Z-Score
Sumber :Financial Analysis and Planning, (Cheng F. Lee 1984:99)
2.1.6 Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan adalah salah satu teknik statistik yang biasa digunakan pada hubungan dependensi (hubungan antar variabel dimana sudah bisa dibedakan mana variabel respon dan mana variabel penjelas) (Ghozali, 2006 :289). Lebih spesifik lagi, analisis diskriminan digunakan pada kasus dimana variabel respon berupa data kualitatif (misalnya, laki-laki atau perempuan, bangkrut atau tidak bangkrut) dan variabel penjelas berupa data kuantitatif. Analisis diskriminan bertujuan untuk mengklasifikasikan suatu individu atau observasi ke dalam kelompok yang saling bebas dan menyeluruh berdasarkan sejumlah variabel penjelas. Analisis diskriminan mempunyai asumsi bahwa sejumlah variabel penjelas harus berdistribusi normal dan matriks kovarian kedua kelompok harus sama.
Nilai Z-Score INTERPRESTASI
Z > 2,99 Perusahaan tidak mengalami masalah dengan kondisi keuangan
2,7 < Z < 2,99 Perusahaan memiliki sedikit masalah dengan kondisi keuangan (meskipun tidak serius)
1,88 < Z < 2,69 Perusahaan akan mengalami permasalahan keuangan jika tidak melakukan perbaikan yang berarti dalam manajemen maupun struktur keuangan
(38)
Jika dianalogikan dengan regresi linier, maka analisis diskriminan merupakan kebalikannya. Pada regresi linier, variabel respon yang harus mengikuti distribusi normal dan homoskedastis, sedangkan variabel penjelas diasumsikan tetap, artinya variabel penjelas tidak disyaratkan mengikuti sebaran tertentu. Analisis diskriminan, variabel penjelasnya seperti sudah disebutkan di atas harus mengikuti distribusi normal dan homoskedastis, sedangkan variabel responnya tetap.
2.1.7 Penelitian Terdahulu
1. Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi (2003)
Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi telah melakukan penelitian tentang Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah profit margin, rasio likuiditas, rasio efisiensi operasi, rasio profitabilitas, rasio financial leverage, rasio posisi kas, rasio pertumbuhan. Pengujian dalam penelitian dengan menggunakan regresi logit untuk mengetahui kekuatan prediksi rasio keuangan terhadap penentuan financial distress suatu perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :
1. Rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan.
2. Rasio keuangan yang paling dominan dalam menentukan financial distress suatu perusahaan adalah rasio profit margin yaitu laba bersih
(39)
dibagi dengan penjualan (NI/S), rasio financial leverage yaitu hutang lancar dibagi dengan total aktiva (CL/TA), rasio likuiditas yaitu aktiva lancar dibagi dengan hutang lancar (CA/CL), rasio pertumbuhan yaitu rasio pertumbuhan laba bersih dibagi dengan total aktiva (GROWTH NI/TA).
2. Aprilianasari Pudjiono (2009)
Aprilianasari Pudjiono telah melakukan penelitian tentang Prediksi
Corporate Financial Distress yang Terjadi Pada Perusahaan Go Public di
Indonesia dengan Menggunakan Analisis Diskriminan Model altman
(Z-Zcore). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio, quick ratio, working capital to total asset ratio, inventory turnover, working capital turnover, debt to equity ratio, debt ratio, long term debt to equity ratio, net profit margin, return on equity, return on assets, price earning ratio. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang tercatat di BEI periode 2006-2008. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriminan.
Hasil penelitian ini adalah dari 14 rasio keuangan yang diidentifikasi dan dianalisis, terpilih 3 rasio yang paling dominan dalam membedakan perilaku perusahaan yang mengalami financial distress dan
nonfinancial distress yaitu working capital to total assets ratio, long-term debt to equity ratio, dan price earning ratio.
(40)
3. Riesta Devi Kumalasari (2012)
Riesta Devi Kumalasari telah melakukan penelitian tentang Indikasi Financial Distress Berdasarkan Analisis Z-Score Altman Pada Perusahaan Tekstil yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Selama Tahun 2008-2010. Variabel yang digunakan adalah rasio-rasio yang ditetapkan oleh Altman. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan tekstil yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010. Pengujian dalam penelitian dengan menggunakan analisis diskriminan. Penelitian ini memberikan hasil bahwa variabel modal kerja terhadap total aktiva, EBIT terhadap total aktiva, nilai pasar modal terhadap nilai buku hutang, penjualan terhadap total aktiva berpengaruh positif yang signifikan untuk mengetahui indikasi pengelompokan perusahaan yang mengalami
financial distress. Sedangkan variabel laba ditahan berpengaruh negatif
atau berlawanan terhadap penentuan indikasi financial distress perusahaan tekstil. Variabel penjualan terhadap total aktiva merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan untuk mengetahui perusahaan yang mengalami financial distress.
4. Nico Tantra Hartoyo (2014)
Nico Tantra Hartoyo telah melakukan penelitian tentang Prediksi
Financial Distress Menggunakan Analisis Diskriminan Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011. Variabel yang digunakan adalah rasio-rasio yang ditetapkan oleh Altman.
(41)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2011, pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengujian dalam penelitian dengan menggunakan analisis diskriminan. Penelitian ini memberikan hasil bahwa variabel working capital/total assets, retained earning/total
assets, EBIT/total assets, market value equity/book value of total debt, sales/total assets berpengaruh positif yang signifikan terhadap kondisi
perusahaan. Rasio retained earning/total asset merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan dalam model diskriminan.
(42)
Secara ringkas, hasil penelitian terdahulu disajikan dalam tabel 2.2. Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti Judul
Variabel yang Digunakan
Metode Analisis
Hasil yang Diperoleh
Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi (2003) Analisis Rasio KeuanganUntuk Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Profit margin, rasio likuiditas, rasio efisiensi operasi, rasio profitabilitas, rasio financial leverage,
rasio posisi kas, rasio
pertumbuhan
Regresi Logit
Rasio keuangan yang paling dominan dalam menentukan financial
distress suatu
perusahaan adalah rasio profit margin yaitu laba bersih dibagi dengan penjualan (NI/S), rasio
financial leverage yaitu hutang lancar dibagi dengan total aktiva (CL/TA), rasio likuiditas yaitu aktiva lancar dibagi dengan
hutang lancar (CA/CL), rasio
pertumbuhan yaitu rasio pertumbuhan laba bersih dibagi dengan total aktiva (GROWTH NI/TA). Aprilianasari Pudjiono (2009) Prediksi Corporate Financial Distress yang Terjadi Pada Perusahaan Go
Public di
Indonesia dengan Menggunakan Analisis Diskriminan Model altman (Z-Zcore) current ratio, quick ratio, working capital to total asset ratio, inventory turnover,
working capital turnover, debt to equity ratio, debt ratio, long term debt to equity ratio, net profit margin, return on equity, return on assets, price earning ratio
Analisis Diskriminan
Dari 14 rasio keuangan yang diidentifikasi dan dianalisis, terpilih 3 rasio yang paling dominan dalam membedakan perilaku perusahaan yang mengalami financial
distress dan
nonfinancial distress
yaitu working capital
to total assets ratio, long-term debt to equity ratio, dan price earning ratio.
(43)
Nama
Peneliti Judul
Variabel yang Digunakan
Metode Analisis
Hasil yang Diperoleh
Riesta Devi Kumalasari (2012) Indikasi Financial Distress Berdasarkan Analisis Z-Score Almant Pada Perusahaan Tekstil yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Selama Tahun 2008-2010 Working Capital to Total Asset, Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets,
Market Value of Equity to Book Value of debt , Sales to Total Assets
Analisis Diskriminan
Variabel modal kerja terhadap total aktiva, EBIT terhadap total aktiva, nilai pasar modal terhadap nilai buku hutang, penjualan terhadap total aktiva berpengaruh positif yang signifikan untuk mengetahui indikasi pengelompokan
perusahaan yang mengalami financial distress. Sedangkan variabel laba ditahan berpengaruh negatif terhadap penentuan indikasi financial distress. Variabel penjualan terhadap total aktiva merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan untuk mengetahui perusahaan yang mengalami financial distress. Nico Tantra Hartoyo (2014) Prediksi Financial Distress Menggunakan Analisis Diskriminan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011
Working Capital to Total Asset, Retained Earnings to Total Assets, Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets,
Market Value of Equity to Book Value of debt , Sales to Total Assets
Analisis Diskriminan
working capital/total
asset, retained
earning/total asset, EBIT/total asset,
market value
equity/book value of total liabilities, sales/total asset
berpengaruh positif yang signifikan terhadap kondisi perusahaan. Rasio
retained earning/total
asset merupakan
variabel yang paling berpengaruh signifikan
dalam model diskriminan.
(44)
2.2 Kerangka Konseptual
BERBEDA
Working Capital to Total Asset
Sales to Toatal Asset Market Value of Equity to Book Value of Total Debt Earning Before Interest and
Tax to Total Asset Retained Earnings to Total
Assets
Working Capital to Total Asset
Retained Earnings to Total Assets
Earning Before Interest and Tax to Total Asset
Market Value of Equity to Book Value of Total Debt
Sales to Toatal Asset Perusahaan yang mengalami
Financial Distress
Perusahaan yang tidak mengalami Financial Distress
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual I
(45)
Working Capital to Total Asset
Earning Before Interest and
Tax to Total Asset
Retained Earnings to Total Assets
Market Value of Equity
to Book Value of Total Debt
Sales to Total Asset
Financial Distress
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual II
(46)
Dari kerangka konseptual di atas dapat dijelaskan bahwa :
Rasio working capital to total assets menunjukkan potensi cadangan kas yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Semakin besar rasio ini maka semakin baik, karena modal kerja merupakan ukuran keamanan dari kepentingan kreditur jangka pendek dan juga sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Jadi, semakin besar rasio working capital to
total assets menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya sehingga semakin besar kemungkinan perusahaan terhindar dari financial distress. Sebaliknya, semakin kecil rasio working capital
to total assets menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya sehingga semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.
Rasio retained earnings to total assets menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan kata lain, laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk deviden kepada para pemegang saham. Jadi, semakin besar rasio retained earnings to total assets maka semakin besar kemungkinan perusahaan terhindar dari financial distress. Sebaliknya, semakin kecil rasio retained earnings to total assets maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.
Rasio earning before interest and tax to total assets menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum
(47)
pembayaran bunga dan pajak. Jadi, semakin besar rasio earning before interest
and tax to total assets maka semakin besar kemungkinan perusahaan terhindar
dari financial distress. Sebaliknya, semakin kecil rasio earning before interest and
tax to total assets maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.
Rasio market value equity to book value of debt menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal sendiri. Jadi, semakin besar rasio market value equity to book value of debt maka semakin besar kemungkinan perusahaan terhindar dari financial distress. Sebaliknya, semakin kecil rasio market value equity to book value of debt maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.
Rasio sales to total assets menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan, dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva menciptakan penjualan. Rasio perputaran total aktiva yang tinggi menunjukkan semakin efektif perusahaan dalam penggunaan aktivanya untuk menghasilkan penjualan. Semakin efektif perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan diharapkan dapat memberikan keuntungan yang semakin besar bagi perusahaan. Jadi, semakin besar rasio sales to total assets maka semakin besar kemungkinan perusahaan terhindar dari financial distress. Sebaliknya, semakin kecil rasio sales to total assets maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.
(48)
2.3 Hipotesis
Hipotesis yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah :
H1= Rasio-rasio keuangan yang terdiri dari working capital to total assets
(X1), retained earnings to total assets (X2), earning before interest and tax to total assets (X3), market value of equity to book value of debt
(X4), sales to total assets (X5) berpengaruh positif signifikan dalam
membedakan kelompok financial distress dan nonfinancial distress. H2= Variabel working capital to total asset (X1) adalah variabel independen
(49)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari subjek atau objek penelitian (Sanusi, 2011:13). Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008:13). Berdasarkan pendapat tersebut, pada dasarnya penelitian deskriptif kuantitatif adalah jenis penelitian yang menggambarkan secara terperinci dan mendalam mengenai objek penelitian dengan analisis data yang bersifat kuantitatif/statistik untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
3.2 Batasan Operasional
Objek pada penelitian ini hanya terdiri dari perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan dalam penelitian ini menggunakan data laporan keuangan yang dipublikasikan oleh masing-masing perusahaan dari tahun 2011 sampai 2013.
(50)
3.3 Defenisi Operasional
Penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008:59). Pada penelitian ini variabel dependennya adalah kondisi financial distress atau kebangkrutan perusahaan dalam bentuk kategori. Perusahaan yang mengalami financial distress dinyatakan dengan 0 dan perusahaan yang
nonfinancial distress dinyatakan dengan 1.
b. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen pada penelitian ini adalah rasio keuangan yang digunakan dalam persamaan Z-Score Altman (1968) yang dinotasikan dengan X1, X2, X3, X4, X5. Kelima rasio tersebut adalah :
• Working Capital to Total Assets (X1)
Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya.
Working Capital to Total Assets = ������� ������ −������� ����������� ����� ������
(51)
• Retained Earnings to Total Assets (X2)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan.
• Earning Before Interest and Tax to Total Assets (X3)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak.
• Market Value of Equity to Book Value of debt (X4)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri. Nilai pasar modal dibagi dengan nilai buku hutang.
Retained Earnings to Total Assets = �������� ������� ����� ������
Earning Before Interest and Tax to Total Assets = ���� ����� ������
Market Value Equity to Book Value of Total Debt = ������ ����� ������ ���� ����� ������� ����
(52)
• Sales to Total Asset (X5)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan.
Secara ringkas defenisi operasional variabel dan pengukuran variabel disajikan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
No Variabel Penelitian Defenisi Operasional Skala
Pengukuran
1 Financial Distress Perusahaan dikatakan
mengalami financial distress apabila memperoleh nilai
Z-Score < 2,99, sedangkan
perusahaan dikatakan
nonfinancial distress apabila
memperoleh nilai Z-Score > 2,99
Nominal
2 Working Capital to Total Assets
Perbandingan antara modal kerja (aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar) dengan total aktiva.
Rasio
3 Retained Earnings to Total Assets
Perbandingan antara laba ditahan dengan total aktiva
Rasio
4 Earning Before Interest and Tax to Total Assets
Perbandingan laba sebelum pajak dan bunga dengan total aktiva
Rasio
5 Market Value Equity to Book Value of debt
Perbandingan nilai pasar modal dengan nilai buku hutang
Rasio
6 Sales to Total Assets Perbandingan antara penjualan
dengan total aktiva
Rasio
Sumber : Penulis, 2015
Sales to Total Assets = ����� ����� ������
(53)
3.4 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam penulisan skripsi ini adalah dari berbagai sumber buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang mendukung penelitian. Sedangkan untuk sumber data yang akan diolah dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data laporan keuangan auditan perusahaan tahun 2011 sampai 2013 yang telah dipublikasikan di website Bursa Efek Indonesia
Data laporan keuangan tahun 2012 sampai 2013 digunakan sebagai pedoman penentuan apakah suatu perusahaan mengalami financial distress atau tidak. Sedangkan data laporan keuangan tahun 2011 merupakan data yang akan diolah untuk perhitungan rasio keuangan sebagai prediktor dalam satu tahun sebelum terjadinya kondisi financial distress. Hal ini dilakukan karena kondisi
financial distress seharusnya dianalisis sebelum peristiwa financial distress itu
terjadi. Rasio-rasio keuangan tersebut dihitung menggunakan perangkat lunak
Microsoft Excell kemudian di analisis dengan perangkat lunak SPSS.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:115). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah sekitar 37 perusahaan. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
(54)
oleh populasi. Pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive sampling yaitu metode berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu (Sugiyono, 2008:116). Teknik ini ditujukan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan sampel pada penelitian ini adalah :
1. Terdaftar sebagai perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan tahun 2011 sampai 2013 secara berturut-turut.
2. Perusahaan yang mengalami financial distress dengan indikasi memiliki nilai
Z-Score < 2,99 selama 2 tahun berturut-turut.
3. Perusahaan yang nonfinancial distress dengan indikasi memiliki nilai Z-Score > 2,99 selama 2 tahun berturut-turut. Dipilih berpasangan berdasarkan dari industri yang sejenis, laporan keuangan pada tahun yang sama dan besar asset yang mendekati dengan asset yang digunakan untuk perusahaan dalam kategori financial distress.
Berdasarkan metode purposive sampling yang digunakan maka penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 16 perusahaan. Perusahaan yang dikatakan mengalami financial distress sebanyak 8 perusahaan yang dikategorikan “0” dan perusahaan yang nonfinancial distress sebanyak 8 perusahaan yang dikategorikan “1”.
(55)
Perusahaan yang mengalami financial distress berdasarkan kriteria diatas dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Perusahaan yang Termasuk dalam Kondisi Financial Distress
No Kode Nama Perusahaan
1 DVLA PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk 2 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur,Tbk 3 INAF PT. Indofarma (Persero),Tbk
4 LMPI PT. Langgeng Makmur Industri, Tbk 5 PYFA PT. Pyridam Farma, Tbk
6 RMBA PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk 7 SCPI PT. Merck Sharp Dohme Pharma,Tbk 8 STTP PT. Siantar TOP,Tbk
Sumber : Data Hasil Olahan Excel, Lampiran 3
Perusahaan yang nonfinancial distress berdasarkan kriteria diatas dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Perusahaan yang Termasuk dalam Kondisi Nonfinancial Distress
No Kode Nama Perusahaan
1 HMSP PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk 2 INDF PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk 3 KAEF PT. Kimia Farma, Tbk
4 KICI PT. Kedaung Indah Can,Tbk 5 KLBF PT. Kalbe Farma, Tbk 6 MERK PT. Merck, Tbk 7 MYOR PT. Mayora Indah,Tbk
8 SQBB PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia, Tbk
(56)
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian agar dapat diinterprestasikan sehingga laporan yang dihasilkan dapat dipahami. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis diskriminan dengan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution). Analisis diskriminan merupakan bentuk regresi dengan variabel terikat berbentuk non-metrik atau kategori. Analisis diskriminan mempunyai asumsi bahwa data berdistribusi normal dan matrik kovarian kedua kelompok adalah sama (Ghozali, 2006:301). Adapun tahapan analisis yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Statistik Deskriptif
Data yang dikumpulkan dan yang akan diolah dalam penelitian ini dianalisis dengan alat statistik yaitu statistik deskriptif. Pengujian statistik deskriptif menggunakan SPSS untuk memudahkan perolehan data sehingga dapat menjelaskan variabel-variabel yang digunakan. Pengujian statistik deskriptif pada dasarnya memaparkan secara numerik ukuran pemusatan data, mengukur penyebaran suatu data, dan mengukur distribusi suatu data. Penelitian dengan menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata, nilai maksimum, minimum, dan standart deviasi (Trihendradi, 2012:75). Dalam penelitian ini angka-angka tersebut adalah rasio-rasio keuangan dan kondisi perusahaan yang dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu kodisi financial distress (0) dan perusahaan yang nonfinancial distress (1) selama 1 tahun sebelum terjadinya
(57)
b. Uji Asumsi Diskriminan 1. Uji Normalitas
Hasil analisis diskriminan sangat sensitif jika terjadi penyimpangan atas asumsi yang digunakan. Asumsi kenormalan data penting untuk menguji signifikansi variabel bebas dan fungsi diskriminan (Ghozali, 2006:301). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model variabel bebasnya mempunyai distribusi normal atau mendekati distribusi normal. Uji ini dilakukan dengan menggunakan
one-sample kolmogorov-smirnov test. Pengambilan keputusan dilakukan
dengan melihat nilai asymp. Sig (2-tailed) > 0,05. Ketentuan :
a. Asymp. Sig (2 tailed) > 0,05, maka data berdistribusi normal
b. Asymp. Sig (2 tailed) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal
2. Independent Samples T-Test
Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang berhubungan memiliki rata-rata yang berbeda. Uji beda t-test dilakukan dengan standart error dari perbedaan rata-rata dua sampel dalam menilai rata-rata terdistribusi normal (Ghozali, 2005:56).
t = �1−�2 �.�
(58)
Dimana :
μ1 = Rata-rata sampel pertama μ2 = Rata-rata sampel kedua
S.E = Standart Error perbedaan rata-rata kedua sampel
Dari hasil pengujian ini dapat diketahui terdapat tidaknya perbedaan rasio kondisi antara perusahaan yang mengalami financial
distress dengan perusahaan yang tidak mengalami financial distress.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai asymp. Sig
(2-tailed) > 0,05.
Ketentuan :
a. Nilai asymp. Sig (2-tailed) > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan rasio keuangan antara kondisi distress dan nondistress.
b. Nilai asymp. Sig (2-tailed) < 0,05, maka terdapat perbedaan rasio keuangan antara kondisi distress dan nondistress.
3. Uji Homogenitas
Dalam analisis diskriminan, varians dan kovarians matriks dari variabel adalah homogen antar kelompok. Untuk menguji homogenitas digunakan uji Multivariat Box M Test of Homogeneity of
Variance/Covariance dengan ketentuan :
a. Signifikansi > 0,05 maka H0 diterima
(59)
Hipotesis :
H0 = Matrik kovarians antar grup adalah sama
H1 = Matrik kovarians antar grup adalah berbeda
c. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis diuji melalui analisis diskriminan. Analisis diskriminan meliputi pembentukan kombinasi linier dari dua atau lebih variabel independen yang mampu dengan baik dalam membedakan antara dua kelompok tertentu yang telah ditetapkan (Simamora, 2005:144).
Model analisis diskriminan adalah sebagai berikut :
Z = a + b1X1 +b2X2 + b3X3 +b4X4 + b5X5
Keterangan :
Z : Skor Diskriminan b : Koefisien Diskriminan X : Variabel Independen
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan analisis ini adalah sebagai berikut :
1. Test of Equality of Group Means
Test of equality of group means digunakan untuk mengetahui
pengaruh variabel terhadap perbedaan kategori perusahaan. Dalam hal ini digunakan dua statistik uji, yaitu Wilk’s Lambda dan F test. Nilai Wilk’s
(60)
membedakan kelompok. Sebaliknya, nilai Wilk’s Lambda semakin mendekati 1 maka menunjukkan arti bahwa variabel tidak signifikan dalam membedakan kelompok. Untuk uji F dapat digunakan nilai p-value pada kolom signifikannya dimana :
a. Sig. > 0,05, berarti tidak ada perbedaan antara kelompok b. Sig. < 0,05, berarti ada perbedaan antara kelompok
2. Uji Wilk’s Lambda
Uji wilk’s lambda digunakan untuk melihat tingkat signifikansi untuk kedua kelompok. Hasilnya dapat dilihat dari nilai wilk’s lambda atau
Chi-square yang signifikan pada tingkat signifikansi 0,05.
Ketentuan :
a. Signifikansi > 0,05 maka perbedaan kelompok dianggap tidak signifikan
b. Signifikansi ≤ 0,05 maka perbedaan kelompok dianggap signifikan
3. Eigenvalues
Eigenvalues memuat informasi mengenai nilai square canonical correlation (CR2) yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
(61)
4. Uji Variabel Dominan
Variabel dominan dalam memprediksi financial distress di lihat dari nilai standardized canonical discriminant function. Koefisien yang sudah distandardisasi digunakan untuk menilai pentingnya variabel diskriminator secara relatif dalam membentuk fungsi diskriminan. Makin tinggi koefisien yang telah distandardisasi, maka makin penting variabel tersebut terhadap variabel lainnya dan sebaliknya.
5. Menentukan Model Diskriminan
Persamaan model diskriminan digunakan untuk menghasilkan
discriminan score yang berfungsi untuk memprediksi pengklasifikasian
suatu objek (kelompok distress atau nondistress). Model diskriminan dapat di lihat dari nilai canonical discriminant fuction coefficient.
6. Ketepatan Prediksi Analisis Diskriminan
Persentase ketepatan prediksi analisis diskriminan digunakan untuk menganalisis kemampuan model diskriminan dalam memprediksi perusahaan yang berada dalam kondisi financial distress dan nonfinancial
distress. Penggolongan perusahaan kondisi financial distress dan nonfinancial distress diprediksi dengan menggunakan nilai titik cut off.
Nilai titik cut off dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Nilai cut off = ��+��
(62)
Keterangan :
Za dan Zb : Angka centroid untuk kelompok 1 dan kelompok 2 Keputusan :
a. Z-Score ≥ cut off, maka dimasukkan pada kelompok nonfinancial
distress.
b. Z-Score < cut off, maka dimasukkan pada kelompok financial distress.
(63)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Statistik Deskriptif
Populasi yang digunakan sebagai sampel penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Data penelitian diperoleh dari data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia. Mengingat karakteristik populasi yang ada dan tujuan penelitian, maka peneliti menggunakan teknik purposive sampling, yaitu metode berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. Teknik ini ditujukan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Dengan metode purposive sampling yang dilakukan maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 16 perusahaan. Dimana perusahaan yang berada dalam kondisi financial distress berjumlah 8 perusahaan dan perusahaan yang berada dalam kondisi nonfinancial distress berjumlah 8 perusahaan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan analisis diskriminan.
Analisis data dimulai dengan mengolah data menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel. Kemudian, data-data tersebut diolah menggunakan perangkat lunak SPSS untuk memperoleh deskripsi data penelitian dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan pada bab sebelumnya. Pengujian statistik deskriptif pada dasarnya memaparkan secara numerik ukuran pemusatan data, mengukur penyebaran suatu data, dan mengukur distribusi data. Tujuan dari hasil
(64)
uji statistik deskriptif ini adalah untuk melihat kualitas data penelitian yang ditunjukkan dengan angka atau nilai yang terdapat pada mean atau standart deviasinya. Dapat dikatakan apabila mean lebih besar dari pada standart deviasi atau penyimpangan maka kualitas data adalah lebih baik. Nilai statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Minimum Maximum Mean Std.
Deviasi
Working Capital to Total Assets (X1)
-0,14 0,90 0,3669 0,27366
Retained Earning to Total Assets (X2)
0,01 0,78 0,3813 0,22021
Earning Before Interest And Tax to Total Assets (X3)
-0,02 0,56 0,1675 0,17816
Market Value Equity to Book Value Of Debt (X4)
0.01 0,94 0,4225 0,30449
Sales to Total Assets (X5) 0,07 2,73 1,2088 0,61231
Sumber : Data Hasil Olahan SPSS, Lampiran 5
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa variabel working capital to
total assets (X1) memiliki nilai rata-rata 0,3669 lebih besar dari nilai standart deviasi yaitu sebesar 0,27366 yang artinya bahwa penyimpangan datanya kecil
sehingga data tidak tersebar. Nilai minimum dari variabel working capital to total
assets sebesar -0,14 yang terdapat pada PT. Darya Varia Laboratoria. Tbk. Dan
nilai maksimum sebesar 0,90 pada PT. Indofood Sukses Makmur. Tbk.
Variabel retained earning to total assets (X2) memiliki rata-rata 0,3813
lebih besar dari nilai standart deviasi yaitu sebesar 0,22021 yang artinya bahwa penyimpangan datanya kecil sehingga data tidak tersebar. Nilai minimum dari variabel retained earning to total assets sebesar 0,01 yang terdapat pada PT.
(1)
Eigenvalues
Function Eigenvalue % of Variance Cumulative % Canonical Correlation
1 2.226a 100.0 100.0 .831
a. First 1 canonical discriminant functions were used in the analysis.
Wilks' Lambda Test of
Function(s) Wilks' Lambda Chi-square df Sig.
1 .310 14.055 4 .007
Standardized Canonical Discriminant Function
Coefficients Function
1
WC/TA .717
EBIT/TA .272
MVE/TA .355
S/TA .457
Structure Matrix Function
1
WC/TA .704
MVE/TA .528
EBIT/TA .426
(2)
89
Structure Matrix Function
1
WC/TA .704
MVE/TA .528
EBIT/TA .426
S/TA .420
Pooled within-groups correlations between discriminating variables and standardized canonical discriminant functions
Variables ordered by absolute size of correlation within function.
Canonical Discriminant Function Coefficients
Function
1
WC/TA 3.673
EBIT/TA 1.747
MVE/TA 1.432
S/TA .851
(Constant) -3.273
(3)
Functions at Group Centroids Financi
al Distress
Function
1
.00 -1.396
1.00 1.396
Unstandardized canonical discriminant functions evaluated at group means
Classification Processing Summary
Processed 16
Excluded Missing or out-of-range group codes
0
At least one missing discriminating variable
0
Used in Output 16
Prior Probabilities for Groups Financi
al
Distress Prior
Cases Used in Analysis
Unweighted Weighted
.00 .500 8 8.000
1.00 .500 8 8.000
(4)
91
Classification Function Coefficients Financial Distress
.00 1.00
WC/TA 4.691 14.943
EBIT/TA -1.911 2.966
MVE/TA 4.051 8.049
S/TA 3.676 6.050
(Constant) -3.161 -12.298
Fisher's linear discriminant functions
Classification Resultsb,c Financi
al Distress
Predicted Group Membership
Total
.00 1.00
Original Count .00 7 1 8
1.00 1 7 8
% .00 87.5 12.5 100.0
1.00 12.5 87.5 100.0
Cross-validateda Count .00 6 2 8
1.00 2 6 8
% .00 75.0 25.0 100.0
1.00 25.0 75.0 100.0
a. Cross validation is done only for those cases in the analysis. In cross validation, each case is classified by the functions derived from all cases other than that case.
b. 87.5% of original grouped cases correctly classified.
(5)
Casewise Statistics
Case Number
Highest Group Second Highest Group
Discriminant Scores
P(D>d | G=g)
Actual Group Predicted Group p df P(G=g | D=d)
Squared Mahalanobis
Distance to
Centroid Group P(G=g | D=d)
Squared Mahalanobis
Distance to
Centroid Function 1
Original 1 0 0 .053 1 1.000 3.733 1 .000 22.310 -3.328
2 1 1 .523 1 .997 .409 0 .003 11.770 2.035
3 0 1** .184 1 .547 1.764 0 .453 2.141 .068
4 1 1 .429 1 .998 .626 0 .002 12.834 2.187
5 0 0 .391 1 .818 .735 1 .182 3.740 -.538
6 1 1 .865 1 .968 .029 0 .032 6.869 1.225
7 1 1 .233 1 .637 1.425 0 .363 2.552 .202
8 1 1 .954 1 .977 .003 0 .023 7.475 1.338
9 0 0 .636 1 .995 .224 1 .005 10.660 -1.869
10 1 1 .283 1 .999 1.154 0 .001 14.942 2.470
11 1 0** .202 1 .584 1.624 1 .416 2.301 -.121
12 0 0 .526 1 .893 .402 1 .107 4.653 -.761
13 0 0 .938 1 .975 .006 1 .025 7.363 -1.318
14 0 0 .882 1 .970 .022 1 .030 6.984 -1.247
15 0 0 .438 1 .998 .602 1 .002 12.726 -2.172
16 1 1 .664 1 .994 .188 0 .006 10.401 1.829
Cross-validateda 1 0 0 .000 4 1.000 25.662 1 .000 60.208
(6)
93
3 0 1** .737 4 .643 1.994 0 .357 3.174
4 1 1 .173 4 .998 6.377 0 .002 18.506
5 0 1** .000 4 1.000 22.644 0 .000 39.179
6 1 1 .330 4 .925 4.607 0 .075 9.627
7 1 0** .414 4 .636 3.940 1 .364 5.057
8 1 1 .892 4 .965 1.112 0 .035 7.769
9 0 0 .983 4 .993 .398 1 .007 10.197
10 1 1 .210 4 .999 5.860 0 .001 20.437
11 1 0** .688 4 .769 2.261 1 .231 4.666
12 0 0 .653 4 .825 2.452 1 .175 5.558
13 0 0 .584 4 .955 2.847 1 .045 8.938
14 0 0 .198 4 .915 6.021 1 .085 10.780
15 0 0 .803 4 .997 1.631 1 .003 13.343
16 1 1 .094 4 .989 7.925 0 .011 16.920
For the original data, squared Mahalanobis distance is based on canonical functions. For the cross-validated data, squared Mahalanobis distance is based on observations. **. Misclassified case