64 Sekalipun penulis menyadari bahwa mendeskripsikan satu bunyi ke dalam tulisan adalah
tidak mungkin, namun dengan mendeskripsikan letak stik dan permukaan gendang yang dipukul mampu memberikan gambaran kepada pembaca. Penulis juga menyadari bahwa
sekalipun deskripsi memukul gendang ini dipraktekkan oleh orang yang tidak tahu bermain gendang, belum tentu dapat mewakili bunyi yang diharapkan kecuali ada alat bantu seperti
kaset rekaman yang bisa dijadikan orientasi bunyi atau belajar langsung dengan bimbingan seorang guru.berikut letak tangan yang mengahasilkan warna bunyi secara keseluruhan dalam
satu gendang. bunyi dum
bunyi tih bingkei
bunyi tang bunyi tik
4.3 Pola Ritem Gendang Galang
Yang dimaksud penulis pola ritem disini ialah pola irama dari gendang galang yang dimainkan ketika mengiringi baik tari maupun lagu. Dalam menganalisis pola ritem, penulis
melakukan pendekatan yang dikemukakan oleh netll 1964 yakni: dalam menganalisis ritem maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah pola dasar ritem, repetisi, dan variasi dari pola
dasar ritem. Untuk menjelaskan hal yang dikemukakan oleh netll penulis menggunakan teknik
transkripsi análisis. Transkripsi adalah proses penotasian bunyi, mengalihkan bunyi menjadi simbol visual Nettl, 1964 : 98. Pentranskripsian bunyi musik merupakan suatu usaha untuk
mendeskripsikan musik, yang mana hal ini merupakan bagian penting dalam disiplin etnomusikologi.
Universitas Sumatera Utara
65 Dalam mentranskripsikan pola ritem gendang galang, penulis menggunakan notasi Barat.
Adapun alasan penulis memilih sistem notasi barat karena sistem notasi barat sangat cocok untuk menunjukkan nilai ritmis dari setiap nada. Lebih dari pada itu simbol-simbol yang
terdapat dalam sistem notasi barat bersifat fleksibel, artinya untuk menyatakan sebuah nada yang sulit untuk ditranskripsikan dapat dibubuhkan atau ditambahkan simbol lain sesuai
dengan kebutuhan yang penulis inginkan. Sebagai bahan transkripsi pola dasar ritem penulis mengambil dua lagu, yakni lagu doah
– doah dan jambe gunung tinggi dengan dua orang penyaji yakni bapak Lape Sitepu dan Kebal Kaban. Alasan penulis mengambil dua lagu tersebut karena memilki pola ritem dasar
yang berbeda dan melihat variasi yang terjadi dari setip lagu pola ritemnya. Dalam penyajiannya gendang ini dimainkan bersama dengan sarune dan gung. Gendang dimainkan
tidak bersamaan masuknya dengan sarune maupun gung dalam satu komposisi repertoar. Tidak ada ketentuan kapan dimulainya memainkan gendang dalam komposisi namun sejauh
pengamatan penulis gendang mulai dimainkan setelah sarune main sudah 2 bar pada komposisi.
Variasi-variasi yang muncul dari siklus pola ritem dasar, baik di lagu doah – doah maupun lagu jambe gunung tinggi , variasi ini bisa lebih berkembang dari variasi yang
dikemukakan penulis, karena tiap pemain gendang mempunyai suasana hati yang berbeda antara satu pemain dengan yang lain. Semakin profesioanal seorang musisi itu maka semakin
banyak variasi yang bisa dimainkan. Variasi yang dibuat penulis hanya menunjukkan adanya variasi yang muncul dari repetisi pola dasar ritem lagu yang disajikan.
Universitas Sumatera Utara
66
4.3.1 Pola ritem dasar gendang galang pada lagu lambat :
4.3.2 Pola ritem dasar gendang galang pada lagu cepat :
Keterangan : Dum tang tih tik
Diolah menggunakan software sibelius
4.4 Fungsi Musik Gendang galang