29
3.6.7 Uji Perolehan Kembali Recovery
Menurut Harmita 2004, uji perolehan kembali recovery dilakukan dengan metode penambahan larutan standar standard addition method. Dalam
metode ini, kadar mineral dalam sampel ditentukan terlebih dahulu, selanjutnya dilakukan penentuan kadar mineral dalam sampel setelah penambahan larutan
baku dengan konsentrasi tertentu Ermer dan Miller, 2005. Larutan baku yang ditambahkan yaitu, 1,5 mL larutan baku besi konsentrasi 10 µgmL, 0,25 mL
larutan baku kalsium konsentrasi 1000 µgmL, 0,25 mL larutan baku magnesium konsentrasi 1000 µgmL dan 0,5 mL larutan baku seng konsentrasi 10 µ gmL.
Oyong yang telah dihaluskan ditimbang seksama sebanyak 25 gram di dalam krus porselen, lalu 1,5 mL larutan baku besi konsentrasi 10 µgmL, 0,25
mL larutan baku kalsium konsentrasi 1000 µgmL, 0,25 mL larutan baku magnesium konsentrasi 1000 µgmL dan 0,5 mL larutan baku seng konsentrasi
10 µgmL, kemudian dilanjutkan dengan proses destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya.
Menurut Harmita 2004, persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:
Perolehan Kembali = x 100
Keterangan: C
A
= Kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku C
F
= Kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku C
A
= Kadar larutan baku yang ditambahkan
Universitas Sumatera Utara
30
3.6.8 Simpangan Baku Relatif
Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relative atau keofisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukan
derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang
memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan.
Menurut Harmita 2004, rumus untuk menghitung simpangan baku relative adalah sebagai berikut:
RSD = X
SD x 100
Keterangan:
X
= Kadar rata-rata sampel SD
= Standar Deviasi RSD = Relative Standard Deviation
3.6.9 Penentuan Batas Deteksi Limit of Detection dan Batas Kuantitasi Limit of Quantitation