Paradigma Kajian KAJIAN PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Kritis, salah satu di antara paham yang menyatakan bahwa konstruktivisme merupakan paham yang masih belum menganalisis faktor-faktor hubungan kekuasaan yang inheren dalam setiap wacana yang pada gilirannya berperan dalam membentuk jenis-jenis subjek tertentu berikut perilaku- perilakunyaEriyanto, 2001:6. Analisis wacana dalam paradigma ini menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reporoduksi makna. Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema-tema wacana tertentu, maupun strategi-strategi di dalamnya. Oleh karena itu, analisis wacana ini dipakai untuk membongkar kuasa yang ada di dalam proses bahasa; batasan-batasan apa yang diperkenankan menjadi wacana, perspektif yang mesti dipakai serta topik apa yang dibicarakan Hikam, 1996: 85. Wacana digambarkan sebagai praktik sosial yang menyebabkan sebuah hubungan dialektis diantara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang membentuknya Eriyanto, 2001: 7. Praktik wacana bisa jadi menampilkan efek ideologi: ia dapat memproduksi dan memproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imbang antara kelas sosialm laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas dan minoritas melalui mana perbedaan itu direporsentasikan dalam posisi sosial uang ditampilkan Fairclough, Norman Wodak, 1997: 258. Berikut adalah karakteristik penting dari analisis wacana kritis: 1. Tindakan Prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan action. Wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal. Dengan pemahaman semacam ini ada beberapa konsekuensi bagaimana wacana harus dipandang. Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, membujuk, menyangga, bereaksi, dan sebagainya. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara tersadar, terkontrol, bukan 10 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara sesuatu yang di luar kendali atau diekspresikan di luar kesadaran Eriyanto, 2001:10 2. Konteks Analisis wacana kritis mempertimbangkan konteks dari wacana, seperti latar, situasi, peristiwa, dan kondisi. Wacana di sini dipandang diproduksi, dimengerti, dan dianalisis pada suatu konteks tertentu. Analisis wacana juga memeriksa konteks dari komunikasi: siapa yang mengkomunikasikan dengan siapa dan mengapa, dalam jenis khalayak dan situasi apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe dari perkembangan komunikasi; dan hubungan untuk setiap masing-masing pihak Guy Cook, 1994:1. Ada beberapa konteks yang penting karena berpengaruh terhadap produksi wacana. Pertama, partisipan wacana, latar siapa yang memproduksi wacana. Jenis kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etnis, agama, dalam banyak hal relevan dalam menggambarkan wacana. Kedua, setting sosial tertentu, seperti tempat, waktu, posisi pembicara dan pendengar atau lingkungan fisik adakah konteks yang berguna untuk mengerti suatu wacana Eriyanto, 2001: 8-9. 3. Historis Menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu Eriyanto, 2001:9. Pemahaman mengenai wacana teks hanya akan diperoleh kalau kita bisa memberikan konteks historis dimana teks itu diciptakan. Bagaimana situasi sosial politik, dan suasana pada saat itu. 4. Kekuasaan Analisis wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan power dalam analisisnya. Di sini, setiap wacana yang muncul , dalam bentuk teks, percakapan atau apapun tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan Eriyanto, 2001:11. Pemakai bahasa bukan hanya pembicara, penulis, pendengar atau pembaca, ia juga bagian dari anggota kategori sosial tertentu, bagian dari kelompok profesional, agama, komunitas atau Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara masyarakat tertentu. Analisis wacana tidak membatasi dirinya pada detik teks atau struktus wacana saja tetapi juga menghubungkan dengan kekuatan dan kondisi sosial, politik, ekonomi, dan budaya tertentu. Struktur wacana juga menjadi wadah kekuasaan itu dikendalikan, misalnya dilihat dari penonjolan atau pemakaian kata-kata tertentu yang dipakai Eriyanto, 2001:12 5. Ideologi Ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis wacana yang bersifat kritis. Hal ini karena teks, percapakan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Wacana dalam pendekatan ini dipandang sebagai medium dimana kelompok uang dominan mempersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar Van Dijk, 1997: 25. Dalam perspektif ini, ideologi mempunyai beberapa implikasi penting. Pertama, ideologi secara inheren bersifat sosial, tidak personal atau individual: ia membutuhkan share di antara anggota kelompok, organisasi atau kolektivitas dengan orang lainnya. Kedua, ideologi meskipun bersifat sosial, namun ia digunakan secara internal di antara anggota kelompok atau komunitas. Oleh karena itu, ideologi tidak hanya menyediakan fungsi koordinatif dan kohesi tetapi juga membentuk identitas diri kelompok, membedakan dengan kelompok lain Eriyanto, 2001:13- 14. 2.2 KAJIAN PUSTAKA 2.2.1. Teun A. Van Dijk