31 Untuk menghitung Laju kecepatan screw ftmnt dapat dihitung dengan
formula sebagai berikut :
��������� =
������������������� 12
2.8
Sedangkan untuk menghitung laju keausan abrasi screw ftmnt yaitu :
���������� =
�������������� ����������������� −4 ������������� ℎ�
.9
2.16 Pengujian Keausan Wear Test
Secara definisi, keausan adalah hilangnya sejumlah lapisan permukaan material karena adanya gesekan antara permukaan padatane dengan benda lain.
Definisi gesekan itu sendiri adalah gaya tahan yang menahan gerakan antara permukaan solid yang bersentuhan maupun solid dengan liquid. Keausan pada
dasarnya memiliki beberapa mekanisme, yaitu abrasi, erosi, adhesi, fatik dan korosi.
Suatu komponen struktur dan mesin agar berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya sangat tergantung pada sifat-sifat yang dimiliki material. Material yang
tersedia dan dapat digunakan oleh engineer sangat beraneka ragam, seperti logam, polimer, keramik, gelas, dan komposit. Sifat yang dimiliki oleh material terkadang
membatasi kinerjanya.Namun demikian jarang sekali keninerja suatu material hanya ditentukan oleh satu sifat, tetapi lebih kepada kombinasi dari beberapa
sifat.Salah satu contohnya adalah ketahanan aus wear resistance merupakan fungsi dari beberapa sifat material kekerasan dan kekuatan, friksi serta
pelumasan. Oleh sebab itu penelaahan subyek ini yang dikenal dengan nama ilmu tribologi.
Keausan dapat didefinisikan sebagai rusaknya permukaan padatan, umumnya melibatkan kehilangan material yang progesif akibat adanya gesekan
friksi antar permukaan padatan.Keausan bukan merupakan sifat dasar material,
melainkan respon material terhadap sistem luar kontak permukaan. Keausan merupakan hal yang biasa terjadi pada setiap material yang mengalami gesekan
Universitas Sumatera Utara
32 dengan material lain. Keausan bukan merupakan sifat dasar material, melainkan
respon material terhadap sistem luar kontak permukaan.Material apapun dapat mengalami keausan disebabkan oleh mekanisme yang beragam.Pengujian keausan
dapat dilakukan dengan berbagai macam metode dan teknik, yang satunya adalah metode ogoshi dimana benda uji memperoleh beban gesek dari cincin yang
berputar revolving disk.Pembebanan gesek ini akan menghasilkan kontak antar permukaan yang berulang-ulang yang pada akhirnya akan mengambil sebagian
material pada permukaan benda uji. Besarnya jejak permukaan dari material tergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat keausan pada material.
Pengujian keausan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode dan teknik, yang semuanya bertujuan untuk mensimulasikan kondisi keausan aktual. Salah
satunya adalah metode pin on disk dimana benda uji yang berputar sementara pin diam menekan benda uji pada disk. Pembebanan gesek ini akan menghasilkan
kontak antar permukaan yang berulang-ulang yang pada akhirnya akan mengambil sebagian material pada permukaan benda uji. Alat uji keausan tipe pin
on disk dapat dilihat pada Gambar 2.20.
Universitas Sumatera Utara
33 Gambar 2.20 Alat uji keausan tipe pin on disk
Ada beberapa parameter uji dalam pengujian keausan metode pin on disk sesuai dengan standart ASTM G 99-04, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pembebanan Load 2. Kecepatan lintasan Sliding Speed
3. Jarak lintasan Sliding Distance 4. Suhu Temperature
5. Atmosfer Atmosphere Keausan sendiri terbagi dalam beberapa jenis keausan, seperti
keausan abrasif, adesif, korosif, keausan fatik, kimia, erosi dan lain-lain. Keausan yang terjadi pada pengujian tipe pin on disk adalah Keausan Abrasif Abrasive
wear .
Besarnya jejak permukaan dari material tergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat keausan pada material. Semakin besar dan dalam jejak
keausan maka semakin tinggi volume material yang terkelupas dari benda uji. Ilustrasi skematis dari kontak permukaan antara revolving disc dan benda uji
diberikan oleh Gambar 2.21.
Gambar a Gambar b
Keterangan:
Universitas Sumatera Utara
34 F = gaya yang diberikan pada pin N
R = jarak antara disk dengan pin mm d = diameter bolapin mm
D = diameter disk mm W = putaran rpm Volumekeausan berdasarkan ASTM G99-04 dapat ditentukan sebagai
perbandingan rumus:
volume loss, mm
3
= mass loss g x 1000 2.10
densitygcm
3
Memprediksi keausan yang terjadi pada permesinan cukuplah sulit. Setiap rumus pada literatur yang dapat mengitung laju keausan hanya sebatas prediksi
atau pendekatan saja. Pada tahun 1950-an J. F. Archard menemukan suatu hukum yang dapat memprediksi terjadinya keausan pada material yang saling bergesekan
dan dia menamai hukum itu dengan dirinya sendiri, yaitu hukum keausan Archard Archard wearlaw.Berdasarkan hukum keausan Archard tentang hukum
keausan wearlawbahwa persamaan volume keausan dapat diperoleh dari Stachowiak:
V
T
=
�
��� �
x 10
9
2.11
ᴪ
T
=
VT �
2.12 Dimana:
V
T
= Volume keausan teori mm
3
K = Koefisien keausan 6,0 x 10
-4
W= Beban N H
= Kekerasan material Pa, Nm2 L= Panjang lintasan m
ᴪ
T
= Laju keausan teori mm
3
s t
= Waktu keausan s Dan untuk menghitung panjang lintasan digunakan rumus sebagai berikut,
Universitas Sumatera Utara
35
L =
2 π.r.n.t
60
2.13 r = d + ā x 10
-3
2.14 2
Dimana: r = Jari-jari lintasan mm
n = Putaran rpm ā = Lebar jejak rata-rata µm
t = Waktu keausan s d = Diameter pengujian mm
Ilustrasi skematis spesimen hasil uji keausan dapat dilihat pada Gambar 2.22.
Gambar 2.22 Ilustrasi spesimen hasil uji keausan Rahman Abdul, 2015
Keterangan : d1 = Diamter dalam lintasan mm
d2 = Diameter luar lintasan mm
Dari gambar diatas, untuk menghitung laju keausan secara eksperimen dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
V
P
= A2 – A1. ḃ
2.15
ᴪ
P
= Vp 2.16
Universitas Sumatera Utara
36 t
A1 = π.r
1 2
2.17 A2 = π.r
2 2
2.18 r2 = r1 + ā x 10
-3
2.19
Dimana:
ᴪ
P
= Laju keausan eksperimen mm3s V
P
= Volume keausan eksperimen mm3 A1 = Luas dalam lintasan mm2 A
2
= Luas luar lintasan mm2 r
1
= Jari-jari dalam lintasan mm r
2
= Jari-jari luar lintasan mm b
= Kedalaman rata-rata µm
Laju keausan Wear rate digunakan untuk menghitung laju keausan per satuan waktu. Unit yang digunakan tergantung pada jenis keausanan dan sifat
tribosystem yang terjadi. Laju keausan dapat dinyatakan sebagai: 1. Volume material yang dibuang per satuan waktu, per unit jarak luncur, per
putaran dari komponen atau per osilasi dari tubuh yaitu, di keausan sliding. 2. Volume rugi per unit normal gaya per satuan jarak luncur mm
3
N.m, yang kadang-kadang disebut faktor keausan.
3. Massa rugi per satuan waktu. 4. Perubahan dalam dimensi tertentu per satuan waktu.
5. Perubahan relatif dalam dimensi atau volume sehubungan dengan perubahan yang sama di lain substansi referensi.
Material jenis apapun akan mengalami keausan dengan mekanisme yang beragam, yaitu keausan abrasi, adhesi, oksidasi, erosi dan friting. Di bawah ini
diberikan penjelasan ringkas dari mekanisme-mekanisme tersebut.
2.16.1Keausan Abrasif
Terjadi bila suatu partikel keras asperity dari material tertentu meluncur pada permukaan material lain yang lebih lunak sehingga terjadi penetrasi atau
Universitas Sumatera Utara
37 pemotongan material yang lebih lunak. Tingkat keausan pada mekanisme ini
ditentukan oleh derajat kebebasan degree of freedom partikel keras atau asperity tersebut.
Sebagain contoh partikel pasir silica akan menghasilkan keausan yang lebih tinggi ketika diikat pada suatu permukaan seperti pada kertas amplas,
dibandingkan bila partikel tersebut berada didalam sistem slury. Pada kasus pertama partikel tersebut kemungkinan akan tertarik sepanjang permukaan dan
dan akhirnya mengakibatkan pengoyakan. Sementara pada kasus terakhir, partikel tersebut mungkin hanya berputar tanpa efek abrasi.
Faktor yang berperan dalam kaitannyadengan ketahan material terhadap abrasive wear
antara lain: 1.
Material hardness 2.
Kondisi struktur mikro 3.
Ukuran abrasif 4.
Bentuk
Bentuk kerusakan permukaan akibat abrasive wear, antara lain: 1.
Scratching 2.
Scoring 3.
Gouging
Gambar 2.23 Ilustrasi skematis keausan abrasif Rahmawan, 2009
Universitas Sumatera Utara
38 Gambar 2.24 Keausan metode abrasif Rahmawan, 2009
2.16.2 Keausan Adhesive
Terjadi bila kontak permukaan dari dua material atau lebih mengakibatkan perlekatan satu sama lainnya adhesive serta deformasi plastis dan pada akhirnya
terjadi pelepasanpengoyakan salah satu material seperti diperlihatkan pada Gambar 2.25.
Gambar 2.25 Ilustrasi skematis keausan adhesive Rahmawan, 2009
Universitas Sumatera Utara
39 Gambar 2.26 Keausan metode Adhesive Rahmawan, 2009
2.16.3 Keausan OksidasiKorosif
Proses kerusakan dimulai dengan adanya perubahan kimiawi material di permukaan oleh faktor lingkungan. Kontak dengan lingkungan ini menghasilkan
pembentukan lapisan pada permukaan dengan sifat yang berbeda dengan material induk. Sebagai konsekuensinya, material akan mengarah kepada perpatahan
interface antara lapisan permukaan dan material induk dan akhirnya seluruh
lapisan permukaan itu akan tercabut.
Gambar 2.27 Mekanisme keausan oksidasi Rahmawan, 2009
2.16.4 Keausan Erosi
Proses erosi disebabkan oleh gas dan cairan yang membawa partikel padatan yang membentur permukaan material. Jika sudut benturannya kecil, keausan yang
dihasilkan analog dengan abrasive.Namun, jika sudut benturannya membentuk sudut gaya normal 90 derajat, maka keausan yang terjadi akan mengakibatkan
brittlr failure pada permukaannya.
Universitas Sumatera Utara
40 Gambar 2.28 Skematis keausan erosi Rahmawan, 2009
2.16.5 Keausan Friting
Keausan yang terjadi akibat kombinasi dari gesekan dan getaran, seperti pada poros dan bearing. Kerusakan akan dipercepat dengan adanya partikel yang
lepas dari permukaan yang terperangkap diantara kedua permukaaan tersebut, sehingga keausan yang terjadi juga disebabkan oleh keausan abrasi.
2.17 Pengujian Kekerasan Hardness Test