Lets Harvest Old But Gold

BAB VIII Lets Harvest

Kondisi Sungai Deli saat ini bisa dibilang dalam tingkat yang memprihatinkan. Berbagai masalah muncul dari sungai itu sendiri, baik dari segi kebersihan, estetika, maupun kualitas ruangnya. Untuk itu, sebuah proyek revitalisasi muka sungai diprakarsai oleh Pemerintah Kota Medan. Proyek besar ini mengangkat tema riverfront architecture, sesuai dengan tujuan Pemko Medan, yaitu menata ulang sisi bantaran sepanjang Sungai Deli. Tiap-tiap segmen dari Sungai Deli memiliki masalahnya sendiri yang khas. Segmen dari Sungai Deli yang perancang peroleh yaitu pada kawasan Komplek Istana Maimun. Di samping permasalahan tepi sungai yang tidak tertata, Komplek Istana Maimun sendiri memiliki masalah yang cukup pelik. Dimulai dari kondisi Istana Maimun yang tidak terawat, sampai kawasan permukiman di belakang Istana Maimun yang tidak tertata. Tema khusus yang dimandatkan kepada perancang yaitu Urban Heritage Tourism, yaitu perancang harus merancang kembali Komplek Istana Maimun menjadi sebuah lokasi pariwisata bersejarah yang mampu menarik turis dan meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata. Untuk mengatasi permasalahan permukiman di belakang Istana Maimun, perancang merancang sebuah apartemen untuk merelokasi penghuni permukiman tersebut. Apartemen ini juga akan dijual untuk umum. Total unit hunian dari apartemen yang akan dibangun berjumlah 286 unit hunian, yang terdiri dari 21 unit tipe studio, 168 unit tipe 2 79 Universitas Sumatera Utara kamar dan 76 unit tipe 3 kamar. Selain apartemen, perancang juga merancang sebuah hotel butik. Hotel butik memang kini kian diminati turis, sehingga pembangunan hotel butik ini akan efektif menarik turis asing yang berkunjung ke Kota Medan. Hotel butik ini berjumlah 100 kamar, yang terdiri dari 72 kamar Standard, 12 kamar Deluxe, 12 kamar Executive dan 4 kamar Suite. Merevitalisasi Istana Maimun menjadi sebuah lokasi pariwisata yang lebih baik membuat perancang mengangkat Old But Gold sebagai tema dalam rancangannya. Old mewakili Komplek Istana Maimun yang sudah tua dan Gold menunjukkan nilai kenyamanan sebagaimana kenyamanan merupakan poin fundamental dalam merancang sebuah hotel dan apartemen. Untuk mendapatkan kenyamanan yang dimaksud, perancang memilih untuk menggunakan pendekatan arsitektur tropis sebagai acuan rancangannya yang akan menghasilkan bangunan yang nyaman bagi penggunanya di tengah iklim tropis Kota Medan. Perancang memanfaatkan arah mata angin dalam membuat bentukan massa bangunannya, di mana bangunan berbentuk persegi panjang dan melintang dari barat ke timur. Orientasi seperti ini akan meminimalisir panas matahari yang diserap oleh bangunan. Perancang juga membuat massa bangunan seolah-olah terbelah dengan membuat rongga yang membujur dari utara ke selatan pada beberapa bagian bangunan. Rongga-rongga ini berfungsi untuk menurunkan temperatur bangunan dengan cara cross-ventilation dari udara yang melewati rongga-rongga ini. Untuk memaksimalkan perlindungan terhadap cuaca panas pada daerah tropis, perancang juga menempatkan vertical garden pada sisi barat dan timur bangunan. Vertical garden ini akan meningkatkan kualitas udara di sekitarnya. Universitas Sumatera Utara Untuk rancangan luar bangunan, tepatnya bagian muka sungai, perancang ingin merancang sebuah ruang terbuka publik sebagai sebuah area rekreasi. Penempatan kios- kios pada bagian samping bangunan hotel dan apartemen akan menjadikan area tersebut sebagai kawasan hangout yang menarik baik bagi turis maupun warga Kota Medan. Selain itu, perancang juga merancang sebuah amphitheater pada bagian belakang. Amphitheater ini akan menjadi tempat untuk pertunjukan kesenian Melayu, sehingga adat Melayu semakin dikenal, bukan hanya bagi turis, tetapi juga warga Kota Medan sendiri. Universitas Sumatera Utara EPILOG AND THE TREES KEEP ON GROWING Merancang sebuah proyek riverfront architecture bukan pekerjaan yang mudah. Terlebih jika lokasi proyek tersebut memiliki bangunan yang memiliki peran yang sangat kuat, dalam proyek ini yaitu Istana Maimun. Memilih tema yang akan diterapkan menjadi tahap yang fundamental karena perancang harus memiliki visi misi yang selaras serta kuat dari tema tersebut. Dalam proyek ini, perancang merasa kurang berhasil dalam meneguhkan pandangannya mengenai Gold dalam rancangan ini di hadapan para penguji. Perancang berpikiran bahwa apapun pendapat dari para penguji, tetap tidak akan mampu mewakili pendapat dari pihak owner, yaitu perwakilan dari Yayasan Sultan Mamoen Al Rasyid dan Twin Rivers Development selaku investor. Akan tetapi, proyek ini hanyalah sebuah proyek fiktif sebagai tugas dari mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 6, sehingga presentasi kepada owner dan investor tidak memungkinkan. Perancang bersyukur dibimbing oleh pembimbing dan arsitek profesional yang berwawasan luas serta mau membagikan ilmu mereka. Kegiatan Studio Perancangan Arsitektur 6 telah berakhir, namun perancang masih belum merasa puas dengan rancangannya. Hal ini karena masih banyaknya kekurangan yang ditemui dalam rancangan ini. Namun, tidak dipungkiri, merancang proyek ini merupakan sebuah pekerjaan yang menyenangkan. 82 Universitas Sumatera Utara

BAB II LESSONS FROM THE PAST