22 ditiriskan, dan dikeringkan diudara terbuka, dihomogenkan, dibagi menjadi 2
bagian, masing-masing ± 500 g, bagian pertama dipotong kecil-kecil dan bagian kedua dipotong kecil-kecil kemudian direbus.
3.6.3 Proses Destruksi Kering
Sampel yang telah dipotong kecil-kecil masing-masing ditimbang seksama sebanyak 25 gram dimasukkan ke dalam krus porselen, diarangkan di atas hot
plate, lalu diabukan di tanur dengan temperatur awal 100 C dan perlahan-lahan
temperatur dinaikkan menjadi 500 C dengan interval 25
C setiap 5 menit. Pengabuan dilakukan selama 48 jam dan dibiarkan dingin pada desikator.
Perlakuan yang sama diulang sebanyak 6 kali untuk masing-masing sampel.
3.6.4 Pembuatan Larutan Sampel
Hasil destruksi dilarutkan dalam 10 mL HNO
3
1:1 hingga diperoleh larutan bening. Kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL dan krus
porselen dibilas dengan akua demineralisata sebanyak 3 kali. Hasil pembilasan dimasukkan ke dalam labu tentukur. Setelah itu dicukupkan volumenya dengan
akua demineralisata hingga garis tanda. Lalu disaring dengan kertas saring Whatmann No. 42 dengan membuang 5 mL larutan pertama hasil penyaringan
selanjutnya ditampung ke dalam botol Isaac, 1988. Larutan ini digunakan untuk uji kuantitatif besi, kalsium, magnesium, dan seng.
3.6.5 Analisis Kuantitatif 3.6.5.1 Besi
3.6.5.1.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi
Larutan baku besi 1000 µgmL dipipet sebanyak 1 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan
Universitas Sumatera Utara
23 akuademineralisata. Dari larutan tersebut 10 µgmL dipipet masing-masing 1,25
mL; 2,5 mL; 3,75 mL; 5,0 mL; 6,25 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 mL dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda sehingga
diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,5 µ gmL; 1,0 µ gmL; 1,5 µgmL; 2,0 µgmL; 2,5µgmL, lalu dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 248,3 nm
dengan tipe nyala udara-asetilen.
3.6.5.1.2 Penetapan Kadar Besi dalam Oyong Segar
Larutan sampel hasil destruksi diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 248,3 nm dengan tipe
nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku besi. Konsentrasi besi dalam sampel dihitung
berdasarkan persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi.
3.6.5.1.3 Penetapan Kadar Besi dalam Oyong Rebus
Larutan sampel hasil destruksi diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 248,3 nm dengan tipe
nyala udara-asetilen. Nilai absorbansi yang diperoleh harus berada dalam rentang kurva kalibrasi larutan baku besi. Konsentrasi besi dalam sampel dihitung
berdasarkan persamaan garis regresi dan kurva kalibrasi.
3.6.5.2 Kalsium 3.6.5.2.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Kalsium
Larutan baku kalsium 1000 µgmL dipipet sebanyak 1 mL, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 mL dan dicukupkan hingga garis tanda dengan akua
demineralisata. Dari larutan tersebut 10 µgmL dipipet masing-masing 5,0 mL; 10,0 mL; 15,0 mL; 20,0 mL; 25,0 mL dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 mL
Universitas Sumatera Utara
24 dan diencerkan dengan akua demineralisata hingga garis tanda sehingga diperoleh
larutan dengan konsentrasi 1 µgmL; 2 µgmL;3 µgmL; 4 µ gmL; 5µgmL, lalu dilakukan pengukuran pada panjang gelombang 422,7 nm dengan tipe nyala
udara-asetilen.
3.6.5.2.2 Penetapan Kadar Kalsium dalam Oyong Segar