15
3.2.6 Uji Antibakteri Sediaan Sabun Cair Minyak Atsiri Pala
Minyak atsiri pala memiliki aktivitas antibakteri setelah diformulasikan dalam bentuk sediaan sabun mandi cair. Sifat antibakteri minyak atsiri pala setelah diformulasikan dalam sediaan
sabun mandi cair yaitu irradikal. Metode yang digunakan dalam uji antibakteri sabun mandi cair minyak atsiri pala yaitu metode difusi sumuran.
Tabel 4. Hasil uji antibakteri sediaan sabun cair minyak atsiri pala
Formula Minggu 0
Keterangan F1
11 ±
0,4 Irradikal
Basis F1 11,5
± 0,5
Irradikal F2
12,7 ±
0,25 Irradikal
Basis F2 12,4
± 0,5
Irradikal F 3
13,7 ±
0,3 Irradikal
Basis F3 14,2
± 1,3
Irradikal F4
14,5 ±
0,5 Irradikal
Basis F4 16
± 0,5
Irradikal
Hasil analisis statistika menggunakan metode
ANOVA
menunjukkan
p-value
0,005 yang berarti ada perbedaan signifikan terhadap daya hambat terhadap
S.aureus
. Kontrol positif sediaan yaitu sabun mandi cair Dettol memiliki daya hambat bersifat radikal dengan diameter zona hambat
sebesar 11,5 mm.
3.3 Hasil Uji Stabilitas Sabun Cair Minyak Atsiri Pala
Uji stabilitas sediaan sabun cair berupa pengamatan meliputi organoleptis, pH, viskositas dan tinggi busa yang diamati setiap 2 minggu selama 40 hari. Tujuan uji stabilitas yaitu untuk
mengetahui apakah sediaan sabun cair minyak atsiri pala stabil dalam penyimpanan.
3.3.1 Uji Organoleptis
Hasil uji organoleptis menunjukkan bahwa dalam 2 bulan penyimpanan tidak terjadi perubahan warna, bentuk dan bau, namun terjadi pemisahan mulai pada minggu ke-6. Stabilitas
warna, bau dan bentuk dipengaruhi oleh adanya antioksidant BHA dalam sediaan yang dapat mencegah oksidasi lemak dari minyak pada sediaan Putri, 2009.
3.3.2 Hasil uji stabilitas pH Sediaan Sabun Cair
Uji pH sediaan sabun cair terhadap stabilitas menunjukkan adanya penurunan pH sediaan sabun cair dalam penyimpanan selama 2 bulan. Hasil uji statistik menunjukkan
p-value
0,05
p- value
= 0,000 yang berarti terjadi perubahan pH pada formula sediaan sabun cair pada penyimpanan dan perubahan tersebut signifikan. Berdasarkan penurunan pH seiring dengan adanya
peningkatan keasaman dan seiring dengan waktu lama penyimpanan Anonim, 2004. Menurut Wasiaatmadja 1997 pH yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan dapat mengiritasi kulit.
16
Gambar 6. Grafik hasil uji stabilitas pH sediaan sabun cair
3.3.4 Hasil Uji Stabilitas Viskositas Sediaan Sabun Cair
Viskositas sediaan sabun cair menunjukkan adanya penurunan dalam penyimpanan selama 2 bulan, terjadi penurunan viskositas yang signifikan pada minggu ke-6 yang menyebabkan adanya
pemisahan terbentuk koalesen. Pada formula 4 KOH yang diberikan dalam jumlah berlebih yaitu 64 mL sehingga reaksi penyabunan tidak berjalan sempurna dan asam stearat yang diberikan dalam
jumlah kecil sehingga tidak terbentuk tekstur sabun cair yang kental. Berdasarkan analisis statistika menunjukkan
p-value
0,05
p-value
= 0,00 yang berarti bahwa selama penyimpanan 2 bulan terdapat perubahan yang signifikan terhadap viskositas sediaan yang menyebabkan sediaan tidak
stabil dalam penyimpanan selama 2 bulan.
Gambar 7. Grafik hasil uji stabilitas viskositas sediaan sabun cair
3.3.5 Hasil Uji Stabilitas Tinggi Busa Sediaan Sabun Cair