Old But Gold

(1)

84

Lampiran 1 Tabel luas ruangan bangunan hotel

Total luas bangunan hotel = 11.581.7m2 Keterangan:

SBT = Sistem Bangunan Tinggi NAD = Neufert Architect's Data AJM = A J Metric

ASU = Asumsi SUR = Survei

Lantai Ruang Zona Kapasitas Koefisien Luas (m2) Sumber

Basement

Linen +

Laundry Privat 16 5 82,5 SBT

Main Storage Privat 82,5 1 82,5 ASU

ME staff +

CCTV Privat 20 4,5 88 SBT

Generator Privat 82,5 1 82,5 SBT

Driver's Lounge Publik 48 1 48 ASU

Toilet Publik 20 1 20 NAD

Lantai 1

Resepsionis Publik 8 1.2 10 NAD

Lounge Publik 88 2 176 NAD

Bell-boy

Counter Publik 4 1.5 6 ASU

Back Office Privat 42 4,5 187 NAD

Piano Bar and

Lounge Publik 85 1.5 127,5 ASU

Coffeeshop Publik 500 1.5 750 NAD

Toilet umum Publik 55 1 55 NAD

Loading Dock Semi-publik 1 20 20 ASU

Lantai 2

Restaurant Publik 108 1.5 162 NAD

Meeting Room Semi-publik 30 4 120 SBT

Pre-function

hall publik 110 1 110 SBT

Ballroom Publik 500 1.5 750 SBT

Dapur Privat 64.5 1 64,5 SBT

Gudang Privat 20 1 20 SBT

Toilet Publik 88 1 88 NAD

Lantai 3

Spa & Massage Semi-privat 60 2 132 ASU

Gym Semi-privat 60 2 132 NAD

Kolam renang

+ Bar Semi-privat 150 5 750 AJM

Loker + Kamar

mandi Semi-privat 64 2,5 162 ASU

Lantai 4 - 11

Kamar

Standard Privat 2

30m2/kamar

x 72 kamar 2160 SUR

Kamar Deluxe Privat 2 60m

2 /kamar

x 12 kamar 720 SUR Kamar

Executive Privat 2

92m2/kamar

x 12 kamar 1104 SUR Kamar Suite privat 4 175m

2 /kamar

x 4 kamar 700 SUR + Sirkulasi 30% 2672

Total 11.581,7


(2)

Lampiran 2 Tabel luas ruangan bangunan apartemen

Lantai Ruang Zona Kapasitas Koefisien Luas (m2) Sumber

Lantai 1 Resepsionis Publik 10 1,2 12 NAD

Lounge Publik 112,5 2 225 NAD

Meeting room Semi-publik 50 2 100 NAD

Managing

Office Privat 26 4,5 120 NAD

Toilet umum Publik 45 1 45 NAD

Convenience

store Publik 180 1 180 ASU

Mailbox room Privat 90 1 90 ASU

Laundry Privat 20 2 40 NAD

Beauty Shop Privat 40 1 40 ASU

Children

Playground Privat 80 1 80 ASU

Kolam renang Privat 75 4 300 AJM

Cafe Privat 77 1,3 100 NAD

Gym Privat 105 2 210 NAD

Loker + Shower

+ Jacuzzi Privat 108 2,5 270 ASU

Foodcourt Publik 485 1,3 630 NAD

Generator Semi-publik 80 1 80 ASU

Lantai

2-12 Tipe Studio Privat 1-2

53m2/unit x

42 unit 2.226 NAD Tipe 2 kamar Privat 3-4 74m

2 /unit x

168 unit 12.432 NAD Tipe 3 kamar privat 5-6 106m

2 /unit x

76 unit 8.056 NAD + Sirkulasi 30% 7.348

Total 31.471 Total luas bangunan apartemen = 31.360m2

Keterangan:

NAD = Neufert Architect's Data AJM = A J Metric


(3)

86

Lampiran 3 Portofolio


(4)

(5)

88


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anhar, Lucienne. 2001. The Definition of Boutique Hotels, (Online),

(http://www.hospitalitynet.org/news/4010409.html, diakses 18 April 2014)

Bay, Joo-Hwa dan Ong, Boon-Lay. 2006. Tropical Sustainable Architecture. Burlington: Elsevier

Bromberek, Zbigniew. 2009. Eco-resorts: Planning And Design For The Tropics. Burlington: Elsevier

Sinar, Luckman Tengku. 1991. Sejarah Medan Tempo Doeloe. Medan: s.n. National Heritage Board. 2013. Singapore River Trail, (Online),

(http://www.nhb.gov.sg/NHBPortal/Trails/SingaporeRiver/SingaporeRiver-Overview, diakses 10 April 2014)

Archdaily. 2009. The Met/ WOHA, (Online), (http://www.archdaily.com/?p=40378, diakses 20 April 2014)

Archdaily. 2010. Hôtel-Musée Premières nations / LEMAYMICHAUD Architecture Design, (Online), (http://www.archdaily.com/?p=51436, diakses 8 April 2014)


(7)

BAB III

THE NEEDS

Dalam merancang sebuah bangunan, perlu adanya perhitungan mengenai seberapa besar sebuah bangunan yang akan dibangun supaya bangunan yang dibangun dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Namun, ukuran sebuah bangunan tetap ada batas maksimalnya, dan hal itu dibatasi oleh peraturan yang ada, misalnya KDB (Koefisien Dasar Bangunan), GSB (Garis Sempadan Bangunan), dan tinggi maksimal bangunan yang boleh dibangun dalam kota, yang dalam hali ini perancang merujuk pada KKOP (Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan).

Berdasarkan data yang diperoleh kelompok perancang, ditemukan bahwa luas lahan yang dimandatkan kepada kelompok perancang adalah 2hektar. Jika dikalikan dengan ketentuan KDB (Koefisien Dasar Bangunan) sebesar 40%, maka luas lahan yang dapat dibangun adalah seluas 8.000 m2. Ketinggian maksimal bangunan yang disepakati kelompok perancang dan pembimbing adalah 45m, sekitar 11 lantai, yang diambil dari KKOP (Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan) Lanud Suwondo (ex. Bandara Polonia Medan). Memang, KKOP terbaru dari Lanud Suwondo masih belum diperbaharui oleh Pemko Medan, sehingga kelompok perancang masih menggunakan KKOP Bandara Polonia yang sebenarnya tidak berlaku lagi.

Dari data yang diperoleh kelompok dari website Pemko Medan, jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2010 adalah sebanyak 2,09 juta jiwa. Dengan asumsi pertumbuhan penduduk sebesar 20% tiap tahunnya, pada tahun 2020, penduduk Kota Medan akan

16

Universitas Sumatera Utara


(8)

mencapai angka 2,4 juta jiwa (Tabel 3.1). Jika diasumsikan 1 keluarga terdiri dari 4 orang, maka jumlah keluarga pada tahun 2020 adalah sebanyak 597.830 keluarga.

Tabel 3.1 Kalkulasi pertumbuhan penduduk Kota Medan Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

2010 2.097.610

2011 2.117.224

2012 2.122.804

2013 2.154.646

2014 2.186.965

2015 2.219.770

2016 2.253.066

2017 2.286.862

2018 2.321.165

2019 2.355.983

2020 2.391.322

Berdasarkan data yang diperoleh kelompok perancang dari website Pemko Medan juga, jumlah rumah di Kota Medan pada tahun 2010 berjumlah 501.712 unit. Jika pertumbuhan jumlah rumah di Kota Medan sebesar 1% tiap tahunnya, pada tahun 2020, rumah di Kota Medan akan berjumlah 572.058 unit (Tabel 3.2). Maka, pada tahun 2020, bisa diprediksikan bahwa Kota Medan akan mengalami defisit rumah tinggal sebanyak 26.000 unit.


(9)

18

Tabel 3.2 Kalkulasi pertumbuhan rumah di Kota Medan Tahun Rumah (unit)

2010 501.712

2011 507.732

2012 513.825

2013 519.991

2014 526.231

2014 532.545

2015 538.936

2016 545.403

2017 551.941

2018 558.571

2019 565.274

2020 572.058

Dari 26.000 keluarga, perancang berasumsi bahwa hanya 10% yang berkehendak untuk tinggal di apartemen, yaitu sekitar 2.600 keluarga. Selanjutnya, kelompok perancang memutuskan untuk memenuhi 10% dari 2.600 keluarga tersebut, sehingga jumlah unit apartemen yang akan perancang bangun adalah sekitar 260 unit. Dari 260 unit hunian apartemen tersebut, sebanyak 33 unit merupakan bagian dari keluarga kesultanan, sehingga unit hunian yang dijual untuk publik adalah sebanyak 227 unit. Unit hunian yang akan dibangun terdiri dari 3 tipe, yaitu tipe studio, tipe 2 kamar tidur dan tipe 3 kamar tidur (Tabel 3.3). Perhitungan jumlah tiap unit hunian menggunakan keluarga kesultanan sebagai sampel dalam memperoleh koefisien.

Tabel 3.3 Jumlah unit hunian tiap tipe

Tipe unit Unit untuk keluarga

kesultanan Unit untuk publik

3 kamar tidur 12 unit 79 unit

2 kamar tidur 17 unit 120 unit

studio 4 unit 28 unit

Total 33 unit 227 unit


(10)

Taraf hotel butik yang akan dibangun ditentukan oleh kelompok perancang dengan cara survei di lingkungan sekitar Komplek Istana Maimun. Dari hasil pengamatan kelompok perancang, penduduk yang tinggal di sekitar dan di dalam Komplek Istana Maimun merupakan penduduk dengan tingkat ekonomi menengah. Dari hasil itu, kelompok perancang sepakat untuk menetapkan bahwa hotel butik yang akan dirancang bertaraf 4-bintang.

Berdasarkan hasil survei kelompok perancang, diperoleh bahwa hotel yang berbintang-4 di Kota Medan sebanyak 11 hotel. Jumlah kamar rata-rata dari 11 hotel tersebut adalah 117 kamar. Berdasarkan data yang diperoleh perancang dari BPS (Badan Pusat Statistik), tingkat okupansi hotel tiap tahunnya bisa dilihat pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Tingkat okupansi hotel tiap tahun Tahun Tingkat okupansi tiap tahun

2010 42,81%

2011 42,85%

2012 42,86%

2013 44,01%

Dari data di atas, diperoleh rata-rata tingkat okupansi yaitu 43,13% atau sekitar 51 kamar dari 117 kamar. Untuk mengatasi lonjakan pengunjung hotel pada musim liburan, maka jumlah kamar hotel butik yang akan dibangun adalah sebanyak 100 kamar. Dari 100 kamar tersebut, dibagi menjadi 4 jenis kamar, yaitu kamar Standard sebanyak 60 kamar, Deluxe sebanyak 24 kamar, Executive sebanyak 12 kamar dan Suite sebanyak 4 kamar.


(11)

BAB IV

THE SEEDS

Telah perancang singgung pada bab Lessons From The Past, bahwa perancang memilih Old but Gold sebagai judul proyek perancang. Melanjutkan pertanyaan sebelumnya yaitu bagaimana supaya rancangan perancang bisa membuat Istana Maimun menjadi sebuah tempat yang bisa dibanggakan dalam sektor pariwisata, sebuah tempat yang orang-orang ingin mengunjunginya? Pendekatan arsitektural seperti apa yang harus perancang gunakan supaya bisa menjawab keinginan perancang tersebut?

Perancang menilik kembali tujuan utama dari proyek ini, yaitu membangun hotel butik dan apartemen. Poin penting dari kedua fungsi bangunan ini adalah kenyamanan yang diberikan kepada pengguna. Namun, kenyamanan yang diberikan bukan melalui fasilitas-fasilitas yang ditawarkan oleh hotel, karena jika demikian, hotel butik yang akan perancang rancang tidak berbeda dengan hotel pada umumnya. Hal ini tentu akan bertolak belakang pada teori yang perancang bahas pada bab sebelumnya, bahwa hotel butik harus memberikan kesan unik kepada turis. Karena Indonesia berada di lokasi iklim tropis, perancang memilih pendekatan arsitektur tropis sebagai pedoman dalam merancang proyek ini. Melalui penerapan arsitektur tropis, dampak-dampak yang timbul dari iklim tropis akan teratasi, sehingga menghasilkan kenyamanan yang unik bagi pengguna, yang pada akhirnya akan membuat para turis ingin mengunjungi dan betah untuk menginap di lokasi ini.

20

Universitas Sumatera Utara


(12)

Bromberek (2009) dalam bukunya yang berjudul Eco-Resorts: Planning and Design for the Tropics, menuturkan bahwa bangunan pada tempat beriklim tropis dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban, selain itu harus diperhatikan juga dampak dari angin dan curah hujan. Menurut Bay dan Ong (2006) dalam buku berjudul Tropical Sustainable Architecture, titik tolak dari arsitektur tropis adalah iklim. Hal termudah yang dapat dieksplorasi dalam rancangan arsitektur tropis adalah adanya daerah terbuka dan semi terbuka, beranda dan balkon. Sayangnya, kebanyakan bangunan di daerah tropis saat ini merupakan pengaruh dari negara beriklim sedang, contohnya Amerika Serikat - di bawah pengaruh International Style.

Untuk memperjelas persepsi perancang mengenai arsitektur tropis, perancang mencoba mencari contoh bangunan yang menerapkan pendekatan arsitektur tropis, yaitu The Met, yang dirancang oleh WOHA, dan terletak di Bangkok, Thailand (Gambar 4.1).

Gambar 4.1 The Met, Bangkok, Thailand (Sumber: www.indesignlive.sg)

Gedung bertingkat tinggi umumnya mengadopsi model bangunan dari negara beriklim sedang, misalnya Amerika Serikat. Hal ini mengakibatkan apartemen umumnya terlihat padat, terisolasi dari bagian luar bangunan dan tanpa teritisan. Bangunan dibuat seolah-olah menjadi sebuah cangkang pelindung bagi penghuni dari cuaca yang ekstrim.


(13)

22

Seharusnya, desain untuk daerah tropis mengambil sisi positif dari iklim tropis. Bangunan harus mengakomodasi gaya hidup baik di dalam maupun di luar bangunan. Konsep dasar dari proyek ini adalah untuk menciptakan gaya hidup yang lebih baik untuk kehidupan untuk tengah kota di daerah tropis. Bentuk bangunan dibuat seolah-olah terpisah sehingga memungkinkan cahaya untuk masuk dan angin untuk melewati bangunan itu (cross ventilation, Gambar 4.2). Rongga di antara tower dihubungkan oleh taman yang memiliki pemandangan ke arah kolam renang dan taman di lantai bawah (Gambar 4.3).

Gambar 4.2 Rongga pemisah bangunan yang memungkinkan cross ventilation (Sumber: www.dexigner.com,foto oleh: Kirsten Bucher)

Gambar 4.3 Pemandangan ke arah kolam renang dari rongga di antara tower (Sumber: www.archdaily.com,foto oleh: Patrick Bingham-Hall)


(14)

Tanaman-tanaman yang ditanam pada muka bangunan, balkon dan jembatan penghubung memberikan kesan sejuk yang natural di tengah Kota Bangkok (Gambar 4.4 dan Gambar 4.5).

Gambar 4.4 Tumbuh-tumbuhan yang ditanam pada muka bangunan (Sumber: www.archdaily.com,foto oleh: Patrick Bingham-Hall)

Gambar 4.5 Tumbuh-tumbuhan yang ditanam di balkon (Sumber: www.dexigner.com, foto oleh: Kirsten Bucher)

Desain ini merupakan solusi yang inovatif untuk mengatasi permasalahan kepadatan penduduk pada kota-kota tropis di Asia dan menawarkan model baru untuk perumahan tropis di daerah padat penduduk. Konsep dari penghawaan alami, bukaan yang menghubungkan luar dan dalam bangunan serta bangunan yang memiliki banyak penghijauan menjadi alternatif yang baik daripada bangunan yang tertutup oleh kaca yang berdiri di daerah tropis. Desain bangunan ini menggunakan banyak desain arsitektural


(15)

24

pasif untuk mengurangi pemakaian energi dan membuat lingkungan yang lebih baik. Overhang pada bangunan ini melindungi seluruh bagian luar bangunan dari panas terik matahari (Gambar 4.6). Terdapat tumbuh-tumbuhan di bagian timur dan barat bangunan. Hal ini membantu menyejukkan bangunan sembari meningkatkan kualitas udara melalui fotosintesis tumbuh-tumbuhan. Cross ventilation tersedia pada semua unit apartemen, sehingga penggunaan AC hanya sebagai pilihan, bukan sebuah kebutuhan. Taman dan kolam di lantai dasar menjadi area rekreasi yang menyejukkan dan juga untuk menampung air hujan.

Gambar 4.6 Overhang balkon melindungi bangunan dari terik matahari (Sumber: www.archdaily.com,foto oleh: Patrick Bingham-Hall)

Dari studi banding proyek yang menggunakan pendekatan arsitektural yang sama, perancang memiliki ide untuk mengembangkan konsep dasar untuk proyek pada tugas ini.


(16)

Melihat peta garis dari kondisi eksisting Komplek Istana Maimun, banyak sekali probabilitas atau alternatif konsep rancangan yang bisa diterapkan karena ukuran lahan yang terbilang cukup luas. Namun, tetap ada beberapa faktor krusial yang mempengaruhi keputusan rancangan yang akan diterapkan. Sisi negatif dan positif dari tiap alternatif dipertimbangkan hingga menghasilkan konsep dasar yang perancang pakai dalam rancangan proyek ini. Konsep dasar dari rancangan perancang bisa dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Konsep dasar penzoningan

Pada Gambar 4.7, terlihat sebuah garis putus-putus yang membujur dari utara ke selatan yang membagi Komplek Istana Maimun menjadi 2 bagian, depan dan belakang. Pada bagian depan merupakan daerah publik yang terdiri dari area penghijauan dan area parkir pengunjung. Sedangkan pada bagian belakang merupakan bagian privat di mana bangunan baru akan dibangun dan area terbuka yang menghubungkan ketiga bangunan (Istana Maimun, Apartemen, dan Hotel). Dengan pembagian seperti ini, akan lebih mudah dalam pengontrolan sisi keamanan di dalam komplek ini. Penempatan area


(17)

26

terbuka di bagian belakang juga akan menjawab tantangan dalam rancangan arsitektur tepi sungai. Area terbuka ini akan menjadi area relaksasi dan rekreasi di pinggir sungai. Selain itu, area ini akan menjadi area pertemuan antara pengunjung Istana Maimun, turis yang menginap di hotel dan penghuni apartemen, sehingga turis-turis bisa merasakan keramahan penduduk sekitar, atau bahkan bertukar pengalaman dengan sesama turis. Penempatan posisi bangunan apartemen di bagian utara dan hotel di bagian selatan didasari oleh kalkulasi luas lahan yang akan terpakai untuk masing-masing bangunan. Pada Bab 3, The Needs, hasil kalkulasi menunjukkan bahwa bangunan apartemen ternyata membutuhkan luas lahan yang lebih besar dibanding bangunan hotel. Oleh karena itu, perancang menempatkan bangunan apartemen di bagian utara lahan yang memiliki luasan yang lebih besar dan bangunan hotel di bagian selatan lahan.

Konsep aksesibilitas dan pencapaian kendaraan terbagi menjadi 3 bagian. Pada bagian depan, dengan harapan menjaga orisinalitas gerbang Komplek Istana Maimun, hanya ditujukan untuk akses bagi pengunjung Istana Maimun, Sultan, dan tamu-tamu istimewa. Sehingga tidak ada penambahan pintu masuk di bagian depan komplek. Sementara akses masuk untuk hotel dan apartemen melalui jalan sekunder di samping komplek. Akses melalui jalan sekunder ini juga dimaksudkan agar sirkulasi kendaraan di dalam lahan tidak terlalu banyak, sehingga lahan bisa dimanfaatkan untuk penghijauan.

Bentuk massa bangunan yang akan perancang gunakan dalam rancangan ini mengacu pada studi banding yang telah perancang telaah pada bagian sebelumnya, yaitu bangunan The Met. Memperkecil bidang bangunan yang menghadap timur dan barat agar bidang yang terkena paparan terik matahari juga semakin kecil serta memanfaatkan sisi utara dan selatan untuk cross ventilation (Gambar 4.8). Pemanfaatan cross ventilation ini dapat


(18)

menekan penggunaan energi, salah satunya yaitu koridor bangunan tidak perlu lagi menggunakan AC serta pencahayaan buatan pada siang hari.

Gambar 4.8 Konsep bentukan massa bangunan

Secara 3 dimensi, bentuk massa bangunan rancangan perancang bisa diilustrasikan seperti gambar berikut (Gamber 4.9).

Gambar 4.9 Bentuk 3 dimensi konsep massa bangunan dan konsep fasad bangunan

Celah angin pada sisi utara dan selatan bangunan ditutupi dengan kisi-kisi untuk memberi perasaan privasi kepada pengguna bangunan dan untuk sisi estetika. Balkon-balkon diletakkan di sisi utara dan selatan supaya pengguna dapat menikmati hembusan angin sembari menikmati pemandangan Istana Maimun dan Sugai Deli. Pada bagian balkon


(19)

28

juga diletakkan tanaman-tanaman kecil yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas udara dan memberi kesan asri pada bangunan.

Dalam rancangan ini, perancang berencana untuk menerapkan sistem penampungan air hujan, jika di luar negeri, lebih dikenal dengan istilah rain harvesting. Sebenarnya, kegiatan menampung air hujan ini, lumrah dilakukan oleh penduduk di pedesaan dengan menggunakan ember atau baskom besar. Namun, hal ini sudah ditinggalkan oleh penduduk di daerah perkotaan. Mungkin hal ini disebabkan oleh padatnya aktivitas di pusat kota, sehingga orang-orang tidak begitu peduli lagi dengan hal sepele ini. Dengan penampungan air hujan ini, prediksi perancang, mampu mengurangi volume air yang mengalir ke Sungai Deli, sehingga setidaknya bisa mengurangi dampak luapan air sungai ketika hujan. Air hujan yang ditampung ini kemudian akan dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, kloset, urinoir. Jika disaring lebih jauh, air hujan ini layak dipakai untuk mandi dan kolam renang. Dengan penggunaan penampungan air hujan, semakin jelas juga bahwa pemakaian air bersih dari PDAM akan berkurang drastis dan dapat menekan biaya operasional. Konsep rain harvest secara sederhana dapat dilihat melalui gambar di bawah (Gambar 4.10).

Gambar 4.10 Konsep rain harvest secara sederhana (Sumber: bp.blogspot.com)


(20)

Air hujan yang berasal dari atap akan disaring terlebih dahulu sehingga debu-debu maupun partikel kotor tidak memasuki saluran. Selain dari atap, air hujan juga akan dialirkan dari balkon-balkon bangunan. Selanjutnya, air akan dialirkan ke dalam tangki penampungan. Dari tangki penampungan, air kemudian disaring dan dialirkan ke tangki air utama yang kemudian bisa dipakai oleh pengguna melalui kran air, kloset, shower, dan kolam renang. Ukuran tangki penampungan air hujan ini juga bervariasi, mulai dari 600 galon (2,3kilo liter), sampai 50.000 galon (189kilo liter) (Gambar 4.11).

Gambar 4.11 Contoh instalasi tangki penampungan air hujan bawah tanah (Sumber: www.rainharvest.com)

Konsep sistem struktur yang perancang terapkan di dalam rancangan ini adalah sistem struktur 2 arah atau Frame Structure. Sistem struktur ini terdiri dari kolom sebagai elemen struktur vertikal serta balok dua arah dan pelat lantai sebagai elemen struktur horisontal. Selain menggunakan balok dan kolom sebagai kerangka bangunan, digunakan juga core berupa dinding geser yang terbuat dari beton. Penggunaan core dapat meningkatkan rigiditas bangunan, terutama pada bangunan tinggi, seperti pada rancangan proyek ini.


(21)

30

Gambar 4.12 Konsep sistem struktur bangunan

Sistem pondasi yang menurut perancang cocok untuk bangunan dalam rancangan proyek ini adalah pondasi tiang pancang bore pile (Gambar 4.13). Jenis pondasi ini cocok karena bangunan yang dirancang cukup tinggi, sehingga membutuhkan gaya gesek tambahan untuk menopang bangunan. Selain itu, kondisi tanah di pinggir sungai memiliki kadar air yang cukup tinggi, sehingga mengharuskan pemakaian jenis pondasi dalam.

Gambar 4.13 Bore pile (Sumber: bp.blogspot.com)


(22)

Setelah menggali berbagai macam konsep-konsep yang akan digunakan di dalam rancangan perancang, saatnya perancang menerapkan konsep-konsep tersebut ke dalam rancangan. Blok massa bangunan dapat dilihat pada gambar di bawah (Gambar 4.14)

Gambar 4.14 Rancangan konseptual blok massa dan ruang luar

Sesuai dengan konsep penzoningan pada bagian sebelumnya, bangunan apartemen diposisikan di bagian utara lahan. Akses keluar-masuk apartemen menggunakan jalan sekunder di samping site supaya gerbang keluar-masuk lebih dekat ke bangunan apartemen. Bangunan apartemen dibagi menjadi 2 massa karena penyesuaian besaran luas lantai yang dibutuhkan, tinggi maksimal bangunan dengan konsep pendekatan arsitektur tropis, di mana massa bangunan harus ramping pada sisi timur dan barat untuk meminimalisir paparan panas matahari. Kedua massa bangunan apartemen dipisahkan oleh innercourt dan kolam renang yang merupakan fasilitas dari apartemen itu sendiri. Pintu masuk utama apartemen diposisikan hanya pada salah satu bangunan apartemen,


(23)

32

agar lebih mudah dalam mengontrol keamanan apartemen. Pada bagian timur dari apartemen juga dibuat sebuah jogging track yang bisa dinikmati baik oleh penghuni apartemen dan publik. Di sekitaran jogging track ditanami oleh pohon-pohon yang akan memberikan kesan rindang sekaligus menambah paru-paru kota.

Bangunan hotel terletak di bagian selatan lahan dengan akses masuk dari jalan sekunder juga. Berbeda dengan bangunan apartemen yang membutuhkan 2 massa, bangunan hotel hanya membutuhkan 1 massa saja. Bentukan massa untuk hotel juga mengikuti konsep bentukan massa apartemen yang berbentuk ramping dan memanjang.

Pada bagian timur dari bangunan hotel merupakan tempat parkir kendaraan, mulai dari roda 2 sampai bus pariwisata. Imbas dari pembuatan tempat parkir yang luas ini berdampak pada lokasi para pedagang yang berdagang di daerah itu sekarang, mulai dari penjual suvenir sampai kedai kopi. Tentu saja para pedagang tersebut tidak bisa "dihilangkan" begitu saja. Para pedagang tersebut akan perancang relokasi ke open space di bagian belakang Istana Maimun, sehingga daerah di belakang istana menjadi sebuah street cafe, di mana para pengunjung bisa menikmati suasana di belakang Istana Maimun sembari menikmati makanan atau minuman mereka. Tiap-tiap bangunan di dalam komplek ini terhubung oleh selasar, sehingga pengunjung bisa berjalan dengan nyaman meskipun dalam cuaca panas maupun hujan.

Pada bagian belakang lahan, dibuat sebuah amphitheatre yang menghadap ke arah sungai. Amphitheatre ini akan menjadi lokasi untuk pertunjukan-pertunjukan, baik pertunjukan musik Melayu atau pertunjukan drama sejarah kerajaan Deli atau pertunjukan lainnya. Adanya pertunjukan-pertunjukan ini akan memperkenalkan sejarah dan budaya kita


(24)

kepada turis-turis asing. Namun, ada sedikit kendala dalam merancang amphitheatre ini, yaitu berkenaan kepada ketinggian minimal lahan terhadap sungai. Seperti yang kita ketahui bahwa setiap beberapa tahun sekali, atau bahkan kini hampir setiap tahun, Kota Medan mengalami banjir yang cukup parah, sehingga harus diantisipasi ketinggian air sungai yang meluap agar jangan sampai mengakibatkan ada sebagian lahan yang terendam air banjir. Awalnya, perancang ingin membuat amphitheatre ini agak menurun dari ketinggian lahan normal, tetapi karena masalah ketinggian yang telah perancang paparkan tadi, amphitheatre ini dibuat menjadi lebih tinggi. Dengan peninggian amphitheatre ini, perancang menempatkan kios-kios dan kedai-kedai di bawah amphitheatre, sehingga bisa menghemat tempat yang bisa dimanfaatkan menjadi street cafe.

Gambar 4.15 Konsep riverwalk, aphitheatre, kedai dan street cafe

Pengunjung juga bisa menikmati keindahan Istana Maimun dan keasrian taman di belakang istana dari bagian paling atas dari amphitheatre. Pada bagian depan amphitheatre bisa menjadi tempat orang-orang menikmati keindahan sungai, jika memang Sungai Deli telah bersih nantinya. Rancangan seperti ini sesuai dengan ide awal perancang, yaitu merancang tepi Sungai Deli menjadi sebuat tempat publik di mana orang-orang bisa melepas kepenatan dengan menikmati pemandangan Sungai Deli. Ridwan Kamil, dalam seminarnya pada acara TEDx Jakarta, mengatakan bahwa masa


(25)

34

depan peradaban ada di kota, sehingga sekaranglah saatnya untuk merancang sebuah kota yang baik, yang tidak membuat penduduknya stress, salah satunya yaitu dengan merancang ruang publik. Saat ini, ruang publik di Kota Medan tergolong sedikit, warga Kota Medan lebih banyak berekreasi di mall-mall, bukan di taman-taman atau ruang publik yang kenyataanya lebih efektif dalam menghilangkan stress atau kepenatan. Ruang publik ini juga akan membuat pengunjung bisa saling berinteraksi, bersosialisasi dengan sesama. Hal ini bisa mencegah penurunan kemampuan bersosialisasi generasi berikutnya akibat kemajuan teknologi, salah satunya media sosial. Di mana pada saat sekarang, bisa dilihat bahwa kebanyakan orang telah larut dalam euforia kehadiran media sosial, menghabiskan kebanyakan waktunya di media sosial daripada hubungan sosial secara fisik. Dengan merancang sebuah ruang publik di belakang Istana Maimun, perancang berharap bisa membantu menciptakan masyarakat Kota Medan yang produktif, peka terhadap sekitar dan tidak stress.

Gambar 4.16 Penzoningan vertikal bangunan

Pembagian zona di dalam bangunan terlebih dahulu dilakukan secara vertikal (Gambar 4.16), karena pembagian seperti ini lebih gampang dalam menentukan batasan daerah


(26)

yang dapat dijangkau oleh publik atau hanya oleh orang-orang tertentu saja. Pada bangunan hotel, lantai dasar dan lantai 2 merupakan daerah fasilitas umum hotel, dalam artian bahwa fasilitas ini bisa diakses oleh pengunjung meskipun tidak menginap di hotel. Fasilitas pada kedua lantai ini meliputi coffeshop, restoran, meeting room, ballroom, dan retail-retail. Pada lantai 3 merupakan daerah yang berisi fasilitas hotel yang hanya bisa dinikmati oleh pengunjung yang menginap di hotel. Fasilitas ini terdiri dari kolam renang, spa, massage, dan gym. Sedangkan untuk lantai-lantai di atasnya berisi kamar-kamar hotel. Untuk bangunan apartemen, pada lantai dasar berisi fasilitas apartemen. Beberapa fasiltias hanya bisa diakses oleh penghuni apartemen, yang terdiri dari kolam renang, gym, laundry, taman bermain anak-anak dan cafe. Pembatasan akses ini dilakukan dengan pintu sekuriti otomatis. Fasilitas apartemen yang bisa diakses oleh publik terdiri dari lounge, convenience store, dan food court. Pada lantai 2 dan selanjutnya berisi unit hunian yang hanya bisa diakses oleh penghuni apartemen dan jika ada tamu yang hendak berkunjung harus terlebih dahulu melapor ke resepsionis. Dengan cara ini, keprivasian dan keamanan penghuni bisa dikontrol dengan baik.


(27)

BAB V

THE TWIGS

Rancangan skematik merupakan tahapan di mana semua ide-ide rancangan konseptual dikembangkan menjadi sebuah gambar yang merepresentasikan gambar final rancangan. Meskipun gambar rancangan skematik belum sempurna, namun gambar skematik sudah mampu menjelaskan ide realisasi dari luas, perletakan ruang, serta sirkulasi di dalam bangunan. Di sisi lain, menurut perancang, rancangan skematik cukup mempermudah kegiatan perancang dalam merancang proyek dari tugas ini, karena revisi-revisi rancangan lebih mudah dilakukan dalam tahap skematik ini sebelum menjadi gambar final.

Rancangan denah skematik lantai dasar hotel yang pertama bisa dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Denah skematik lantai dasar hotel

36

Universitas Sumatera Utara


(28)

Seperti yang telah perancang paparkan pada bab sebelumnya, yaitu mengenai ruangan-ruangan yang berada pada lantai dasar hotel merupakan ruangan-ruangan yang dapat diakses oleh publik. Ruangan-ruangan tersebut terdiri dari lobby, resepsionis, bar & piano lounge, retail-retail dan coffeeshop (Gambar 5.1). Akses masuk utama ke hotel melalui bagian selatan, sehingga ketika pengunjung berjalan mendekati meja resepsionis disuguhkan pemandangan Istana Maimun melalui dinding kaca di seberang pintu masuk utama. Pemandangan yang sama juga dapat dinikmati oleh pengunjung ketika berada di bar & piano lounge. Kantor pengelola berada di belakang resepsionis. Retail-retail yang ada akan disewakan, dengan target 1 retail untuk agen perjalanan, 1 retail cendera mata, 1 retail untuk apotik kecil. Pintu loading dock berada di bagian selatan. Loading dock ini berfungsi untuk menurunkan supply bahan-bahan maupun untuk menaikkan sampah-sampah ke truk. Loading dock ini memiliki akses ke dapur coffeeshop melalui sebuah koridor. Dari loading dock ini juga bisa menuju ke area servis di basement dan di lantai atas melalui lift servis.


(29)

38

Pada Gambar 5.2, dapat dilihat denah skematik lantai 2 hotel. Pencapaian lantai ini bisa melalui tangga maupun lift dari lantai 1. Pada lantai ini masih berisi fasilitas yang dapat diakses oleh publik. Terdapat sbuah restoran, 2 ruang rapat, dan sebuah ballroom dengan luas 750m2. Ballroom ini memiliki dapur kecil untuk meletakkan makanan catering sebelum dihidangkan kepada tamu di ruang ballroom. Dapur ballroom ini dan dapur restoran memiliki akses servis ke lift servis, sehingga aktivitas servis bisa dilakukan tanpa menggangu sirkulasi publik.

Gambar 5.3 Denah skematik lantai 3 hotel

Lantai 3 hotel hanya bisa diakses oleh penghuni hotel. Dapat dilihat pada Gambar 5.3, pada lantai 3 berisi fasilitas-fasilitas yang hanya bisa dinikmati oleh penghuni hotel. Fasilitas ini meliputi, kolam renang, massage, fitness center, shower dan locker. Kolam renang yang ditawarkan berupa infinity pool (Gambar 5.4), sehingga pengunjung bisa menikmati suasana dan pemandangan dari Istana Maimun dari ujung kolam renang yang seakan-akan melayang. Terdapat juga sebuah bar di sekitaran area duduk kolam renang.


(30)

Gambar 5.4 Infinity Pool di Alila Villas, Bali (Sumber: www.1001malam.com)

Gambar 5.5 Denah skematik lantai 4-12 hotel

Pada lantai 4 sampai lantai 12 terdapat kamar-kamar tamu (Gambar 5.5). Kamar tamu terdiri dari tipe Standard, Deluxe, Executive dan Suite. Masing-masing tipe kamar memiliki perbedaan fasilitas, baik dari segi luasan, ruangan yang ditawarkan, maupun pemandangan. Untuk tipe Deluxe, Executive dan Suite memiliki view ke arah Istana


(31)

40

Maimun dan Sungai Deli. Sedangkan untuk tipe Standard, hanya sebagian yang memiliki view ke arah Istana Maimun.

Gambar 5.6 Denah skematik basement hotel

Pada basement hotel terdapat ruangan-ruangan servis, yang terdiri dari ruang staf ME, main storage, laundry, generator, dan tangki air bawah (Gambar 5.6). Ruang staf ME merupakan sebuah ruangan di mana para staff ME beristirahat, bersiap siaga jika sesuatu terjadi dengan sistem ME hotel, baik itu karena pemadaman listrik maupun kerusakan-kerusakan lainnya. Main storage merupakan sebuah gudang besar untuk menyimpan barang-barang yang sedang tidak digunakan. Laundry merupakan tempat untuk mencuci dan mengeringkan linen, baik linen dari kamar tamu, coffeeshop, ballroom, maupun seragam pegawai. Ruang tangki air bawah berisi tangki air yang bertindak sebagai reservoir air untuk menampung air dari PDAM. Selain itu, ruang tangki air juga berisi boiler untuk memanaskan air. Basement hotel dapat menampung 115 mobil dan 50 sepeda motor.


(32)

Gambar 5.7 Denah skematik lantai dasar apartemen

Rancangan denah skematik awal lantai dasar apartemen dapat dilihat pada Gambar 5.7. Pada lantai dasar terdapat fasilitas apartemen, yaitu foodcourt, minimarket, laundry, kolam renang, spa, fitness center dan ruang kotak surat. Pintu masuk utama terletak pada bagian timur, sedangkan pintu masuk yang lain bisa diakses dari foodcourt yang mengarah ke taman di belakang Istana Maimun. Foodcourt di apartemen ini akan mempermudah penghuni apartemen untuk memenuhi kebutuhan makanannya, sehingga penghuni tidak perlu pergi terlalu jauh untuk mencari makanan. Keberadaan minimarket juga mempermudah penhuni untuk mencari kebutuhan sehari-hari. Leasing space juga disediakan pada lantai dasar apartemen, dengan pertimbangan bahwa ruangan tersebut akan disewa oleh bank, sehingga dengan adanya sebuah bank, aktivitas perbankan penghuni semakin dipermudah.


(33)

42

Gambar 5.8 Denah skematik lantai 2-12 apartemen

Pada lantai 2 sampai 12 apartemen terdapat unit-unit hunian (Gambar 5.8). Unit hunian terbagi menjadi 3 tipe, yaitu tipe 1 kamar tidur atau disebut juga sebagai tipe studio, tipe 2 kamar tidur dan tipe 3 kamar tidur. Tipe studio seluas 45m2, tipe 2 kamar tidur seluas 63m2, dan tipe 3 kamar tidur seluas 90m2.

Gambar 5.9 Denah skematik basement apartemen


(34)

Basement apartemen mampu menampung 250 mobil dan 55 sepeda motor (Gambar 5.9). Pada basement apartemen tidak terdapat banyak ruangan servis seperti hotel, hanya terdapat tangki air bawah yang terbagi menjadi 2 bagian dikarenakan jumlah tower apartemen yang ada adalah sebanyak 2 buah.

Semua desain pasti akan mengalami revisi. Di dalam dunia lapangan, sebuah desain akan dikonsultasikan dengan berbagai pihak, mulai dari klien, ahli struktur, hingga kontraktor, sehingga akhirnya dihasilkan sebuah dokumen kerja yang akan direalisasikan. Dalam proyek tugas ini, perancang mengkonsultasikan desain perancang dengan dosen pembimbing dan arsitek profesional. Berbagai macam hal dari segala aspek dibahas untuk dianalisa mengenai masalah serta kekurangan dari desain awal perancang. Permasalahan utama yang menurut perancang lebih banyak dihadapi adalah mengenai penempatan ruangan dan sirkulasi pengguna. Revisi demi revisi dilakukan sehingga menghasilkan gambar-gambar yang akan dipresentasikan pada Preview 1.


(35)

44

Gambar 5.10 Ground Plan

Terlihat pada Gambar 5.10, perubahan yang jelas terlihat adalah akses masuk hotel dan apartemen. Pada konsep awal, akses masuk ke masing-masing bangunan adalah melalui jalan ekunder di samping site. Dikarenakan beberapa hal, salah satunya yaitu selling value yang rendah jika akses masuk melalui jalan sekunder, perancang mengubah akses masuk menjadi dari timur, yaitu dari Jalan Brigjen. Katamso. Pada bagian apartemen, parkir khusus tamu disediakan pada bagian depan.


(36)

Gambar 5.11 Denah lantai dasar hotel

Dengan perubahan akses masuk hotel yang berubah menjadi di bagian timur, secara tidak langsung juga mempengaruhi posisi pintu masuk utama hotel. Posisi pintu masuk hotel berpindah ke bagian timur (Gambar 5.11). Pengunjung hotel tetap disuguhkan pemandangan dari Istana Maimun dari bagian kanan mereka ketika memasuki hotel. Letak resepsionis juga berpindah menjadi ke bagian selatan, di sebelah core bangunan. Perubahan posisi ini juga memaksimalkan view ke arah Istana Maimun di bagian utara hotel, sehingga bagian ruangan yang tidak memerlukan view diposisikan pada bagian selatan. Tangga untuk menuju lantai 2 juga mengalami perubahan, dari yang sebelumnya berbentuk lurus menjadi melingkar, supaya terkesan mewah.


(37)

46

Gambar 5.12 Denah lantai 2 hotel

Perubahan posisi pintu masuk hotel juga berpengaruh pada posisi void di lantai 2. Void menjadi memanjang penuh ke arah timur dari yang sebelumnya hanya sampai setengah saja (Gambr 5.12). Perubahan juga terjadi pada posisi pre-function hall yang sebelumnya memanjang di sepanjang koridor menjadi di samping meeting room. Dapur untuk ballroom juga mengalami perubahan bentuk menjadi lebih luas.


(38)

Gambar 5.13 Denah lantai 3 hotel

Pada lantai 3, Fitness center yang sebelumnya tidak mendapat view, sekarang diposisikan pada daerah yang memiliki view ke arah Istana Maimun (Gambar 5.13). Perubahan kecil lainnya yaitu pada area berjemur di kolam renang menjadi lebih terbuka dan luas.


(39)

48

Pada lantai bagian atas hotel tidak mengalami begitu banyak perubahan (Gambar 5.14). Perincian layout tiap tipe kamar dibuat untuk memperjelas ukuran dan fasilitas tiap tipe kamar( Gambar 5.15).

Gambar 5.15 Layout kamar hotel

Tipe kamar Standard, tersedia dalam single dan twin bed. Terdapat fasilitas bathtub di kamar mandi. Sebuah balkon disediakan untuk bagi pengunjung untuk menikmati suasana atmosfir di dalam Komplek Istana Maimun. Kamar Deluxe juga tersedia dalam single dan twin bed. Fasilitas yang berbeda dengan kamar Standard yaitu adanya ruang santai untuk sekedar beristirahat ataupun menonton televisi. Kamar Executive hanya tersedia dalam single bed berukuran King. Tersedia 1 kamar mandi dengan walk-in closet dan 1 kamar mandi tamu.


(40)

Kamar Suite berada pada lantai 11 dan 12. Tipe ini menyediakan 2 kamar tidur. Terdapat zona privat di dalam tipe ini, sehingga jika ada pejabat atau petinggi perusahaan yang menginap di kamar ini akan memiliki zona privat selain zona untuk menerima tamu. Kamar tambahan juga bisa digunakan oleh pengawal atau staff yang dibawa oleh tamu tersebut. Terdapat sebuah dapur kecil untuk mempersiapkan makanan ringan. Balkon pada bagian privat menghadap ke arah Istana Maimun.

Gambar 5.16 Denah lantai dasar apartemen

Denah lantai dasar apartemen mengalami revisi yang cukup banyak (Gambar 5.16). Hal ini dikarenakan adanya perbedaan persepsi awal perancang dengan dosen pembimbing mengenai sirkulasi penghuni apartemen dengan publik. Kasus pada proyek ini cukup unik dan berbeda dengan apartemen pada umumnya. Apartemen umumnya merupakan satu komplek bangunan tersendiri, sehingga sirkulasi yang terjadi mayoritas merupakan penghuni apartemen itu sendiri. Namun, pada kasus ini, bangunan apartemen terdapat di dalam Komplek Istana Maimun, sehingga sirkulasi yang terjadi bukan hanya dari


(41)

50

penghuni apartemen saja, tetapi pengunjung Istana Maimun pun berpotensi memasuki bangunan apartemen. Hal ini tentu saja akan mengganggu keprivasian dari penghuni apartemen. Oleh karena itu, dosen pembimbing perancang meminta agar perancang memisahkan sirkulasi penghuni apartemen dengan pengunjung lainnya. Perancang memanfaatkan foodcourt menjadi sebuah buffering zone, di mana sebuah pintu sekuriti memisahkan zona privat apartemen dengan food court. Sehingga, penghuni apartemen bisa menuju ke foodcourt, namun pengunjung yang tidak memiliki kartu sekuriti tidak dapat mengakses pintu ini untuk menuju zona privat apartemen. Sistem pengamanan seperti ini juga perancang terapkan pada pintu yang memisahkan lobby dengan zona privat apartemen, sehingga jika ada tamu yang hendak berkunjung harus melapor ke resepsionis terlebih dahulu.

Fasilitas-fasilitas pada apartemen juga mengalami perubahan dan penambahan. Di antaranya yaitu posisi fitness center (gym) yang sekarang memiliki view ke arah Sungai Deli. Penambahan fasilitas seperti salon dan tempat bermain anak-anak. Laundry yang dirancang sekarang diproyeksikan hanya menjadi sebuah counter untuk menerima dan menyerahkan cucian saja, sedangkan proses pencucian berada di tempat lain.


(42)

Gambar 5.17 Denah lantai 2-12 apartemen

Pada lantai atas apartemen tidak mengalami perubahan, hanya penambahan perincian tiap tipe unit hunian (Gambar 5.17).


(43)

52

Tipe hunian 1 kamar tidur atau disebut juga sebagai tipe studio, memiliki luas 45m2. Mempunyai 1 kamar tidur yang mampu memuat ranjang berukuran King, sebuah ruang keluarga, ruang makan, dapur, dan kamar mandi. Tipe hunian 2 kamar tidur memiliki luas 63m2. Memiliki 1 kamar tidur besar, 1 kamar tidur kecil, 2 kamar mandi, sebuah ruang keluarga, ruang makan, dan dapur. Tipe hunian 3 kamar tidur memiliki luas 90m2. Memiliki 2 kamar tidur besar dan 1 kamar tidur kecil, 2 kamar mandi, sebuah ruang keluarga, ruang makan dan dapur dengan mini bar (Gambar 5.18).

Gambar 5.19 Tampak bangunan hotel (atas) dan apartemen (bawah)

Untuk tampak bangunan, sampai tahap ini perancang masih belum mengembangkannya. Tampak yang perancang sediakan sampai tahap ini masih sebatas konsep awal (Gambar 5.19). Pada bagian timur dan barat bangunan, perancang mempunyai ide untuk memanfaatkan vertical garden untuk menghalau panas matahari yang memasuki bangunan. Fungsi lain dari vertical garden ini yaitu untuk menurunkan suhu di sekitar dengan adanya evaporasi uap air yang dihasilkan tanaman akibat proses fotosintesis. Sedangkan pada bagian utara dan selatan bangunan perancang berencana membentuk fasad bangunan dengan irama yang diciptakan dengan balkon, menciptakan sebuah ruang yang dinamis, sehingga tidak terkesan datar dan monoton.


(44)

Trimming

Hasil dari presentasi Preview 1 memberikan banyak masukan yang datang dari para penguji terhadap desain perancang. Para penguji yang melihat rancangan perancang dari perspektif yang lain memberikan banyak masukan-masukan yang menurut perancang patut dipertimbangkan untuk mengembangkan rancangan perancang supaya bisa menjadi lebih baik.

Masukan pertama yang dikemukakan, yaitu tekanan udara yang akan terjadi pada rongga di antara 2 tower apartemen. Di mana, dengan rongga yang panjang tersebut, akan menciptakan efek tekanan udara yang tinggi yang akan berdampak pada celah-celah di bangunan yang perancang rancang agar udara dapat melewatinya. Dampak yang timbul akibat efek tersebut adalah angin yang berhembus melalui celah tersebut menjadi sangat kencang dan berkemungkinan mengurangi rasa nyaman dari pengguna bangunan ketika melewati koridor bangunan.

Untuk merespon masukan pertama yang, yaitu mengenai tekanan angin pada celah bangunan, perancang menggunakan kisi-kisi di bagian luar celah yang ada pada bangunan. Kisi-kisi ini akan mengurangi tekanan angin yang berlebihan, sehingga pengguna yang melewati koridor tetap akan merasa nyaman meskipun angin yang berhembus cukup kuat.


(45)

54

Masukan kedua yaitu mengenai keselarasan bangunan baru dengan Istana Maimun. Keselarasan yang dimaksud yaitu mengenai jarak bangunan baru dengan Istana Maimun, ketinggian bangunan baru dan pola peletakan massa bangunan baru. Semua bangunan baru yang dibangun harus mengikuti genius loci yang telah ada pada tempat tersebut, terlebih lokasi proyek ini berada di Komplek Istana Maimun yang masih sangat kuat sejarahnya.

Merespon masukan mengenai keselarasan bangunan baru dengan Istana Maimun, perancang menganalisa skyline dari Istana Maimun (Gambar 6.1). Hasilnya, perancang melihat ada pola dari skyline Istana Maimun, yaitu ketinggian atap dari kedua sisi sayap bangunan istana terlihat lebih rendah dari bagian tengah. Hal ini menginspirasi perancang untuk menerapkan pola skyline ini pada bangunan baru. Hasil analisa perancang yang kedua yaitu terdapat pola pada fasad Istana Maimun yang berupa A-B-A. Pola ini juga menginspirasi perancang untuk menerapkan pola pada fasad bangunan baru. Dengan penerapan pola ini, maka nilai genius loci dari Istana Maimun tetap akan terkandung pada bangunan baru.

Gambar 6.1 Analisa fasad Istana Maimun


(46)

Masukan ketiga yaitu mengenai keterkaitan antara Gold dalam tema perancang dengan rancangannya. Konteks Gold yang diangkat perancang dianggap masih kurang kuat dalam penerapannya, terutama kaitannya dengan daerah riverfront.

Masukan yang ketiga memang perancang akui merupakan kelalaian perancang. Kurangnya kedisiplinan waktu membuat perancang tidak memiliki waktu yang cukup untuk memperjelas ide rancangan perancang ke dalam Ground Plan. Ketidaklengkapan gambar perancang membuat penguji tersebut tidak menangkap dengan baik konsep riverwalk + amphitheatre dalam rancangan perancang.

Masukan lainnya yaitu mengenai fasad bangunan yang terlihat kurang menarik dan bahkan dikatakan seperti gudang. Masalah ini dikarenakan keterbatasan waktu yang perancang miliki, sehingga fasad bangunan yang perancang tampilkan pada preview 1 seolah-olah belum siap. Fasad bangunan yang perancang rencanakan yaitu dengan menggunakan kisi-kisi sebagai secondary skin. Fungsi dari secondary skin ini sendiri bertujuan untuk mengurangi panas matahari yang memasuki bangunan. Namun, kisi-kisi tersebut akan membentuk sebuah pola yang mengikuti pola A-B-A yang telah perancang derivasi dari analisa fasad bangunan Istana Maimun.

Terdapat juga pertanyaan yaitu integrasi instalasi mekanikal dan elektrikal di dalam bangunan. Umumnya pada bangunan yang bertemakan arsitektur tropis, instalasi mekanikal dan elektrikal harus diperhatikan, misalnya penempatan Air Handling Unit (AHU) pada bangunan.


(47)

56

Instalasi pendingin udara pada proyek rancangan ini memang berbeda dengan bangunan lainnya. Hal ini disebabkan karena penggunaan pendekatan arsitektur tropis dalam rancangan ini, sehingga penggunaan pendingin udara buatan bisa diminimalisir. Namun, ini juga bukan berarti bangunan ini tidak akan menggunakan pendingin udara sama sekali, tetapi energi yang terpakai untuk menciptakan suhu ruangan yang nyaman bagi pengguna tidak akan sebesar bangunan lainnya. Sistem pendingin udara dalam rancangan ini akan dibahas lebih lanjut pada bab berikutnya mengenai instalasi ME.

Komentar-komentar atau masukan-masukan dari para penguji saat presentasi Preview 1 tidak memberi pengaruh yang sedikit pada rancangan perancang pada proyek ini. Dari sisi positif, masukan-masukan dari para penguji membuat rancangan perancang menjadi lebih baik. Namun, revisi yang telah perancang lakukan terhadap rancangan perancang dari hasil masukan-masukan tersebut masih harus dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan arsitek profesional yang membimbing perancang. Tujuannya tidak lain adalah agar revisi yang perancang lakukan tetap masuk akal, terkontrol dan memiliki alasan yang kuat.


(48)

Gambar 6.2 Revisi Ground Plan

Gambar 6.2 merupakan gambar Ground Plan yang telah perancang revisi. Perubahan yang signifikan terletak pada bagian belakang Istana Maimun dan di pinggir sungai. Pada rancangan sebelumnya, perancang menempatkan sebuah amphitheater di belakang Istana Maimun. Namun, setelah melakukan studi banding dengan rancangan lahan belakang istana-istana di negara lain, salah satunya Buckingham Palace di Inggris (Gambar 6.3), istana-istana tersbut menyuguhkan sebuah lahan yang lapang, tanpa ada bangunan yang menutup view ke arah belakang istana. Dari studi banding ini, perancang berpikir untuk merevisi amphitheater perancang yang seolah-olah membatasi dan membelah area belakang Istana Maimun dengan Sungai Deli.


(49)

58

Gambar 6.3 Lahan belakang Buckingham Palace (Sumber: adriancolston.files.wordpress.com)

Gambar 6.4 Redesain amphitheater

Hasil revisi amphitheater perancang bisa dilihat pada Gambar 6.4. Terlihat bahwa amphitheater perancang tidak lagi menutupi view ke bagian belakang Istana Maimun, melainkan menghubungkan area riverwalk dengan lahan belakang Istana Maimun. Amphitheater ini menjadi sebuah zona buffering antara daerah riverwalk dengan Komplek Istana Maimun. Akan tetapi, revisi aphitheater ini memiliki sisi negatif, yaitu kios-kios bagi penjual yang sebelumnya ada di bawah amphitheater menjadi tidak ada lagi. Perancang menempatkan kios-kios tersebut di tempat yang lain, yaitu di bagian samping bangunan baru. Dengan demikian, impian perancang untuk membuat area rekreasi publik yang akan meningkatkan kualitas sosial dan pendapatan dari sektor pariwisata tetap berjalan.


(50)

Gambar 6.5 Lokasi kios baru

Gambar 6.6 Fasad bangunan hotel

Gambar 6.7 Fasad bangunan apartemen

Lokasi kios baru dengan meja dan kursi di bawah pohon, sehingga pengunjung bisa menikmati makanan mereka di tempat yang teduh.


(51)

60

Pada fasad bangunan (Gambar 6.6 dan Gambar 6.7), perancang telah mengaplikasikan hasil analisa muka bangunan Istana Maimun. Dengan permainan pola warna, kisi-kisi dan bentuk skyline bangunan yang berpola A-B-A, fasad bangunan yang sebelumnya tampak polos menjadi lebih menarik. Namun, perancang masih terkendala dengan permasalahan pemilihan warna yang tepat untuk bangunan. Memilih warna yang menarik, namun tetap masih selaras dengan warna bangunan Istana Maimun, perancang akui merupakan hal yang sangat sulit. Terlebih karena bangunan baru yang perancang rancang tidak mengacu pada Arsitektur Melayu, sehingga jika perancang mengaplikasikan warna bangunan Melayu yang identik dengan hijau dan kuning pada kedua bangunan baru akan menimbulkan kesan yang aneh. Meskipun begitu, masalah ini menurut perancang bisa diatas dengan metode trial and error, yaitu dengan mencoba sebanyak mungkin paduan warna bangunan sampai mampu mendapatkan warna yang selaras dengan Istana Maimun dan tetap menarik.

Kisi-kisi bangunan yang perancang aplikasikan pada muka bangunan selain sebagai estetika juga berfungsi untuk menyaring panas matahari yang masuk ke bangunan melalui jendela kaca bangunan. Kisi-kisi juga perancang terapkan untuk menutup rongga pada bangunan, sehingga permasalahan tekanan udara bisa teratasi (Gambar 6.8).

Gambar 6.8 Kisi-kisi penutup rongga bangunan


(52)

Gambar 6.9 Skema instalasi sanitasi bangunan

Instalasi sanitasi atau air bersih pada bangunan perancang sedikit berbeda dengan rancangan pada umumnya. Hal ini dikarenakan pemanfaatan air hujan sebagai pasokan air kedua di samping pasokan air dari Perusahaan Air Minum (PAM)(Gambar 6.9). Air hujan yang dialirkan melalui floordrain yang ada pada atap bangunan dan balkon mengalir ke tangki air hujan. Dari tangki air hujan ini, air disaring melalui sebuah filter sehingga menghasilkan air yang bersih. Kualitas air ini bergantung pada tipe filter yang dipakai. Jika filter yang dipakai cukup baik, air hasil saringan ini bisa dipakai untuk keperluan mandi dan cuci. Hasil air dari saringan filter ini kemudian dialirkan ke ground water tank yang sedianya merupakan tangki penyimpanan air dari pasokan PAM. Dari tangki air ini, air dialirkan ke dua saluran. Saluran pertama yaitu saluran yang menghubungkan ke alat-alat saniter, yaitu: bathtub, shower, wastafel, bak cuci piring, kloset, dan urinoir. Saluran ke dua yaitu saluran yang menghubungkan ke boiler atau


(53)

62

pemanas air. Dari pemanas air ini, air panas dialirkan ke alat saniter yang bisa menyalurkan air panas, yaitu: bathtub, shower dan wastafel. Air kotor yang dihasilkan dari alat-alat saniter tadi disalurkan ke riol kota, kecuali air kotor dari kloset yang harus disalurkan ke septictank.

Gambar 6.10 Skema instalasi elektrikal

Sistem instalasi elektrikal pada bangunan apartemen dan hotel sama dengan bangunan pada umumnya. Pasokan listrik dari PLN dialirkan ke sebuah panel utama. Dari panel utama ini, listrik didistribusi ke beberapa mini circuit breaker (MCB) yang tersebar pada tiap lantai bangunan. Dari MCB ini, listrik kemudian dialirkan ke saklar lampu dan stop kontak. Selain pasokan listrik dari PLN sebagai pasokan listrik utama, dibutuhkan juga generator atau genset sebagai pembangkit listrik cadangan jika pasokan listrik dari PLN padam (Gambar 6.10).

Tidak bisa dipungkiri bahwa penghawaan buatan pada bangunan telah menjadi sebuah kebutuhan yang cukup mendasar untuk mendukung segala aktivitas pengguna di dalam


(54)

bangunan. Akan tetapi, masalah utama yang muncul dari penggunaan penghawaan buatan adalah besarnya biaya dan energi yang terpakai hanya untuk menciptakan suhu ruangan yang nyaman bagi pengguna di dalamnya. Apalagi dengan kondisi iklim tropis di Kota Medan yang cenderung panas, pendingin ruangan hampir digunakan sepanjang hari. Namun, dengan pendekatan arsitektur tropis yang perancang terapkan pada rancangannya, diharapkan bisa menurunkan biaya dan energi yang terpakai untuk menciptakan suhu ruangan yang nyaman. Logikanya yaitu, dengan semakin kecilnya ΔT (suhu ruangan dikurangi dengan suhu nyaman ideal, ±26°C), semakin sedikit pula energi yang terpakai untuk mendingikan ruangan. Langkah selanjutnya yaitu memilih tipe pendingin udara yang tepat. Ada banyak jenis pendingin udara buatan yang dipakai pada bangunan sekarang, mulai dari tipe split sampai tipe sentral. Pendinginan udara di dalam hotel menggunakan sistem AC split (Gambar 6.11). Pada sistem ini, tiap-tiap unit indoor terhubung oleh satu unit outdoor.

Gambar 6.11 Ilustrasi pengaplikasian AC Split (Sumber: www.growershouse.com)

Untuk pendingin udara ruangan pada podium hotel dan apartemen, perancang menggunakan sistem AC VRF (Variable Refrigerant Flow, Gambar 6.12). Sistem AC ini terdiri dari unit indoor dan unit outdoor seperti pada sistem AC split, namun satu unit


(55)

64

outdoor bisa terhubung sampai maksimal 60 buah unit indoor sebagaimana hasil pengamatan perancang terhadap tipe dan merk AC Mitsubishi.

Gambar 6.12 Ilustrasi pengaplikasian AC VRF (Sumber: www.zerodegreeac.com)

Pemilihan sistem struktur pada bangunan kerap menjadi masalah pada bangunan hasil rancangan seorang arsitek. Tidak jarang banyak bangunan karya arsitek yang dibangun tidak sesuai dengan rancangan si arsitek. Berdasarkan hasil observasi perancang, banyak arsitek yang naif dengan kompetensi teknologi membangun yang ada di sekitarnya dan hanya bercermin pada teknologi membangun dari negara lain yang sudah sangat maju. Rancangan megastructure atau rancangan yang menggunakan sistem struktur yang rumit, memang sebenarnya akan tetap bisa dibangun. Akan tetapi, jika tidak diimbangi dengan kapabilitas pihak kontraktor atau bahkan ahli struktur yang dipakai, bisa jadi rancangan megastructure tadi hanya akan menjadi proyek angan-angan saja. Salah satu proyek megastructure yang berhasil menurut perancang adalah Marina Bay Sands (Gambar 6.13). Dari film dokumenter National Geographic Megastructures: Singapore's Vegas, sang arsitek, Moshe Safdie, bahkan tidak mengerti sama sekali bagaimana sistem struktur yang cocok untuk dipakai supaya rancangannya, yaitu Marina Bay Sands, bisa direalisasikan. Beruntung, proyek tersebut menggandeng pihak ahli struktur dari Arup Engineering yang mampu mengatasi masalah kerumitan struktur bangunan tersebut,


(56)

meskipun sempat terbesit di dalam benak ahli struktur tersebut bahwa ada kemungkinan proyek ini bisa terhenti karena masalah teknologi membangun.

Gambar 6.13 Marina Bay Sands

Sistem struktur bangunan yang dipilih oleh perancang adalah struktur rigid frame (Gambar 6.14). Perancang memilih sistem struktur ini karena sistem struktur ini tidak rumit, cocok dengan bentuk bangunan perancang. Pengaplikasian sistem struktur ini juga lumrah diterapkan pada bangunan-bangunan di Medan, sehingga semua pihak yang terlibat pada pekerjaan konstruksi tidak akan merasa asing dengan sistem struktur ini.

Gambar 6.14 Struktur Rigid Frame

Dalam sistem struktur ini, struktur bangunan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu elemen struktur horisontal dan elemen struktur vertikal. Elemen struktur horisontal berfungsi untuk menyalurkan beban bangunan ke elemen struktur vertikal. Elemen struktur horisontal terdiri dari balok dan pelat lantai struktural (pelat lantai tebal). Elemen struktur


(57)

66

vertikal berfungsi untuk menyalurkan beban bangunan ke dalam tanah. Elemen strutur ini terdiri dari core bangunan, kolom dan pondasi. Core bangunan (Gambar 6.15) terdiri dari berbagai jenis, baik itu dari struktur baja yang besar atau dengan dinding geser (shear wall). Core bangunan yang dipakai perancang yaitu dinding geser setebal 30cm. Untuk kolom utama yaitu kolom yang menerus sampai tower, perancang menggunakan kolom beton berukuran 80cm x 80cm, sedangkan untuk kolom pada lantai podium berukuran 60cm x 60cm. Pondasi yang dipakai terdiri dari pondasi tapak dan pondasi tiang pancang atau pile. Pile yang digunakan yaitu pile bulat dengan diameter 30cm dan pile cap berukuran 120cm x 120cm. Balok induk yang dipakai perancang dalam rancangannya adalah balok beton berukuran 30cm x 65cm sebagaimana jarak antar kolom bangunan adalah 8meter, dan balok anak yang dipakai berukuran 20cm x 30cm.

Gambar 6.15 Core bangunan

Di dalam proses merancang sebuah proyek, tahapan yang seringkali diabaikan oleh para arsitek yaitu membuat skenario konstruksi. Hal ini dapat dimaklumi karena banyak


(58)

arsitek yang berpikir bahwa pekerjaan konstruksi sebaiknya diserahkan kepada pihak kontraktor karena memang merekalah yang lebih mengerti mengenai proses konstruksi. Akan tetapi, ketidaktahuan arsitek dalam membuat skenario konstruksi bisa berdampak pada hasil akhir rancangan. Oleh karena itu, sebaiknya arsitek juga harus mampu mengerti proses konstruksi sehingga arsitek bisa ikut mengontrol proses konstruksi supaya hasil akhir proyek bisa sama dengan gambar rancangan.

Tahapan paling awal dalam sebuah proyek yaitu melakukan sondir test untuk mengetahui kandungan tanah pada lokasi proyek dan daya dukung tanah tersebut. Umumnya proses ini dilakukan oleh pihak yang sudah ahli. Dari hasil tes ini, dianalisalah jenis pondasi yang cocok untuk proyek ini. Tahap selanjutnya yaitu persiapan lahan. Pada tahap ini, lahan pada lokasi proyek dipersiapkan kondisinya supaya proses konstruksi bisa berlangsung. Tahap ini dimulai dengan pemasangan pagar konstruksi di sekeliling lahan proyek, selanjutnya yaitu penghancuran bangunan existing yang tidak terpakai lagi, penebangan pohon dan vegetasi yang tidak diperlukan. Pada tahap ini juga harus memperhitungkan akses keluar masuk alat berat dan sirkulasi alat berat di dalam lokasi proyek.

Selanjutnya yaitu melakukan penggalian untuk basement dan pondasi sesuai dengan dokumen kerja. Penggalian tanah melibatkan alat berat berupa excavator atau back-hoe dan shovel (Gambar 6.16) . Pada proses penggalian, tidak jarang ditemukan air bawah tanah yang akan menggangu proses konstruksi. Air ini harus dibuang keluar dari lubang galian dengan cara terlebih dahulu dikumpulkan pada sebuah lubang penampungan air (Sump Pit). Air ini selanjutnya dipompa keluar dan dialirkan ke saluran pembuangan. Hal lain yang harus diperhatikan ketika melakukan proses penggalian yaitu kemiringan sisi


(59)

68

samping galian. Idealnya, kemiringan galian adalah 45°. Hal ini untuk mencegah sisi samping galian tersebut longsor. Jika kemiringan tersebut tidak memungkinkan, bisa diatasi dengan menggunakan sheet pile beton (Gambar 6.17), yaitu dinding beton pra-cetak yang ditanam mengelilingi area galian.

Gambar 6.16 Excavator atau back-hoe (kiri) dan shovel (kanan) (Sumber: www.cat.com)

Gambar 6.17 Sheet pile beton (Sumber: www.jayabeton.com)

Setelah kedalaman galian sudah sesuai dengan dokumen kerja, selanjutnya yaitu pemasangan tiang pancang pada titik-titik pondasi. Proses pemasangan tiang pancang juga harus sesuai dengan kondisi sekitar. Dengan adanya bangunan Istana Maimun dan rumah penduduk sekitar, pemasangan tiang pancang dengan drop hammer sangat tidak cocok karena akan merusak bangunan-bangunan tersebut. Metode pemasangan tiang pancang yang menurut perancang cocok yaitu dengan metode hydraulic-press in (Gambar 6.18). Pada metode ini, tiang pancang ditekan dengan mesin hidrolik ke dalam tanah


(60)

dengan gaya yang sesuai dengan perhitungan beban bangunan hingga tiang pancang tersebut berhenti pada suatu titik. Setelah proses piling selesai, tahap selanjutnya yaitu pengecoran pile cap dan dilanjutkan dengan pengecoran T-beam yang menghubungkan tiap-tiap pile cap dan shear wall di sepanjang dinding galian (Gambar 6.19).

Gambar 6.18 Hydraulic press-in hammer (Sumber: www.powerquip.co.kr)

Gambar 6.19 Proses pengecoran pile cap dan T-beam (Sumber: mjg-4.blogspot.com)

Setelah pekerjaan basement dan pondasi selesai, selanjutnya dilakukan pekerjaan struktur bagian atas. Hal ini dimulai dari pengecoran lantai dasar dan kolom. Untuk melakukan pengecoran kolom, diperlukan sebuah cetakan atau bekisting (Gambar 6.20). Bekisting ini kemudian dibongkar 2-3 minggu setelah pengecoran dilakukan. Setelah beton kolom dianggap telah mampu memikul beban, selanjutnya dilakukan pekerjaan lantai di atasnya. Untuk pekerjaan lantai bagian atas, digunakan teknologi prapabriksai atau pra-cetak.


(61)

70

Teknologi memungkinkan pelat lantai dan balok dicetak di pabrik dengan ukuran atau modul tertentu, kemudian pelat lantai dan balok tersebut dirakit pada lokasi konstruksi. Proses pemasangan pelat lantai dan balok pra-cetak memerlukan ketelitian pada tiap sambungannya. Langkah pengecoran kolom dan pemasangan pelat lantai dilanjutkan hingga mencapai jumlah lantai yang sesuai dengan dokumen kerja. Pada konstruksi bangunan tinggi diperlukan juga satu atau lebih tower crane (Gambar 6.21) yang berfungsi untuk mengangkat bahan bangunan ke lantai atas, termasuk pelat lantai dan balok pra-cetak.

Gambar 6.20 Bekisting kolom (Sumber: raftorigin.wordpress.com)

Gambar 6.21 Tower crane (Sumber: blog.alatberat.com)


(62)

The Fruits

Tahap presentasi akhir dari proyek Perancangan Arsitektur 6 ini menurut perancang merupakan sebuah simulasi dari proses tender pada sebuah proyek nyata. Seorang arsitek harus mampu menarik perhatian dan meyakinkan kliennya bahwa desain yang diajukannya merupakan yang terbaik. Sebuah presentasi yang menarik akan membuat klien berpikir bahwa sang arsitek benar-benar serius menanggapi proyek tersebut. Presentasi yang baik juga harus mampu menyampaikan informasi yang selengkap mungkin kepada klien, sehingga klien mampu mengerti segala aspek dari desain tersebut. Sebuah desain yang baik akan menjadi sia-sia jika sang klien tidak mampu mengerti apa yang dipresentasikan oleh sang arsitek sehingga klien tidak tertarik terhadap desain yang dipresentasikannya.

Gambar 7.1 Foto maket perancang

Presentasi akhir Perancangan Arsitektur 6 terdiri dari beberapa lembar poster dan maket studi (Gambar 7.1) yang akan dijelaskan secara verbal kepada dosen penguji. Berbeda dengan dokumen gambar kerja, poster yang ditampilkan tidak hanya harus informatif namun juga semenarik mungkin. Tiap lembar poster yang perancang tampilkan


(63)

72

menjelaskan hal yang berhubungan, sehingga ketika dijelaskan secara verbal poin-poin yang hendak dijelaskan tidak berserak di lembar poster yang lain.

Pada Gambar 7.2, perancang hendak menceritakan latar belakang desain, tema dan konsep yang perancang usung di dalam desainnya.

Gambar 7.2 Pengembangan konsep

Pada bagian atas perancang menampilkan judul atau temanya, yaitu Old But Gold. Di bagian bawah judul, perancang tempatkan sebuah visualisasi perspektif dari bagian depan Istana Maimun, sehingga penguji bisa langsung menangkap seperti apa bentuk desain perancang. Selanjutnya perancang menampilkan konsep bentuk dan orientasi bangunan serta teknologi green wall yang perancang terapkan untuk mengurangi panas yang diserap oleh bangunan sesuai dengan pendekatan arsitektur tropis yang perancang aplikasikan dalam desain proyek ini.


(64)

Gambar Site plan ditempatkan oleh perancang pada lembar pertama juga untuk memberi gambaran posisi lokasi proyek terhadap lingkungan sekitar. Selain itu, Site plan juga berfungsi untuk menunjukkan bagian bangunan yang lebih tinggi melalui bayangan yang ada.

Gambar 7.3 Ground plan

Pada gambar Ground plan (Gambar 7.3), perancang hendak menceritakan posisi akses pencapaian ke dalam site, serta posisi bangunan hotel dan apartemen. Gambar potongan yang perancang sajikan menjelaskan ketinggian bangunan, posisi bangunan terhadap sungai serta kedalaman basement.

Pada Gambar 7.4, perancang masih menyajikan gambar-gambar potongan. Gambar potongan yang ditampilkan yaitu berupa detail potongan prinsip dan potongan amphitheater. Selain gambar potongan, perancang juga menampilkan 2 buah visualisasi


(65)

74

persepektif mengenai suasana amphitheater dan riverwalk di belakang site. Gambar perspektif suasana membantu menerjemahkan gambar 2 dimensi menjadi 3 dimensi, dalam hal ini yaitu suasana amphitheater dan riverwalk.

Gambar 7.4 Gambar potongan

Untuk gambar denah, perancang sengaja menampilkannya dalam 3 lembar poster yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mempermudah menjelaskan mengenai perbedaan tingkat keprivasian antara lantai podium dan lantai tower dari hotel dan apartemen. Lantai podium hotel ditampilkan pada Gambar 7.5 dan lantai dasar apartemen pada Gambar 7.6.


(66)

Gambar 7.5 Denah podium hotel

Gambar 7.6 Denah lantai dasar apartemen

Pada Gambar 7.7, perancang menampilkan gambar denah dari tower hotel dan apartemen. Selain itu, perancang juga menampilkan posisi tiap ruangan atau tiap unit hunian secara 3 dimensi dengan warna lantai yang berbeda.


(67)

76

Gambar 7.7 Denah tower hotel dan apartemen

Pada Gambar 7.8 dan Gambar 7.9, perancang menampilkan layout kamar hotel tipikal dan unit hunian apartemen. Gambar layout kamar hotel dan unit hunian apartemen yang perancang sajikan menyerupai brosur-brosur supaya menarik dan mudah dimengerti oleh orang awam. Penjelasan mengenai fitur-fitur dari tiap kamar hotel dan unit hunian juga ditampilkan di samping gambar layout. Penempatan tiap layout kamar dan unit hunian dimulai dari tipe terendah ke tipe tertinggi.

Gambar 7.8 Layout kamar hotel


(68)

Gambar 7.9 Layout unit hunian apartemen

Gambar 7.10 berisi tampak-tampak bangunan. Pada bagian atas perancang menampilkan tampak keseluruhan bangunan dari sisi depan, termasuk Istana Maimun. Selanjutnya perancang meampilkan tampak bangunan hotel dan apartemen beserta rendering perspektif suasana. Gambar rendering perspektif bertujuan untuk memperjelas fasad bangunan, terutama pola-pola yang perancang terapkan pada kedua bangunan.


(69)

78

Pada Gambar 7.11, berisi diagram 3 dimensi dari teknologi bangunan. Teknologi bangunan yang disajikan terdiri dari sistem plumbing, elektrikal, tangga kebakaran dan struktur. Untuk gambar sistem plumbing dan elektrikal perancang menampilkannya dengan warna-warna yang berbeda dan penomoran abjad untuk menunjukkan bagian-bagian tertentu. Teknologi struktur juga disajikan dalam exploded view untuk menjelaskan bagian-bagian struktur dari bangunan, yaitu elemen vertikal dan elemen horizontal.

Gambar 7.11 Diagram 3 dimensi teknologi bangunan


(70)

Let's Harvest

Kondisi Sungai Deli saat ini bisa dibilang dalam tingkat yang memprihatinkan. Berbagai masalah muncul dari sungai itu sendiri, baik dari segi kebersihan, estetika, maupun kualitas ruangnya. Untuk itu, sebuah proyek revitalisasi muka sungai diprakarsai oleh Pemerintah Kota Medan. Proyek besar ini mengangkat tema riverfront architecture, sesuai dengan tujuan Pemko Medan, yaitu menata ulang sisi bantaran sepanjang Sungai Deli.

Tiap-tiap segmen dari Sungai Deli memiliki masalahnya sendiri yang khas. Segmen dari Sungai Deli yang perancang peroleh yaitu pada kawasan Komplek Istana Maimun. Di samping permasalahan tepi sungai yang tidak tertata, Komplek Istana Maimun sendiri memiliki masalah yang cukup pelik. Dimulai dari kondisi Istana Maimun yang tidak terawat, sampai kawasan permukiman di belakang Istana Maimun yang tidak tertata. Tema khusus yang dimandatkan kepada perancang yaitu Urban Heritage Tourism, yaitu perancang harus merancang kembali Komplek Istana Maimun menjadi sebuah lokasi pariwisata bersejarah yang mampu menarik turis dan meningkatkan pendapatan dari sektor pariwisata.

Untuk mengatasi permasalahan permukiman di belakang Istana Maimun, perancang merancang sebuah apartemen untuk merelokasi penghuni permukiman tersebut. Apartemen ini juga akan dijual untuk umum. Total unit hunian dari apartemen yang akan dibangun berjumlah 286 unit hunian, yang terdiri dari 21 unit tipe studio, 168 unit tipe 2


(71)

80

kamar dan 76 unit tipe 3 kamar. Selain apartemen, perancang juga merancang sebuah hotel butik. Hotel butik memang kini kian diminati turis, sehingga pembangunan hotel butik ini akan efektif menarik turis asing yang berkunjung ke Kota Medan. Hotel butik ini berjumlah 100 kamar, yang terdiri dari 72 kamar Standard, 12 kamar Deluxe, 12 kamar Executive dan 4 kamar Suite.

Merevitalisasi Istana Maimun menjadi sebuah lokasi pariwisata yang lebih baik membuat perancang mengangkat Old But Gold sebagai tema dalam rancangannya. Old mewakili Komplek Istana Maimun yang sudah tua dan Gold menunjukkan nilai kenyamanan sebagaimana kenyamanan merupakan poin fundamental dalam merancang sebuah hotel dan apartemen. Untuk mendapatkan kenyamanan yang dimaksud, perancang memilih untuk menggunakan pendekatan arsitektur tropis sebagai acuan rancangannya yang akan menghasilkan bangunan yang nyaman bagi penggunanya di tengah iklim tropis Kota Medan.

Perancang memanfaatkan arah mata angin dalam membuat bentukan massa bangunannya, di mana bangunan berbentuk persegi panjang dan melintang dari barat ke timur. Orientasi seperti ini akan meminimalisir panas matahari yang diserap oleh bangunan. Perancang juga membuat massa bangunan seolah-olah terbelah dengan membuat rongga yang membujur dari utara ke selatan pada beberapa bagian bangunan. Rongga-rongga ini berfungsi untuk menurunkan temperatur bangunan dengan cara cross-ventilation dari udara yang melewati rongga-rongga ini. Untuk memaksimalkan perlindungan terhadap cuaca panas pada daerah tropis, perancang juga menempatkan vertical garden pada sisi barat dan timur bangunan. Vertical garden ini akan meningkatkan kualitas udara di sekitarnya.


(72)

Untuk rancangan luar bangunan, tepatnya bagian muka sungai, perancang ingin merancang sebuah ruang terbuka publik sebagai sebuah area rekreasi. Penempatan kios-kios pada bagian samping bangunan hotel dan apartemen akan menjadikan area tersebut sebagai kawasan hangout yang menarik baik bagi turis maupun warga Kota Medan. Selain itu, perancang juga merancang sebuah amphitheater pada bagian belakang. Amphitheater ini akan menjadi tempat untuk pertunjukan kesenian Melayu, sehingga adat Melayu semakin dikenal, bukan hanya bagi turis, tetapi juga warga Kota Medan sendiri.


(73)

EPILOG

AND THE TREES KEEP ON GROWING

Merancang sebuah proyek riverfront architecture bukan pekerjaan yang mudah. Terlebih jika lokasi proyek tersebut memiliki bangunan yang memiliki peran yang sangat kuat, dalam proyek ini yaitu Istana Maimun. Memilih tema yang akan diterapkan menjadi tahap yang fundamental karena perancang harus memiliki visi misi yang selaras serta kuat dari tema tersebut. Dalam proyek ini, perancang merasa kurang berhasil dalam meneguhkan pandangannya mengenai Gold dalam rancangan ini di hadapan para penguji.

Perancang berpikiran bahwa apapun pendapat dari para penguji, tetap tidak akan mampu mewakili pendapat dari pihak owner, yaitu perwakilan dari Yayasan Sultan Ma'moen Al Rasyid dan Twin Rivers Development selaku investor. Akan tetapi, proyek ini hanyalah sebuah proyek fiktif sebagai tugas dari mata kuliah Studio Perancangan Arsitektur 6, sehingga presentasi kepada owner dan investor tidak memungkinkan.

Perancang bersyukur dibimbing oleh pembimbing dan arsitek profesional yang berwawasan luas serta mau membagikan ilmu mereka. Kegiatan Studio Perancangan Arsitektur 6 telah berakhir, namun perancang masih belum merasa puas dengan rancangannya. Hal ini karena masih banyaknya kekurangan yang ditemui dalam rancangan ini. Namun, tidak dipungkiri, merancang proyek ini merupakan sebuah pekerjaan yang menyenangkan.

82


(74)

LESSONS FROM THE PAST

Proses mencari dan menganalisa studi literatur maupun studi banding, menurut perancang

merupakan sebuah tahap yang krusial. Apa yang perancang dapatkan dan telaah

selanjutnya akan berpengaruh kepada desain pada proyek perancang dalam tugas PA6 ini.

Untuk itu, perancang berusaha mencari bahan pembelajaran bukan hanya dari segi

kuantitas saja, namun begitu juga dari segi kualitas.

Gambar 2.1 Hôtel-Musée Premières Nations (Sumber: www.archdaily.com, foto oleh:

Pierre Bélanger)

Contoh kasus hotel pertama yang perancang analisa adalah Hôtel-Musée Premières

nations (Gambar 2.1). Terletak di kota Wendake, di provinsi Quebec, Kanada,

Hôtel-Musée Premières nations menawarkan penginapan bagi turis yang berkunjung ke kota

tersebut dan menikmati suasana tradisional nan bersejarah. Pada tahun 2007, Wendake

dinobatkan sebagai ibukota budaya Kanada oleh Departemen Darisan Kanada. Banyak

acara-acara festival tahunan yang diadakan di kota ini. Dari segi arsitektural, bentuk


(75)

11

spesifiknya suku Iroquois dan Algonquin yang konon merupakan suku mayoritas di

Kanada Timur. Banyaknya bukaan pada bangunan membuat pengunjung merasa dekat

dengan alam sekitar (Gambar 2.2). Penggunaan material kayu hampir pada semua sisi

bangunan kian menambah kesan tradisional.

Gambar 2.2 Salah satu bukaan pada bangunan (Sumber: www.archdaily.com, foto oleh:

Pierre Bélanger)

Terdapat juga sebuah danau buatan kecil yang mengalir dari sungai di pinggir lokasi hotel

ini. Danau ini melengkapi taman yang terdiri dari tanaman herbal (Gamber 2.3).

Gambar 2.3 Site Plan dari Hôtel-Musée Premières Nations (Sumber:www.archdaily.com)


(76)

Contoh kasus proyek sejenis untuk studi banding ke dua perancang adalah Fullerton

Hotel di Singapura (Gambar 2.4). Alasan mengapa perancang memilih hotel ini untuk

ditelaah adalah karena bangunan hotel ini merupakan bangunan bersejarah di Singapura.

Terletak di muara Sungai Singapura, bangunan ini ketika pada zaman peperangan

merupakan sebuah benteng pertahanan. Pada tahun 1970-1995, bagunan ini digunakan

sebagai kantor pos pusat, hingga pada tahun 1997, Sino Land, sebuah grup pengembang

properti dan hotel membeli bangunan ini dan menjadikannya sebuah hotel mewah.

Restorasi krusial terhadap fasad bangunan dilakukan sehingga menyerupai tampak

bangunan pada mulanya bangunan tersebut didirikan. Namun restorasi yang dilakukan

tidak sembarangan, melainkan harus di bawah persetujuan URA (Urban Redevopment

Authority) Singapura. Bagian dalam dari bangunan ini juga direnovasi sehingga bisa

mengakomodasi sebagai hotel bintang 5. Kasus ini menurut perancang sangat menarik,

karena sang arsitek tersebut mampu mempertahankan sebagian besar dari bangunan ini

dan tetap memberikan kesan mewah.

Gambar 2.4 Hotel Fullerton, Singapura (Sumber: www.designsingapore.org)

Studi berikutnya dianalisa oleh perancang yaitu mengenai riverfront redevelopment.

Kasus yang perancang telaah adalah Sungai Singapura. Seperti Sungai Deli di Kota


(77)

13

memprihatinkan. Sungai Singapura terkontaminasi oleh sampah yang mengakibatkan

Singapura tidak mampu mensuplai air bersih bagi negaranya sendiri hingga

mengharuskan mereka mengimpor air bersih dari negara tetangga.

Gambar 2.5 Perbandingan kondisi Sungai Singapura sebelum direvitalisasi (kiri) dan

Sungai Deli pada saat ini (kanan) (Sumber: bp.blogspot.com)

Pada tahun 1977, revitalisasi sungai menjadi perhatian utama oleh Perdana Menteri

Singapura, Lee Kuan Yew. Revitalisasi ini membutuhkan waktu 1 dekade, dan tentu saja

hal ini bisa terjadi karena partisipasi semua elemen, baik pemerintah, maupun

masyarakat. Kondisi tepi sungai Singapura kini menjadi potensi pariwisata yang sangat

baik, contohnya pada distrik Clarke Quay, di mana sepanjang tepi sungai di distrik

tersebut menjadi tempat kuliner (Gambar 2.6).

Gambar 2.6 Kondisi Sungai Singapura sekarang di distrik Clarke Quay

(Sumber: www.dreamstime.com)


(78)

Setelah menganalisa studi banding yang telah perancang dapatkan, perancang

mendapatkan beberapa ide konsep yang akan diterapkan ke dalam proyek ini. Hal paling

utama yang menjadi perhatian perancang adalah bagaimana agar nantinya para turis yang

datang ke Istana Maimun benar-benar menikmati seluruh potensi yang ada pada lokasi

tersebut. Yang kedua adalah bagaimana proyek ini nantinya akan mempengaruhi Kota

Medan, baik dari segi pariwisata maupun perekonomian atau bahkan kualitas sosial.

Perancang ingin membuat lokasi historis ini menjadi sebuah lokasi yang ingin dikunjungi

oleh semua orang, baik turis luar negeri, maupun dalam negeri, sebuah lokasi yang

nantinya bisa dibanggakan. Oleh karena pemikiran seperti itu, perancang memilih Old but

Gold sebagai judul proyek perancang. Berdasarkan kamus Oxford, Old memiliki arti

sesuatu yang telah dibuat atau dibangun sejak lama dan Gold berarti sesuatu yang

dianggap berharga, cantik dan memiliki kualitas terbaik. Sesuatu yang tua, kerap

menimbulkan kesan usang, tidak terawat, kotor. Perspektif seperti ini perancang rasakan

ketika mengunjungi Istana Maimun. Lalu, bagaimana supaya Istana Maimun ini

kemudiannya bisa menjadi sesuatu yang berharga, yang bisa dibanggakan?

Dari studi banding yang pertama mengenai hotel di Kanada, perancang menilai

pendekatan arsitektural yang berbaur dengan kondisi sekitar sangat cocok untuk proyek

ini, di mana pengunjung bisa merasakan suasana Istana Maimun dengan maksimal. Lalu,

hal apakah yang harus perancang pertimbangkan supaya pengunjung benar-benar bisa

menikmati lokasi ini? Kenyamanan menjadi pertimbangan utama ketika merancang

sebuah bangunan yang berfungsi sebagai penginapan dan tempat tinggal. Pendekatan

arsitektural apakah yang harus perancang terapkan untuk menghasilkan rancangan yang


(1)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 Tabel luas ruangan bangunan hotel ... 84 2 Tabel luas ruangan bangunan apartemen ... 85 3 Portofolio ... 86


(2)

ABSTRAK

Kondisi Istana Maimun yang semakin tidak terawat, serta minimnya kesadaran untuk menjaga kelestarian sungai membuat Pemerintah Kota Medan mengangkat sebuah proyek revitalisasi untuk direalisasikan. Proyek revitalisasi ini mengangkat riverfront architecture sebagai tema besar, sebagaimana maksud dan tujuan utama proyek ini adalah penataan ulang daerah muka Sungai Deli. Lebih rincinya, tema yang ditunjuk untuk kawasan Komplek Istana Maimun adalah Urban Heritage Tourism. Tema ini dimaksudkan untuk mengoptimalisasikan Komplek Istana Maimun sebagai sebuah lokasi pariwisata bersejarah yang lebih baik

Proyek untuk merevitalisasi Komplek Istana Maimun menjadi sebuah lokasi pariwisata yang lebih baik membuat perancang memilih Old But Gold sebagai tema dalam rancangannya. Perancang menggunakan pendekatan arsitektur tropis sebagai dasar rancangannya, yang akan membuat bangunan yang nyaman bagi penggunanya pada kondisi iklim tropis di Kota Medan. Desain yang diajukan yaitu memindahkan seluruh keluarga kesultanan yang bertempat tinggal di daerah perumahan di belakang Istana Maimun ke bangunan apartemen baru yang akan dibangun. Apartemen ini juga akan dijual kepada publik. Apartemen ini terdapat 286 unit hunian yang terdiri dari tipe studio, tipe 2 kamar dan tipe 3 kamar. Selain apartemen, perancang juga merancang sebuah hotel butik. Hotel butik ini akan meningkatkan jumlah turis yang mengunjungi Istana Maimun, sehingga mampu memberi pemasukan yang lebih banyak dari sektor pariwisata ini. Hotel butik ini mempunyai 100 kamar, yang terdiri dari kamar Standard, Deluxe, Executive, dam Suite Lahan perumahan di belakang Istana Maimun diubah perancang menjadi sebuah ruang publik, termasuk street cafe dan amphitheater yang berfungsi sebagai tempat aktivitas pertunjukan kesenian tradisional Melayu. Ruang publik ini juga akan menjadi area rekreasi bagi warga Kota Medan.


(3)

xvii

ABSTRACT

The degrading condition of Maimoon Palace, and the lack of awareness to preserve the river made the local government to come up with a revitalization project. This project promotes riverfront architecture as its main theme, as the goal of this project is to redesign the riverfront area of Deli River. More in depth, the theme for this Maimoon Palace Complex's project is Urban Heritage Tourism. This certain theme's intention is to optimize Maimoon Palace to become a better heritage tourism location.

A project to turn the Maimoon Palace Complex becomes a better tourism location made the designer to choose Old But Gold as the theme of his design. The designer chose tropical architecture approach as the basic of the design which will make a comfortable building for the users against the tropic climate in Medan. The proposed design is to relocate the Sultanate's families that reside at the back of Maimoon Palace to a new apartment building. This apartment also will be sold for public. This apartment will has 265 unit, which consists of studio type, 2 bedroom type and 3 bedroom type. Besides apartment, the designer also designed a boutique hotel. This boutique hotel will increase the number of tourists that visit Maimoon Palace, and will generate greater income from tourism sector. This hotel will has 100 guest rooms, which consists of Standard room, Deluxe room, Executive room, and Suite The hosing land at the back of Maimoon Palace changed into a public space, which includes street cafe and amphitheater for traditional performances. This public space also will be a recreation area for Medan's citizens.


(4)

A RIVER RUNS THROUGH IT

Seberapa seringkah ditemukan riverfront architecture di Kota Medan? Tidak pernah. Riverfront architecture sendiri merupakan karya arsitektur yang merujuk pada potensi sungai di sekitar yang kemudian dari potensi-potensi yang ada dijadikan basis dalam merancang karya arsitektur tepi sungai. Memang untuk kondisi sekarang, kondisi Sungai Deli di Kota Medan sangat amat tidak terawat. Namun, jika kita melihat dengan kacamata optimisme, ada kemungkinan Sungai Deli bisa direvitalisasi. Sekalipun sungai di kota-kota negara maju seperti Sungai Thames di London, Inggris dan Sungai Singapura di Singapura, pernah mengalami polusi sungai dengan tingkat yang mengkhawatirkan dan berhasil diatasi dengan revitalisasi sungai.

Lokasi yang diperoleh kelompok perancang adalah Komplek Istana Maimun. Komplek Istana Maimun juga terletak di pinggir dari salah satu ruas Sungai Deli. Tidak hanya kondisi di pinggir sungai yang memprihatinkan, namun begitu juga dengan kondisi Istana Maimun itu sendiri. Kemegahan dari Istana Maimun terkesan buyar ketika perancang melihat banyaknya penghuni yang bertempat tinggal di Istana Maimun dan tidak mengedepankan nilai-nilai historikal dan estetika yang dimiliki istana itu. Tidak lupa juga perancang mengulas kondisi perumahan di belakang Istana Maimun yang semrawut. Berangkat dari permasalahan ini, maka proyek hotel dan apartement diajukan untuk mengatasi permasalahan kondisi Istana Maimun; di mana hotel yang diajukan akan mengakomodasi penginapan bagi turis yang berkunjung ke Istana Maimun dan apartemen


(5)

2

akan menjadi tempat tinggal baru bagi penghuni di Komplek Istana Maimun dan juga mencoba memenuhi defisit kuota rumah tinggal di Kota Medan.

Lalu, rancangan seperti apakah yang akan dirancang oleh perancang untuk proyek ini? Perancang mengangkat tema "Old But Gold" sebagai dasar dari rancangannya. Old berasal dari bahasa inggris yang berarti tua, dan Gold berarti emas. Perancang ingin membuat komplek istana yang selesai dibangun pada tahun 1888 ini menjadi sesuatu yang berharga, yang pantas dibanggakan ketika turis dari mancanegara berkunjung ke Kota Medan. Jika dianalogikan dengan perumpamaan, ibarat kata membersihkan emas yang kotor menjadi emas yang berkilau. Lantas, pendekatan arsitektural seperti apa yang akan perancang gunakan dalam proyek ini supaya proyek ini bisa menjadi "Gold"? Perancang meninjau kembali fungsi utama dari proyek ini, yaitu hotel dan apartemen. Poin penting yang harus dikejar dari hotel dan apartemen adalah kenyamanan. Kenyamanan di sini bukanlah sebatas kenyamanan fasilitas servis yang diberikan hotel dan apartemen. Kenyamanan yang dimaksud perancang adalah perasaan nyaman yang akan pengguna rasakan ketika berada di dalam bangunan maupun di luar bangunan. Untuk memperoleh kenyamanan yang dimaksud, perancang memilih pendekatan arsitektur tropis, sebagaimana iklim di Kota Medan adalah tropis basah. Aspek-aspek dari pendekatan arsitektur tropis yang diterapkan pada proyek ini mampu mengatasi pengaruh negatif dari iklim tropis basah sehingga bisa menghasilkan kenyamanan yang diinginkan.

Dalam skripsi ini, perancang akan mengulas faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi sebuah desain arsitektur tropis, seperti: sinar matahari, panas matahari, angin, dan hujan. Bentuk massa bangunan akan menentukan seberapa efektif penetrasi sinar matahari ke


(6)

bidang yang akan terpapar panas matahari. Perletakan bukaan pada bangunan akan berpengaruh pada penghawaan alami pada bangunan. Pemanfaatan air hujan untuk memenuhi kebutuhan air pada bangunan. Kemudian dari resolusi tersebut selain menghasilkan bangunan yang nyaman, namun juga mampu menekan energi yang terpakai.