33
BAB III : PERSPEKTIF , STRUKTUR DAN TEKNIK PEMBUATAN GENDANG GALANG
3.1 Perspektif Masuknya Gendang Galang Ke Langkat
Pada tahun 1949 Indonesia mengesahkan dirinya menjadi Republik Indonesia Serikat RIS. Mulailah berdatangan para suku-suku karo gugung ke daerah Langkat dan mulai
bertempat tinggal dan melanjutkan hidup di Langkat. Banyaknya suku Karo yang mendiami daerah Langkat sehingga menjadikan mereka disebut “karo Jahe”.
Budaya yang sama baik dalam segi bahasa, acara adat, dll, sehingga para suku karo yang ada saat mengadakan acara-acara tertentu pasti menggunakan setiap nilai-nilai
kebudayaannya baik tata cara maupun alat musik yang digunakan dalam setiap acara tersebut. Ada beberapa alat musik karo yang digunakan dalam setiap acara adat suku karo
seperti : serune, gong, gendang kitik dan gendang galang. Dan dalam setiap acara adat yang dilakukan semua alat musik ini harus lengkap. Seperti halnya dibawah akan dibahas
mengenai salah satu alat musik karo yang merupakan objek penelitian bagi peneliti yaitu gendang galang.
Awal pertama sekali gendang galang itu diperkenalkan kepada warga suku karo yang yaitu oleh bapak Terimbang Sitepu yang merupakan orang tua dari bapak Lape Sitepu yang
menjadi informan penelitian. Lebih kurang gendang galang ini diperkenalkan oleh bapak Terimbang Sitepu sejak 100 tahun yang lalu. Namun pada masyarakat di Langkat gendang ini
diperkenalkan oleh bapak Lape Sitepu setahun setelah dia pindah ke Langkat pada tahun 1953.
Gendang galang ini dipergunakan untuk setiap acara-acara yang dilakukan oleh para suku karo seperti : acara pernikahan, masuk rumah baru, memindahkan tulang-belulang para
leluhur, upacara agama, dll. Gendang galang juga menjadi sesuatu yang dianggap berbau
Universitas Sumatera Utara
34 mistik oleh para suku karo dikarenakan mereka mempercayai bahwa saat memainkan alat
musik tersebut yang memainkannya adalah para leluhur mereka dan tidak sembarangan orang dapat memainkannya. Namun ada juga yang berpendapat seperti yang diutarakan oleh bapak
Kebal Kaban bahwa dalam memainkannya si pemain juga harus merasakan emosi dari lagu yang dimainkan.
Seiring berjalannya waktu, bapak Lape Sitepu semakin terkenal namanya sebagai pemain alat musik karo yaitu pada tahun 1958, yang menyebabkan banyak orang yang
mengenal dia hingga akhirnya ada 6 orang yang memesan alat musik karo untuk dia buat seperti : Gendang galang atau serune. Dan bahkan dia memberikan 3 teman terdekatnya
masing-masing 1 alat musik karo. Masyarakat sekitar baik yang bersuku karo ataupun tidak pendatang seperti jawa,
melayu, dll menerima keberadaan Gendang galang dikarenakan mereka mengerti bahwasanya itu merupakan bagian dari seni budaya yaitu budaya karo. Dan bahkan diantara
suku-suku yang lain ada yang menyukai salah satu alat musik karo tersebut yaitu Gendang galang.
Universitas Sumatera Utara
35
3.2 Struktur dan Ukuran Gendang Galang 3.2.1 Struktur Gendang Galang