THE SEEDS Old But Gold

BAB IV THE SEEDS

Telah perancang singgung pada bab Lessons From The Past, bahwa perancang memilih Old but Gold sebagai judul proyek perancang. Melanjutkan pertanyaan sebelumnya yaitu bagaimana supaya rancangan perancang bisa membuat Istana Maimun menjadi sebuah tempat yang bisa dibanggakan dalam sektor pariwisata, sebuah tempat yang orang-orang ingin mengunjunginya? Pendekatan arsitektural seperti apa yang harus perancang gunakan supaya bisa menjawab keinginan perancang tersebut? Perancang menilik kembali tujuan utama dari proyek ini, yaitu membangun hotel butik dan apartemen. Poin penting dari kedua fungsi bangunan ini adalah kenyamanan yang diberikan kepada pengguna. Namun, kenyamanan yang diberikan bukan melalui fasilitas- fasilitas yang ditawarkan oleh hotel, karena jika demikian, hotel butik yang akan perancang rancang tidak berbeda dengan hotel pada umumnya. Hal ini tentu akan bertolak belakang pada teori yang perancang bahas pada bab sebelumnya, bahwa hotel butik harus memberikan kesan unik kepada turis. Karena Indonesia berada di lokasi iklim tropis, perancang memilih pendekatan arsitektur tropis sebagai pedoman dalam merancang proyek ini. Melalui penerapan arsitektur tropis, dampak-dampak yang timbul dari iklim tropis akan teratasi, sehingga menghasilkan kenyamanan yang unik bagi pengguna, yang pada akhirnya akan membuat para turis ingin mengunjungi dan betah untuk menginap di lokasi ini. 20 Universitas Sumatera Utara Bromberek 2009 dalam bukunya yang berjudul Eco-Resorts: Planning and Design for the Tropics, menuturkan bahwa bangunan pada tempat beriklim tropis dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban, selain itu harus diperhatikan juga dampak dari angin dan curah hujan. Menurut Bay dan Ong 2006 dalam buku berjudul Tropical Sustainable Architecture, titik tolak dari arsitektur tropis adalah iklim. Hal termudah yang dapat dieksplorasi dalam rancangan arsitektur tropis adalah adanya daerah terbuka dan semi terbuka, beranda dan balkon. Sayangnya, kebanyakan bangunan di daerah tropis saat ini merupakan pengaruh dari negara beriklim sedang, contohnya Amerika Serikat - di bawah pengaruh International Style. Untuk memperjelas persepsi perancang mengenai arsitektur tropis, perancang mencoba mencari contoh bangunan yang menerapkan pendekatan arsitektur tropis, yaitu The Met, yang dirancang oleh WOHA, dan terletak di Bangkok, Thailand Gambar 4.1. Gambar 4.1 The Met, Bangkok, Thailand Sumber: www.indesignlive.sg Gedung bertingkat tinggi umumnya mengadopsi model bangunan dari negara beriklim sedang, misalnya Amerika Serikat. Hal ini mengakibatkan apartemen umumnya terlihat padat, terisolasi dari bagian luar bangunan dan tanpa teritisan. Bangunan dibuat seolah- olah menjadi sebuah cangkang pelindung bagi penghuni dari cuaca yang ekstrim. Universitas Sumatera Utara Seharusnya, desain untuk daerah tropis mengambil sisi positif dari iklim tropis. Bangunan harus mengakomodasi gaya hidup baik di dalam maupun di luar bangunan. Konsep dasar dari proyek ini adalah untuk menciptakan gaya hidup yang lebih baik untuk kehidupan untuk tengah kota di daerah tropis. Bentuk bangunan dibuat seolah-olah terpisah sehingga memungkinkan cahaya untuk masuk dan angin untuk melewati bangunan itu cross ventilation, Gambar 4.2. Rongga di antara tower dihubungkan oleh taman yang memiliki pemandangan ke arah kolam renang dan taman di lantai bawah Gambar 4.3. Gambar 4.2 Rongga pemisah bangunan yang memungkinkan cross ventilation Sumber: www.dexigner.com, foto oleh: Kirsten Bucher Gambar 4.3 Pemandangan ke arah kolam renang dari rongga di antara tower Sumber: www.archdaily.com, foto oleh: Patrick Bingham-Hall Universitas Sumatera Utara Tanaman-tanaman yang ditanam pada muka bangunan, balkon dan jembatan penghubung memberikan kesan sejuk yang natural di tengah Kota Bangkok Gambar 4.4 dan Gambar 4.5. Gambar 4.4 Tumbuh-tumbuhan yang ditanam pada muka bangunan Sumber: www.archdaily.com, foto oleh: Patrick Bingham-Hall Gambar 4.5 Tumbuh-tumbuhan yang ditanam di balkon Sumber: www.dexigner.com, foto oleh: Kirsten Bucher Desain ini merupakan solusi yang inovatif untuk mengatasi permasalahan kepadatan penduduk pada kota-kota tropis di Asia dan menawarkan model baru untuk perumahan tropis di daerah padat penduduk. Konsep dari penghawaan alami, bukaan yang menghubungkan luar dan dalam bangunan serta bangunan yang memiliki banyak penghijauan menjadi alternatif yang baik daripada bangunan yang tertutup oleh kaca yang berdiri di daerah tropis. Desain bangunan ini menggunakan banyak desain arsitektural Universitas Sumatera Utara pasif untuk mengurangi pemakaian energi dan membuat lingkungan yang lebih baik. Overhang pada bangunan ini melindungi seluruh bagian luar bangunan dari panas terik matahari Gambar 4.6. Terdapat tumbuh-tumbuhan di bagian timur dan barat bangunan. Hal ini membantu menyejukkan bangunan sembari meningkatkan kualitas udara melalui fotosintesis tumbuh-tumbuhan. Cross ventilation tersedia pada semua unit apartemen, sehingga penggunaan AC hanya sebagai pilihan, bukan sebuah kebutuhan. Taman dan kolam di lantai dasar menjadi area rekreasi yang menyejukkan dan juga untuk menampung air hujan. Gambar 4.6 Overhang balkon melindungi bangunan dari terik matahari Sumber: www.archdaily.com, foto oleh: Patrick Bingham-Hall Dari studi banding proyek yang menggunakan pendekatan arsitektural yang sama, perancang memiliki ide untuk mengembangkan konsep dasar untuk proyek pada tugas ini. Universitas Sumatera Utara Melihat peta garis dari kondisi eksisting Komplek Istana Maimun, banyak sekali probabilitas atau alternatif konsep rancangan yang bisa diterapkan karena ukuran lahan yang terbilang cukup luas. Namun, tetap ada beberapa faktor krusial yang mempengaruhi keputusan rancangan yang akan diterapkan. Sisi negatif dan positif dari tiap alternatif dipertimbangkan hingga menghasilkan konsep dasar yang perancang pakai dalam rancangan proyek ini. Konsep dasar dari rancangan perancang bisa dilihat pada Gambar 4.7. Gambar 4.7 Konsep dasar penzoningan Pada Gambar 4.7, terlihat sebuah garis putus-putus yang membujur dari utara ke selatan yang membagi Komplek Istana Maimun menjadi 2 bagian, depan dan belakang. Pada bagian depan merupakan daerah publik yang terdiri dari area penghijauan dan area parkir pengunjung. Sedangkan pada bagian belakang merupakan bagian privat di mana bangunan baru akan dibangun dan area terbuka yang menghubungkan ketiga bangunan Istana Maimun, Apartemen, dan Hotel. Dengan pembagian seperti ini, akan lebih mudah dalam pengontrolan sisi keamanan di dalam komplek ini. Penempatan area Universitas Sumatera Utara terbuka di bagian belakang juga akan menjawab tantangan dalam rancangan arsitektur tepi sungai. Area terbuka ini akan menjadi area relaksasi dan rekreasi di pinggir sungai. Selain itu, area ini akan menjadi area pertemuan antara pengunjung Istana Maimun, turis yang menginap di hotel dan penghuni apartemen, sehingga turis-turis bisa merasakan keramahan penduduk sekitar, atau bahkan bertukar pengalaman dengan sesama turis. Penempatan posisi bangunan apartemen di bagian utara dan hotel di bagian selatan didasari oleh kalkulasi luas lahan yang akan terpakai untuk masing-masing bangunan. Pada Bab 3, The Needs, hasil kalkulasi menunjukkan bahwa bangunan apartemen ternyata membutuhkan luas lahan yang lebih besar dibanding bangunan hotel. Oleh karena itu, perancang menempatkan bangunan apartemen di bagian utara lahan yang memiliki luasan yang lebih besar dan bangunan hotel di bagian selatan lahan. Konsep aksesibilitas dan pencapaian kendaraan terbagi menjadi 3 bagian. Pada bagian depan, dengan harapan menjaga orisinalitas gerbang Komplek Istana Maimun, hanya ditujukan untuk akses bagi pengunjung Istana Maimun, Sultan, dan tamu-tamu istimewa. Sehingga tidak ada penambahan pintu masuk di bagian depan komplek. Sementara akses masuk untuk hotel dan apartemen melalui jalan sekunder di samping komplek. Akses melalui jalan sekunder ini juga dimaksudkan agar sirkulasi kendaraan di dalam lahan tidak terlalu banyak, sehingga lahan bisa dimanfaatkan untuk penghijauan. Bentuk massa bangunan yang akan perancang gunakan dalam rancangan ini mengacu pada studi banding yang telah perancang telaah pada bagian sebelumnya, yaitu bangunan The Met. Memperkecil bidang bangunan yang menghadap timur dan barat agar bidang yang terkena paparan terik matahari juga semakin kecil serta memanfaatkan sisi utara dan selatan untuk cross ventilation Gambar 4.8. Pemanfaatan cross ventilation ini dapat Universitas Sumatera Utara menekan penggunaan energi, salah satunya yaitu koridor bangunan tidak perlu lagi menggunakan AC serta pencahayaan buatan pada siang hari. Gambar 4.8 Konsep bentukan massa bangunan Secara 3 dimensi, bentuk massa bangunan rancangan perancang bisa diilustrasikan seperti gambar berikut Gamber 4.9. Gambar 4.9 Bentuk 3 dimensi konsep massa bangunan dan konsep fasad bangunan Celah angin pada sisi utara dan selatan bangunan ditutupi dengan kisi-kisi untuk memberi perasaan privasi kepada pengguna bangunan dan untuk sisi estetika. Balkon-balkon diletakkan di sisi utara dan selatan supaya pengguna dapat menikmati hembusan angin sembari menikmati pemandangan Istana Maimun dan Sugai Deli. Pada bagian balkon Universitas Sumatera Utara juga diletakkan tanaman-tanaman kecil yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas udara dan memberi kesan asri pada bangunan. Dalam rancangan ini, perancang berencana untuk menerapkan sistem penampungan air hujan, jika di luar negeri, lebih dikenal dengan istilah rain harvesting. Sebenarnya, kegiatan menampung air hujan ini, lumrah dilakukan oleh penduduk di pedesaan dengan menggunakan ember atau baskom besar. Namun, hal ini sudah ditinggalkan oleh penduduk di daerah perkotaan. Mungkin hal ini disebabkan oleh padatnya aktivitas di pusat kota, sehingga orang-orang tidak begitu peduli lagi dengan hal sepele ini. Dengan penampungan air hujan ini, prediksi perancang, mampu mengurangi volume air yang mengalir ke Sungai Deli, sehingga setidaknya bisa mengurangi dampak luapan air sungai ketika hujan. Air hujan yang ditampung ini kemudian akan dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, kloset, urinoir. Jika disaring lebih jauh, air hujan ini layak dipakai untuk mandi dan kolam renang. Dengan penggunaan penampungan air hujan, semakin jelas juga bahwa pemakaian air bersih dari PDAM akan berkurang drastis dan dapat menekan biaya operasional. Konsep rain harvest secara sederhana dapat dilihat melalui gambar di bawah Gambar 4.10. Gambar 4.10 Konsep rain harvest secara sederhana Sumber: bp.blogspot.com Universitas Sumatera Utara Air hujan yang berasal dari atap akan disaring terlebih dahulu sehingga debu-debu maupun partikel kotor tidak memasuki saluran. Selain dari atap, air hujan juga akan dialirkan dari balkon-balkon bangunan. Selanjutnya, air akan dialirkan ke dalam tangki penampungan. Dari tangki penampungan, air kemudian disaring dan dialirkan ke tangki air utama yang kemudian bisa dipakai oleh pengguna melalui kran air, kloset, shower, dan kolam renang. Ukuran tangki penampungan air hujan ini juga bervariasi, mulai dari 600 galon 2,3kilo liter, sampai 50.000 galon 189kilo liter Gambar 4.11. Gambar 4.11 Contoh instalasi tangki penampungan air hujan bawah tanah Sumber: www.rainharvest.com Konsep sistem struktur yang perancang terapkan di dalam rancangan ini adalah sistem struktur 2 arah atau Frame Structure. Sistem struktur ini terdiri dari kolom sebagai elemen struktur vertikal serta balok dua arah dan pelat lantai sebagai elemen struktur horisontal. Selain menggunakan balok dan kolom sebagai kerangka bangunan, digunakan juga core berupa dinding geser yang terbuat dari beton. Penggunaan core dapat meningkatkan rigiditas bangunan, terutama pada bangunan tinggi, seperti pada rancangan proyek ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.12 Konsep sistem struktur bangunan Sistem pondasi yang menurut perancang cocok untuk bangunan dalam rancangan proyek ini adalah pondasi tiang pancang bore pile Gambar 4.13. Jenis pondasi ini cocok karena bangunan yang dirancang cukup tinggi, sehingga membutuhkan gaya gesek tambahan untuk menopang bangunan. Selain itu, kondisi tanah di pinggir sungai memiliki kadar air yang cukup tinggi, sehingga mengharuskan pemakaian jenis pondasi dalam. Gambar 4.13 Bore pile Sumber: bp.blogspot.com Universitas Sumatera Utara Setelah menggali berbagai macam konsep-konsep yang akan digunakan di dalam rancangan perancang, saatnya perancang menerapkan konsep-konsep tersebut ke dalam rancangan. Blok massa bangunan dapat dilihat pada gambar di bawah Gambar 4.14 Gambar 4.14 Rancangan konseptual blok massa dan ruang luar Sesuai dengan konsep penzoningan pada bagian sebelumnya, bangunan apartemen diposisikan di bagian utara lahan. Akses keluar-masuk apartemen menggunakan jalan sekunder di samping site supaya gerbang keluar-masuk lebih dekat ke bangunan apartemen. Bangunan apartemen dibagi menjadi 2 massa karena penyesuaian besaran luas lantai yang dibutuhkan, tinggi maksimal bangunan dengan konsep pendekatan arsitektur tropis, di mana massa bangunan harus ramping pada sisi timur dan barat untuk meminimalisir paparan panas matahari. Kedua massa bangunan apartemen dipisahkan oleh innercourt dan kolam renang yang merupakan fasilitas dari apartemen itu sendiri. Pintu masuk utama apartemen diposisikan hanya pada salah satu bangunan apartemen, Universitas Sumatera Utara agar lebih mudah dalam mengontrol keamanan apartemen. Pada bagian timur dari apartemen juga dibuat sebuah jogging track yang bisa dinikmati baik oleh penghuni apartemen dan publik. Di sekitaran jogging track ditanami oleh pohon-pohon yang akan memberikan kesan rindang sekaligus menambah paru-paru kota. Bangunan hotel terletak di bagian selatan lahan dengan akses masuk dari jalan sekunder juga. Berbeda dengan bangunan apartemen yang membutuhkan 2 massa, bangunan hotel hanya membutuhkan 1 massa saja. Bentukan massa untuk hotel juga mengikuti konsep bentukan massa apartemen yang berbentuk ramping dan memanjang. Pada bagian timur dari bangunan hotel merupakan tempat parkir kendaraan, mulai dari roda 2 sampai bus pariwisata. Imbas dari pembuatan tempat parkir yang luas ini berdampak pada lokasi para pedagang yang berdagang di daerah itu sekarang, mulai dari penjual suvenir sampai kedai kopi. Tentu saja para pedagang tersebut tidak bisa dihilangkan begitu saja. Para pedagang tersebut akan perancang relokasi ke open space di bagian belakang Istana Maimun, sehingga daerah di belakang istana menjadi sebuah street cafe, di mana para pengunjung bisa menikmati suasana di belakang Istana Maimun sembari menikmati makanan atau minuman mereka. Tiap-tiap bangunan di dalam komplek ini terhubung oleh selasar, sehingga pengunjung bisa berjalan dengan nyaman meskipun dalam cuaca panas maupun hujan. Pada bagian belakang lahan, dibuat sebuah amphitheatre yang menghadap ke arah sungai. Amphitheatre ini akan menjadi lokasi untuk pertunjukan-pertunjukan, baik pertunjukan musik Melayu atau pertunjukan drama sejarah kerajaan Deli atau pertunjukan lainnya. Adanya pertunjukan-pertunjukan ini akan memperkenalkan sejarah dan budaya kita Universitas Sumatera Utara kepada turis-turis asing. Namun, ada sedikit kendala dalam merancang amphitheatre ini, yaitu berkenaan kepada ketinggian minimal lahan terhadap sungai. Seperti yang kita ketahui bahwa setiap beberapa tahun sekali, atau bahkan kini hampir setiap tahun, Kota Medan mengalami banjir yang cukup parah, sehingga harus diantisipasi ketinggian air sungai yang meluap agar jangan sampai mengakibatkan ada sebagian lahan yang terendam air banjir. Awalnya, perancang ingin membuat amphitheatre ini agak menurun dari ketinggian lahan normal, tetapi karena masalah ketinggian yang telah perancang paparkan tadi, amphitheatre ini dibuat menjadi lebih tinggi. Dengan peninggian amphitheatre ini, perancang menempatkan kios-kios dan kedai-kedai di bawah amphitheatre, sehingga bisa menghemat tempat yang bisa dimanfaatkan menjadi street cafe. Gambar 4.15 Konsep riverwalk, aphitheatre, kedai dan street cafe Pengunjung juga bisa menikmati keindahan Istana Maimun dan keasrian taman di belakang istana dari bagian paling atas dari amphitheatre. Pada bagian depan amphitheatre bisa menjadi tempat orang-orang menikmati keindahan sungai, jika memang Sungai Deli telah bersih nantinya. Rancangan seperti ini sesuai dengan ide awal perancang, yaitu merancang tepi Sungai Deli menjadi sebuat tempat publik di mana orang-orang bisa melepas kepenatan dengan menikmati pemandangan Sungai Deli. Ridwan Kamil, dalam seminarnya pada acara TEDx Jakarta, mengatakan bahwa masa Universitas Sumatera Utara depan peradaban ada di kota, sehingga sekaranglah saatnya untuk merancang sebuah kota yang baik, yang tidak membuat penduduknya stress, salah satunya yaitu dengan merancang ruang publik. Saat ini, ruang publik di Kota Medan tergolong sedikit, warga Kota Medan lebih banyak berekreasi di mall-mall, bukan di taman-taman atau ruang publik yang kenyataanya lebih efektif dalam menghilangkan stress atau kepenatan. Ruang publik ini juga akan membuat pengunjung bisa saling berinteraksi, bersosialisasi dengan sesama. Hal ini bisa mencegah penurunan kemampuan bersosialisasi generasi berikutnya akibat kemajuan teknologi, salah satunya media sosial. Di mana pada saat sekarang, bisa dilihat bahwa kebanyakan orang telah larut dalam euforia kehadiran media sosial, menghabiskan kebanyakan waktunya di media sosial daripada hubungan sosial secara fisik. Dengan merancang sebuah ruang publik di belakang Istana Maimun, perancang berharap bisa membantu menciptakan masyarakat Kota Medan yang produktif, peka terhadap sekitar dan tidak stress. Gambar 4.16 Penzoningan vertikal bangunan Pembagian zona di dalam bangunan terlebih dahulu dilakukan secara vertikal Gambar 4.16, karena pembagian seperti ini lebih gampang dalam menentukan batasan daerah Universitas Sumatera Utara yang dapat dijangkau oleh publik atau hanya oleh orang-orang tertentu saja. Pada bangunan hotel, lantai dasar dan lantai 2 merupakan daerah fasilitas umum hotel, dalam artian bahwa fasilitas ini bisa diakses oleh pengunjung meskipun tidak menginap di hotel. Fasilitas pada kedua lantai ini meliputi coffeshop, restoran, meeting room, ballroom, dan retail-retail. Pada lantai 3 merupakan daerah yang berisi fasilitas hotel yang hanya bisa dinikmati oleh pengunjung yang menginap di hotel. Fasilitas ini terdiri dari kolam renang, spa, massage, dan gym. Sedangkan untuk lantai-lantai di atasnya berisi kamar-kamar hotel. Untuk bangunan apartemen, pada lantai dasar berisi fasilitas apartemen. Beberapa fasiltias hanya bisa diakses oleh penghuni apartemen, yang terdiri dari kolam renang, gym, laundry, taman bermain anak-anak dan cafe. Pembatasan akses ini dilakukan dengan pintu sekuriti otomatis. Fasilitas apartemen yang bisa diakses oleh publik terdiri dari lounge, convenience store, dan food court. Pada lantai 2 dan selanjutnya berisi unit hunian yang hanya bisa diakses oleh penghuni apartemen dan jika ada tamu yang hendak berkunjung harus terlebih dahulu melapor ke resepsionis. Dengan cara ini, keprivasian dan keamanan penghuni bisa dikontrol dengan baik. Universitas Sumatera Utara

BAB V THE TWIGS