97
BAB IV PENERAPAN PRINSIP TRANSPARANSI DALAM KEGIATAN
BANCASSURANCE TERKAIT ADANYA PERJANJIAN TERTUTUP
D. Prinsip Transparansi pada Lembaga Keuangan Bank dan Non- Bank
Prinsip-prinsip yang secara resmi digunakan oleh Organization of Corporation and Development OECD, sebagai rujukan internasional dalam
pengelolaan perusahaan yang baik Good Corporate Governance, yakni:
115
1. Transparansi transparancy . Mewajibkan adanya suatu informasi yang
terbuka, tepat waktu serta jelas dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan pengelolaan perusahaan dan kepemilikan perusahaan.
2. Akuntabilitas accountability. Menjelaskan peran dan tanggungjawab serta
mendukung usaha untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham, sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris.
3. Pertanggungjawaban responsibility. Memastikan dipatuhinya peraturan
serta ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial. 4.
Keadilan fairness. Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang sahan minoritas dan para pemegang saham asing
serta menjamin terlaksananya komitmen dengan para investor. Definisi corporate governance menurut OECD yaitu sekumpulan
hubungan antara pihak manajemen perusahaan,board, pemegang saham dan pihak
115
William Whiterell, Corporate Governance: A Basic Foundation for The Global Economy in OECD Observer, 11 September 2000, dikutip dari I Nyoman Tjager. Corporate
Governance : Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta: PT. Prenhallindo, 2003, hlm. 50.
Universitas Sumatera Utara
lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan
pengawasan atas kinerja. Corporate governance yang baik akan memberikan rangsangan bagi board dan manejemen untuk mencapai tujuan yang merupakan
kepentingan perusahaan dan pemegang saham. Dan juga harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber
daya dengan lebih efisien.
116
Transparansi transparency dapat diartikan sebagai keterbukaan, baik dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi
material yang relevan mengenai perusahaan. Dalam mewujudkan transparansi itu sendiri perusahaan harus menyediakan informasi yang cukup, akurat dan tepat
waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Pengurusan dan pengawasan perusahaan asuransi harus dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip efisiensi dan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance selanjutnya disebut GCG. Korporasi-
korporasi di Indonesia baik perusahaan-perusahaan publik maupun terbuka di pasar modal harus mulai melihat GCG bukan sebagai aksesoris belaka, tetapisuatu
sistem nilai dan praktik terbaik best practice yang sangat fundamental bagi peningkatan nilai perusahaan. Termasuk penerapan prinsip-prinsip GCG oleh
pelaku usaha dalam menciptakan persaingan usaha yang sehat, yang mana lebih menitikberatkan dan mengutamakan penerapan prinsip transparansi.
117
116
Iman Sjahputra Tunggal dan Amin Widjaja Tunggal, Membangun Good Corporate Governance Jakarta: Harvarindo, 2002, hlm. 2.
117
Mas Achmad Daniri, Loc Cit., hlm. 9.
Universitas Sumatera Utara
1. Prinsip transparansi pada lembaga keuangan bank
Bagi bank, untuk berkembang dan maju, penerapan tata kelola perusahaan yang baik GCG secara serius dan efektif merupakan tuntutan yang
tidak dapat ditawar lagi. Untuk tujuan penerapan GCG itu, iklim yang kondusif perlu diciptakan dan perlu terus-menerus dipelihara.
Pedoman GCG perbankan Indonesia dinyatakan untuk terciptanya kondisi yang menudukung implementasi GCG yang efektif salah satu tugas yang
menjadi tanggung jawab pemerintah dan otoritas yang terkait dalm hal ini yaitu OJK adalah penerbitan peraturan perundang-undangan yang memungkinkan
dilaksanakannya GCG secara efektif. Selain itu, pemerintah dan OJK harus mampu menjamin dan membuktikan bahwa penegakan hukum law inforcement
dilakukan secara serius.
118
Bagi bank untuk berkembang dan maju, implementasi GCG secara serius dan efektif merupakan tuntutan yang makin tidak dapat ditawar lagi. Untuk tujuan
penerapan GCG itu, iklim yang kondusif perlu diciptakan dan dipelihara. Dimana bank perlu melakukan asessment atau pemetaan terhadap kondisi praktik GCG di
bank tersebut yang dilakukan oleh konsultan independen, sehingga di dapat peta Konsekuensi yang harus dihadapi adalah bahwa setiap perusahaan harus
mampu memperkuat dirinya terhadap berbagai risiko yang dihadapinya dengan cara memperkuat daya saingnya. Hal ini dilakukan untuk dapat mempertahankan
kelangsungan hidup dan perkembangannya suistinable growth.
118
Adrian Sutedi, Good Corporate Governance Selanjutnya disebut Buku II, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, hlm. 93.
Universitas Sumatera Utara
praktik GCG. Dari hasil assesment akan terlihat kesenjangan antara praktik sehari-hari bank dengan standar terbaik GCG.
119
a. Bank wajib menyediakan informasi tertulis dalam bahasa Indonesia secara
lengkap dan jelas mengenai karakteristik setiap produk bank. Terlepas dari setuju atau tidak setuju, prinsip transparansi pada
perbankan sebagai bagian dari GCG perlu dilakukan. Penerapan, penilaian dan pengawasan GCG perlu didukung dan dijalankan bersama untuk memperoleh
hasil yang baik dan efektif agar tidak ala kadarnya saja. Implementasi GCG harus tetap dijalankan secara konsisten dan konsekuen mengikuti tata aturan yang
berlaku. Terlebih karena GCG adalah cerminan tanggung jawab kepada
stakeholder-nya, maka sasaran-sasaran public disclosures serta penyempurnaan berbagai kebijakan bank perlu dilakukan. Tujuannnya adalah agar masyarakat
menerima informasi-informasi yang seharusnya mereka peroleh untuk bekal pengambilan keputusan yang intinya adalah keputusan untuk percaya atau tidak
percaya kepada bank yang bersangkutan. Dimana ketentuan-ketentuan dan syarat- syarat dalam penerapan prinsip transparansi dalam lembaga keuangan bank dapat
dinyatakan sebagai berikut yang tertuang dalam Peraturan BI NO: 76PBI2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi
Nasabah , yaitu tertuang dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 8 yakni:
b. Informasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, wajib disampaikan kepada
nasabah secara tertulis dan atau lisan.
119
Mohamad Fajri, “Penilaian GCG Perbankan 2006”, Harian Suara Karya,. Kamis 16 Maret 2006.
Universitas Sumatera Utara
c. Dalam memberikan informasi sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b,
bank dilarang memberikan informasi yang menyesatkan mislead dan atau tidak etis misconduct.
d. Informasi mengenai karakteristik Produk Bank sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, b dan c sekurang-kurangnya meliputi: 1
Nama produk bank. 2
Jenis produk bank. 3
Manfaat dan risiko yang melekat pada produk bank. 4
Persyaratan dan tata cara penggunaan produk bank. 5
Biaya-biaya yang melekat pada produk bank. 6
Perhitungan bunga atau bagi hasil dan margin keuntungan. 7
Jangka waktu berlakunya produk bank. 8
Penerbit issueroriginator produk bank. e.
Dalam hal produk bank terkait dengan penghimpunan dana, bank wajib memberikan informasi mengenai program penjaminan terhadap produk
bank tersebut. f.
Bank wajib memberitahukan kepada nasabah setiap perubahan, penambahan, dan atau pengurangan pada karakteristik produk bank
sebagaimana dimaksud dalam huruf d dan e. g.
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada huruf wajib disampaikan kepada setiap nasabah yang sedang memanfaatkan produk bank paling
lambat 7 tujuh hari kerja sebelum berlakunya perubahan, penambahan dan atau pengurangan pada karakteristik produk bank tersebut.
Universitas Sumatera Utara
h. Bank dilarang mencantumkan informasi dan atau keterangan mengenai
karakteristik produk bank yang letak dan atau bentuknya sulit terlihat dan atau tidak dapat dibaca secara jelas dan atau yang pengungkapannya sulit
dimengerti. i.
Bank wajib menyediakan layanan informasi karakteristik produk nank yang dapat diperoleh secara mudah oleh masyarakat.
j. Penyediaan layanan informasi mengenai produk bank sebagaimana
dimaksud pada huruf i, wajib memenuhi ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf h.
Sehubungan dengan hal tersebut, informasi-informasi dan fakta material yang disampaikan bank kepada masyarakat harus transparan dan benar-benar
sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Kebenaran informasi ini sangat penting bagi masyarakat, oleh karena sering kali masyarakat dalam menentukan
dan memilih bank didasarkan informasi mengenai bank yang bersangkuta. Informasi ini bukan hanya informasi yang disampaiakna oleh bank yang
bersangkutan saja, tetapi informasi lain yang bersumber pada media informasi dan otoritas moneter, termasuk dari pemerintah.
120
2. Prinsip transparansi pada lembaga keuangan non- bank
Pemerintah mengemban tanggung jawab menciptakan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia termasuk memberikan perlindungan atas berbagai resiko yang
dihadapi oleh masyarakat dalam kehidupan mereka. Sifat jasa asuransi yang memberikan perlindungan risiko bagi masyarakat melalui pengumpulan dana dari
120
Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia Bogor: Ghalia Indonesia, 2006, hlm. 14
Universitas Sumatera Utara
masyarakat memberikan kewajiban kepada pemerintah untuk memastikan bahwa dana yang dikumpulkan dari masyarakat akan tetap tersedia untuk membiayai
setiap klaim yang timbul. Oleh karena itu, pemerintah mengemban peranan yang penting dalam mengawasi tingkat kesehatan industri asuransi nasional terutama
perusahaan asuransi yang melakukan kerjasama bancassurance dengan pihak bank.
Setiap perusahaan yang ingin memperoleh tingkat kesehatan usaha yang baik, perasuransian haruslah didukung antara lain oleh kekuatan keuangan yang
kokoh , sumber daya yang memiliki kemampuan teknis yang baik, infrastruktur operasi usaha yang mendukung, strategi bisnis yang tepat, praktik bisnis dan
persaingan yang sehat dan tidak kalah pentingnya adalah iklim usaha dan pertumbuhan perekonomian nasional yang berkelanjutan yang akan membuka
kesempatan berkembang pada pelaku usaha perasuransian dan pengawasan usaha yang lebih baik dan efektif. Dalam mencapai tujuan tersebut, beberapa hal dasar
yang penting dan utama untuk terlebih dahulu diperhatikan adalah aspek-aspek kompetensi manejemen dan kualitas sumber daya manusia SDM, aspek
permodalan, aspek standar sistem operasi, aspek pengawasan dan infrastruktur serta aspek hukum.
121
Sistem tata kelola organisasi perusahaan yang baik ini menuntut dibangunnyadan dijalankannya prinsip-prinsip tata kelola perusahaan GCG
dalam proses manajerial perusahaan. Dengan mengenal prinsip-prinsip yang berlaku secara universal ini diharapkan perusahaan dapat hidup secara
121
Junaedy Gaeny, Op Cit., hlm. 306.
Universitas Sumatera Utara
berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi para stakeholder-nya. Sejak diperkenalkan oleh OECD, prinsip-prinsip corporate governance berikut ini telah
dijadikan acuan oleh negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut disusun seuniversal mungkin sehingga dapat berlaku bagi semua negara
atau perusahaan dan diselaraskan dengan sistem hukum, aturan atau tata nilai yang berlaku di negara masing-masing. Penerapan tata kelola perusahaan yang
baik atau GCG bertujuan untuk:
122
a. mengoptimalkan nilai perusahaan perasuransian bagi pemangku
kepentingan khususnya pemegang polis,tertanggung, peserta, danatau pihak yang berhak memperoleh manfaat;
b. meningkatkan pengelolaan perusahaan perasuransiansecara profesional,
efektif, dan efisien; c.
meningkatkan kepatuhan organ perusahaan perasuransian dan Dewan Pengawas serta jajarandi bawahnya agar dalam membuat keputusan dan
menjalankan tindakan dilandasi pada etika yang tinggi, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan kesadaran atas tanggung jawab sosial
perusahaan perasuransian terhadap pemangku kepentingan maupun kelestarian lingkungan;
d. mewujudkan perusahaan perasuransian yang lebih sehat, dapat diandalkan,
amanah, dan kompetitif; dan e.
meningkatkan kontribusi perusahaan perasuransian dalam perekonomian nasional;
122
Pasal 3 Peraturan OJK No. 2POJK.052014 tentang Tata Kelola Perusahaan yang Baik Bagi Perusahaan Perasuransian.
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan prinsip transparansi atau keterbukaan dilakukan dengan informasi harus diungkapkan secara tepat waktu dan akurat. Informasi yang
diungkapkan antara lain keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Audit yang dilakukan atas informasi dilakukan secara
independen. Keterbukaan dilakukan agar pemegang saham dan orang lain mengetahui keadaan perusahaan yaitu dengan perusahaan asuransi melakukan hal
sebagai berikut yaitu:
123
a. pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris;
b. pelaksanaan tugas satuan kerja dan komite yang menjalankan fungsi
pengendalian internal perusahaan perasuransian; c.
penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal dan auditor eksternal; d.
penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian internal; e.
penerapan kebijakan remunerasi; f.
rencana strategis perusahaan perasuransian; g.
transparansi kondisi keuangan dan non keuangan perusahaan perasuransian;
B. Penerapan Prinsip Transparansi Dalam Kegiatan Bancassurance Terkait Adanya Perjanjian Tertutup.